Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiasi
salah satu bentuk dari radiasi ionisasi yang memberikan manfaat yang cukup besar
bagi dunia kesehatan karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media
dilingkungan dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu sumber radiasi alam
1. Radiasi Alam
Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi,
peluruhan radom dan thrium di udara, serta radionuklida yang ada dalam
bahan makanan.
2. Radiasi Buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan
lain-lain.
Berdasarkan bentuknya radiasi dapat dibagi menjadi dua yaitu radiasi bukan
1. Radiasi bukan pengion adalah jenis radiasi yang apabila melewati bahan
atau jaringan biologi tidak akan mengionkan bahan atau jaringan tersebut,
contohnya : cahaya matahari, gelombang TV, radio, radar, sinar infra merah,
Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua bagian menurut jenisnya yaitu
a. Radiasi Ekterna
Radiasi ekterna adalah radiasi yang terletak diluar tubuh pasien atau pasien
mendapat pajanan radiasi dari luar tubuhnya yang dapat mengenai seluruh tubuh
Radiasi ekterna ada yang dimanfaatkan untuk keperluan diagnosa maupun untuk
keperluan terapi selain digunakan sumber radiasi sinar-X dengan orde tegangan
Mega Volt juga biasa digunakan sinar gamma dari radioisotope Cobalt dan
Cessium.
b. Radiasi Interna
pasien. Sumber radiasi yang diperlukan adalah radioisotope non toksik yang
mempunyai waktu paruh pendek dan aktivitas rendah, mislanya TC 99 atau I-131.
2.2 Radiodiagnostik
2.2.1 Sinar-X
gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan penting
gelombangnya sangat pendek yaitu 1/10.000 dari panjang gelombang cahaya yang
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.
(Rasad, 2005)
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom
4. Efek Fotografik
radiasi sinar-X.
– X saja.
6. Ionisasi
Efek primer sinar – X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
7. Efek biologik
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang
akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini tergantung pada jenis
radiasi yang akan menimbulkan pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya
radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi atau proses eksitasi ketika melewati
Ionisasi : Bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang
pengio. Pada saat menembus materi, radiasi pengion pada menumbuk elektron
orbit sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif
Eksitasi : Apabila radiasi yang berinteraksi dengan atom tidak cukup energinya
orbit tertentu berpindah ketingkat energi yang lebih tinggi, atau keadaan
paparan radiasi bermula dari interaksi antara radiasi pengion dengan sel maupun
perubahan struktur dari struktur normal semula. Interaksi antara radiasi dengan
1. Tahap Fisik
2. Tahap Fisikokimia
Reaksi yang dialami oleh atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
sampai bentuk radikal bebas yang tidak stabil. Seperti diketahui bahwa lebih
dari 60% tubuh kita ini terdiri dari air. Oleh karena itu, peranan air sangat
besar dalam menentukan hasil akhir efek radiasi. Efek langsung pada
kecil bagi akibat biologi akhir dibandingkan efek tidak langsung melalui
media air. Absorbsi tenaga radiasi oleh air akan menghasilkan radiasi bebas
reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel serta
dalam sel. Radikal bebas dan peroksida juga dapat merusak struktur
molekul DNA didalamnya juga dapat dipergunakan oleh radikal bebas dan
4. Tahap Biologi
terkena.
metabolisme.
c. Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan organ
bergantung pada jumlah dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima. Efek
biologi utama dari radiasi adalah merusak sel dan jaringan tubuh manusia.
Adapun jenis efek biologi radiasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang kemunculannya pada individu tidak bisa
terjadinya, sungguh pun tidak berat dianggap merupakan fungsi dari dosis yang
Batas, contohnya : efek karsinogenetik dan genetik yang timbul karena kerusakan
dari sel-sel reproduksi. Efek tersebut dapat berupa kelainan kromosom, mutasi
2. Efek Deterministik
Efek deterministik adalah efek yang pasti muncul apabila jaringan tubuh
manusia terkena paparan radiasi pengion dengan dosis tertentu. Efek deterministik
langsung dilihat atau dirasakan oleh individu yang terkena radiasi. Efek
deterministik dicirikan oleh hubungan sebab akibat yang bersifat antara dosis
efek deterministik ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal
berupa nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan
adalah erythema atau kulit memerah, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok,
lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada tubuh manusia
adalah :
Penerimaan radiasi sebesar 100.000 mSv (100 Sv) atau lebih mengakibatkan
kerusakan sistem syaraf pusat yang akan diikuti dengan kematian setelah
penyerapan makanan dan diare. Efek stokastik yang terjadi pada kerusakan
pada organ pembentuk sel-sel darah dalam sumsum tulang. Efek somatik
stokastik pada kerusakan sumsum tulang adalah kanker pada sel epitel
selaput tulang.
