Buat:
Judul gambar.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................8
2.1 Anatomi Sendi Pergelangan Kaki........................................................................8
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN..............27
3.1 Kerangka Konseptual........................................................................................27
3.2 Hipotesis Penelitian..........................................................................................27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................28
4.1 Jenis Penelitian..................................................................................................28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................28
4.4 Kriteria Subjek Penelitian..................................................................................29
4.5 Definisi Operasional..........................................................................................29
4.6 Metode Pengumpulan Data.............................................................................30
4.7 Alat dan Mesin X-Ray.......................................................................................30
4.8 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki.......................................30
4.9 Teknik Pengukuran Range of Motion Sendi Pergelangan Kaki........................32
4.10 Alur Penelitian.................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengukuran Antropometri................................................................................5
Tabel 2 Pengukuran dimensi Tubuh............................................................................11
Tabel 3 Gambaran Radiologis.....................................................................................15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
dari sendi pergelangan kaki. Pengukuran antropometri secara radiologis juga
memegang peranan penting bagi keberhasilan tindakan operasi pada sendi
pergelangan kaki. Nilai yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat memprediksi
keberhasilan tindakan operasi, melalui penilaian pre-operatif dan post-operatif.
Pada penelitian antropometri sendi pergelangan kaki sebelumnya, Patil dkk
mendapatkan tibiofibular clear space pada x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi
anteroposterior (AP) 2.4 mm dengan proyeksi mortise 4.5 mm, tibiofibular overlap
pada proyeksi AP 11.2 mm dengan proyeksi mortise 4.2 mm, dan talocrural angle
pada proyeksi AP 77.7 mm dengan proyeksi mortise 79.9 mm. Ia juga menemukan
length of medial malleolus pada proyeksi AP 15.3 mm dengan proyeksi mortise 15.3
mm dan length of lateral malleolus pada proyeksi AP 27.35 mm dengan proyeksi
mortise 26.5 mm. . (Namirah, 2017)
Tabel 1 Pengukuran Antropometri
Goker dkk dalam penelitiannya mendapatakan ukuran medial clear space 2,56
± 0,50 mm pada sendi pergelangan kaki kanan dan 2,55 ± 0,48 mm pada sendi
pergelangan kaki kiri. Goker juga menemukan medial clear space pada laki-laki lebih
lebar dibandingkan pada perempuan.9 Stagni dkk mendapatkan nilai normal
anteroposterior inclination angle pada populasi bangsa Eropa 5,00 ± 3,40, sedangkan
nilai normal pada populasi Korea hasil penelitian Kwon didapatkan 8,20 ± 3,20.10
Kwon dkk mendapatkan ukuran morfometri pergelangan kaki pada orang Korea lebih
kecil dibandingkan dengan ukuran pada orang kulit putih.10 Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kuo dkk pada populasi ras Cina yang menemukan
ukuran morfometri sendi pergelangan kaki lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
pada orang kulit putih.11
5
Range of motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
suatu atau sekelompok sendi. Pada sendi pergelangan kaki terdapat empat pergerakan
sendi yaitu: dorsofleksi, plantarfleksi, eversi dan inversi. ROM dorsofleksi,
plantarfleksi, eversi dan inversi pada orang dewasa normal menurut American
Academy of Orthopaedic Surgeon secara berurut adalah 200, 500, 50 dan 50.12
Sendi pergelangan kaki adalah sendi yang komplek yang menerima beban tubuh yang
penting dalam tahapan berjalan. Karena itu kelainan pada sendi ini harus direposisi
seanatomis mungkin. Lebih lebarnya ankle mortise 1 mm saja akan menyebabkan
berkurangnya luas kontak dari tibiotalar sebesar 42%, hal ini akan menyebabkan
instabilitas sendi dan meningkatnya kejadian osteoartritis. Karena itu pemahaman
tentang antropometri sendi pergelangan kaki sangat penting.9
Selama ini sudah terdapat nilai-nilai normal pemeriksaan radiologis sendi
pergelangan kaki dari berbagai penelitian di dunia. Hal ini lazim digunakan sebagai
pedoman untuk memperkirakan adanya kelainan pada sendi pergelangan kaki. Nilai-
nilai tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan di negara-negara barat
dengan subjek penelitian terutama bangsa kulit putih, yang secara fisik berbeda
dengan populasi lokal di Indonesia. Dengan demikian, kurang dapat memberikan
gambaran mengenai nilai-nilai normal pada populasi lokal, sehingga data-data yang
ada tidak dapat dijadikan nilai standar untuk populasi lokal di Indonesia.
