Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN (PLANNING) PERENCANAAN

DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MULIA BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan


Manajemen Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
YENNIE
NIM: 11194691910056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN (PLANNING) PERENCANAAN


DIRUMAH SAKIT UMUM SARI MULIA BANJARMASIN

Tanggal ..................................

Disusun oleh :
YENNIE
NIM: 11194691910056

Banjarmasin, …………………….2020

Mengetahui,

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

............................ Mohammad Basit, S.Kep., Ns.,


NIK..................... MM NIK. 1166102012053

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : LAPORAN PENDAHULUAN (PLANNING)


PERENCANAAN
NAMA : YENNIE
NIM : 11194691910056

Banjarmasin, .................. 2020

Menyetujui,

RSU Sari Mulia Program Studi Profesi Ners


Sari Mulia Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………... Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. ...................... NIK. 1166102053

Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 1166102012053

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
KONSEP PERENCANAAN (PLANNING) KEPERAWATAN MANAJEMEN......................1
A. Manajemen keperawatan..............................................................................................................1
B. Perencanaan (planning).................................................................................................................2
C. Visi Misi...............................................................................................................................................5
D. Filosofi..................................................................................................................................................6
E. Tujuan..................................................................................................................................................7
F. Pengorganisasian (Organizing)...................................................................................................7
METODE ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................14
A. Latar Belakang..................................................................................................................................14
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................14
C. Tujuan..................................................................................................................................................15
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Metode Pemberian Askep.................................... 15
E. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Asuhan Keperawatan........................................15
F. Jenis – Jenis Metode Pemberian Askep...................................................................................16
G. Metode TIM........................................................................................................................................18
H. Metode Keperawatan Primer....................................................................................................... 20
I. Metode Keperawatan Medular......................................................................................................22
J. Manajemen Kasus Keperawatan.................................................................................................22
DISCHARGE PLANNING...................................................................................................................24
A. Pendahuluan......................................................................................................................................24
B. Pengertian..........................................................................................................................................24
C. Tujuan..................................................................................................................................................25
D. Manfaat................................................................................................................................................25
E. Prinsip – Prinsip................................................................................................................................25
F. Jenis – Jenis.......................................................................................................................................26
G. Hal – Hal yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang..................................................26
H. Faktor – Faktor yang Perlu Dikaji Dalam Perencanaan Pulang Pasien Dengan
Post Laparatomi...............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................30

iii
LAPORAN PENDAHULUAN (PLANNING) PERENCANAAN

A. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2011).
Muninjaya dalam Nursalam (2011) menjelaskan bahwa
manajemen keperawatan merupakan gabungan antara ilmu dan seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efektif, efisien
dan rasional untuk mencapai tujuan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah
tindakan perawat yang meliputi penanganan administratif pasien seperti
pengurusan pasien saat masuk ke rumah sakit, pengisian dokumen
catatan medik dan membuat penjadwalan proses pemeriksaan dan
pengobatan pasien. Selain itu dalam manajemen keperawatan,
seorang perawat membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat
atau ringannya penyakit dan kemudian mengatur pekerjaan perawat
secara optimal sekaligus memonitor mutu pelayanan kepada pasien
serta melakukan manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan
yang meliputi staffing, schedulling, assigment dan budgeting (Adhitama,
2009).
Menurut Gillies dalam Adhitama (2009) Manajemen Keperawatan
dijelaskan sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan
serta mengawasi sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut
mencakup sumber daya manusia dan dana sehinggga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik pada pasien,
keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan
adalah suatu proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf
keperawatan yang dilakukan dengan merencanakan,
mengorganisasikan dan menggunakan sumber daya manusia secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan, oleh sebab itu pelayanan keperawatan mempunyai tujuan
yaitu dapat meningkatkan dan mempertahankan

1
kualitas pelayanan rumah sakit, meningkatkan penerimaan
masyarakat akan pelayanan keperawatan, mendidik perawat agar
profesional dan bertanggung jawab, dapat meningkatkan hubungan
dengan pasien atau keluarganya dan masyarakat, meningkatkan
kegiatan umum untuk menciptakan kepuasan pasien, mampu
meningkatkan komunikasi antar staf serta mampu meningkatkan
produktifitas dan kualitas kerja staf.

B. Perencanaan (planning)
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional
merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat
dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai
derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri. Perencanaan
adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap
akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap pelaksanaan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perencanaan diruang rawat inap
melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksanan, ketua tim
dan kepala ruangan ( Robbins dan Coulte, 2010)
Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi perencanaan tahunan, bulanan, mingguan
dan harian. Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap meliputi perencanaan
kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan,

program kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu
kepala ruang juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti
pertemuan dengan staf dengan tujuan untuk menilai atau mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan standar atau belum,
sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan serta pengembangan
dari hasil evaluasi tersebut ( Chesca, 2010).

2
1. Tujuan Perencanaan
1. Standar pengawasan
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat mendapatkan kegiatan yang
sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
4. Meminimalkan kehgiatan yang tidak produktif
5. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
6. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
7. Mengarahkan pada pencapaian tujuan

2. Manfaat Perencanaan
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan
b. Pemilihan alternatif terbaik
c. Penyusunan skala perioritas
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan
f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti

3. Prinsip Perencanaan
Menurut siagian (2010), perencaan yang baik harus memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu:
1) Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana
merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang
akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.
2) Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi
3) Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik
perencaan
4) Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana
harus di ikuti oleh program kegiatan terinci
5) Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus
tergambar bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.
6) Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan
prioritasnya jelas terlihat.

3
7) Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila
ada perubahan
8) Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada
seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa
yang akan dating
9) Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi organisasi
10) Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang
terjadi.
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang harus dijawab dengan memuaskan menggunakan
pendekatan 5 W1H
1) What > kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah disepakati?
2) Where > dimana kegiatan akan dilakukan?
3) When > kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
4) Who > siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
5) Why > mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
6) How > bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut
kearah pencapaian tujuan?
c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang
harus diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya
harus disusun dengan cara sistematis dan didasarkan pada
langkah sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi
2. Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana
3. Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul
4. Menetapkan data alternatif pemecahan masalah
5. Melaksanakan rencana yang telah tersusun
6. Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah
7. Menilai hasil yang telah dicapai

4
4. Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang
dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan
juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian
yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.

5. Tahap dalam perencanaan


1. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
5. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
6. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO).

5
6. Keuntungan Perencanaan
1. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
2. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4. Memodifikasi gaya manajemen
5. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

7. Kelemahan Perencanaan
1. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta fakta tentang masa yang akan datang
2. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil

C. Visi Dan Misi


VISI
Pemuka dalam pelayanan, pendidikan, penelitian menuju Indonesia
sehat.
Pelaksana manajemen keperawatan dalam memberikan
pelayanan keperawatan profesional menuju kemandirian pasien dan
keluarga secara optimal.

MISI :
1. Menyelenggsrakan pelayanan kesehatan yang aman,
informatif, efektif, efisien, bermutu, manusiawi dan memuaskan.
2. Menyelenggarakan pelayanan rujukan tertinggi.
3. Mendorong terwujudnya sumber daya manusia yang profesional,
akontabel dan berorientasi pelanggan.
4. Melaksanakan pendidikan dan penelitian yang menunjang pelayanan
kesehatan prima, baik dalam skala nasional maupun internasional.

6
5. Memberikan pelayanan dengan tahap memperhatikan aspek sosial
ekonomi.

D. Filosofi
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperwatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berfikir dan bertindak (chity, 2010). filosofi keperawatan di bangun di
atas kepercayaan tentang manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan sebagaimana terdapat dalam paradigm keperawatan. Dari
filosofi tersebut, maka dalam manajemen keperawatan juga
menekankan terhadap pasien, ketenagan, peralatan, administrasi dan
yang berhubungan dengan pengelolaan organisasi keperawatan
(Wibowo. 2007).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit perawat
meyakini:
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio,
kultur dan spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur
terpenting. Kebutuhan ini penting selalu diperhatikan dalam setiap
pemberian asuhan keperawatan di lingkungan RS
2. Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat
manusia melalui tim keperawatan yang bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan secara optimal, kepada semua yang
membutuhkan dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama
maupun status sosial di tempat pelayanan keperawatan berdasarkan
dorongan kasih dari Allah.
3. Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan
usaha bersama tim keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien.
4. Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses
keperawatan dalam lima tahap untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat serta memiliki
wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh
berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan.
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan dilaksanakan secara terus
menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf keperawatan.

7
E. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat merencanakan tentang metode asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang perumusan visi, dan misi
dirumah sakit
b. Mahasiswa dapat merencanankan jadwal tugas harian/mingguan
c. Mahasiswa dapat merencanakan struktur organisasi
d. Mahasiswa dapat merencanakan uraian tugas dan jadwal dinas
e. Mahasiswa dapat menjelaskan metode asuhan keperawatan

F. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang, alat,
tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam
pengorganisasian yaitu pola struktur organisasi, penataan kegiatan, dan
struktur kerja organisasi (Robbins dan Coulter, 2010 )
Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja,
kesatuan komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi.
Pengorganisasian ber mamfaat untuk penjabaran terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian
beban kerja sesuai dengan kemampuan , dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi (Robbins dan Judge. 2008)
Menurut Sarwoto (2010) kepala ruangan bertanggung jawab
untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di
ruang rawat inap yang meliputi :
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi diruang rawat inap meliputi struktur, bentuk dan
bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat
ditetapkan struktur

8
organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan
antar bagia atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dan
juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab
serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan
pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan
b. Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikelompokkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan
kegiatan dilakukan untuk mempermudah pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka
miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
c. Koordinasi kegiatan
Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling mendukung
untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu
adanyan pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat
pelaksana dalam asuha keperawatan diruang rawat inap.
d. Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dikerjakan perlu dievaluasi untuk menilai
apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Kepala ruangan berkewajiban dalam memberi
pengerahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Oleh
karena itu diperlukan uraian tugas yang jelas dari masing-masing
staf dan standar penampilan kerja. (Robbins dan Judge. 2008).

9
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI
KEPERAWATAN

10
CONTOH: URAIAN TUGAS POKOK & FUNGSI
KELOMPOK PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

Ketua
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan praktik
klinik manajemen keperawatan
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dalam manajemen
keperawatan
3. Mengembangkan hubungan antara organisasi ruangan dan
pendidikan
4. Menentukan berbagai kebijakan strategis dalam organisasi
5. Memutuskan masalah yang berkaitan dengan organisasi
6. Memimpin rapat organisasi
7. Menandatangani surat keluar
8. Mengupayakan penggalian dana
9. Memeriksa dan menandatangani buku kas umum
10. Menyetujui pengeluaran kas organisasi
11. Bertanggung jawab penuh terhadap laporan pelaksanaan kegiatan
Wakil Ketua
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan program yang telah ditentukan
2. Bertanggung jawab terhadap kesuksesan terhadap pelaksanaan program
3. Memimpin rapat organisasi
4. Memantau keadaan keuangan dan memeriksa buku bantu keuangan
5. Memantau jalannya pelaksanaan kegiatan
Sekertaris

1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi organisasi


(surat menyurat, dokumentasi kegiatan organisasi dan lain-lain)
2. Merencanakan dan menyiapkan acara rapat pengurus
3. Bertanggung jawab semua bentuk pelaporan
4. Membuat surat untuk kepentingan keluar
5. Membuka rapat, mendokumentasikan hasil rapat dan menutup rapat
6. Membuat laporan kegiatan organisasi
7. Memantau keadaan keuangan dan memeriksa buku bantu keuangan

11
Bendahara
1. Membukukan dan menyimpan uang organisasi secara keseluruhan

2. Bertanggung jawab terhadap pembukuan anggaran belanja organisasi


dan dipertanggung jawabkan kepada ketua
3. Melaporkan keadaan keuangan organisasi secara berkala
4. Mengeluarkan keuangan yang telah mendapat persetujuan dari ketua
5. Membuat laporan keuangan
Bidang Humas
1. Bertanggung jawab terhadap kelancaran surat menyurat

2. Bertanggung jawab terhadap kelancaran diskusi, seminar, maupun


desiminasi

3. Melakukan sosialisasi seluruh program yang telah ditetapkan kepada


anggota

4. Menyebarluaskan seluruh informasi yang berkaitan dengan kegiatan


pelayanan keperawatan
5. Membantu semua kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.

