Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“TEKNIK STERILISASI”

DI SUSUN OLEH :
Nina Agustina 12018052

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRIMA INDONESIA
2020
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,

serta tugas ini dengan judul”formulasi sedian elixir” Maksud dan tujuan dibuat makalah ini

adalah agar lebih memahami mengenai data formulasi sediaan pembuatan dan evauasi

sediaan eixir yang akan kami bahas dalam makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat

kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap

adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak

ada suatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan

yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan

dan kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan

kedepannya.

Bekasi, 7 April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mnghilangkan semua mikroorganisme
termasuk endospora bakeri dari benda-benda mati/instrumen. Sterilisasi dapat dilakukan
dalam beberapa cara, salah satunya dengan bahan kimia. Banyak zat kimia dapat
menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti
perak dan tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan
amonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek anti mikrobialnya
dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap
permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yang bersifat
merusak. Karena ini dan juga karena variable-variabel lain, maka perlu sekali diketahui
terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk menerapkan praktis
tertentu.
Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan
kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan.

2. Rumusan Masalah.
Dalam makalah ini membahas definisi, kegunaan, tekhnik dan cara sterilisasi serta alat
dan bahan kimia yang sering digunakan dalam sterilisasi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan – sediaan farmasi berarti, penghancuran
secara lengkap semua mikroba hidup dan spora – sporanya atau penghilangan secara lengkap
mikroba dari sediaan. (Ansel, 1989).

Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Semua material sebagai subjek proses ini disebut
sebagai bahan yang steril. Istilah steril tidak menggambarkan suatu bahan mutlak steril
namun lebih tepatnya hampir tidak terdapat kehidupan karena steril tidak dapat dipastikan.
Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap suatu perlakuan sterilisasi seperti panas
atau sinar UV, mereka tidak akan mati secara langsung spontan melainkan akan mati secara
bertahap. Menurut Hogg (2005), secara teoretis dampak sterilisasi terhadap jumlah
mikroorganisme yang homogen yaitu akan mematikannya secara eksponensial dengan
kecepatan yang seragam.
Menurut Talaro dan Talaro (2002:321) pembagian jenis mikroorganisme berdasarkan
ketahanannya terhadap proses steril adalah sebagai berikut:
1. Resistensi tertinggi, contohnya: endospora bakteri.
2. Resistensi sedang,contohnya: cyst protozoa, spora seksual fungi (zygospora), beberapa
virus (virus tanpa kapsul lebih resisten dari pada virus berkapsul, virus paling resisten
adalah hepatitis B dan poliovirus), beberapa sel vegetatif baketri (sel paling resisten
adalah Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, dan spesies Pseudomonas).
3. Resistensi rendah,contohnya: sebagian besar sel vegetatif bakteri, hifa atau spora fungi
umum, virus, yeast dan tropozoit.

2. Perkembangan Metode-Metode Baru Untuk Sterilisasi.


Perkembangan produk-produk baru kadang-kadang mengisyaratkan perkembangan
metode-metode baru untuk sterilisasinya. Misalnya, alat-alat kedokteran yang terbuat dari
plastik tidak dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa merusaknya sehingga dikembangkan
peralatan komersial yang menggunakan etilenokside. Bahan-bahan kimia baru masih terus-
menerus disintesisi dan dievaluasi kemampuan antimikrobialnya dengan harapan dapat
menemukan bahan-bahan antimikrobe yang lebih efektif.

3. Teknik Sterilisasi.
Berikut adalah penjabaran klasifikasi sterilisasi yang umum dipakai di laboratorium.:
1. Pemanasan
Dampak pemanasan terhadap kematian mikroorganisme sangat tergantung kepada
suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas menyebabkan enzim-enzim berhenti bekerja
dan sel dapat kekurangan air. Menurut Barrow dan Feltham (1993:12-13) endospora
bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi semua bentuk endospora
tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap panas. Misalnya endospora
B.subtilis dapat dimatikan dengan pemanasan 100°C dalam waktu pendek,
sedangkan endospora B.stearothermophilus dapat bertahan dalam air mendidih
berjam-jam.
a) Dengan api langsung
Pemijaran dapat langsung membunuh mikroorganisme (termasuk
endospora) yang disterilkan dengan cara membakar mikroorganisme sehingga
cara ini adalah cara paling cepat. Namun kekurangannya adalah sangat
terbatasnya cakupan alat yang disterilisasi menggunakan pemijaran dan
ketidakpraktisan dalam mensterilisasi alat berukuran besar.

