Anda di halaman 1dari 38

Nama : ____FITRI KHOIRIYAH____

No. BP MKeb :_____1920332004____________

Buat:

1. Isi nama dan nomor BP di atas

2. Seragamkan isi teks berdasarkan a) Alinea utama, b) Judul tabel, dan c)

Judul gambar.

3. Buat heading dan subheading sampai 3 level

4. Buat daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar

5. Buat daftar kepustakaan menurut format list

6. Kirim sebagai “attachment” ke email erkadius@yahoo.com, dengan nama

pengirim adalah nomor BP, dan subjek “UTS S2Keb 2018”

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................8
2.1 Anatomi Sendi Pergelangan Kaki........................................................................8
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN..............27
3.1 Kerangka Konseptual........................................................................................27
3.2 Hipotesis Penelitian..........................................................................................27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................28
4.1 Jenis Penelitian..................................................................................................28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................28
4.4 Kriteria Subjek Penelitian..................................................................................29
4.5 Definisi Operasional..........................................................................................29
4.6 Metode Pengumpulan Data.............................................................................30
4.7 Alat dan Mesin X-Ray.......................................................................................30
4.8 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki.......................................30
4.9 Teknik Pengukuran Range of Motion Sendi Pergelangan Kaki........................32
4.10 Alur Penelitian.................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengukuran Antropometri................................................................................5
Tabel 2 Pengukuran dimensi Tubuh............................................................................11
Tabel 3 Gambaran Radiologis.....................................................................................15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Sendi Talokrural Dari Lateral Dan Medial....................................9


Gambar 2 Anatomi Sendi Talokrural Dari Posterior...................................................10
Gambar 3Posisis Pemeriksaan Radiologi Sendi Pergelangan Kaki Dengan Proyeksi
Antroposterior Berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.....................13
Gambar 4 Gambaran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi
Antroposterior..............................................................................................................14
Gambar 5 Posisi Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan kaki Dengan Proyeksi
Lateral..........................................................................................................................16
Gambar 6 Gambaran radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi Lateral. .17
Gambar 7 Cara Pengukuran Tibiofibuler Overlap, Tibiofibular Clean Space dan
medial clean space.......................................................................................................20
Gambar 8 Cara pengukuranAnteroposterior Inclination angle, Antroposterior Gap dan
Anterior Distal tibia angle...........................................................................................21
Gambar 9 Cara Pengukuran ROM Dorsofleksi pada Posisi Sendi Lurut Fleksi Dengan
Non weight bearing.....................................................................................................23
Gambar 10 Cara Pengukuran ROM platarfleksi pada posisi sendi lurus fleksi dengan
non weight bearing......................................................................................................24
Gambar 11 Cara pengukuran ROM Eversi pada posisi prone dengan non weight
bearing.........................................................................................................................25
Gambar 12 cara pengukuran ROM Investasipada posisi pronedengan non weight
bearing.........................................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia


guna merumuskan perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ilmu ini
berkembang sejak abad ke-19. Istilah antropometri pertama kali diperkenalkan oleh
Quetlet seorang ilmuan asal Belgia dalam bukunya Antrhopometrie. Pengukuran
bagian tertentu dari tubuh manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
tujuan yang berbeda-beda, seperti pengukuran tinggi dan berat badan untuk melihat
status gizi, untuk identifikasi korban dalam ilmu forensik membuat alat-alat yang
ergonomis dalam bidang industri, dan pengukuran antropometri secara radiologis
untuk membantu dalam menegakkan diagnosis, penilaian pre dan pasca operatif
kasus-kasus ortopedi yang memerlukan pembedahan. (K, 2019).
Sendi pergelangan kaki adalah daerah persendian antara tungkai bawah dan kaki.
Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 persendian yang kompleks, yaitu sendi
talokrural, sendi tibiofibular distal (sindesmosis tibiofibular) dan sendi subtalar
(talokalkaneal) (Darmayanti, 2017). Sendi pergelangan kaki merupakan sendi yang
menyokong berat badan dan penting dalam tahapan berjalan berupa gerakan
plantarfleksi dan dorsofleksi. (AT, 1959)
Ukuran pada antropometri tulang dipengaruhi oleh maturasi dan pertumbuhan
tulang. Faktor yang mempengaruhi maturasi dan pertumbuhan tulang adalah: genetik,
nutrisi, hormonal dan lingkungan. Faktor genetik ini akan diturunkan, sehingga
masing-masing ras dan suku bangsa akan mempunyai ciri ukuran antropometrinya
sendiri. (AT, 1959)
Pada kasus-kasus ortopedi yang berhubungan dengan sendi pergelangan kaki,
pemeriksaan radiologis sangat membantu dalam menegakkan diagnosis sehingga
dapat memastikan terjadinya kelainan pada struktur tulang maupun jaringan lunak

4
dari sendi pergelangan kaki. Pengukuran antropometri secara radiologis juga
memegang peranan penting bagi keberhasilan tindakan operasi pada sendi
pergelangan kaki. Nilai yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat memprediksi
keberhasilan tindakan operasi, melalui penilaian pre-operatif dan post-operatif.
Pada penelitian antropometri sendi pergelangan kaki sebelumnya, Patil dkk
mendapatkan tibiofibular clear space pada x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi
anteroposterior (AP) 2.4 mm dengan proyeksi mortise 4.5 mm, tibiofibular overlap
pada proyeksi AP 11.2 mm dengan proyeksi mortise 4.2 mm, dan talocrural angle
pada proyeksi AP 77.7 mm dengan proyeksi mortise 79.9 mm. Ia juga menemukan
length of medial malleolus pada proyeksi AP 15.3 mm dengan proyeksi mortise 15.3
mm dan length of lateral malleolus pada proyeksi AP 27.35 mm dengan proyeksi
mortise 26.5 mm. . (Namirah, 2017)
Tabel 1 Pengukuran Antropometri