DAFTAR URAIAN TUGAS TUPOKSI


(Tugas Pokok dan Fungsi)

I. Tanggung Jawab Kepala Ruangan


(POAC)
a. Perencanaan
1. Menunjuk perawat primer dan tugas masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
3. Mengidentifikasikan tingkat ketergantungan klien dibantu perawat
primer
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer
5. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

12
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap klien
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Membimbing penerapan proses keperawatan
c) Menilai asuhan keperawatan
d) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
e) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah


sakit b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2. Merumuskan tujuan metode penugasan

3. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara


jelas

4. Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi 2 perawat


primer dan perawat primer membawahi 2 perawat asosier
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat


kepada perawat primer
9. Mengetahui kondisi klien, menilai tingkat kebutuhan pasien
10. Mengembangkan kemampuan anggota

11. Menyelenggarakan konferensi


c. Uraian tugas perawat pelaksana:

a. Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi


tanggungjawabnya.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi
dengan pasien dan keluarganya
c. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

13
d. Pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal
Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala
ruang atau pengawas tetapi lebih diutamakan kepala ruang karena lebih
mengetahui tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik stafnya. Hal ini
akan memudahkan dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap
periode jaga (shift).
Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa
prinsip diantaranya harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit
kerja dan kebutuhan staf. Misalnya kebutuhan staf untuk rekreasi,
memperhatikan siklus jadwal penugasan yang sibuk dan tidak sibuk,
berat dan ringan, harus dilalui oleh semua staf yang terlibat dalam rotasi
serta staf yang mempunyai jam kerja yang sama. Prinsip berikutnya
yaitu setiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi- sore-
malam; metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas dan
kualitas staf dalam suatu unit kerja; siklus yang digunakan mengikuti
metode penugasan yang dipakai dan setiap staf harus dapat mencatat
hasil dinas, libur dan shift.
Berdasarkan prinsip tersebut, dapat diperkirakan formulasi jumlah
staf pada setiap shiftnya:
1. Modifikasi kerja mingguan
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal
dinas mingguan. Pendekatan tersebut dapat dilihat dari karakteristik
staf yang ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi:
a. Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari
dan 4 hari kerja per minggu. Pada metode ini terjadi tumpang
tindih kurang lebih 6 jam per 24 jam. Dimana jam- jam tersebut
dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian
rencana keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini
adalah memerlukan staf yang banyak.
b. Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan
4 hari kerja. Sistem ini sama dengan sistem yang pertama yang
membutuhkan tenaga yang banyak.
c. Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari
kerja dan 7 hari libur).

14
d. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini
lebih banyak disukai karena mengurangi kelelahan staf dan
produktivitas staf tetap dapat dipertahankan (Gillien, 2010)
e. Ketentuan Seragam
Seragam yang digunakan adalah :
- Dinas Pagi : Atas dan bawah Biru
- Dinas Sore : Atas dan bawah Biru
- Dinas Malam : Atas dan bawah Biru
- Dilengkapi dengan kap/kerudung sesuai jadwal dinas
- Sepatu hitam tertutup, hak maksimal 3 cm dan tidak bersuara.
f. Jam Kerja
- Dinas Pagi: 7 jam ( pkl 7.00 – 14.00)
- Dinas Sore: 7 jam ( pkl 14.00 – 21.00)
- Dinas Malam: 10 jam (pkl 21.00-7.00).
Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 2
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan
dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat
dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk
jadwal dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim.
Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan
malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur.

15
METODE ASUHAN KEPERAWATAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan
keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang
benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi
tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional,
dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut
adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui
berbagai pendekatan metode asuhan keperawatan yang diberikan
(Nursalam, 2010)
Penetapan dan keberhasilan metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat
tentang metode-metode asuhan keperawatan tersebut.
Kerja yang mendefenisikan empat unsure, yakni standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sitem. Defenisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi/ jasa layananan perawatan.
Hoffart & Woods (2010) juga menyebutkan Sistem MAKP (model
asuhan kepewatan professional) adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar metode pemberian askep
2. Tujuan metode pemberian askep
3. Fakto-faktor yang mempengaruhi metode pemberian askep
4. Dasar pertimbangan pemilihan metode asuhan keperawatan
5. Jenis-jenis metode pemberian askep

16
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep metode pemberian askep pada
manajemen keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar metode pemberian askep
b. Mengetahui tujuan metode pemberian askep
c. Mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi metode pemberian
askep
d. Mengetahui Jenis-jenis metode pemberian askep