Alat yang dipakai untuk sterilisasi dengan api yaitu:


1) Bunsen burner, loop incinerator dan pembakar spirtus
Bunsen burner dan pembakar spirtus digunakan untuk sterilisasi alat
inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum inokulum atau spreader.
Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar sampai membara dan
spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar. Bunsen burner berbahan bakar
gas yang disalurkan melalui pipa sedangkan pembakar spirtus berbahan bakar
spirtus (methanol). Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan di banyak
laboratorium karena efisien dan portable. Tersedia juga alat loop incinerator /
electric bunsen burner / electric incinerator untuk membakar jarum inokulum.
Ujung jarum inokulum dapat dimasukkan ke dalam tabung keramik panas
(815oC) selama 6 detik untuk mensterilisasinya. Pembakar spirtus dapat
menciptakan sirkulasi udara dari bawah ke atas melewati api karena proses
pembakaran. Seringkali hal ini dianggap mampu menciptakan lingkungan udara
yang aseptis disekitar pembakar spirtus, tetapi jika memang load kontaminasi
besar dan banyak gangguan aliran udara maka hal ini juga tidak sepenuhnya
benar. Oleh karena itu sebaiknya tetap menggunakan LAF jika menginginkan
kerja pada udara yang steril.Bunsen burner dapat menimbulkan api dan aliran
udara yang besar. Penggunaan pembakar spirtus atau bunsen burner tidak
disarankan dalam protective cabinet. Namun jika terpaksa diperlukan maka api
diatur menjadi kecil sehingga tidak mengganggu aliran udara (ISO7128 2007:8).
2) Gas torch
Gas torch atau pembakar api portabel berbahan bakar gas sangat berguna
saat dilakukan pengambilan sampel diluar laboratorium. Fungsinya adalah untuk
mensterilisasi sample point yang dapat berupa kran, pipa atau yang lainnya
sebelum pengambilan sampel dilakukan. Selain itu dapat digunakan untuk
sterilsasi dengan api pada berbagai alat karena
gas torch lebih nyaman digenggam dibandingkan pembakar bunsen atau
pembakar spirtus.
b) Panas kering
Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu
tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas kering
yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Alat yang dipakai untuk sterilisasi
panas kering yaitu:
1) Oven
Oven adalah suatu wadah yang mampu menjaga suhu pada 160-170°C.
Umumnya alat- alat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas seperti
cawan atau pipet ukur dan bukan untuk alat plastik atau karet. Sterilisasi dapat
dilakukan pada suhu 170oC selama 1 jam. Waktu sterilisasi dihitung setelah oven
mencapai suhu yang diinginkan. Oven yang baik memiliki termostat dan
termometer atau alat perekam temperatur, dan juga dilengkapi indikator waktu
dan pemprograman waktu. Setelah disterilisasi peralatan gelas sebaiknya
didinginkan pada oven untuk mencegah keretakan karena penurunan suhu
mendadak. Untuk pengecekan kinerja oven (verifikasi) dapat dilakukan dengan
pengujian kehomogenan temperatur di seluruh sudut oven pada pemakaian
pertama atau setelah adanya perbaikan. Verifikasi ini dilakukan dengan
termometer terkalibrasi (ISO7128 2007:17-18). Berbeda sedikit dengan
peraturan ISO, Collins et al. (2004:46) menyatakan bahwa sterilisasi panas kering
dilakukan pada suhu 160oC selama 2 jam atau 180oC selama 30 menit dengan
waktu pemanasan (heating-up) selama 1 jam dan waktu penurunan suhu
(cooling down) selama 2 jam. Oven dan inkubator memiliki perbedaan mendasar
yaitu oven dilengkapi dengan lubang pengeluaran uap air dan umumnya tidak
memiliki tutup kaca. Oleh karena itu penggunaan oven sebagai inkubator
(walaupun oven dapat menjaga suhu yang diinginkan) akan mempercepat
kehilangan air pada media. Peletakan alat-alat pada oven sebaiknya
memperhatikan distribusi panas yang dihasilkan elemen. Disarankan untuk
menghindari loading yang terlalu banyak dan penempatan tanpa jeda sehingga
mampu mengurangi penetrasi panas. Semua alat sebaiknya dibungkus dengan
bahan yang tidak mudah meleleh terkena panas seperti kertas sampul (kraft
paper) bukan dengan plastik.