6
1.3 Tujuan Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi pergelangan kaki adalah daerah persendian antara tungkai bawah dan
kaki. Sendi pergelangan kaki merupakan sendi yang menyokong berat badan dan
penting dalam tahapan berjalan berupa gerakan plantarfleksi dan dorsofleksi.5
Sendi ini dibentuk oleh bagian distal tibia, bagian distal fibula, talus dan kalkaneus.
Sendi pergelangan kaki terdiri dari 3 persendian yang kompleks, yaitu sendi
talokrural, sendi tibiofibular distal dan sendi subtalar.3,4,5
2.1.1 Sendi Talokrural
Sendi talokruralis adalah persendian antara tibia dan fibula pada bagian
proksimal dengan talus pada bagian distal.3,16 Sendi ini berupa sendi engsel atau sendi
pelana.8,9 Pada bagian proksimal sendi ini dibentuk oleh ankle mortise yang
merupakan lengkung tulang yang dibentuk oleh tibial plafond, bersama dengan
maleolus medial dan maleolus lateral. Pada bagian distal sendi ini dibentuk oleh
bagian atas corpus talus. Bentuk tulang-tulang dan kekuatan ligamen disekelilingnya
menjadikan sendi ini kuat dan stabil.13,14
Dibagian medial terdapat ligamentum deltoideum merupakan ligamentum
yang kuat. Ligamentum ini seperti kipas, dimana puncaknya melekat pada ujung
maleolus medialis dan dibawahnya melekat pada sisi medial talus, sustentaculum tali,
ligamentum calcaneonaviculare plantare dan tuberositas ossis naviculare.8,24
Ligamentum ini terbagi menjadi serat superfisial dan profunda.15
Dibagian lateral terdapat ligamentum lateral yang lebih lemah dari ligamentum
deltoideum. Ligamentum ini terdiri dari atas tiga pita, yaitu:13,15
A. Ligamentum Talofibulare Anterior
Ligamentum ini berjalan dari malleolus lateralis ke permukaan lateral talus.
Ligamentum ini berfungsi untuk mempertahankan peranjakan ke anterior talus dari
mortise dan gerakan inversi dan internal rotasi talus terhadap tibia. Ligamentum ini
8
lebih lemah dibandingkan dengan ligamentum calcaneofibulare dan ligamentum
talofibulare posterior, sehingga paling sering cidera pada ligamentum talokruralis
lateral.4,15
B. Ligamentum Calcaneofibulare
Ligamentum ini berjalan dari ujung malleolus lateralis ke permukaan lateral
calcaneus. Ligamentum ini menahan gerakan supinasi dari sendi talokrural dan sendi
subtalar. Sendi ini kedua tersering cedera pada ligamentum talokruralis lateral.4
C. Ligamentum Talofibulare Posterior
Ligamentum ini berjalan dari malleolus lateralis ke tuberculum posterior ossis
tali. Ligamentum ini menahan gerakan inversi dan internalrotasi dari sendi
talokrural.13 Ligamentum ini paling jarang cedera pada ligamentum talokruralis
lateral. Pada posisi pergelangan kaki netral dan plantarfleksi ligamentum ini akan
kendor dan pada saat posisi pergelangan kaki dorsofleksi ligamentum ini akan
tegang.4,15
9
Gambar 2 Anatomi Sendi Talokrural Dari Posterior
10
untuk menilai kelainan pada syndesmosis adalah: tibiofibular overlap, tibiofibular
clear space dan rasio dari medial dan superior clear space.9
2.1.3 Sendi Subtalar
Sendi subtalar disebut juga calcaneotalar joint adalah persendian antara
bagian inferior dari talus dan bagian superior dari kalkaneus. Pergerakan inversi dan
eversi sendi pergelangan kaki terjadi pada sendi ini. Sendi ini sangat kuat dan diikat
oleh ligamentum medial talokalcaneus, ligamentum lateral talokalcaneus dan
ligamentum interosseus talokalcaneus. Karna kuatnya sendi ini maka trauma eversi-
inversi pada sendi pergelangan kaki lebih sering terjadi pada sendi talokrural
dibanding sendi subtalar.3,4,13,14
2.2 Antropometri dan Pengukuran Dimensi Tubuh
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh
manusia guna merumuskan perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ilmu
ini berkembang sejak abad ke-19. Istilah antropometri pertama kali diperkenalkan
oleh Quetlet seorang ilmuan asal Belgia dalam bukunya Antrhopometrie. Pada awal
perkembangannya antropometri banyak ditujukan bagi perkembangan ilmu anatomi,
fisiologi dan taksonomi. Data antropometri untuk perbandingan antar ras pertamakali
dikembangkan oleh Line, Buffon dan White.1
11
Berdasarkan cara pengukurannya antropometri dapat dibagi menjadi menjadi
antropometri statis dan antropometri dinamis. Pada antropometri statis pengukuran
dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau tidak bergerak, sedangkan pada
antropometri dinamis pengukuran dilakukan pada posisi tubuh yang sedang bergerak.
Alat yang dipakai untuk pengukuran tubuh manusia disebut antropometer. Selain
antropometer terdapat bermacam teknik dan peralatan pengukur yang lain seperti
sistem kamera fotometrik, sistem kamera andrometrik dan stereofotogrametri, namun
pemakaiannya tidak terlalu luas dan rumit.1
2.3 Hubungan Antropometri dengan Etnis
Pada berbagai kelompok etnis, bagian tubuh manusia tunbuh dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Sebagai hasilnya, manusia dewasa dari kelompok etnis
tertentu mempunyai ukuran dan proporsi tubuh tersendiri. Menurut Wolanski
pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan dan
aktifitas fisik.2
Bogin dalam penelitiannya menyatakan kelompok etnis memiliki potensi
genetik yang bervariasi yang terlihat dari perbedaan bermacam ciri morfologinya,
termasuk tinggi badan dan proporsi tubuh. Variasi dari proporsi tubuh ini
mempengaruhi kapasitas kemampuan fisik seseorang. Contohnya menurut Carter
mendapatkan bahwa atlet lompat tinggi profesional mempunyai tungkai dan lengan
yang lebih panjang dibandingkan dengan atlet senam profesional yang mempunyai
bentuk badan yang ditandai dengan tungkai yang lebih pendek dibandingkan dengan
panjang badannya.2
Proporsi tubuh dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas nutrisi yang diberikan selama
periode pertumbuhan, sehingga status sosioekonomi juga mempengaruhi ukuran
tubuh manusia. Dalam penelitiannya Lasota mendapatkan ukuran tubuh manusia juga
dipengaruhi oleh faktor endokrin. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
thyroxine, growth hormone dan sex steroids hormone.2,6
12
Proyeksi yang sering digunakan pada pemeriksaan radiologis sendi
pergelangan kaki adalah proyeksi anteroposterior dan proyeksi lateral. Namun untuk
memperjelas gambaran permukaan sendi (ankle mortise) digunakan proyeksi mortise.
Selain tiga proyeksi diatas masih ada beberapa proyeksi pemeriksaa radiologis sendi
pergelangan kaki yang digunakan pada keadaan tertentu. Proyeksi pemeriksaan
radiologis sendi pergelangan kaki yang lain adalah internal oblique view, eksternal
oblique view, anterior draw stress view dan inversion stress view. 20,21
Pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki sangat sensitif dengan posisi
pergelangan kaki.21 Karena itu pemeriksaan dilakukan dengan posisi sendi
pergelangan kaki netral, dimana permukaan telapak kaki tegak lurus dengan meja
pemeriksaan. 3,17,20
2.4.1 Proyeksi Anteroposterior
Cara pemeriksaan radiologis sendi pergelangan kaki dengan proyeksi AP adalah:17,20,21
13
Gambar 4 Gambaran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki Normal Proyeksi Antroposterior
14
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal dan batas
permukaan kulit dilateral dan medial. Central Poin di pertengahan antara maleolus
lateral dan maleolus medial.
15
Gambar 5 Posisi Pemeriksaan Radiologis Sendi Pergelangan kaki Dengan Proyeksi Lateral
16
2.5 Pengukuran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki
2.5.1 Pengukuran Talocrural Angel
Talocrural angel adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
ujung dari kedua maleolus dengan garis yang tegak lurus dengan permukaan sendi
tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat.8
Berbagai penelitian mendapatkan hasil yang beragam dalam nilai normal
talocrural angel. Donna dkk menemukan nilai normal talocrural angel 77 ± 40.19
Sedangkan Rolfe dkk mendapatkan nilai rata-rata talocrural angel 78,50 dengan
range 750 sampai 860.28 Isman mendapatkan nilai normal 800 ± 40 dengan range
680 sampai 880.24 Patil dkk mendapatkan talocrural angle pada proyeksi AP 77.7mm
dan proyeksi mortise 79.9mm.8
A. Pengukuran Tibiofibular Overlap
Tibiofibular Overlap diukur dari jarak maksimal tumpang tindih antara distal
fibula dengan tuberculum tibia anterior. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan
tibial plafond. Pengukuran ini dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran melimeter.7,8,25
Patil dkk mendapatkan nilai normal Tibiofibular overlap pada proyeksi AP 11.2
mm dan proyeksi mortise 4.2 mm8, sedangkan Shishirkumar dalam penelitiannya
pada populasi di India Selatan mendapatkan nilai 10,67 mm pada proyeksi mortise.26
Kegunaan klinis Tibiofibular Overlap adalah untuk memprediksi cedera pada
syndesmosis akibat dari fraktur atau cedera ligamen.25 Apabila Tibiofibular Overlap
tidak ditemukan maka kemungkinan terdapat cedera pada syndesmosis7
Pneumaticos dkk mengatakan Tibiofibular Overlap selalu ada disetiap pemeriksaa
x-ray pergelangan kaki. Namun Sowman dkk dalam penelitiannya menemukan
adanya variasi anatomi normal dimana tidak terdapatnya Tibiofibular Overlap tanpa
adanya cedera pada syndesmosis.25
B. Pengukuran Tibiofibular Clear Space
17
Tibiofibular Clear Space diukur dari jarak antara batas medial fibula dengan batas
lateral tibia. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.7,8,25
Patil dkk mendapatkan nilai normal Tibiofibular clear space pada proyeksi AP 2.4
mm dan pada proyeksi mortise 4.5 mm.8 Kegunaan klinis tibiofibular clear space
adalah untuk memprediksi cedera pada syndesmosis akibat dari fraktur atau cedera
ligament. Apabila Tibiofibular Clear Space besar dari 6 mm maka kemungkinan
terdapat cedera pada syndesmosis.7
Pengukuran Talar Tilt
Talar tilt adalah sudut yang dibentuk oleh garis permukaan sendi talus dengan
garis permukaan sendi tibial plafond. Biasanya pada sendi pergelangan kaki garis ini
paralel. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat. Nilai normal talar tilt 00 ± 1,50. Melebarnya sudut ini
menandakan pergeseran talus dari tibia.32
Pengukuran Medial Malleolar Length
Medial malleolar length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus medial. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter. Patil dkk mendapatkan medial malleolar
length pada proyeksi AP 15.3 mm dan proyeksi mortise 15.3 mm.8
C. Pengukuran Lateral Malleolar Length
Lateral malleolar length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus lateral. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.8
Patil dkk mendapatkan lateral malleolar length pada proyeksi AP 27.35 mm dan
proyeksi mortise 26.5 mm.8 Rukavina dalam penelitiannya menyatakan terdapatnya
hubungan pemendekan fibula dengan komplikasi post traumatic osteoarthritis.27
D. Pengukuran Medial Clear Space
Medial Clear Space diukur jarak antara pinggir lateral maleolus medial dengan
pinggir medial talus. Jarak ini diukur pada 0,5 cm dibawah permukaan talar dome.