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Pemberian Askep


Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.
2. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan .
3. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.
4. Kualitas Pelayanan Keperawatan
5. Standar Praktik Keperawatan
6. Model Praktik
7. Manajerial Grid

E. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Asuhan Keperawatan


Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (2010) mengidentifikasikan 5 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah
sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap
perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 2010) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi intitusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus


didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

17
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam
asuhan keperawatan sangan ditentukan oleh pendekatan proses
keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu
model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapatkan hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu
model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
5. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi


dan kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat
meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja
dan frustasi dalam pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keprawatan diharapkan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

F. Jenis-jenis Metode Pemberian Askep


a) Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia
industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau
aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat
mempperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua

18
pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu
unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka
perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program
pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan
tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral,
mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan
pulang, dan sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini
tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat.
Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias
dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan
kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada
perawat. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak
professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior
cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior (Ferdinand & Augusty, 2006).
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan
keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi
pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah
sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat
memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan
secara rutin.
b) Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan
keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
1) Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang
biasa menjadi tanggung jawabnya.
2) Pekerjaan menjadi lebih efisien
3) Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
4) Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
5) Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
6) Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat seleai.

19
Selain itu, perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan tidak melihat pasien secara holistic dan tidak
berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak
memberikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada perawat,
dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab bila
terjadi kesalahan.
c) Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat
kepala ruangan (ners unit manager) harus lebih peka terhadap
anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan,
bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang
berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta
menghindari semua kemungkinan terjadinya saling melmpar
kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk jangka
waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi
metode ini kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang
karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan
melakuan pasien kurang manusiawi (Gillies, 2010)

G. Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah
mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan
anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap
pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan,
metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang
heterogen, terdiri dari perawat professional, nonprofessional, dan
pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah
untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences
di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
meninggkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Gillies, 2010).

20
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus
memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam
memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola
asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan
minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas,
dan tanggung jawab adapada tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung
pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6. Merefisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan
pasien
7. Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien maupun
kerja dari anggota tim.
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik da objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketu tim, akan
berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan.
Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada
anggota tim.
a. Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian
asuhan keperawatan adalah :
1) Dapat member kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien
merasa di perlakukan lebih manusiawi karna pasien memiliki
sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena
perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini,

21
sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan
melihat pasien secara holistic.
3) Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui
kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi dengan klien. Hal ini
akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota tim
yang dapat di manfaatkan secara optimal
b. Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan
pada keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat
kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui
orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji
kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan keterampilan
anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala
ruangan harus mampu sebagai model peran (Gillies, 2010).
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau
memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing tenaga
keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang
harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu
tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi lima perawat untuk
bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10
sampai 15 pasien.

H. Metode Keperawatan Primer


Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada
pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam
pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien. Menurut
Hegyvary (2010), pemberian asuhan keperawatan dengan metode
keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab
menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien
(4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulanh/keluar
(Gullies, 2010). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan
perawatan dapat dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).

22
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer
bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain
itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan
mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan
lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau
lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien
pulang (discharge planning).
a. Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan,
memiliki beberapa keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain.

b. Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan


pasien secara holistic.
c. Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi kesinambungan
perawatan
d. Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga
memiliki tanggung gugat didalam memberikan asuhan, hubungan terus
menerus antara perawat dan pasien akan memudahkan pasien
menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari
perawatan bagi pasien.
Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan primer diberikan oleh seorang perawat professional untuk
sekelompok kecil pasien:
1. Peran Perawat Kepala Ruangan
Peran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi
kerugian yang dapat muncul dalam implementasi metode
keperawatan tim. Peran perawat kepala ruang tersebut dapat
dilakukan, seperti meakukan identifikasi perawat di ruangan/unit
yang memiliki minat mrnjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk
pendidikan, menjabarkan tugas-tugas dan perawat primer dan
perawat asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai
model dan konsultan, mengembangkan penelitian, melakukan
analisis kebutuhan tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan
pertimbangan dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal

23
dinas,membuat perencanaan pengembangan staf, dan melakukan
kegiatan evaluasi (Keliat, 2010).

