Disusun oleh:
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................... 1
1.2 Perumusan
Masalah........................................................................... 2
1.3 Metode
Penulisan.............................................................................. 2
1.4 Tujuan dan
Manfaat.......................................................................... 3
1.4.1
Tujuan....................................................................................... 3
1.4.2
Manfaat.................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
2.1 Pengertian Hukum Internasional...................................................... 4
2.2 Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional........................ 6
2.3 Sumber-sumber Hukum Internasional.............................................. 8
2.4 Subjek Hukum Internasional.............................................................. 9
2.5 Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional............... 10
2.6 Peranan Hukum Internasional Terhadap Ketertiban Dunia......... 10
2.6.1 Cara-cara Penyelesaian Sengketa Internasional Secara
Damai........................................................................................ 12
2.6.2 Cara-cara Penyelesaian Paksa................................................. 17
iii
BAB III
PENUTUP................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
19
3.2 Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 22
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4.1 Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Bahasa Indonesia” yang diberikan kepada penulis serta agar mahasiswa
sebagai generasi penerus bangsa dapat melihat bagaimana kenyataan dari penegakan
hukum internasional pada saat ini.
1.4.2 Manfaat
1 Mochtar kusamaatmadja, Penghantar Hukum Internasional (Bandung: Putra Abardin, 1999),hal. 10.
2 Mochtar kusamaatmadja, Loc. Cit.
3 Ibid., hal. 13
4
5
4 Mochtar Kusamaatmadja, Penghantar Hukum Internasional (Bandung: Putra Abardin, 1999), hal. 50.
5 I Wayan Phartiana, Penghantar Hukum Internasional (Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 44.
7
dari golongan ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Fransisco de Vittoria,
Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis.6
Sementara itu, menurut golongan Positifis, hukum yang mengatur hubungan
antar negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan
mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara
negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-
kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam
bukunya Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la Volonte Generale,
bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang menganut
aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan
Emerich de Vattel.
Pada abad XIX, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena
adanya faktor-faktor penunjang, antara lain:
(1) Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu
menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu
sama lain,
(2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) dibidang perang,
netralitas, peradilan dan arbitrase,
(3). Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
6 Boer mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era Dinamika Global (Bandung: PT
Alumni, 2003), hal. 6.
8
(2). Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai
bidang.
(3). Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat
bilateral, regional maupun bersifat global.
(4). Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan
Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta badan-badan khusus
dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-
ketentuan baru dalam berbagai bidang.
7 Muhammad Burhantsani, Hukum dan Hubungan Internasional (Yogyakarta: Liberty, 1990), hal. 14.
9
8 Muhammad Burhantsani, Hukum dan Hubungan Internasional (Yogyakarta: Liberty, 1990), hal. 26.
11
Sebaliknya, cara damai belum dipandang sebagai aturan yang dipatuhi dalam
kehidupan atau hubungan antar negara. Pada umumnya metode penyelesaian
sengketa internasional digolongkan dalam dua kategori yaitu :
dibentuk oleh para pihak melalui perjanjian. Komisi ini berfungsi untuk menetapkan
persyaratan-persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak, sehingga lebih
formal atau luas.
Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator (sebutan dari konsiliasi)
menyerahkan laporannya dengan kesimpulan dan usulan-usulannya, dan putusannya
tidak mengikat karena diterima atau tidaknya usulan tersebut tergantung sepenuhnya
kepada para pihak.
f. Arbitrasi
Biasanya arbitasi menunjukkan pada prosedur yang persis sama sebagaimana
dalam hukum nasional yaitu menyerahkana sengketa kepada orang-orang tertentu
yang dinamakan arbitrator, yang dipilih bebas oleh para pihak. Arbitasi adalah suatu
institusi yang sudah cukup tua tetapi sejarah baru mencatatat pada tahun 1797, pada
kasus jay treaty antara inggris dan amerika, mengatur joint mixed commission, yang
menyesaikan sengketa beberapa peerselisihan tidak dapat diselesaikan selama
perundingan di traktat tersebut.suatu langkah penting telah diambil pada tahun 1899
ketika konferensi the haque tidak hanya mengkodifikasi hukum arbitatrasi tetapi
menjadikan landasan bagi pembentukan permanent court arbitration.
Lembaga PCA tidak bersifat “tetap” pun bukan sebuah pengadilan.
Permanent court of arbitration sendiri tidak memiliki yurisdiksi yang spesifik.
Sehingga hanya 20 kasus yang ditangani abtara lain muscat dhowe case 1905 antara
inggris dan perancis dan North Atlantic Coast fisheries case 1910 antar inggris dan
amerika serikat. Meskipun ada kekurangan yang nyata menurut Hakim Manly O.
Hudson, permanent court arbitration merupakan suatu metode dan suatu prosedur.
Arbitrasi pada hakikatnnya adalah suatu prosedur konsensus, artinya negara-negara
tidak dapat dipaksa untuk dibawa dimuka arbitrase kecuali mereka setuju untuk
melakukan hal tersebut.
Pada tahun 1966 bank dunia mendirikan badan ICSID (international Centre
for the Settlement of Investment Disputes). Terbentuknya Konvensi adalah sebagai
15
akibat dari situasi perekonomian dunia, pada waktu 1950-1960-an yaitu Khususnya
dikala beberapa negara berkembang mengekspropriasi perusahaan-perusahaan asing
yang berada didalam wilayahnya.
Diantara kasus-kasus nasionalisasi yang langsung mempengaruhi dan
menggerakkan Bank Dunia membentuk Konvensi ini adalah kasus nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Perancis di Tunisia. Kasus ini bermula dengan tindakan DPR
Tunisia (the Tunisian National Assembly) yang mengeluarkan UU Nasionalisasi
tanah milik orang asing (khususnya Perancis) pada tanggal 10 Mei 1964.