Pengukuran dilakukan pada proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.8,28
18
Kegunaan klinis Medial Clear Space adalah untuk memprediksi cedera pada
ligamentum deltoid akibat dari fraktur atau cedera ligamen. Apabila Medial Clear
Space besar dari 4 mm maka kemungkinan terdapat cedera pada ligamentum deltoid.8
Goker dkk dalam penelitiannya mendapatakan ukuran medial clear space sendi
pergelangan kaki kanan 2,56 ± 0,50 mm dan 2,55 ± 0,48 mm pada sendi
pergelangan kaki kiri. Goker juga menemukan medial clear space pada laki-laki lebih
lebar dibandingkan pada perempuan.9
Nelson dkk menyatakan bahwa posisi plantarfleksi pergelangan kaki
mempengaruhi ukuran medial clear space. Karena itu posisi pergelangan kaki waktu
pengambilan x-ray sangat penting untuk menghindari false positive dalam
pengukuran radiologis.28
Gambar 7 Cara Pengukuran Tibiofibuler Overlap, Tibiofibular Clean Space dan medial clean
space.
19
L pinggir lateral fibula, M pinggir media fibula, A tuberkulum tibia
anterior, P Tuberkulum tibia posterior, I lantai Insisura Fibualaris, T tibia
plafon, S titik paling superior dari medialmeleolus media, AM adalah
tibiofibular overlap, MI adalah tibiofibular clean space, TS adalah superior
clean space. MTLMM adalah medial clear space
E. Pengukuran Sudut antara Tibial Plafond dengan Sumbu Tibia
Sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan sumbu tibia disebut juga
Johnson Angle. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran derajat. Isman mendapatkan nilai normal 850 ± 50 dengan range
750 sampai 960. Sudut ini digunakan untuk melihat kemiringan permukaan sendi
talokrural dengan sumbu panjang tibia dari anterior.24
F. Pengukuran Anteroposterior Inclination Angle
Anteroposterior Inclination Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan garis tegak lurus sumbu panjang tibia pada ujung maleolus
posterior. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran derajat.10
Stagni dkk mendapatkan nilai normal Anteroposterior Inclination Angle pada
populasi bangsa Eropa 5,00 ± 3,40. Sedangkan nilai normal pada populasi Korea hasil
penelitian Kwon didapatkan nilai normal 8,20 ± 3,20.10
20
Satuan pengukuran derajat.10Mendicino dkk mendapatkan nilai normal Anterior
Distal Tibia Angle pada populasi bangsa Eropa 800 ± 30. Sudut ini digunakan untuk
melihat kemiringan permukaan sendi talokrural dengan sumbu panjang tibia dari
anterior.10
Pengukuran Anteroposterior Gap
Anteroposterior Gap adalah jarak antara garis tegak lurus sumbu panjang tibia
pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond dengan garis tegak lurus sumbu
panjang tibia pada ujung posterior permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran melimeter.10
Stagni dkk mendapatkan nilai normal Anteroposterior Gap pada populasi bangsa
Eropa 2,7 ± 1,8 mm . Sedangkan nilai normal pada populasi korea hasil penelitian
Kwon didapatkan nilai normal yang lebih besar yaitu: 4,2 ± 1,7 mm.10
21
Pengukuran dengan sistem ini dimulai dari posisi anatomis, dimana titik ini di
mulai dengan 180 derajat dan dilakukan pengukuran rentang sendi sampai 0 derajat.
c. Sistem Pencatatan 360 derajat.
Sistem ini melakukan pengukuran ini dimulai dari posisi anatomis dan dilakukan
pengukuran rentang sendi sampai 360 derajat.
22
Gambar 9 Cara Pengukuran ROM Dorsofleksi pada Posisi Sendi Lurut Fleksi Dengan
Non weight bearing
23
Gambar 10 Cara Pengukuran ROM platarfleksi pada posisi sendi lurus fleksi dengan
non weight bearing
24
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.
Gambar 11 Cara pengukuran ROM Eversi pada posisi prone dengan non weight bearing
25
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 0 fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 00 fleksi dan ekstensi. Kaki
dalam keadaan tergantung.