Goker dkk dalam penelitiannya mendapatakan ukuran medial clear space 2,56
± 0,50 mm pada sendi pergelangan kaki kanan dan 2,55 ± 0,48 mm pada sendi
pergelangan kaki kiri. Goker juga menemukan medial clear space pada laki-laki lebih
lebar dibandingkan pada perempuan.9 Stagni dkk mendapatkan nilai normal
anteroposterior inclination angle pada populasi bangsa Eropa 5,00 ± 3,40, sedangkan
nilai normal pada populasi Korea hasil penelitian Kwon didapatkan 8,20 ± 3,20.10
Kwon dkk mendapatkan ukuran morfometri pergelangan kaki pada orang Korea lebih
kecil dibandingkan dengan ukuran pada orang kulit putih.10 Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kuo dkk pada populasi ras Cina yang menemukan
ukuran morfometri sendi pergelangan kaki lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
pada orang kulit putih.11

5
Range of motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
suatu atau sekelompok sendi. Pada sendi pergelangan kaki terdapat empat pergerakan
sendi yaitu: dorsofleksi, plantarfleksi, eversi dan inversi. ROM dorsofleksi,
plantarfleksi, eversi dan inversi pada orang dewasa normal menurut American
Academy of Orthopaedic Surgeon secara berurut adalah 200, 500, 50 dan 50.12
Sendi pergelangan kaki adalah sendi yang komplek yang menerima beban tubuh yang
penting dalam tahapan berjalan. Karena itu kelainan pada sendi ini harus direposisi
seanatomis mungkin. Lebih lebarnya ankle mortise 1 mm saja akan menyebabkan
berkurangnya luas kontak dari tibiotalar sebesar 42%, hal ini akan menyebabkan
instabilitas sendi dan meningkatnya kejadian osteoartritis. Karena itu pemahaman
tentang antropometri sendi pergelangan kaki sangat penting.9
Selama ini sudah terdapat nilai-nilai normal pemeriksaan radiologis sendi
pergelangan kaki dari berbagai penelitian di dunia. Hal ini lazim digunakan sebagai
pedoman untuk memperkirakan adanya kelainan pada sendi pergelangan kaki. Nilai-
nilai tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan di negara-negara barat
dengan subjek penelitian terutama bangsa kulit putih, yang secara fisik berbeda
dengan populasi lokal di Indonesia. Dengan demikian, kurang dapat memberikan
gambaran mengenai nilai-nilai normal pada populasi lokal, sehingga data-data yang
ada tidak dapat dijadikan nilai standar untuk populasi lokal di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah bagaimanakah ukuran
normal sendi pergelangan kaki yang khas untuk manusia dewasa pria dan wanita pada
etnis Minangkabau di Sumatera Barat, dan apakah ada perbedaan antara ukuran hasil
penelitian tersebut dengan ukuran hasil penelitian antropometri dari kepustakaan yang
ada selama ini ?

6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui ukuran antropometri sendi pergelangan kaki pria dan wanita pada
etnis Minangkabau di Sumatera Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus


Mengetahui nilai rata–rata dan simpang baku ukuran antropometri sendi
pergelangan kaki normal pria dan wanita pada etnis Minangkabau di Sumatera Barat.
Mencari ukuran hasil penelitian antropometri manusia dewasa etnis Minangkabau dan
membandingkannya dengan ukuran hasil penelitian antropometri dari kepustakaan
yang ada selama ini.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Secara Teoritis
Untuk mendapatkan suatu pedoman nilai atau ukuran yang khas untuk
manusia dewasa etnis Minangkabau di Sumatera Barat.
1.4.2. Secara Praktis
Mendapatkan suatu pedoman nilai atau ukuran yang khas untuk manusia
dewasa etnis Minangkabau yang dapat digunakan untuk membantu dalam
menegakkan diagnosis kelainan pada sendi pergelangan kaki, penilaian pre dan
pascaoperatif kasus-kasus sendi pergelangan kaki yang memerlukan pembedahan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Pergelangan Kaki

Sendi pergelangan kaki adalah daerah persendian antara tungkai bawah dan
kaki. Sendi pergelangan kaki merupakan sendi yang menyokong berat badan dan
penting dalam tahapan berjalan berupa gerakan plantarfleksi dan dorsofleksi.5
Sendi ini dibentuk oleh bagian distal tibia, bagian distal fibula, talus dan kalkaneus.
Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 persendian yang kompleks, yaitu sendi
talokrural, sendi tibiofibular distal dan sendi subtalar.3,4,5
2.1.1 Sendi Talokrural
Sendi talokruralis adalah persendian antara tibia dan fibula pada bagian
proksimal dengan talus pada bagian distal.3,16 Sendi ini berupa sendi engsel atau sendi
pelana.8,9 Pada bagian proksimal sendi ini dibentuk oleh ankle mortise yang
merupakan lengkung tulang yang dibentuk oleh tibial plafond, bersama dengan
maleolus medial dan maleolus lateral. Pada bagian distal sendi ini dibentuk oleh
bagian atas corpus talus. Bentuk tulang-tulang dan kekuatan ligamen disekelilingnya
menjadikan sendi ini kuat dan stabil.13,14
Dibagian medial terdapat ligamentum deltoideum merupakan ligamentum
yang kuat. Ligamentum ini seperti kipas, dimana puncaknya melekat pada ujung
maleolus medialis dan dibawahnya melekat pada sisi medial talus, sustentaculum tali,
ligamentum calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare.8,24
Ligamentum ini terbagi menjadi serat superfisial dan profunda.15
Dibagian lateral terdapat ligamentum lateral yang lebih lemah dari ligamentum
deltoideum. Ligamentum ini terdiri dari atas tiga pita, yaitu:13,15
A. Ligamentum Talofibulare Anterior
Ligamentum ini berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan lateral talus.
Ligamentum ini berfungsi untuk mempertahankan peranjakan ke anterior talus dari
mortise dan gerakan inversi dan internal rotasi talus terhadap tibia. Ligamentum ini