Efek genetik (stokastik) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel
sperma pada pria dan kerusakan ovum pada wanita, sehingga radiasi dapat
mengakibatkan kemandulan.
Radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel pada lensa mata. Lensa mata
yang terpapar radiasi dalam waktu cukup lama akan berakibat pada fungsi
Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi massal jarak jauh
berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri.
cedera.
Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, memelihara suhu dan
keseimbangan cairan, asam dan basa. Eritrosit selama hidupnya tetap berada
dalam darah. Sel-sel ini secara efektif mampu mengangkut oksigen tanpa
trombosit yang beredar tidak mempunyai fungsi khusus. (AV Hoffbrand, J.E.
Pettit, 1987)
Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar
dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik
terdapat 4.000 – 10.000 (rata - rata 8000) sel darah putih. Lima jenis sel darah
putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah netrofil, eosinofil,
granulosit (netrofil, eosinofil dan basofil) serta disimpan dalam sumsum tulang
sampai sel tersebut dibutuhkan. Sebaliknya non granulosit (limfosit dan monosit)
dihasilkan di berbagai organ limfogen termasuk kelenjar limfe, timus dan berbagai
sisa limfoid yang terletak dalam usus dan sumsum tulang. Bahan yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah putih umumnya memerlukan vitamin dan asam
amino (asam folat dan vitamin B kompleks). (AV Hoffbrand, 1989 ; dan Nurtjojo,
1994)
yang berperan daiam hal ini adalah Monosit, yang memakan benda-benda
sel plasma.
Jenis leukosit yang berperan dalam hal ini adalah basofil sebagai heparin.
1) Agranulosit
(a) Limfosit,
Limfosit adalah leukosit mononuklear dalam darah perifer. Sel ini memiliki
inti bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna
sarang di dalam kelenjar limfe, limpa, selaput lendir saluran cerna dan tersebar
didalam sumsum tulang, hati, kulit dan jaringan radang kronik ditempat manapun
diseluruh tubuh.
(1) Limfosit T, dibentuk dalam timus dan merupakan sel yang bertanggung
bakteri, virus, protozoa dan jamur juga melawan organ yang dicangkokkan).
pada daerah folikuler kortek bagian dalam limfa nodus, pada jaringan
periarteriolar limpa dan dalam timus. Banyak sel yang berumur panjang
tetapi juga sel berumur pendek, antigen membran yang spesifik T. Berwarna
merah.
(2) Limfosit B, sel ini dapat berubah menjadi sel yang memproduksi antibodi.
Sebagian besar tetap berada di dalam dan di sekitar folikel – folikel kelenjar
limfosit darah normal), ditemukan dalam pusat germinal limfa nodus, limpa,
mayoritas berumur pendek, misalnya sel plasma 2-3 hari tetapi juga
Sekitar 75-80 % limfosit terdapat dalam sirkulasi pada orang dewasa sehat
limfosit yang ada dalam jaringan, cairan limfe dan sirkulasi darah.
Limfositis sering terjadi pada bayi dan anak kecil sebagai respon terhadap
Limfopenia tidak umum, tetapi dapat terjadi pada kegagalan sumsum tulang
(b) Monosit
Monosit merupakan 5-8 % dari jumlah leukosit dalam darah, ciri monosit
adalah sel berukuran besar (16 - 20 μm) kromatin inti jelas, inti memanjang
berlekuk atau terlipat dan sitoplasmanya banyak, berwarna biru keabu-abuan dan
tembus pandang. Umur monosit adalah beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel – sel cedera atau mati, fragmen –
darah di atas 0,8 10/L. Keadaan ini mungkin terjadi karena infeksi bakteri kronis,
2) Granulosit
berkisar dari 10 - 14 μm. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.