Negara-negara yang bisa menjadi anggota konvensi ICSID adalah setiap
anggota Bank Dunia. Namun negara-negara bukan anggota Bank Dunia dapat
menjadi anggota konvensi asal negara tersebut adalah anggota pada Statuta
Mahkamah Internasional. Sampai 1993, 105 negara telah menjadi anggota pada
konvensi ini. ICSID dikelola oleh suatu administrative Council (Dewan
Administratif). Setiap negara peserta konvensi memiliki seorang wakil dan memiliki
satu suara. Dewan ini memiliki ketua ex officio, yaitu Presiden Bank Dunia. Badan
utama struktur organisasi ICSID adalah Secretary General (Sekjen). Ia berfungsi
sebagai registrar (pendaftar atau panitera). ICSID menyimpan daftar nama untuk
dicantumkan ke dalam suatu panel arbitrase atau konsiliasi. Setiap negara peserta
konvensi dapat menunjuk 4 orang arbitrator atau konsiliator ke dalam masing-
masing daftar panel tersebut.. Ketua Dewan Admintratif dapat menunjuk 10 orang
pada masing-masing panel.
Contoh lain dalam sengketa di ICSID ini adalah sengketa antara KPC dan
pemerintah Kaltim, Pemprov Kaltim telah mencabut gugatan sengketa divestasi
melalui ICSID pada 2008 saat era Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh. Dampak
pencabutan itu, Pemprov Kaltim bakal menerima kompensasi senilai Rp 285 miliar,
tetapi hingga kini belum dibayar KPC.
16
Ada beberapa manfaat nyata dalam pengunaan blokade damai. Tindakan ini
merupakan cara yang jauh dari kekerasan dibanding dengan perang dan blokade
yang sifatnya fleksibel.
Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai peran hukum internasional
(berdasarkan sumber-sumbernya) dalam menjaga perdamaian dunia.
1. Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara damai pada tahun 1959
2. Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan perdamaian pada tahun 1968
3. Perjanjian damai Dayton (Ochio-AS) pada tahun 1995 yang mengharuskan
Serbia, Muslim Bosnia, dan Krosia mematuhinya. Untuk mengatasi perjanjian
tersebut, NATO menempatkan pasukannya guna menegakkan hukum
internasional yang telah disepakati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum Internasional, sebagaimana kita ketahui merupakan keseluruhan
kaidah yang sangat diperlukan untuk mengatur sebagian besar hubungan-hubungan
antar Negara-negara. Tanpa adanya kaidah ini tidak mungkin Negara-negara didunia
dapat hidup berdampingan seperti adanya saat sekarang ini.
Memang benar bahwa pada kalangan tertentu ada kecendrungan untuk
mengecilkan makna hukum internasional, bahakan hingga taraf mempersoalkan
keberadaan dan nilai hukum internasional. Terdapat dua alasan yang mendasari
pandangan ini:
a. Pada umumnya dianut pandangan bahwa kaidah-kaidah hukum internasional
hanya ditujuan unutuk memelihara perdamaian.
b. Diabaikannya sejumlah besar kaidah yang berbeda dengan kaiadah-kaidah
yang berkenaan dengan “politik tingkat tinggi”, yaitu masalah masalah
perdamaian atau perang hanya sedikit yang mendapat publisitas.
Pelanggaran-pelanggaran yang mengakibatkan perang atau konflik-konflik
agresi dan ketidakberdayaan hukum internasional untuk menanggulangi persoalan-
persoalan seperti pelucutan senjata , terorisme internasional dan perdagangan
senjata-senjata konvensional cenderung mendapat perhatian yang tidak memuaskan
dan dari inilah umum mengambil kesimpulan yang keliru mengenai tidak
berfungsinya sama sekali hukum internasional. Bagaimanapun juga eksistensi dari
hukum internasional itu sendiri tidak bisa dilupakan begitu saja.
Dari uraian sebelumnya dapat diatarik kesimpulan bahwa peranan hukum
internasional terutama dalam penyelesaian sengketa internasional dan terciptanya
perdamaian dunia ada 4 macam yaitu antara lain :
19
1. Pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-hubungan antar
negara terjalin dengan persahabatan (friendly relations among States) dan tidak
mengharapkan adanya persengketaan.
2. Hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara
yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya.
3. Hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para pihak
tentang cara-cara, prosedur atau upaya yang ditempuh untuk menyelesaikan
sengketanya.
4. Hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara penyelesaian
secara damai, apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau antar negara dengan
subjek hukum internasional lainnya. Hukum internasional tidak menganjurkan
sama sekali cara kekerasan atau peperangan.
20
kerjasama antarbangsa yang harmonis serta terpeliharanya keterlibatan, perdamaian
dan keamanan dunia.
3.2 Saran
Keberadaan hukum internasional sangat dirasakan demi tercapainaya
ketertiban dunia. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa dewasa ini ketegasan
dari hukum internasional sudah mulai melemah seiring berkembangnya kekuatan-
kekuatan yang terpusat pada beberapa negara tertentu.
Sebagai generasi penerus yang akan menjalankan tugas-tugas pemerintahan
pada masa akan datang, sangat diharapkan keseriusan dari semua pihak khususnya
mahasiswa untuk kritis terhadap isu-isu, baik yang terjadi didalam maupun diluar
negeri ini, apalagi menyangkut pelaksanaan dari hukum internasional yang semakin
hari semakin melemah pengimplementasikannya demi tercapainya perdamaian
dunia.
21
DAFTAR PUSTAKA
22