8
lebih lemah dibandingkan dengan ligamentum calcaneofibulare dan ligamentum
talofibulare posterior, sehingga paling sering cidera pada ligamentum talokruralis
lateral.4,15

Gambar 1 Anatomi Sendi Talokrural Dari Lateral Dan Medial

B. Ligamentum Calcaneofibulare
Ligamentum ini berjalan dari ujung malleolus lateralis ke permukaan lateral
calcaneus. Ligamentum ini menahan gerakan supinasi dari sendi talokrural dan sendi
subtalar. Sendi ini kedua tersering cedera pada ligamentum talokruralis lateral.4
C. Ligamentum Talofibulare Posterior
Ligamentum ini berjalan dari malleolus lateralis ke tuberculum posterior ossis
tali. Ligamentum ini menahan gerakan inversi dan internalrotasi dari sendi
talokrural.13 Ligamentum ini paling jarang cedera pada ligamentum talokruralis
lateral. Pada posisi pergelangan kaki netral dan plantarfleksi ligamentum ini akan
kendor dan pada saat posisi pergelangan kaki dorsofleksi ligamentum ini akan
tegang.4,15

9
Gambar 2 Anatomi Sendi Talokrural Dari Posterior

Pergerakan pada sendi talokrural berupa plantarfleksi dan dorsofleksi. Pada


saat dorsofleksi sendi pergelangan kaki lebih stabil dari pada saat plantarfleksi. Hal
ini menyebabkan lebih banyak cedera pada pergelangan kaki terjadi ketika sendi
dalam keadaan plantarfleksi.13,14
2.1.2 Sendi Tibiofibular Distal
Sendi tibiofibular distal adalah persendian antara bagian medial distal dari
fibula dan bagian lateral distal dari tibia. Sendi ini berupa pita jaringan fibrosa dan
sering disebut tibiofibular syndesmosis. Sendi ini terdiri dari ligamentum
interosseum, ligamentum anterior, ligamentum posterior dan ligamentum transfersum
inferius. Hanya sedikit pergerakan yang dapat terjadi pada sendi ini selama
pergerakan pada sendi pergelangan kaki.3,7,13,14,15,16,17,18 Struktur tibiofibular
syndesmosis penting untuk kestabilan atap ankle mortise dan sendi talokruralis.7,14
Ligamentum anterior tibiofibular inferior sering cedera akibat trauma eversi.4
Lebih lebarnya ankle mortise 1 mm menyebabkan berkurangnya luas kontak
dari tibiotalar sebesar 42%,9,19 hal ini akan menyebabkan instabilitas sendi dan
meningkatnya terjadi osteoartritis. Pengukuran radiologis yang sering digunakan

10
untuk menilai kelainan pada syndesmosis adalah: tibiofibular overlap, tibiofibular
clear space dan rasio dari medial dan superior clear space.9
2.1.3 Sendi Subtalar
Sendi subtalar disebut juga calcaneotalar joint adalah persendian antara
bagian inferior dari talus dan bagian superior dari kalkaneus. Pergerakan inversi dan
eversi sendi pergelangan kaki terjadi pada sendi ini. Sendi ini sangat kuat dan diikat
oleh ligamentum medial talokalcaneus, ligamentum lateral talokalcaneus dan
ligamentum interosseus talokalcaneus. Karna kuatnya sendi ini maka trauma eversi-
inversi pada sendi pergelangan kaki lebih sering terjadi pada sendi talokrural
dibanding sendi subtalar.3,4,13,14
2.2 Antropometri dan Pengukuran Dimensi Tubuh
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh
manusia guna merumuskan perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ilmu
ini berkembang sejak abad ke-19. Istilah antropometri pertama kali diperkenalkan
oleh Quetlet seorang ilmuan asal Belgia dalam bukunya Antrhopometrie. Pada awal
perkembangannya antropometri banyak ditujukan bagi perkembangan ilmu anatomi,
fisiologi dan taksonomi. Data antropometri untuk perbandingan antar ras pertamakali
dikembangkan oleh Line, Buffon dan White.1

Tabel 2 Pengukuran dimensi Tubuh

Sekitar tahun1940 data antropometri banyak di pergunakan untuk keperluan


industri dan militer. Hal ini di picu oleh terjadinya perang dunia kedua, dimana orang
berpacu untuk menciptakan barang-barang yang efisien sehingga praktis untuk
digunakan. kejadian ini membuat banyaknya dilakukan riset tentang antropometri dan
riset ini masih berkembang sampai sekarang untuk menciptakan barang-barang yang
ergonomis.1