2) Microwave oven
Microwave oven adalah alat yang mampu memanaskan dengan gelombang
mikro pada tekanan atmosfer. Penggunaan alat ini selain untuk sterilisasi
peralatan gelas dapat juga untuk memanaskan bahan cair atau mencairkan agar.
Distribusi gelombang mikro sebaiknya harus homogen untuk mencegah adanya
area overheating. Pemanasan dengan waktu lebih lama dengan pengaturan
power rating yang rendah atau alat yang dilengkapi pemutar otomatis akan
menghasilkan distribusi panas yang lebih baik. Jangan menggunakan peralatan
metal (termasuk tutup yang terbuat dari besi), jika terdapat bahan ini maka
dilepaskan terlebih dahulu sebelum disterilisasi. Media yang mengandung bahan
tidak tahan panas sebaiknya jangan dipanaskan menggunakan alat ini kecuali jika
telah terverifikasi dan terbukti dengan baik. Sebaiknya microwave oven tidak
untuk sterilisasi media, sterilisasi media tetap menggunakan autoklaf. Stelah
pemanasan menggunakan alat ini disarankan juga untuk didiamkan selama 5
menit sebelum dikeluarkan (ISO7128 2007:17-18)

c) Uap air panas


Cara uap air panas membunuh mikroorganisme adalah bukan dengan
mengeringkannya tetapi dengan menonaktifkan enzim-enzimnya sehingga
metabolisme berhenti bekerja. alat- alat yang menggunakan cara ini untuk
sterilisasi antara lain:
1. Steamers dan boiling water baths
Steamers dan boiling water baths adalah semua alat yang terdiri dari
suatu wadah untuk menampung air yang memiliki elemen pemanas dan
bertutup (closefitting lid). Uap air yang dihasilkan alat ini berada pada tekanan
atmosfer. Boiling waterbath mampu memanaskan air sampai atau hamper
mendekati titik didih dengan atau tanpa menghasilkan uap air. Penggunaan
umum alat ini adalah untuk mencairkan media agar atau membuat media
tidak tahan panas dan tekanan. Hal yang perlu dipastikan saat
pengoperasiannya adalah penjagaan batas air minimal sesuai manual sehingga
menutupi elemen pemanas (ISO7128 2007:16). Menurut ISO 11133-1 (2009:8)
pencairan kembali media agar steril dapat dilakukan pada waterbath suhu 47-
50 °C. Media di angkat segera setelah semuanya mencair dan digunakan tidak
melebihi waktu simpan 4 jam. Steaming (tyndallization) yang dikembangkan
oleh John Tyndall adalah istilah untuk cara sterilisasi dengan uap air panas
yang dapat mencapai suhu 100°C pada wadah tanpa tekanan. Sterilisasi
menggunakan uap air panas dapat dilakukan sekali atau tiga kali (tahap)
dengan hari yang berlainan dengan memanaskannya pada 80 °C selama satu
jam (Barrow dan Feltham 1993:14). Sedangkan menurut Hogg (2005:341)
tindalisasi dilakukan pada suhu 90-100 °C selama 30 menit secara bertahap 3
kali. Selama jeda tahapan media diinkubasi pada 37°C semalam. Pemanasan
tiga tahap dimaksudkan untuk memberi kesempatan endospora untuk
berkecambah sehingga akan mati pada tahap pemanasan selanjutnya.
Pasteurisasi adalah proses yang hampir sama namun lebih tepat
digunakan untuk susu dan produk susu. Pasteurisasi tidak membunuh semua
mikroba yang terdapat pada susu namun menguranginya sehingga akan lebih
tahan lama disimpan. Bakteri thermoduric memiliki kemungkinan bertahan
hidup lebih besar saat pasteurisasi. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan
metode lama (yang dikembangkan oleh Louis Pasteur), dengan memanaskan
susu pada 63 C selama 30 menit atau dengan flash pasteurisasi (HTST-High
Temperature Short-Term) yaitu pemanasan cepat pada 72oC selama 15 detik
kemudian didinginkan dengan cepat (Prescot et al. 2002:142).
Berikut merupakan tabel perkiraan ketahanan mikroorganisme terhadap
sterilisasi dengan uap air panas:

Organisme Sel vegetatif Spora

Ragi 5 menit pada 50-60 oC 5 menit pada 70-80 oC

Kapang 30 menit pada 62 oC 3 menit pada 80 oC

Bakteri (mesofilik) 10 menit pada 60-70 2 - >800 menit pada 100


oC oC
Virus 30 menit pada 60 oC 0,5-12 menit pada 121 oC

(Prescott et
al.
2002:140)

d) Uap air panas bertekanan


Uap air panas bertekanan lebih efisien dan penetratif dalam membunuh
mikroorganisme. Tekanan yang paling efisien yaitu 103 kpa (15 psi) selama 15
menit yang dapat dilakukan oleh autoklaf.
1) Autoklaf (Autoclave)
Menurut Morello et al. (2003:81) tekanan yang digunakan untuk
sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 121oC
(250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon
tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan
adalah 15 menit pada suhu 121oC. Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu
tersebut maka segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan. Autoklaf
menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk
sterilisasi sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan.
Cara menggunakan Autoklaf:
a. Isi air dalam autoklaf kurang lebih 2 cm dibawah keranjang atau 3-5 liter air.
b. Pastikan alat yang akan disterilkan dapat terkena uap dalam autoklaf.
c. Tutup rapat autoklaf dan atur lama waktunya, sekitar 20 menit dan tekanan 1
atm.
d. Pastikan tabung exhaust terbuka sedangkan tabung drainnya tertutup.
e. Setelah uapnya keluar atau terdengar bunyi mendesis, segera tutup tabung
exhaustnya.
f. Saat alarm berbunyi yang menandakan bahwa sterilisasi telah selesai,
jangan langsung membuka tutup autoklaf, tetapi tunggu hingga jarum
tekanan menunjukkan angka 0.
Hal yang sering keliru adalah dengan menutup semua katup rapat-rapat
sebelum udara dalam wadah digantikan oleh uap air.Adanya udara dalam
wadah saat sterilisasi dapat mengakibatkan kurang efisiennya sterilisasi.
Autoklaf hanya dapat mencapai suhu maksimal pada kondisi uap air murni.
Grafik berikut menggambarkan penurunan suhu jika terdapat campuran
udara pada wadah autoklaf saat sterilisasi. (Hardy, S.P. 2002 Human
Microbiology, Taylor and Francis dalam Hogg, 2005:341).
Autoklaf sebaiknya dilengkapi dengan:
1. Paling tidak memiliki satu katup pengaman
2. Alat pengatur yang mampu menjaga suhu dengan kisaran ± 3 °C dari
temperatur yang diinginkan.
3. Probe suhu.
4. Alat pencatat waktu dan suhu dan
5. Saluran pembuang
Sebagian besar media sangat terpengaruh oleh pemanasan yang
berlebihan, tetapi sterilisasi menggunakan autoklaf adalah cara yang paling
memuaskan untuk sterilisasi media atau bahan yang tahan panas lebih dari
100oC. Kombinasi waktu dan tekanan untuk sterilisasi media umumnya
menggunakan suhu 115 °C (0.69 kg/cm2) selama 20 menit atau 121 °C (1.06
kg/cm2) selama 15 menit. Penetrasi suhu dan tekanan akan semakin
menurun pada volume yang besar. Oleh karena itu jika mensterilisasi cairan
melebihi 1L disarankan untuk melebihkan waktu sterilisasi. Wadah seperti
tabung, erlenmeyer, botol sebaiknya diberi ruang kosong (head space)
antara mulut wadah dengan batas cairan. Setelah selesai sterilisasi sebaiknya
alat dan bahan dibiarkan dingin sampai 80oC di dalam autoklaf sebelum
diangkat (Barrow dan Feltham, 1993:14).
Autoklaf juga digunakan untuk dekontaminasi. Dekontaminasi adalah
sterilisasi terhadap semua biakan hasil analisa atau yang telah tumbuh pada
media. ISO7128 (2007:29) menyatakan bahwa untuk tujuan ini proses
sterilisasi diperpanjang waktunya menjadi minimal 30 menit pada 121°C.
Sedangkan menurut Barrow dan Feltham (1993:13) dekontaminasi dapat
dilakukan selama 20 menit pada 121 °C (1.06 kgf/cm2) atau 10 menit pada
126 °C (1.41 kgf/cm2).Lebih baik dekontaminasi menggunakan autoklaf yang
berlainan dengan yang digunakan untuk sterilisasi. Sebaiknya proses
penataan dan penyusunan tidak overpacking dan semua tutup harus
dilonggarkan. Setiap selesai dekontaminasi autoklaf harus dibersihkan dari
sisa media dan bahan lain secara menyeluruh.

