Anda di halaman 1dari 9

Laporan pendahuluan

Penyakit Pleuritis (Radang selaput dada)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan II
Dosen Pembimbing
Ibu

DISUSUN OLEH :

Muhammad Aldi Wijayanto : 17.156.01.11.088

1-C Ilmu Keperawatan

STIKES MEDISTRA INDONESIA


2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Salam serta salawat tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi
besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan sepertti
saat-saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut
serta dalam pembuatan makalah menjelaskan megenai tentang materi ” Penyakit
Pleuritis”
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah
membantu kami dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan
pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan orang banyak.

Bekasi, 12 Mei 2019

P
enulis
A. Definisi
Peluritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan
dalam rongga pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau
darah. Peluritis juga dapat disebut sebagai kompilikasi dari efusi pleuraatau
penyakit pada pleura.
Peluritis terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Peluritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan
2. Peluritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut juga pelura efusi cairan
yang berisi di pleura dapat berupa :
-exsudate
-transudate

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses


penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudate, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus

B. Etiologi
Penyebab terjadinya pleuritis:
1. Virus dan mikoplasma
Jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group, dan mikroplasma
2. Virus piogenis
Bakteri yang sering ditemukan adalah aerob dan anaerob, bakteri-bakteri
aerob meliputi streptucocus, strestucocus miler, streptucocus aures,
hemofilus.Spp, E.koli, klebsieda, pseudomonas spp. Bakteri-bakteri anaerob
meliputi bakterioides spp, peptostreptococus, fusobacterium.
3. Tuberkulosa
Selain konflikasi tuberkulosa, juga dapat disebabkan oleh robeknya rongga
pleura atau melalui getah bening.
4. Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi
fungi dari jaringan paru-paru. Jenis fungi yang menyebabkan pleuritis adalah
aktinomikosis, aspergillus, triptococus, histoplasmosis.
5. Parasit
Parasit yang mengisapi kedalam raga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk
troposoit.

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer
pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleural dan tumor
primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat di sebabkan oleh kondisi-kondisi:

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan


seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,
sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior
2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkietasis, abses amuba subfrenik yang menembus
ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan
karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.

Secara patologis efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)


2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hypoproteinemia)
3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
4. Berkurangnya absorbs limfatik

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hypoproteinemia pada
nefrotik sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen,
dialysis peritoneal, dan atektasis akut.
2. Eksudat
a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses).
b. Neoplasma (Ca. paru-paru, meatastasi, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit


neoplastik

C. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala disebabkan oleh penyakit yang lebih dulu diderita. Peneumonia
menyebabkan demam, menggil, dan nyeri dada peluritik. Efusi ganas dapat
menyebabkan dyspnea dan batuk. Ukuran efusi, kecepatan pembentukan efusi, dan
penyakit paru penyebab akan menetukan tingkat keparahan gejala.
 Efusi besar: sesak napas sampai gawat napas akut.
 Efusi kecil sampai sedang: Dipnea mungkin tidak terjadi.
 Terdengar bunyi redup atau pekak saat dilakukan perkusi di atas area
cairan, suara napas minimal atau tidak ada, fremitus berkurang, dan
trakea tergeser menjauhi sisi yang terganggu.
D. Patofisiologi

Anatomi dan fisilogi

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernapasan berlangsung dengan bantuan
gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang
dan mengempis tergantung mengembang atau mengecilnya rongga dada. Inspirasi
terjadi karena kontraksi otot pernapasan. Yaitu m. interkosalis dan diagfragma, yang
menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara
terisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.

Sebaliknya, bila m.interkostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan udara
terdorong ke luar. Sementara itu, karena tekanan intraabdomen, diafragma akan
naik ketika m.interkostalis tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan
dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan
ekspirasi jika otot intercostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan
keadaan inspirasi. Dengan demikian, ekspirasi merupakan kegiatan yang pasif.
Jika pernapasan gagal karena otot pernapasan tidak bekerja, ventilasi paru dapat
dibuat dengan meniup cukup kuat agar paru mengembang di dalam toraks
bersamaan dengan mengembangnya toraks. Kekuatan tiupan harus melebihi
kelenturan dinding dada, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen. Hal
ini dilakukan pada ventilasi dengan respirator atau pada resusitasi dengan napas
buatan mulut ke mulut.

Adanya lubang di dinding dada atau di pleura viseralis akan menyebabkan udara
masuk ke rongga pleura sehingga pleura viseralis terlepas dari pleura parietalis dan
paru tidak lagi ikut dengan gerak napas dinding toraks dan diafragma. Hal ini terjadi
pada pneumotoraks. Jika dipasang penyalir tertutup yang diberi tekanan negative,
udara ini akan terisap dan paru dapat di kembangkan lagi.

E. Pemeriksaan penunjang

Untuk mengetahui apakah terjadi kompilkasi pleura Effusion maka dilakukan:

1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
dari pada bagian medial. Bila permukaanya horizontal dari lateral ke
medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal
dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit
membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi
karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan
posisi lateral decubitus.
2. CT-Scan
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya
tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik
meliputi :
1. Menentukan adanya tumor dan ukurannya
2. Mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus,
mediastinum dan pembuluh darah besar
3. Mendeteksi adanya efusi pleura

Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk


menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendektesi kekambuhan dan CT planing radiasi.

F. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis

Sasaran terapi adalah untuk menemukan penyebab utamanya agar cairan tidak
kembali terakumulasi; dan untuk meredakan ketidaknyamanan, dyspnea, dan
gangguan pernapasan. Terapi khusus diarahkan pada penyebab utama.

 Torasentesis dilakukan untuk mengeluarkan cairan,


mengumpulkan specimen untuk analisis, dan mengatasi
dyspnea
 Slang dada dan drainase sekat air mungkin diperlukan untuk
tindakan drainase dan reekspansi paru
 Pleurodesis kimia: Pembentukan adhesi meningkat ketika
obat-obatan dimasukkan ke dalam rongga pleura untuk
menghilangkan rongga dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut
 Modalitas terapi yang lain mencakup pleurektomi bedah
(insersi kateter kecil yang terhubung ke slang drainase) atau
implantasi pintas pleuroperitoneal.
 Penatalaksanaan Keperawatan
 Impelementasikan regimen medis: Persiapkan dan posisikan
pasien untuk menjalani torasentesis dan berikan dukungan
selama prosedur.
 Pantau slang drainase dada dan sistem sekat air; catat jumlah
drainase pada interaval yang telah diprogramkan.
 Berikan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan
penyebab utama efusi pleura Lihat “Penatalaksanaan
Keperawatan” pada gangguan yang menjelaskan kondisi yang
menyebabkan efusi.
 Bantu pasien mengatasi nyeri. Bantu pasien untuk mengambil
posisi yang paling tidak menimbulkan nyeri. Berikan obat
Pereda nyeri sesuai program dan sesuai

G. Komplikasi
Gejala dan tanda Klinis
Biasanya penderita mengeluh nyeri dada kalua cairan belum banyak.
Penderita tampak sakit berat, pucat, sesak npas, dan mungkin terdapat napas cuping
hidung. Pada palpasi, fremitus vokal melemah, pada perkusi ditemukan pekak yang
memberikan gambaran garis melengkung, sedangkan auskultasi mungkin
memperdengarkan krepitasi, bising napas yang hilang, atau ronki yang menghilang
di batas cairan. Diagnosis pasti ditegakkan dengan foto Rontgen dan pungsi pus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai