Pengukuran Sikap
Pengukuran Sikap
Sikap
Sejarah Metode
Pegukuran Pengukuran SIkap
SIkap
Variasi Hasil
Alat Ukur Yang Baik Pengukuran
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Alai ukur itu disebut baik, bila alat ukur itu valid dan reliable.
Suatu alat yang baik itu harus reliable atau andal, artinya alat itu
harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tetap atau stabil. Bila
mengukur sesuatu maka hasilnya akan tetap sama bila diukur di waktu
lainnya. Dalam psikologi yang menjadi subjek adalah makhluk hidup,
yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka akan
sulit untuk memperoleh hasil pengukuran yang teapt sama seratus
persen. Karena itu dalam hal ini ada batas-batas tertentu di mana hasil
itu dapat dianggpa relatif sama. Jadi reliabilitas alat ukur adalah
kestabilan hasil pengukuran.
b. Wawancara Langsung
Untuk mengetahui bagaimana perasaan seseorang terhadap obyek
psikologi yang dipilihnya, maka cara yang paling mudah dilakukan adalah
dengan menanyakan secara langsung melalui wawancara (direct
questioning). Asumsi yang mendasar metode ini yaitu:
- individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri,
- manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya
(asumsi keterusterangan).
Oleh karena itu dalam metode ini, jawaban yang diperoleh dapat pula
dikategorikan dimana individu memiliki sikap yang sesuai ataupun sikap
yang tidak sesuai dengan objek psikologis ataupun tidak dapat
menentukan sikap sama sekali (ragu-ragu). Kelemahan dari cara ini
adalah apabila individu yang diberi pertanyaan tidak dapat menjawab
sama sekali sehingga kita tidak dapat mengetahui pendapat atau
sikapnya (Mar’at.1984)
Orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya
secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan. Sikap
merupakan variabel yang terlalu kompleks untuk diungkap dengan
pertanyaan tunggal. Sangat tergantung pada kalimat yang digunakan
dalam pertanyaan, konteks pertanyaannya, cara menanyakannya, situasi
dan kondisi yang merupakan faktor luar,dll.
Ras 1 3 7
% % %
Yahudi, Jerman 94,3 91,1 1,4
Yahudi,Rusia 84,3 91,4 0
Inggris 80,0 98,5 0
Yunani 2,1 34,3 1,4
Tiongha 1,4 21,4 32,8
Jepang 2,8 21,4 28,5
Philipina 0 27,1 7,1
Negro 0 27,1 10
Dari hasil di atas dapat dilihat bagaimana sikap orang Yahudi yang lahir di
Amerika Serikat terhadap beberapa golongan ras di atas. Dari hasil di atas
dapat dilihat bahwa jarak antara orang Yahudi dengan orang Negro cukup
jauh, dan merupakan jarak yang paling jauh di antara bermacam-macam
ras tersebut, kecuali bangsa Philipina mempunyai kedudukan yang sama
(jawaban atas pertanyaan nomor 1). Sebaliknya ada jarak yang begitu
dekat antara orang Yunani dengan orang Inggris, di antara mereka 80%
bersedia kawin dengan mereka. Sedangkan pada pernyataan nomor 7,
jarak yang terjauh adalah antara orang Yahudi dengan bangsa Tiongha
dan kemudian disusul bangsa Jepang, yang kemungkinan kedua bangsa
itu merupakan saingan dalam hal perdagangan.
MOST NEUTRAL
MOST
FAVORABLE UNFAVORABLE
Corak khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh
seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin
positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya.
Contoh, salah satu pernyataan untuk mengukur sikap terhadap kulit hitam
berbunyi : “Saya tidak akan pernah kawin dengan orang kulit hitam,”
skala Likert :
sangat setuju setuju netral tidak setuju
sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
Skala Kemampuan
Besar 7 6 5 4 3 2 1 Kecil
Kuat 7 6 5 4 3 2 1 Lemah
Berat 7 6 5 4 3 2 1 Ringan
Skala Kegiatan
Cepat 7 6 5 4 3 2 1 Lambat
Aktif 7 6 5 4 3 2 1 Pasif
Cerdik 7 6 5 4 3 2 1 Lemah
Sumber : Back, Kurt W.,Social Psychology,1997,Hal 251
2. Situasi pengukuran
Pengukuran sesuatu dalam situasi yang berbeda, juga dapat
menimbulkan hasil pengukuran yang berbeda. Demikian pula mengukur
sikap seseorang dalam situasi yang berbeda, dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang berbeda pula.
Misal dalam mewawancarai seseorang, bila ada orang lainy ang
menyertai, lebih-lebih kalau pertanyaannya mengenai orang yang
menyertainya, hasilnya akan berbeda bila tidak ada orang lain yang
menyertai dalam wawancara tersebut. Oleh karena itu dalam pengukuran,
situasi pengukuran perlu mendapatkan perhatian agar pengukuran dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
4. Penyelenggaraan pengukuran
Cara penyelenggaraan pengukuran juga dapat menghasilkan pengukuran
yang berbeda. Misal administrasi pengukuran yang tidak tetap dapat
merupakan sumber hasil pengukuran yang berbeda. Karena itu dalam
pengukuran administrasi pengukuran juga telah dibakukan. Demikian juga
bila seorang pengukur kurang menguasai alat ukur yang digunakan, maka
hal ini dapat menimbulkan hasil pengukuran ynag berbeda-beda, karena
kemungkinan cara penyelenggaraannya berbeda-beda.
5. Pembacaan dan atau penilaian hasil pengukuran
“seorang pengukur yang sedang ngantuk mungkin mengalami salah baca.
Seorang tester yang sudah terlalu lelah mungkin melakukan salah
periksa. Seorang coder hasil angket-angket mungkin salah letak dalam
memberikan kode-kode. Semua keadaan itu akan menaikkan atau
menurunkan hasil-hasil pengukuran dari keadaan yang sesungguhnya.”
(Hadi, 1971:106)
Dengan demikian dapat dikemukakan keadaan fisik maupun psikis
pengukur, dapat mempengaruhi variasi hasil pengukuran.
PENUTUP
Kesimpulan
Mengukur sikap adalah sesuatu yang tidak mudah, karena objek yang
dipelajari itu tidak Nampak, tidak dapat langsung dilihat, tidak dapat
langsung dipegang. Untuk itu para ahli psikologi sosial telah berusaha
untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk
pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian
sikap yang pertama yaitu pada thun 1920.
a. Observasi perilaku
b. Wawancara langsung
Selain itu juga terdapat variasi hasil pengukuran yang dapat dipengaruhi
oleh:
a. Keadaan objek yang diukur
b. Situasi pengukuran
c. Alat ukur yang digunakan
d. Penyelenggaraan pengukuran
e. Pembacaan dan penilaian hasil pengukuran.
Daftar Pustaka