Collins et al. (2004:46-48) berpendapat bahwa secara umum terdapat dua


jenis autoklaf yaitu :
i) Pressure cooker autoclave
Alat ini memiliki wadah dan tutup (terbuat dari metal yang dapat
disatukan dan dikunci dengan perantara bahan karet), katup pengeluaran
udara/uap air, pengukur tekanan, elemen pemanas (atau api) pada bagian
bawah dan katup pengaman. Perbedaan mendasar antara alat ini dengan
autoklaf modern adalah tidak adanya pengatur otomatis sehingga
perhitungan waktu sterilisasi atau pengeluaran udara dilakukan secara
manual. Katup pengaman secara permanen diatur pada tekanan yang
diinginkan sehingga jika tekanan melebihi target, maka akan dibuang
melewati katup ini.
ii) Gravity displacement autoclave
Autoklaf ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan tekanan otomatis
dan seluruh proses sterilisasi telah diprogram. Jaket yang terdapat
melingkupi seluruh wadah dapat diisi uap air untuk menjaga dan
mendistribusikan panas ke semua permukaan wadah. Uap air memasuki
jaket dari pipa suplai uap bertekanan tinggi. Tekanan uap air ini kemudian
dikurangi kedalam kisaran tekanan yang diinginkan. Setelah melewati jaket
uap air bertekanan memasuki wadah autoklaf yang berisi alat dan bahan
yang akan disterilisasi. Uap air bertekanan ini memasuki wadah dengan aliran
dari atas ke bawah sehingga menggantikan udara yang ada didalamnya.
Udara tergantikan dengan bantuan gravitasi (uap air lebih ringan dari udara)
kemudian dibuang meleati pipa di bagian bawah wadah menuju pipa
pembuangan. Pada pipa ini terdapat alat pengatur uap air yang secara
otomatis aka tertutup jika udara telah dikeluarkan seluruhnya. Untuk
mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba penguji yang bersifat thermofilik dan memiliki endospora yaitu
Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial
dalam bentuk spore strip. Penggunaan bakteri thermofilik ditujukan untuk
memperbesar kemungkinan resistennya terhadap sterilisasi karena bakteri
tersebut mengandung enzim yang tetap bekerja pada suhu tinggi. Untuk
mengujinya spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan mengalami proses
sterilisasi. Setelah proses selesai lalu ditumbuhkan pada inkubator (56oC)
bersamaan dengan spore strip yang tidak disterilisasi. Jika media tetap
bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Selain
memakai biological indikator diatas monitoring autoklaf dapat juga
menggunakan Bowie-Dick autoclave tape, yaitu tape yang dilapisi suatu
bahan kimia untuk mendeteksi penetrasi uap air bertekanan. Perubahan
warna terjadi jika sterilisasi berlangsung sesuai target. Uap air bertekanan
yang dipaksakan masuk kedalam botol yang tertutup rapat (tapi terdapat
celah kecil dan tekanan masih dapat masuk) dapat menjadi musibah. Pada
waktu sterilisasi sudah berlangsung dan suhu wadah autoklaf turun menjadi
80oC dan tekanan telah turun menjadi sama dengan tekanan atmosfer, di
dalam botol yang tertutup rapat masih memiliki tekanan diatas tekanan luar
dan juga suhu cairan lebih tinggi dari pada suhu wadah autoklaf. Jika botol
dipaksakan keluar wadah (tanpa adanya waktu cooling down) dan terjadi
perbedaan tekanan yang signifikan, botol dimungkinkan dapat meledak dan
menumpahkan cairan panas ke operator. Sangat disarankan operator
memakai sarung tangan dan pelindung muka (full-face visor) demi
keamanan.
Sterilisasi dengan autoklaf memiliki keuntungan sebagai berikut,
efektif untuk sebagian besar mikroorganisme. Cepat sterilisasinya, panas
dan tekanan menghemat waktu sterilisasi. Tidak menyebabkan kekeringan
atau gosong untuk media cair atau gel, lebih efisien dari pada oven. Sedang
kelemahannya adalah bahan atau alat harus dibungkus dengan kertas agar
tidak basah, karena kertas yang digunakan akan cepat mongering pada suhu
kamar. Harus memperhatikan tekanan agar tidak “over pressure” sehingga
bida meledak.
Tidak dapat mensterilkan bahan yang harus selalu kering, dimana
mikrobia yang ada didalamnya tidak dapat ditembus oleh uap dan tetap
bertahan hidup. Bahan hasil sterilisasi harus dikeringkan lagi sebelum
digunakan agar tidak basah dan mudah terkontaminasi.