Gambar 12 cara pengukuran ROM Investasipada posisi pronedengan non weight bearing
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
26
Nutrisi Genetik Hormonal Lingkungan
Pertumbuhan Tulang
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
n=
n : jumlah sampel
Zα : derajat ketepatan yang dikehendaki 95% (Z= 1,96)
S : simpang baku nilai rerata dalam populasi (dari pustaka) → (2,9)
d : tingkat ketepatan absolut yang diinginkan → (1)
Maka didapatkan jumlah sampel:
n =32,3 → n= 33
Diperoleh ukuran sampel minimal sebesar: 33 sampel. Pada penelitian ini
sampel direncanakan sebanyak 50 orang, dimana sampel terdiri dari 25 orang laki-
laki dan 25 orang perempuan.
28
4.4 Kriteria Subjek Penelitian
4.4.1 Kriteria Inklusi
1. Wanita dan pria etnis Minangkabau usia antara 21–35 tahun
2. Setuju diikutsertakan dalam penelitian
4.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Wanita dan pria dengan kelainan anatomis bawaan atau didapat.
2. Wanita dan pria dengan kelainan lutut, tulang belakang ataupun pergelangan
kaki yang pernah didiagnosa sebagai penyakit tertentu oleh dokter.
3. Wanita dan pria dengan riwayat kecelakaan atau operasi pada ekstremitas
inferior sebelumnya.
4. Wanita dan pria dengan riwayat penyakit sistemik yang bersifat menahun.
5. Wanita dan pria dengan riwayat polio.
29
5. Range of Motion
Range of Motion (ROM) adalah rentang pergerakan yang bisa dilakukan oleh
suatu sendi atau sekelompok sendi.
30
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal dan
batas permukaan kulit dilateral dan medial.
Central Point di pertengahan antara maleolus lateral dan maleolus medial.
4.8.2 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki Proyeksi Mortise
Cara pengambilan x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi mortise adalah:
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
5. Tungkai di rotasikan kemedial 150 sampai kedua maleolus memiliki jarak
yang sama kekaset.
6. Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
7. Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, bagian proksimal metatarsal
dan batas permukaan kulit dilateral dan medial.
8. Central Poin di pertengahan antara maleolus lateral dan maleolus medial.
4.8.3 Teknik Pengambilan X-Ray Sendi Pergelangan Kaki Proyeksi Lateral
Cara pengambilan x-ray sendi pergelangan kaki proyeksi lateral adalah:
1. Pasien berbaring supine atau duduk di atas meja pemeriksaan.
2. Kedua tungkai dalam posisi ekstensi dengan tungkai yang diperiksa dalam
posisi AP dan sejajar dengan aksis memanjang dari meja pemeriksaan.
3. Letakkan kaset dengan ukuran 18 x 24 cm dibawah pergelangan kaki.
4. Tungkai yang akan diperiksa difleksikan 450 pada sendi lutut dan tungkai
bawah dirotasikan kelateral 900 sehingga kaset berada dibawah maleolus
lateral.
5. Kaki dalam keadaan dorsofleksi dengan permukaan telapak kaki tegak lurus
dengan meja pemeriksaan.
31
Central Ray tegak lurus dengan kaset dengan jarak FFD 100 cm.
Kolimasi pada tibia dan fibula sepertiga distal, kalkaneus, bagian proksimal
metatarsal dan batas permukaan kulit posterior dan anterior.
Central Poin di maleolus medial.
32
5. Tangan kiri pemeriksa menggerakkan kaki plantarfleksi dengan cara
pendorong punggung kaki sampai terdapat tahanan. Ini merupakan hasil dari
pemeriksaan.
4.9.3 Teknik Pengukuran Range of Motion Eversi Sendi Pergelangan Kaki
Cara pengukuran ROM eversi sendi subtalar dengan non weight bearing adalah:
1. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.
2. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan
kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah kalkaneus. Ini merupakan titik
00.
3. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
4. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kelateral dengan gerakan pronasi,
abduksi dan dorsofleksi sehingga terjadi subtalar eversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
4.9.4 Teknik Pengukuran Range of Motion Inversi Sendi Pergelangan Kaki
1. Cara pengukuran ROM inversi sendi subtalar dengan non weight bearing
adalah:
2. Posisi menalungkup dengan sendi panggul pada posisi 0 derjat fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Posisi sendi lutut 0 derjat fleksi dan
ekstensi. Kaki dalam keadaan tergantung.