I. Metode Medular
Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer.
Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode
keperawatan maupun metode keperawatan primer (Gillies, 2010).
Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat
professional maupun non professional bekerja sama dalam memberikan
asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat
professional. Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan
metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat
bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga
perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien
berkisar 8 sampai 12 orang (Magargal, 2011). Hal ini tentu saja dengan
suatu persyaratan peralatan yang di butuhkan dalam perawatan cukup
memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat,
tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional.
Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih
non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam
keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat
digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai
ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan
dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan
anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator,
pembimbing secara motivator.

24
J. Manajemen Kasus Keperawatan
Metode ini merupakan generasi kedua dan metode keperawatan
primer (Zander, 2011). Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-
bukti bahwa manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan yang
terpisah-pisahdan duplikasi. Rogers (2010) menyoroti bahwa dengan
pengaplikasian metode manajemen kasus akan berdampak positif yaitu
lama perawatan pasien menjadi lebih pendek.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian
asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber terkait yang
memungkinkan adanya manajemen yang straegis dari cozt dan quality
oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga perawatan
lanjut. Menurut American Nurses Asociation (2010), manajemen kasus
(case managemen) adalah suatu system pemberian pelayanan kesehatan
yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pasien yang di
harapkan dalam kurun waktu perawatan di rumah sakit.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan
dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan untuk setiap pasien,
memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan masa
perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan,
menggunakan sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk
mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan profesionalisasi perawat
dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan
bertugas sebagai case manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien,
sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari masa
perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki
tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan,
koordinasi, dan evaluasi.

25
DISCHARGE PLANNING PERENCANAAN
PULANG DALAM PERSIAPAN PERAWATAN
DIRUMAH

A. Pendahuluan
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan komponen
yang terkait dengan rentang perawatan. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan perawatan yang berkelanjutan yang artinya perawatan yang
selalu dibutuhkan pasien dimanapun pasien berada. Rentang keperawatan
kontinyu (continum of care) adalah integrasi sistem keperawatan yang
berfokus pada pasien terdiri dari mekanisme pelayanan keperawatan yang
membimbing, mengarahkan pasien sepanjang waktu (Chasta, 2010).

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan


klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini
merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antara
tim kesehatan, keluarga, klien dan orang yang penting bagi klien.

B. Pengertian
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawsan pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito,
2010) Menurut Hurts (2011) perencanaan pulang merupakan proses yang
dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat profesional, pasien
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien dimana perencanan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif
serta perawatan rutin yang sebenarnya (Ferdinand & Augusty, 2006).

26
C. Tujuan
Menurut Robbins & Coulter, (2010) perencanaan pulang bertujuan :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat. Rorden dan Traft (2011) mengungkapkan bahwa
perencanan pulang bertujuan untuk :
1. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami
permasalahan, pencegahan yang harus di tempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah
sakit
2. Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.

D. Manfaat
Menurut Chesca, (2010) perencanaan pulang mempunyai manfaat :
1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran
kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit
2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah.

27
E. Prinsip-Prinsip
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan


pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuiakan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.

F. Jenis-Jenis
Chesca (2010) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut:

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini


dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan
akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien
perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan
kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang,
tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan
perawat puskesmas terdekat.

28
G. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus
dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri\; dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan
lain-lain
6) Informasi tentang nomor telephone layanan perawatan, dokter
dan pelayanan keperawatan, kunjungan rumah apabila pasien
memerlukan. (Chesca, 2010).

H. Faktor-Faktor Yang Perlu Dikaji Dalam Perencanaan Pulang


Pasien Dengan Post Laparatomi
Pada pasien dengan post Laparatomi faktor-faktor yang perlu dikaji
dalam perencanaan pulang adalah :
1) Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan
yang diperluka
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga.
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan
mereka memberi asuhan
4) Bantuan yang diperlukan pasien
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan,
minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, kemanan
dari bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi dan sekolah
6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
7) Sumber finansial dan pekerjaan
8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
9) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah
Menurut Swenberg, (2010) beberapa tindakan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain :
1. Pendidikan kesehatan; diharapkan bisa mengurangi angka kambuh
atau komlikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga
tentang perawatan post laparatomi Pendidikan kesehatan terkait

29
dengan perawatan post operatif yang perlu diberikan pada pasien
dengan post laparatomi ( Long, 2010) meliputi :
a. Kontrol (waktu dan tempat)
b. Lanjutan perawatan (luka operasi, pemasangan gift, dll);
c. Diet / nutrisi yang harus dikonsumsi
d. Aktifitas dan istirahat, kontrol.
e. Perawatan diri (kebersihan dan mandi)
2. Program Pulang bertahap ; bertujuan untuk melatih pasien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang
harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan
oleh keluarga
3. Rujukan ; integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai
hubungan langsung antara perawat komunitas atau paraktik mandiri
perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien dirumah.