(a) Neutrofil
12 - 15 μm, memiliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma pucat di antara 2
dan 5 lobus dengan rangka tidak teratur dan banyak mengandung granula merah
tetap. Kapasitasnya sekitar 10 kali jumlah neutrofil yang dihasilkan setiap hari.
sampai kadar lebih besar daripada 7,5 x 10/L adalah salah satu perubahan hitung
miesklorisis).
netrofil adalah untuk pertahanan hospes, maka jumlah netrofil absolut yang
(b) Eosinofil
Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma
bergranula kasar, berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu
jumlah sel darah putih yang terdapat dalam darah. Sel eonofil mempunyai daya
menyebabkan radang yang dilepaskan oleh sel mast dan sel basofil dan mungkin
juga oleh jaringan – jaringan yang rusak, jadi mencegah penyebaran proses radang
lokal. Eosinofilia adalah peningkatan eosinofil darah di atas rata – rata, dapat
terjadi pada penyakit alergi, penyakit parasit, pemulihan dari infeksi akut,
(c) Basofil
Basofil merupakan jenis leukosit darah yang jumlahnya paling sedikit. (AV
Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah kedua
sisinya mencekung seperti sebuah donat dengan bagian tengah menggepeng bukan
berlubang (eritrosit adalah lempeng dengan garis tengah 8 μm, tepi luar tebalnya 2
μm dan bagian tengah tebalnya 1 μm. Bentuk khas ini ikut berperan dalam dua
darah.
darah merah) yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah
sebagai 5 juta per mililimeter kubik (mm3). Masing-masing dari kita memiliki
total 25 sampai 30 triliun sel darah merah yang mengalir di dalam pembuluh darah
setiap saat. Kendaraan pengangkut gas yang vital ini berumur pendek, eirtosit
hanya mampu bertahan rata-rata 120 hari oleh karena itu harus diganti. Sum-sum
tulang dalam keadaan normal menghasilkan sel darah merah suatu proses yang
dikenal sebagai eritropoiesis dengan kecepatan luar biasa 2 sampai 3 juta per detik
J.C.E, 2000)
kantong kuning telur dan kemudian oleh hati dan limpa, sampai sumsum tulang
terbentuk dan mengambil alih pembentukan eritosit. Namun seiring dengan makin
hanya tersisa di sternum (tulang dada), vertebra (tulang punggung), iga, dasar
tengkorak dan ujung-ujung atas tulang ekstremitas yang panjang Sum-sum merah
tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber bagi
(pluripotenstial stem cell) yang belum berdiferensiasi yang secara terus menerus
Sel eritrosit yang paling awal dapat di kenal dalam sumsum tulang adalah
pronormoblas yang ada pada pewarnaan biasa. Romanowsky merupakan sel besar
dengan sitoplasma biru tua, nukleus di tengah dengan nukleoli dan kromatin yang
menjadi sederet normoblas yang makin bertambah kecil. Pronormoblas juga berisi
karena kehilangan alat sintesis RNA dan proteinnya, sementara kromatin inti
menjadi leboh padat. Nukleus akhirnya dikeluarkan dari normoblas tua didalam.
Sel darah merah atau eritrosit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
transportasi dan pertukaran O2 dan CO2. Sel eritosit membawa O2 dari paru-paru
Trombosit adalah sel darah yang berukuran sepertiga dari ukuran sel darah
merah, terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimiter kubik darah peranannya
penting dalam penggumpalan darah. Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur
selular sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasi dan
pembekuan. Trombosit berasal dari sel induk pluripotensial yang tidak terikat, bila
menjadi kelompok sel induk yang terikat untuk membentuk megakarioblas, sel ini
pembelahan inti di dalam sel, tetapi sel itu sendiri tidak membelah Trombosit
berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi
pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak sehingga jaringan ikat di
bawah endotel akan terbuka. Hal ini akan mencetuskan adesi trombosit yaitu suatu
proses dimana trombosit melekat pada permukaan asing terutama serat kolagen.
Trombosit yang satu juga akan melekat pada trombosit lain dan proses ini disebut
maka granula trombosit akan terkumpul di tengah dan akhirnya akan melepaskan
isinya.
membentuk sumbat trombosit yang dapat menutup luka pada pembuluh darah.
trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin. (AV Hoffbrand, dkk. 1987 ;
Rahayuningsih, 1992)
4. Hemoglobin
yang berwarna pada panjang gelombang 540nm. Untuk hal ini eritrosit perlu
dihancurkan agar supaya hemoglobin dirubah menjadi satu bentuk yang stabil.
sianmethemoglobin, karena pada cara ini dapat digunakan reagens dan larutan
baku sianmethemoglobin yang bersifat stabil dan dapat dibeli. Untuk pria dewasa
dewasa 12 – 16 g/dl.