e) Sterilisasi dengan penyaringan


 Sinar ultra violet (UV)
Sinar UV dapat membunuh mikroba patogen, spora, virus, jamur, serta ragi.
Sinar UV dapat bekerja efektif jika langsung disinari pada bahan yang akan
disterilkan.
 Dengan sinar gamma
Digunakan isotop radioaktif, misalnya Co (kobalt 60). Keuntungan yang akan
di sterilkan adalah dapat disterilkan oleh wadah/kemasan.
 Dengan sinar X dan sinar katoda
Sinar X dan elektron – elektronnya dengan intensitas tinggi mempunyai sifat
mematikan bakteri.
Bahan yang tidak panas seperti serum, darah, toksin, dll disterilkan
dengan menggunakan penyaring bakteri seperti:
1) Berkefeld filter à penyaringan bakteri yang terbuat dari tanah diatome
2) Chamderland filter à penyaringan bakteri porseli
3) Gertz filter à penyaringan bakteri dari bahan asbes

f) Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia


Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan
keringdan dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau
cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan, yaitu:
 Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
 Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan
merkuroklorid
Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja
antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu.
Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain : Desinfektan
lingkungan misalnya:
a. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
b. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
c. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan
etil alkohol 70%.

g) Sterilisasi dengan filtrasi


Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan.
Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah
untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan
atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik
lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya yang penting
ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter ukurannya
minimal 0,22 micron.

h) Tyndallisasi
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit
saja. Karena metode ini untuk mensterilkan medium atau alat yang tidak tahan
dengan suhu tinggi. Dengan suhu 100o C selama 30 menit dalam 3 hari berturut-
turut. Sehingga dapat dihasilkan medium yang steril dan zat-zat organik yang
terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan.

i) Pasteurisasi
Pasteurisasi bukan suatu bentuk sterilisasi, tetapi metode untuk
membinasakan organisme penyebab penyakit. Kita dapat membinasakan
organisme tersebut dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi sekitar 60-80oC
selama satu jam dan 3 hari berturut-turut.

j) Pembakaran
Metode pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-
hewan penelitian yang terinfeksi, dan bahan terinfeksi lainnya yang perlu
dibuang. Pemusnahan mikroorganisme dengan pembakaran juga dilakukan
secara rutin di laboratorium terhadap jarum pindah, yang dipijarkan di atas
pembakar bunsen. Pembakaran sangat efektif untuk metode sterilisasi.

k) Sterilisasi panas lembab


Uap di bawah tekanan adalah agen sterilisasi yang paling efisien dan cara
utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media dan
barang-barang terkontaminasi untuk pembedahan. Suhu sterilisasi bergantung
kepada tekanan uap. Biasanya suhu uap adalah 121oC, pada tekanan 15 pon
setiap inchi persegi ( 1,05 Kg/cm2 ), selama 20 menit, atmosfer harus bebas
udara dan hanya mengandung uap. Kondisi demikian ini dipenuhi dalam
autoklaf. Penggunaan autoklaf yang tidak benar biasanya disebabkan oleh satu
dari dua kesalahan.yaitu : kelalaian untuk mengeluarkan semua udara sebelum
menutup katup buangan dan membebani autoklaf secara berlebihan atau
pengemasan yang tidak benar.

4. Jenis Peralatan Kesehatan Yang Dapat Disterilkan.

Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan antara lain yaitu


 Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting,
speculum dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung
kimia dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan,
pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule
trachea dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken),
baskom dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,
piring dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
 Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon,
doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
- Sterilisasi dengan kimiawi dapat dilakukan dengan bahan klor,
alkohol, yodium, formaldehida 8 %, glutaraldehide dan lain-lain.

- Alat-alat Sterilisasi : Oven, Autoclaf, Lampu spiritus,dll.


DAFTAR PUSTAKA

http://bankmakalah-id.blogspot.co.id/2014/06/makalah-teknik-sterilisasi-lengkap.html
https://anitamuina.wordpress.com/2013/02/12/sterilisasi/
https://viyufika.wordpress.com/metode-sterilisasi/
.

Anda mungkin juga menyukai