11
Berdasarkan cara pengukurannya antropometri dapat dibagi menjadi menjadi
antropometri statis dan antropometri dinamis. Pada antropometri statis pengukuran
dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak, sedangkan pada
antropometri dinamis pengukuran dilakukan pada posisi tubuh yang sedang bergerak.
Alat yang dipakai untuk pengukuran tubuh manusia disebut antropometer. Selain
antropometer terdapat bermacam teknik dan peralatan pengukur yang lain seperti
sistem kamera fotometrik, sistem kamera andrometrik dan stereofotogrametri, namun
pemakaiannya tidak terlalu luas dan rumit.1
2.3 Hubungan Antropometri dengan Etnis
Pada berbagai kelompok etnis, bagian tubuh manusia tunbuh dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Sebagai hasilnya, manusia dewasa dari kelompok etnis
tertentu mempunyai ukuran dan proporsi tubuh tersendiri. Menurut Wolanski
pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan dan
aktifitas fisik.2
Bogin dalam penelitiannya menyatakan kelompok etnis memiliki potensi
genetik yang bervariasi yang terlihat dari perbedaan bermacam ciri morfologinya,
termasuk tinggi badan dan proporsi tubuh. Variasi dari proporsi tubuh ini
mempengaruhi kapasitas kemampuan fisik seseorang. Contohnya menurut Carter
mendapatkan bahwa atlet lompat tinggi profesional mempunyai tungkai dan lengan
yang lebih panjang dibandingkan dengan atlet senam profesional yang mempunyai
bentuk badan yang ditandai dengan tungkai yang lebih pendek dibandingkan dengan
panjang badannya.2
Proporsi tubuh dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas nutrisi yang diberikan selama
periode pertumbuhan, sehingga status sosioekonomi juga mempengaruhi ukuran
tubuh manusia. Dalam penelitiannya Lasota mendapatkan ukuran tubuh manusia juga
dipengaruhi oleh faktor endokrin. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
thyroxine, growth hormone dan sex steroids hormone.2,6

2.4 Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan Kaki

12
Proyeksi yang sering digunakan pada pemeriksaan radiologis sendi
pergelangan kaki adalah proyeksi anteroposterior dan proyeksi lateral. Namun untuk
memperjelas gambaran permukaan sendi (ankle mortise) digunakan proyeksi mortise.
Selain tiga proyeksi diatas masih ada beberapa proyeksi pemeriksaa radiologis sendi
pergelangan kaki yang digunakan pada keadaan tertentu. Proyeksi pemeriksaan
radiologis sendi pergelangan kaki yang lain adalah internal oblique view, eksternal
oblique view, anterior draw stress view dan inversion stress view. 20,21
Pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki sangat sensitif dengan posisi
pergelangan kaki.21 Karena itu pemeriksaan dilakukan dengan posisi sendi
pergelangan kaki netral, dimana permukaan telapak kaki tegak lurus dengan meja
pemeriksaan. 3,17,20
2.4.1 Proyeksi Anteroposterior
Cara pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi AP adalah:17,20,21

Gambar 3Posisis Pemeriksaan Radiologi Sendi Pergelangan Kaki


Dengan Proyeksi Antroposterior Berbaring supine atau duduk di
atas meja pemeriksaan
1. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
2. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
3. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
4. Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
5. Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
6. Central Poin di pertengahan antara maleolus lateral dan maleolus medial

13
Gambar 4 Gambaran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi Antroposterior

Kriteria gambaran radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi AP


adalah terlihatnya tibia dan fibula sepertiga distal, maleolus medial, maleolus lateral,
talus dan tibiotalar joint. Pada proyeksi ini ditemukan tumpang tindih antara distal
fibula dan distal tibia sehingga tibiofibular syndesmosis tidak terlihat dengan jelas.
Pada proyeksi ini juga ditemukan tumpang tindih antara maleolus lateral dan talus
sehingga permukaan lateral sendi tidak kelihatan sehingga ankle mortise tidak terlihat
jelas.20,21,23

2.4.2 Proyeksi Mortise


Cara pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi mortise
adalah:17,20,21
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
5. Tungkai di rotasikan kemedial 150 sampai kedua maleolus memiliki jarak
yang sama kekaset.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.

14
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal dan batas
permukaan kulit dilateral dan medial. Central Poin di pertengahan antara maleolus
lateral dan maleolus medial.

Gambaran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi Mortase

Tabel 3 Gambaran Radiologis

Kriteria gambaran radiologis sendi pergelangan kaki proyeksi Mortise adalah


terlihatnya tibia dan fibula sepertiga distal, maleolus medial, maleolus lateral, talus
dan ankle mortis. Pada proyeksi ini tidak ditemukan tumpang tindih antara distal
fibula dan pinggir lateral distal tibia sehingga tibiofibular syndesmosis terlihat dengan
jelas. Pada proyeksi ini juga tidak ditemukan tumpang tindih antara maleolus lateral
dan talus sehingga ankle mortise terlihat dengan jelas.20,21,22

2.4.3 Proyeksi Lateral


Cara pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi Lateral
adalah:17,20,21
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.

15
Gambar 5 Posisi Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan kaki Dengan Proyeksi Lateral

1. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.


2. Tungkai yang akan diperiksa difleksikan 450 pada sendi lutut dan tungkai
bawah dirotasikan kelateral 900 sehingga kaset berada dibawah maleolus
lateral.
3. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, kalkaneus, bagian proksimal
metatarsal dan batas permukaan kulit posterior dan anterior.
Central Poin di maleolus medial.

Gambar 6 Gambaran radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi Lateral

Kriteria gambaran pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan


proyeksi lateral akan terlihat tibia dan fibula sepertiga distal, maleolus lateral, talus,
kalkaneus, sendi tibiotalar dan sendi subtalar. Pada proyeksi ini ditemukan tumpang
tindih antara distal fibula dengan distal tibia dan talus.20,21,23

16
2.5 Pengukuran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki
2.5.1 Pengukuran Talocrural Angel
Talocrural angel adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
ujung dari kedua maleolus dengan garis yang tegak lurus dengan permukaan sendi
tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat.8
Berbagai penelitian mendapatkan hasil yang beragam dalam nilai normal
talocrural angel. Donna dkk menemukan nilai normal talocrural angel 77 ± 40.19
Sedangkan Rolfe dkk mendapatkan nilai rata-rata talocrural angel 78,50 dengan
range 750 sampai 860.28 Isman mendapatkan nilai normal 800 ± 40 dengan range
680 sampai 880.24 Patil dkk mendapatkan talocrural angle pada proyeksi AP 77.7mm
dan proyeksi mortise 79.9mm.8
A. Pengukuran Tibiofibular Overlap
Tibiofibular Overlap diukur dari jarak maksimal tumpang tindih antara distal
fibula dengan tuberculum tibia anterior. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan
tibial plafond. Pengukuran ini dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran melimeter.7,8,25
Patil dkk mendapatkan nilai normal Tibiofibular overlap pada proyeksi AP 11.2
mm dan proyeksi mortise 4.2 mm8, sedangkan Shishirkumar dalam penelitiannya
pada populasi di India Selatan mendapatkan nilai 10,67 mm pada proyeksi mortise.26
Kegunaan klinis Tibiofibular Overlap adalah untuk memprediksi cedera pada
syndesmosis akibat dari fraktur atau cedera ligamen.25 Apabila Tibiofibular Overlap
tidak ditemukan maka kemungkinan terdapat cedera pada syndesmosis7
Pneumaticos dkk mengatakan Tibiofibular Overlap selalu ada disetiap pemeriksaa
x-ray pergelangan kaki. Namun Sowman dkk dalam penelitiannya menemukan
adanya variasi anatomi normal dimana tidak terdapatnya Tibiofibular Overlap tanpa
adanya cedera pada syndesmosis.25
B. Pengukuran Tibiofibular Clear Space

17
Tibiofibular Clear Space diukur dari jarak antara batas medial fibula dengan batas
lateral tibia. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.7,8,25
Patil dkk mendapatkan nilai normal Tibiofibular clear space pada proyeksi AP 2.4
mm dan pada proyeksi mortise 4.5 mm.8 Kegunaan klinis tibiofibular clear space
adalah untuk memprediksi cedera pada syndesmosis akibat dari fraktur atau cedera
ligament. Apabila Tibiofibular Clear Space besar dari 6 mm maka kemungkinan
terdapat cedera pada syndesmosis.7
Pengukuran Talar Tilt
Talar tilt adalah sudut yang dibentuk oleh garis permukaan sendi talus dengan
garis permukaan sendi tibial plafond. Biasanya pada sendi pergelangan kaki garis ini
paralel. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat. Nilai normal talar tilt 00 ± 1,50. Melebarnya sudut ini
menandakan pergeseran talus dari tibia.32
Pengukuran Medial Malleolar Length
Medial malleolar length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus medial. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter. Patil dkk mendapatkan medial malleolar
length pada proyeksi AP 15.3 mm dan proyeksi mortise 15.3 mm.8
C. Pengukuran Lateral Malleolar Length
Lateral malleolar length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus lateral. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.8
Patil dkk mendapatkan lateral malleolar length pada proyeksi AP 27.35 mm dan
proyeksi mortise 26.5 mm.8 Rukavina dalam penelitiannya menyatakan terdapatnya
hubungan pemendekan fibula dengan komplikasi post traumatic osteoarthritis.27
D. Pengukuran Medial Clear Space
Medial Clear Space diukur jarak antara pinggir lateral maleolus medial dengan
pinggir medial talus. Jarak ini diukur pada 0,5 cm dibawah permukaan talar dome.
Pengukuran dilakukan pada proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.8,28

18
Kegunaan klinis Medial Clear Space adalah untuk memprediksi cedera pada
ligamentum deltoid akibat dari fraktur atau cedera ligamen. Apabila Medial Clear
Space besar dari 4 mm maka kemungkinan terdapat cedera pada ligamentum deltoid.8
Goker dkk dalam penelitiannya mendapatakan ukuran medial clear space sendi
pergelangan kaki kanan 2,56 ± 0,50 mm dan 2,55 ± 0,48 mm pada sendi
pergelangan kaki kiri. Goker juga menemukan medial clear space pada laki-laki lebih
lebar dibandingkan pada perempuan.9
Nelson dkk menyatakan bahwa posisi plantarfleksi pergelangan kaki
mempengaruhi ukuran medial clear space. Karena itu posisi pergelangan kaki waktu
pengambilan x-ray sangat penting untuk menghindari false positive dalam
pengukuran radiologis.28

Gambar 7 Cara Pengukuran Tibiofibuler Overlap, Tibiofibular Clean Space dan medial clean
space.

19
L pinggir lateral fibula, M pinggir media fibula, A tuberkulum tibia
anterior, P Tuberkulum tibia posterior, I lantai Insisura Fibualaris, T tibia
plafon, S titik paling superior dari medialmeleolus media, AM adalah
tibiofibular overlap, MI adalah tibiofibular clean space, TS adalah superior
clean space. MTLMM adalah medial clear space
E. Pengukuran Sudut antara Tibial Plafond dengan Sumbu Tibia
Sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan sumbu tibia disebut juga
Johnson Angle. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran derajat. Isman mendapatkan nilai normal 850 ± 50 dengan range
750 sampai 960. Sudut ini digunakan untuk melihat kemiringan permukaan sendi
talokrural dengan sumbu panjang tibia dari anterior.24
F. Pengukuran Anteroposterior Inclination Angle
Anteroposterior Inclination Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan garis tegak lurus sumbu panjang tibia pada ujung maleolus
posterior. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran derajat.10
Stagni dkk mendapatkan nilai normal Anteroposterior Inclination Angle pada
populasi bangsa Eropa 5,00 ± 3,40. Sedangkan nilai normal pada populasi Korea hasil
penelitian Kwon didapatkan nilai normal 8,20 ± 3,20.10

Gambar 8 Cara pengukuranAnteroposterior Inclination angle, Antroposterior Gap dan


Anterior Distal tibia angle

G. Pengukuran Anterior Distal Tibial Angle


Anterior Distal Tibial Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior sendi
tibia dengan garis sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral.

20
Satuan pengukuran derajat.10Mendicino dkk mendapatkan nilai normal Anterior
Distal Tibia Angle pada populasi bangsa Eropa 800 ± 30. Sudut ini digunakan untuk
melihat kemiringan permukaan sendi talokrural dengan sumbu panjang tibia dari
anterior.10
Pengukuran Anteroposterior Gap
Anteroposterior Gap adalah jarak antara garis tegak lurus sumbu panjang tibia
pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond dengan garis tegak lurus sumbu
panjang tibia pada ujung posterior permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran melimeter.10
Stagni dkk mendapatkan nilai normal Anteroposterior Gap pada populasi bangsa
Eropa 2,7 ± 1,8 mm . Sedangkan nilai normal pada populasi korea hasil penelitian
Kwon didapatkan nilai normal yang lebih besar yaitu: 4,2 ± 1,7 mm.10

2.6 Pengukuran Range of Motion Sendi Pergelangan Kaki


Range of Motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi atau sekelompok sendi. Terdapat dua macam ROM, yaitu aktif ROM dan
pasif ROM. Pada aktif ROM pergerakan rentang sendi dilakukan sendiri oleh orang
yang diperiksa , sedangkan pada pasif ROM pergerakan rentang sendi dilakukan oleh
pemeriksa. Normalnya pasif ROM lebih besar dari aktif ROM. Faktor yang
mempengaruhi ROM adalah usia, jenis kelamin, Body Mass Index dan aktifitas.12
Posisi awal untuk mengukur ROM adalah dari posisi anatomis. Ada 3 macam sistem
penulisan hasil pengukuran ROM, Yaitu:12
a. Sistem pencatatan 0 ke 180 derajat.
Sistem ini disebut juga dengan metode neutral zero. Metode ini pertama kali di
perkenalkan oleh Silver pada tahun 1923. Metode ini digunakan secara luas di dunia,
seperti oleh American Academy of Orthopaedic Surgeon dan American Medical
Association. Pengukuran 0 derajat dimulai dari posisi anatomis dan dilakukan
pengukuran rentang sendi sampai 180 derajat.
b. Sistem pencatatan 180 ke 0 derajat.

21
Pengukuran dengan sistem ini dimulai dari posisi anatomis, dimana titik ini di
mulai dengan 180 derajat dan dilakukan pengukuran rentang sendi sampai 0 derajat.
c. Sistem Pencatatan 360 derajat.
Sistem ini melakukan pengukuran ini dimulai dari posisi anatomis dan dilakukan
pengukuran rentang sendi sampai 360 derajat.

2.6.1 Pengukuran Dorsofleksi


ROM dorsofleksi pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon dan American Medical Association adalah 200. Pengukuran
ROM dorsofleksi dipengaruhi oleh posisi sendi lutut pada saat pengukuran dan
apakah dilakukan dilakukan dengan posisi weight bearing atau non weight bearing.
Pengukuran ROM dorsofleksi dengan posisi sendi lutut fleksi akan lebih besar dari
pengukuran ROM dorsifleksi dengan posisi sendi lutut ekstensi. Hal ini karena pada
posisi sendi lutut fleksi maka otot gastrocnemius dalam keadaan kendor sehingga
tegangan pada otot ini tidak membatasi pergerakan ROM dorsofleksi. Pengukuran
ROM dorsofleksi pada posisi weight bearing memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan pengukuran pada posisi non weight bearing.12
Cara pengukuran ROM dorsofleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non
weight bearing adalah:12,230
1. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.

22
Gambar 9 Cara Pengukuran ROM Dorsofleksi pada Posisi Sendi Lurut Fleksi Dengan
Non weight bearing

1. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah


pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
2. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki dorsofleksi dengan cara pendorong
telapak kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
2.6.2 Pengukuran Plantarfleksi
ROM Plantarfleksi pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon adalah 500 dan menurut American Medical Association adalah
400. Sama dengan pengukuran ROM dorsofleksi, pemeriksaan ROM plantarfleksi
juga dipengaruhi oleh posisi sendi lutut pada saat pemeriksaan dan apakah dilakukan
dengan posisi weight bearing atau non weight bearing.12
Cara pengukuran ROM plantarfleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non
weight bearing adalah:10,30
1. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.

23
Gambar 10 Cara Pengukuran ROM platarfleksi pada posisi sendi lurus fleksi dengan
non weight bearing

1. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah


pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
2. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki plantarfleksi dengan cara
pendorong punggung kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari
pemeriksaan.

2.6.3 Pengukuran Eversi


Eversi adalah kombinasi dari gerakan pronasi, abduksi dan dorsofleksi. ROM
eversi sendi subtalar pada orang dewasa normal menurut American Academy of
Orthopaedic Surgeon adalah 50. Collete dkk mendapatkan nilai normal ROM eversi
8,30 ± 3,60. Cara pengukuran ROM eversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:12,30,31

24
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.