Pada keadaan-keadaan tertentu sel-sel darah yang terdiri dari sel darah
putih, darah merah dan pembeku dapat mempunyai kelainan dari keadaan
normalnya. Kelainan ini dapat berupa kelaianan bentuk fisik maupun kelainan dari
segi jumlahnya.
1. Kelainan Leukosit
Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua
penghancuran dini.
a. Leukositosis
tubuh dari mikroorganisme (infeksi). Bila infeksi mereda neutrofil berkurang dan
(paru-paru, ginjal. Payudara kerja fisik terlalu berat dan penyuntikan epinefrin
b. Leukopeni
(1) Penyakit
Penyakit tifoid atau malaria dapat menurunkan jumlah leukosit serta adanya
Bahan kimia dan fisika yang dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah
leukosit antara lain zat – zat penekanan sumsum tulang (Pb), radiasi sinar –
(3) Hipersplenisme
disebabkan karena sel-sel rusak atau tua secara berlebihan, dengan jumlah
2. Kelainan Eritrosit
Kelainan pembentukan sel darah merah dapat terjadi, perubahan masa sel
darah merah menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah sel darah
merah kurang maka timbul anemia sebaliknya keadaan dimana sel darah merah
3. Kelainan Trombosit
anamnesis teliti dan penilaian fisik serta laboratorium. Anamnesis yang teliti
dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu, tentang proteksi yang perlu diberikan
akibat negatif dari radiasi, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian
sumber radiasi masih tetap dilaksanakan. (BAPETEN, 2005) Selain itu, proteksi
radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. (PP RI No. 33 tahun 2007)
kondisi agar dosis radiasi mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak
keharusan klinis
b. Pada Personil : Dosis radiasi yang diterima harus ditekan serendah mungkin
sinar tembus)
sinar tembus pada salah satu bagian tubuh tidak boleh melebihi 5
menit.
dariologik.
Tabel 2.5 Nilai atas yang diizinkan telah ditentukan oleh Komisi
Internasional tentang Proteksi Radiasi (ICRP) Tahun 1966
Pekerja Radiasi Anggota Masyarakat
Organ atau Jaringan Dewasa Bukan Pekerja Radiasi
(Rem per tahun) (Rem per tahun)
Gonad, Sumsum Tulang Merah 5 (a) 0.5
Kulit, tulang 30 3.0
Kelenjar Gondok 30 3.0 (b)
Anggota Badan 75 7.5
Organ Lainnya 15 7.5
Sumber : Rasad. 2005
Ket :
a. Untuk wanita hamil dosis pada janin yang terakumulasi selama masa
b. 1,5 rem dalm satu tahun pada kelenjar gondok untuk anak-anak sampai
unia 16 tahun.
Fluoroscopy)
Faktor utama dalam melindungi tubuh manuasi dari radiasi eksterna adalah
apabila sumber radiasi berada diluar tubuh manusia. Bahaya radiasi dari sumber-
sumber eksternal ini dapat dikendalikan dengan tiga prinsip dasar proteksi radiasi,
Pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis
dalam medan radiasi. Semakin lama seseorang berada di tempat itu, akan
Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja selama berada di dalam medan
D = Do. T
Dengan :
Faktor jarak berkaitan erat dengan fluks radiasi. Fluks radiasi pada suatu
titik akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik
tersebut dengan sumber radiasi. Laju dosis pada suatu titik dapat
dirumuskan dengan :
1 1 1
D1 : D2 :D 3 : :
R12 R22 R32
Atau :
Dengan :
Pengaturan waktu dan jarak kerja tidak mampu menekan penerimaan dosis
oleh pekerja di bawah nilai batas dosis yang telah ditetapkan. Oleh sebab
diperlukan perisai radiasi. Sifat dari bahan perisai radiasi ini harus mampu
menyerap energi radiasi atau melemahkan intensitas radiasi. Perisai ini juga
1) Perisai Primer
2) Perisai Sekunder
radioisotop baik kontaminasi pada bagian tubuh maupun permukaan tubuh. Oleh
karena itu, yang menjadi perhatian dalam proteksi radiasi interna adalah
pekerja, atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh sekecil mungkin. Laju
paparan zat radioaktif dari dalam tubuh tergantung pada waktu pada zat radioaktif
tersebut.
kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang telah ditetapkan. ICRP
mendefenisikan Nilai Batas Dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau
dosis yang berasal dari penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat
Dosis maksimal bagi para petugas yang setiap harinya berhubungan dengan
sinar-X diperkirakan dosisnya kurang 1R per hari. Dosis tertinggi yang diizinkan
untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis
D = 5 (N-18)
Dimana :
5 = Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi yaitu
5 rem pertahun.
