Anda di halaman 1dari 3

Pengkajian Budaya & Spiritual

a. Bahasa
 Apa bahasa yang digunakan sehari-hari?
 Apakah bisa mengggunakan bahasa indonesia?
b. Hubungan keluarga
 Siapa pengambil keputusan dalam keluarga
 Siapa anggota keluarga yang paling anda percaya
c. Nilai dan Keyakinan terkait kesehatan/penyakitan
 Apa yang anda lakukan jika sakit
 Bagaimana pandangan terhadap kesehatan mental menurut budaya anda
 Apakah ada praktek kesehatan yang anda kunjungi untuk mengatasi maslah kesehatan
 Apakah ada batasan-batasan dalam pengobatan yang anda yakini sesuai buday, agama/
keyakinan anda
d. Kegiatan Ibadah
 Apakah klien melakukan kegiatan ibadah?
 Apakah agama dan kegiatan ibadah penting bagi klien?
 Apakah kepercayaan agama/ kepercayaan yang anda anut dapat membantu dalam situsi
stres

Menurut Spector (2008) pertanyaan pengkajian budaya tentang kesehatan dan penyakit:
1. Bagaimana anda mendefinisikan kesehatan?
2. Bagaimana anda mendefinisikan penyakit?
3. Bagaimana anda menjaga diri anda tetap sehat?
4. Apakah anda percaya pada praktek‐praktek pencegahan medis? Jika Ya, yang manakah
(misalnya: imunisasi, monitoring kolesterol, terapi penggantian estrogen)?
5. Apa yang anda anggap permasalahan medis yang minor atau tidak serius? Beri contoh.
6. Bagaimana anda tahu saat permasalahan kesehatan membutuhkan perhatian medis?
7. Apakah anda mendiagnosa permasalahan kesehatan anda sendiri?
8. Apakah anda menggunakan obat bebas? Jika Ya, yang mana, dan kapan?
9. Apakah anda percaya terhadap penggunaan obat‐obat alternatif atau pelengkap? Jika Ya,
yang mana, dan kapan?
10. Apakah anda percaya bahwa orang lain di luar profesi‐profesi medis memiliki kekuatan
untuk menyembuhkan?
11. Apakah anda berpikir beberapa terapi (tradisional atau non‐tradisional) dapat diterima?
Jika Ya, yang mana dan mengapa?
12. Apakah anda mengambil keputusan‐keputusan anda sendiri, atau apakah anda
melibatkan anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan?

Yang harus diperhatikan dalam Pengkajian terkait Budaya


1. Komunikasi
2. Verbal
3. Nonverbal
Hambatan dalam Pengkajian Keperawatan Jiwa terkait Budaya
Hays (2008) menjelaskan ada beberapa hambatan dalam melakukan pengkajian lintas
budaya dalam keperawatan jiwa, diantaranya adalah :
1. Kurangnya pengetahuan
Menurut Hays (2008) terlaksananya asuhan keperawatan transkultural ditentukan
oleh pengetahuan perawat tentang teori transkultural, karena pemahaman yang
dimiliki tersebut akan mengklarifikasi fenomena, mengarahkan dan menjawab
fenomena yang dijumpai pada diri pasien dan keluarganya ketika memberikan asuhan
keperawatan.
2. Ketakutan dan ketidak percayaan
Menurut Valle (2014) perasaan takut dan ketidakpercayaan pasien terhadap
perawat disebabkan salah satunya karena rendahnya kemampuan perawat dalam
membina hubungan interpersonal selama proses interaksi, sehingga hubungan baik
antara perawat-klien tidak terjadi. Kemampuan interpersonal yang efektif merupakan
komponen utama dari kemampuan perawat untuk memberikan tindakan yang
terapeutik, khususnya pada perawat jiwa (Dardash, 2015).
3. Rasisme
Dalam pelaksanaan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu
memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.
Keberhasilan seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bergantung
pada kemampuan caring dengan menghargai kebudayaan dan nilai-nilai yang diyakini
oleh pasien (McAuliffe & Associates, 2008).
4. Etnosentrisme
Etnosentisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaaanya sendiri, disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan
masayarakat dan kebudayaan orang lain (Valle, 2014). Menurut Helene (2014)
Etnosentisme terjadi ketika perawat tidak mengetahui aspek yang menyebabkan
pasien mengalami masalah kesehatan jiwa serta tidak menghargai nilai-nilai yang
diyakini oleh pasien sehingga perawat merespon dengan sikap negatif.
5. Stereotip
Perilaku yang mengganggap kelompok etnis dan ras tertentu sama, karena terlihat
dan berperilaku dengan cara yang sama, sehingga menganggap tidak adanya
perbedaan budaya. Namun, pada kenyataannya tidak sama (Hays, 2008).
6. Ritual
Ritual/kebiasaan setiap orang berbeda tergantung daerahnya masing-masing.
Setiap daerah memiliki karakteristik sendiri yang dapat mempengaruhi interaksi
antara individu. Hasil penelitian Arumsari (2016) menunjukkan bahwa adanya
perbedaan budaya yang dirasakan oleh separuh dari informan dapat menimbulkan
kesalahpahaman saat perawat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien.
7. Hambatan bahasa
Hamban bahasa yang sering ditemui diakibatkan oleh bahasa asing yang tidak
dimengerti, perbedaan dialek dan religionalisme dan idiom. Bahkan ketika perawat
dan pasien berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat muncul karena
perbedaan pendapat (Hays, 2008).
8. Perbedaan dalam persepsi dan harapan
Menurut Hays (2008) dalam pelayanan asuhan keperawatan,
kesalahpahaman seringkali muncul ketika perawat dan pasien memiliki persepsi dan
harapan yang berbeda, hal ini diakibatnya salah menafsirkan pesan antara perawat
dan pasien atau juga karena pengambilan kesimpulan terlalu dini/cepat dan tidak
efektifnya sharing perception antara perawat dengan pasien.
Mengatasi Kendala-Kendala Pengkajian pada Pasien Beda budaya
Menurut Nichter (2008) cara mengatasi kendala-kendala dalam melakukan pengkajian lintas
budaya adalah sebagai berikut:
1. Perawat harus mempertimbangkan latar belakang individual, baru kemudian latar belakang
budaya yang dianut pasien.
2. Jika perawat tidak mengerti dengan bahasa yang menjadi latar belakang budaya pasien
libatkan penerjemah, anggota keluarga, atau layanan penerjemahan untuk membantu
komunikasi.
3. Dekatilah pasien secara pelan-pelan dan beri salam padanya dengan penuh hormat,
gunakan nama formal dan ucapkan namanya dengan benar dan/atau tanyakan bagaimana
mengucapkan namanya.
4. Hati-hati untuk tidak meninggikan suara, agar dimengerti.
5. Berikan waktu yang cukup dan kondisi lingkungan yang tenang.
6. Yakinkan pasien bahwa informasi apapun yang diberikannya akan dijaga kerahasiaannya.

Anda mungkin juga menyukai