Gambar 11 Cara pengukuran ROM Eversi pada posisi prone dengan non weight bearing

1. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan


kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik
00.
2. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
3. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kelateral dengan gerakan pronasi,
abduksi dan dorsofleksi sehingga terjadi subtalar eversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.

2.6.4 Pengukuran Inversi


Inversi adalah kombinasi dari gerakan supinasi, adduksi dan plantar fleksi.
ROM inversi sendi subtalar pada orang dewasa normal menurut American Academy
of Orthopaedic Surgeon adalah 5 derajat. Collete dkk mendapatkan nilai normal
ROM eversi 150 ± 6,10. Cara pengukuran ROM inversi sendi subtalar dengan non
weight bearing adalah:12,30,31

25
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 0 fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 00 fleksi dan ekstensi. Kaki
dalam keadaan tergantung.

Gambar 12 cara pengukuran ROM Investasipada posisi pronedengan non weight bearing

1. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan


kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik
00.
2. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
3. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kemedial dengan gerakan supinasi,
adduksi dan plantar fleksi sehingga terjadi subtalar inversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Ras/ Suku Bangsa

26
Nutrisi Genetik Hormonal Lingkungan

Pertumbuhan Tulang

Ukuran tulang/ Morfometri

3.2 Hipotesis Penelitian


Tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam hal ukuran
antropometri sendi pergelangan kaki pada manusia dewasa etnis Minangkabau.

27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Rancangan penelitian berupa penelitian survei dengan analitik korelasional
dan rancangan cross sectional.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M Djamil Padang dan Semen Padang
Hospital Periode Februari 2015 hingga April 2015.

a. Populasi dan Sampel


Penelitian dilakukan pada Wanita dan pria usia 21-35 tahun, etnis Minangkabau
dalam lingkungan Rumah Sakit M Djamil Padang dan Semen Padang Hospital.
Besar sampel ditentukan secara uji statistik menggunakan rumus besar sampel untuk
estimasi rerata (mean) suatu populasi:33

n=

n : jumlah sampel
Zα : derajat ketepatan yang dikehendaki 95% (Z= 1,96)
S : simpang baku nilai rerata dalam populasi (dari pustaka) → (2,9)
d : tingkat ketepatan absolut yang diinginkan → (1)
Maka didapatkan jumlah sampel:

n =32,3 → n= 33
Diperoleh ukuran sampel minimal sebesar: 33 sampel. Pada penelitian ini
sampel direncanakan sebanyak 50 orang, dimana sampel terdiri dari 25 orang laki-
laki dan 25 orang perempuan.

28
4.4 Kriteria Subjek Penelitian
4.4.1 Kriteria Inklusi
1. Wanita dan pria etnis Minangkabau usia antara 21–35 tahun
2. Setuju diikutsertakan dalam penelitian
4.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Wanita dan pria dengan kelainan anatomis bawaan atau didapat.
2. Wanita dan pria dengan kelainan lutut, tulang belakang ataupun pergelangan
kaki yang pernah didiagnosa sebagai penyakit tertentu oleh dokter.
3. Wanita dan pria dengan riwayat kecelakaan atau operasi pada ekstremitas
inferior sebelumnya.
4. Wanita dan pria dengan riwayat penyakit sistemik yang bersifat menahun.
5. Wanita dan pria dengan riwayat polio.

4.5 Definisi Operasional


1. Antropometri radiologis
Kumpulan data hasil pengukuran bagian tertentu dari tubuh manusia yang
dilakukan dengan cara mengukur dimensi dan sudut tertentu pada hasil pemeriksaan
x-ray.
2. Sendi pergelangan kaki normal
Sendi lutut pada wanita dan pria dewasa tanpa disertai keluhan dan riwayat
trauma atau kelainan lain.
3. Etnis Minangkabau
Kelompok etnik nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh
Riau daratan, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera
Utara, barat daya Aceh dan juga Negeri Sembilan Malaysia.34
4. Manusia dewasa
Wanita dan pria berusia antara 21–35 tahun, dengan asumsi bahwa sudah terjadi
penutupan lempeng epifisis.

29
5. Range of Motion
Range of Motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi atau sekelompok sendi.

4.6 Metode Pengumpulan Data


Setelah subyek penelitian memahami dan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan, serta telah mengisi formulir persetujuan, maka dilakukan pengukuran
terhadap ROM dan pemeriksaan x-ray sendi pergelangan kaki. Pengukuran ROM dan
pemeriksaan x-ray dilakukan pada sendi pergelangan kaki kanan subyek penelitian.
Hasil x-ray yang didapat akan diperiksa kelayakkannya sesuai protokol radiologi oleh
observer radiologi. Terhadap hasil x-ray dilakukan pengukuran secara komputerisasi
pada batas-batas daerah yang akan diukur dan hasil pengukuran akan dievaluasi oleh
observer radiologi.

4.7 Alat dan Mesin X-Ray


Pada penelitian ini alat-alat dan mesin x-ray yang diperlukan terdiri dari:
1. Goniometer
2. Alat X-ray
3. Film

4.8 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki


4.8.1 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki Proyeksi Anteroposterior
Cara pengambilan x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi anteroposterior
adalah:
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
5. Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.

30
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal dan
batas permukaan kulit dilateral dan medial.
Central Point di pertengahan antara maleolus lateral dan maleolus medial.
4.8.2 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki Proyeksi Mortise
Cara pengambilan x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi mortise adalah:
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
5. Tungkai di rotasikan kemedial 150 sampai kedua maleolus memiliki jarak
yang sama kekaset.
6. Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
7. Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
8. Central Poin di pertengahan antara maleolus lateral dan maleolus medial.
4.8.3 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki Proyeksi Lateral
Cara pengambilan x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi lateral adalah:
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Tungkai yang akan diperiksa difleksikan 450 pada sendi lutut dan tungkai
bawah dirotasikan kelateral 900 sehingga kaset berada dibawah maleolus
lateral.
5. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.