18 = Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan
pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun tidak diizinkan untuk ditugaskan
sebagai pekerja radiasi. Selain itu, petugas wanita dalam masa menyusui tidak
eksterna dan interna, atau salah satu dari keduanya, tidak merupakan penyinaran
medik dan penyinaran radiasi alam, dinyatakan dalam satuan Sievert (Sv) atau
Batas dosis ekivalen untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv (5 rem)
dalam satu tahun. Pembatasan dosis ini berlaku baik untuk penyinaran
seluruh tubuh yang merata maupun yang tidak merata. (BAPETEN, 2005)
Nilai batas dosis untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv (5000
Nilai batas dosis untuk wanita hamil selama masa kehamilannya dosis yang
Dalam hal penyinaran hanya bersifat lokal yaitu hanya bagian khusus tubuh
a. Batas dosis efektif yang dihitung berdasarkan faktor bobot jaringan tidak
b. Batas dosis untuk tangan, lengan, kaki dan tungkai adalah 50 mSv (5000
b. Bagi yang berusia antara 16 dan 18 tahun adlah 0,3 NBD pekerja radiasi
yaitu 15 mSv/tahun.
c. Bagi yang berusia 16 tahun adalah 0,1 dari nilai batas dosis pekerja radiasi
boleh melebihi 0,1 nilai batas dosis masyarakat umum, dan tidak boleh
melebihi 0,01 nilai batas dosis masyarakat umum dalam satu kali
Hanya boleh dilakukan bagi pekerja radiasi dikategori A dan telah mendapat
izin dari pengusaha instalasi nuklir setempat dan penyinaran khusus tidak boleh
a. Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar dari pada
besaran dan satuan dosis radiasi, sedang pengertian dosis adalah kuantitas dari
proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi mengenai materi besaran dan satuan
besarnya pancaran radiasi dari suatu sumber atau menunjukkan banyaknya dosis
radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
1. Paparan
X = dQ/dm
interaksi antara foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm.
Besaran paparan ini memberikan muatan 2,58 x 10-4 dengan satuan Coulomb per
2. Dosis Serap
Dosis serap sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau
banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis
serap merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion
dosis rata-rata pada suatu jaringan. Satuan yang digunakan satuan baru, yaitu gray
(Gy) dimana :
Dengan demikian, dapat diperoleh hubungan 1 gray = 100 Rad, beda dosis
serap ini berlaku semua jenis bahan yang dikenainya. (Zubaidah, 2005)
Tabel 2.6 Dosis Serap Kira-kira untuk Jaringan per Roentgen Pemaparan
3. Dosis Ekuivalen
Dosis ekuivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang diberi bobot, yaitu
dikali dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan
Semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan,
semakin besar pula nilai bobot radiasi itu. Dosis ekuivalen dalam organ T yang
HT.R = WR . DT.R
Dengan DT.R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau
radiasi R. Satuan untuk dosis ekuivalen adalah rem, kemudian diganti menjadi
4. Dosis Efektif
dosis ekuivalen pada suatu jaringan juga tergantung pada organ atau jaringan yang
pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif.
Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekuivalen yang dibobot.
Dosis efektif dalam organ T, HE yang menerima penyinaran radiasi dengan dosis
HE = WT . HT
sama untuk setiap jenis kelamin dan mencakup rentang umur yang cukup lebar.
(Akhadi, 2000)
1. Film Badge
Fungsi Film Badge ialah untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh
personil (petugas yang terkena berbagai jenis radiasi). Oleh sebab itu, film
badge yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang
2. Dosimeter Saku
dasarnya dosimeter saku lebih teliti dari pada film badge. (Rasad, 2005)
Sinar X
Dosis
Petugas Radiasi
Sistem Hemopoitik
Sirkulasi Darah
Profil Darah
(Hemoglobin, Eritrosit, Leukosit, Trombosit)