ALUR DISCHARGE PLANNING

Perawat
Dokter & Tim PP dibantu
Kesehatan Lain PA

Penentuan Keadaan Pasien


1. Klinis & Pemeriksaan
Penunjang
lain
2. Tinkat Ketergantungan Pasien

Perencanaan pulang

PROGRAM HE
Penyelesaian
- Kontrol & Obat /
Administasi perawatan
- Nutrisi
- Aktivitas & istirahat
Lain-lain

Monitor (sbg program service savety) oleh: Keluarga & petugas

30
Keterangan :

Tugas Perawat Primer


- Membuat rencana discharge Planning
- Membuat leaflet
- Memberikan konseling
- Mmeberikan pendidikan kesehtan
- Menyediakan format discharge planning
- Mendokumentasikan discharge planning
Tugas Perawat Associate

- Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri


perawat).

31
DAFTAR PUSTAKA

Chesca, (2010). Perencanaan Pulang Pasien. Makalah Kuliah untuk Perawat.


Jakarta
Gillies. 2010. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Alih
bahasa : Dika Sukmana. Jakarta.
Koenig Blais, Trans Yuningsih, Y dan Budhi, Nike. 2006. Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Keliat, BA, (2010). Peran serta Keluarga Dalam Perawatan Klien di Rumah
Sakit. EGC. Jakarta
Wibowo. 2007. Menejemen Kinerja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nursalam, 2011, Manajemen keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, 2010, Manajemen keperawatan : Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. CV. Indoprint.
Semarang.
Robbins dan Coulter. 2010 .Manajemen (edisi 7). PT. Indeks group gramedia.
Jakarta
Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta.
Swenberg alih bahasa Suharyati, (2010). Pengantar Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta

32
CONTOH - JADWAL DINAS MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS MANAJEMEN
KEPERAWATAN PERIODE 06 APRIL – 02 MEI 2020
N Nama Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
o
23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1. P P P P P P L P P P P P P L P L P M S S M S S P P P M L P P P P P P L

2. P P P P P P L P P P P P P L P p S L P M S P P S S M L P P P P P P P L
spv
3. P P P P P P L P P P P P P L P P P P P M S P L P S P M L P P P P P P L
Spv
4. P P P P P P L P P P P P P L S P P P L P P P M S M L S S P P P P P P L

5. P P P P P P L P P P P P P L P M S S M L P P P L P M S S P P P P P P L
spv
6. P P P P P P L P P P P P P L M S P S P P L P L M S S P P P P P P P P L

7. P P P P P P L P P P P P L S S M L S P M S M L P P P P P P P P P P L
Spv
8. P P P P P P L P P P P P L P P P M L S P M S P L S P P P P P P P P L
Spv
9. P P P P P P L P P P P P P L S S M S P P L S P P P p L P P P P P P P L

10 P P P P P P L P P P P P P L P M S P M L S P P M L S P S P P P P P P L
.
11 P P P P P P L P P P P P P L M L P P S S P M S S M L S S P P P P P P L
.
Keterangan :
: Kepala Ruangan : Perawat Primer : PerawatAssociate : Libur P : Pagi M : Malam
S : Siang L : Libur
Ketua Kelompok Mengetahui
I : Kepala Kepala Bidang Kepala Ruangan
Praktik Profesi Ners Manajemen Pjma Manajemen Perawatan Keperawatan
Keperawatan Keperawatan

NAMA NAMA
NAMA NAMA NIP NIP NAMA
NIM NIP NIP

33
CONTOH RENCANA KEGIATAN PRAKTIK PROFESI NERS MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RSUD SARI MULIA, Minggu 1 dan 2

34

Anda mungkin juga menyukai