31
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, kalkaneus, bagian proksimal
metatarsal dan batas permukaan kulit posterior dan anterior.
Central Poin di maleolus medial.

4.9 Teknik Pengukuran Range of Motion Sendi Pergelangan Kaki


Teknik Pengukuran Range of Motion Dorsofleksi Sendi Pergelangan Kaki
Cara pengukuran ROM dorsofleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non weight
bearing adalah:
1. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki dorsofleksi dengan cara pendorong
telapak kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
4.9.2 Teknik Pengukuran Range of Motion Plantarfleksi Sendi Pergelangan
Kaki
1. Cara pengukuran ROM plantarfleksi pada posisi sendi lurut fleksi dengan non
weight bearing adalah:
2. Pasien dalam posisi duduk dengan posisi sendi lutut fleksi 90 0 dan telapak
kaki dalam keadaan anatomis.
3. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas maleolus lateral dengan lengan
proksimal goniometer segaris dengan caput fibula dan lengan distal
goniometer segaris dengan sisi lateral metatarsal V. Ini merupakan titik 00.
4. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.

32
5. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki plantarfleksi dengan cara
pendorong punggung kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari
pemeriksaan.
4.9.3 Teknik Pengukuran Range of Motion Eversi Sendi Pergelangan Kaki
Cara pengukuran ROM eversi sendi subtalar dengan non weight bearing adalah:
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan
kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik
00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kelateral dengan gerakan pronasi,
abduksi dan dorsofleksi sehingga terjadi subtalar eversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
4.9.4 Teknik Pengukuran Range of Motion Inversi Sendi Pergelangan Kaki
1. Cara pengukuran ROM inversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:
2. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.
3. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan
kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah dari kalkaneus. Ini merupakan
titik 00.

33
4. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
5. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kemedial dengan gerakan supinasi,
adduksi dan plantar fleksi sehingga terjadi subtalar inversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
4.9.5 Pengukuran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki
A. Pengukuran Talocrural Angel
Talocrural angel adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
ujung dari kedua maleolus dengan garis yang tegak lurus dengan permukaan sendi
tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat.
A. Pengukuran Tibiofibular Overlap
Tibifibular Overlap diukur dari jarak maksimal tumpang tindih antara distal fibula
dengan tuberculum tibia anterior. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial
plafond. Pengukuran ini dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran melimeter.
B. Pengukuran Tibiofibular Clear Space
Tibiofibular Clear Space diukur dari jarak antara batas medial fibula dengan batas
lateral tibia. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.
C. Pengukuran Talar Tilt
Talar tilt adalah sudut yang dibentuk oleh garis permukaan sendi talus dengan
garis permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan
proyeksi mortise. Satuan pengukuran derajat.
D. Pengukuran Medial Malleolar Length
Medial Malleolar Length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus medial. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.

34
E. Pengukuran Lateral Malleolar Length
Lateral Malleolar Length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus lateral. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.
F. Pengukuran Medial Clear Space
Medial Clear Space diukur jarak antara pinggir medial maleolus medial dengan
pinggir medial talus. Jarak ini diukur pada 0,5 cm dibawah permukaan talar dome.
Pengukuran dilakukan pada proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.
G. Pengukuran Anteroposterior Inclination Angle
Anteroposterior Inclination Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral.
Satuan pengukuran derajat.
4.9.6 Pengukuran Sudut antara Tibial Plafond dengan Sumbu Tibia
Sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan sumbu tibia disebut juga
Johnson Angle. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran derajat.
4.9.7 Pengukuran Anterior Distal Tibial Angle
Anterior Distal Tibial Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan garis sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi
lateral. Satuan pengukuran derajat.
4.9.8 Pengukuran Anteroposterior Gap
Anteroposterior Gap adalah jarak antara garis tegak lurus sumbu panjang tibia
pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond dengan garis tegak lurus sumbu
panjang tibia pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran melimeter

35
4.10 Alur Penelitian
Rekomendasi kelayakkan etik penelitian

Subjek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi

Informed consent kepada subjek penelitian

Subyek penelitian memahami dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan

Mengisi formulir persetujuan

Pengukuran ROM dan Pengambilan x-ray pada sendi pergelangan kaki kanan dari
subjek penelitian

Pemeriksaan oleh seorang observer radiologi.

Dilakukan pengukuran secara komputerisasi

HASIL

Analisa data dan statistik

Pengolahan Data
Data akan dianalisa untuk menghitung ukuran–ukuran statistik mean, median
dan standar deviasi. Untuk melihat korelasi antara ukuran hasil penelitian
antropometri manusia dewasa etnis Minang dengan ukuran hasil penelitian
antropometri dari kepustakaan yang ada selama ini digunakan t-test independen
dengan derajat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil uji ditentukan oleh nilai p < 0,05.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. AT, B. A. (1959). Miangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka.


2. Darmayanti, E. (2017). Classification and Diagnosis in Orthopaedic Trauma.
Surabaya: Balai Pustaka.
3. K, F. (2019). Kegawatdaruratan dalam kebidanan. Jakarta: PT.Erlangga.
4. Namirah, A. (2017). Asuhan Kebidanan dan Kehamilan. Surabaya: PT.
Gramedia.

37

Anda mungkin juga menyukai