3. Letakkan titik tengah dari goniometer di atas pinggir belakang pergelangan
kaki di titik tengah antara maleolus lateral dan maleolus medial. Lengan
proksimal goniometer segaris dengan garis tengah tungkai bawah dan lengan
distal goniometer segaris dengan titik tengah dari kalkaneus. Ini merupakan
titik 00.
33
4. Tangan kanan pemeriksa mempertahankan tibia dan fibula untuk mencegah
pergerakan sendi lutut dan sendi panggul.
5. Tangan kiri pemeriksa menarik kalkaneus kemedial dengan gerakan supinasi,
adduksi dan plantar fleksi sehingga terjadi subtalar inversi sampai terdapat
tahanan. Ini merupakan hasil dari pemeriksaan.
4.9.5 Pengukuran Radiologis Sendi Pergelangan Kaki
A. Pengukuran Talocrural Angel
Talocrural angel adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
ujung dari kedua maleolus dengan garis yang tegak lurus dengan permukaan sendi
tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran derajat.
A. Pengukuran Tibiofibular Overlap
Tibifibular Overlap diukur dari jarak maksimal tumpang tindih antara distal fibula
dengan tuberculum tibia anterior. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial
plafond. Pengukuran ini dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan
pengukuran melimeter.
B. Pengukuran Tibiofibular Clear Space
Tibiofibular Clear Space diukur dari jarak antara batas medial fibula dengan batas
lateral tibia. Jarak ini diukur pada 1 cm diatas permukaan tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.
C. Pengukuran Talar Tilt
Talar tilt adalah sudut yang dibentuk oleh garis permukaan sendi talus dengan
garis permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan
proyeksi mortise. Satuan pengukuran derajat.
D. Pengukuran Medial Malleolar Length
Medial Malleolar Length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus medial. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.
34
E. Pengukuran Lateral Malleolar Length
Lateral Malleolar Length diukur dari jarak dari permukaan sendi tibial plafond
keujung maleolus lateral. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi
mortise. Satuan pengukuran melimeter.
F. Pengukuran Medial Clear Space
Medial Clear Space diukur jarak antara pinggir medial maleolus medial dengan
pinggir medial talus. Jarak ini diukur pada 0,5 cm dibawah permukaan talar dome.
Pengukuran dilakukan pada proyeksi mortise. Satuan pengukuran melimeter.
G. Pengukuran Anteroposterior Inclination Angle
Anteroposterior Inclination Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi lateral.
Satuan pengukuran derajat.
4.9.6 Pengukuran Sudut antara Tibial Plafond dengan Sumbu Tibia
Sudut antara permukaan sendi tibial plafond dengan sumbu tibia disebut juga
Johnson Angle. Pengukuran dilakukan pada proyeksi AP dan proyeksi mortise.
Satuan pengukuran derajat.
4.9.7 Pengukuran Anterior Distal Tibial Angle
Anterior Distal Tibial Angle adalah sudut antara permukaan anteroposterior
sendi tibia dengan garis sumbu panjang tibia. Pengukuran dilakukan pada proyeksi
lateral. Satuan pengukuran derajat.
4.9.8 Pengukuran Anteroposterior Gap
Anteroposterior Gap adalah jarak antara garis tegak lurus sumbu panjang tibia
pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond dengan garis tegak lurus sumbu
panjang tibia pada ujung anterior permukaan sendi tibial plafond. Pengukuran
dilakukan pada proyeksi lateral. Satuan pengukuran melimeter
35
4.10 Alur Penelitian
Rekomendasi kelayakkan etik penelitian
Pengukuran ROM dan Pengambilan x-ray pada sendi pergelangan kaki kanan dari
subjek penelitian
HASIL
Pengolahan Data
Data akan dianalisa untuk menghitung ukuran–ukuran statistik mean, median
dan standar deviasi. Untuk melihat korelasi antara ukuran hasil penelitian
antropometri manusia dewasa etnis Minang dengan ukuran hasil penelitian
antropometri dari kepustakaan yang ada selama ini digunakan t-test independen
dengan derajat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil uji ditentukan oleh nilai p < 0,05.
36
DAFTAR PUSTAKA
37