Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kegunan kita tentang cinta Tuhan kepada umat-Nya dapat kita
rasakan ketika ibu mulai menyusui bayinya dengan ASI (Air Susu Ibu). Proses ini
merupakan mukjizat yang harus disyukuri dan dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Hal ini dapat kita pahami dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada
makanan di dunia ini yang sesempurna ASI. ASI adalah salah satu jenis makanan
yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial
maupun spiritual (Hubertin, 2003).
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru
pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang
setelah terjadi aliran susu.
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring
dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti
menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang
selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan
kehidupan manusia (Roesli, 2000).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik
menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi
dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan
infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita
mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin menyarankan wanita
tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses
payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui.

1
Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikitsampai 33% wanita menyusui,
tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet/ nyeri
sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan
pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari
ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu
atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan
kelanjutan/ komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena meluasnya
peradangan payudara. Sehingga dapat menyebabkan tidak terlaksananya ASI
ekslusif (Soetjiningsih, 1997).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mastitis?
2. Jelaskan askep pada mastitis!

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan dan memahami konsep yang berkaitan dengan mastitis
2. Memahami dan mengaplikasikan askep pada mastitis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Mastitis


1. Pengertian Mastitis
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada
waniayang pernah hamil, malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak
hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis.
(Prawiroharjo,1999)
Bilamana pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita
pada dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran, tetapi jarang akan
menetap dan biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature yang
lebih tinggi. Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan pembesaran
venasuperficial. (Friedman,1998)
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu
yang baru pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral
dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak,2005). Mastitis adalah
radang pada payudara. (Soetjiningsih,1997). Mastitis adalah abses atau
nanah pada payudara atau radang payudara.

Gb. 1. Mastitis

3
2. Etiologi
a. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus
b. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi
mastitis
c. Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan
segmentalengorgement, kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis
d. Puting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar
keduktus-duktus dan sinus, menyebabkan terjadinya mastitis
e. Ibu yang diit jelek kurang isirahat, anemia, akan mudah terjadinya infeksi.
(Soetjiningsih,1997)
f. Puting susu yang pecah-pecah atau terluka
g. Adanya sumbatan pada saluran ASI
h. Daya tahan tubuh yang lemah
i. Kurang menjaga kebersihan putting payudara
3. Tingkatan Mastitis
a. Tingkat awal peradangan
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri
setempat, taraf ini cukup memberi support mamma itu dengan kain tiga
segi, supaya tidak menggantung yang memberikan rasa nyeri dan
disamping itu memberi antibiotika.
Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh mengemukakan
bahwa Stafilococcus aureus yang dibiakkan 93% resisten terhadap
penisilin dan 55% terhadap streptomisin. Akan tetapi, hampir tidak
resisten terhadap linksin dan oksasilin. Dianjurkan pemakaian linkosin
secukupnya selama 7 sampai 10 hari dan kalau ternyata alergi terhadap
obat-obatan ini, diberi tetrasiklin
b. Tingkat Abses
Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat
radang ke abses berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-

4
duktulus menjadi edematous, air susu terbendung, dan air susu yang
terbendung itu segera bercampur dengan nanah.
4. Gejala
a. Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri local
b. Kemerahan pada seluruh payuara/ hanya local
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih,1997)
d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah
e. Badan demam seperti terserang flu
f. Menggigil, deman malaise (Bobak,2005)
g. Nyeri tekan pada payudara (Bobak,2005)
h. Bila sudah masuk tahap abses, gejalanya:
1) Nyeri bertambah hebat di payudara
2) Kulit diatas abses mengkilap
3) Suhu tubuh (39-40℃)
4) Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara. Sakit, seolah bayi tahu
bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah
(Prawiroharjo,1999)
5. Pencegahan
Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak
istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak
menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara, serta usahakan
untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan
kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui.
Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya
menyusui dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang
berkontak dengan bayi baru lahir dan ibu baru, juga mengurangi insiden
mastitis. Tindakan pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk
menghindari kontaminasi tersebut dengan menyingkirkan individual yang

5
diketahui atau dicurigai sebagai karir dari tempat perawatan. Mencuci tangan
dengan baik adalah penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
(Fnedman,1998)
6. Penatalaksanaan
a. Menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada yang terkena selama
dan sesering mungkin agar payudara kosong. Kemudian ada payudara
yang normal
b. Menyokong payudara dan kompres local
c. Berilah kompres panas bila menggunaka sower hangat/ lap basah pada
payudara yang terkena
d. Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu yaitu dengan posisi tiduran,
duduk/ posisi memegang bola (Foot ball position)
e. Pakailah baju dan BH yang longgar
f. Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi
g. Banyak minum + 2 liter/ hari. Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya
peradangan akan menghi langsetelah 48 jam. Jarang sekali menjadi abses
tetapi bila dengan cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12
jam maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan analgesic
(Soejianingsih,1997)
h. Berikan kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari, bila diberikan
sebelum terbentuknya abses biasanya keluhannya akan berkurang
i. Ibu harus didorong menyusui bayinya walaupun ada pus
j. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan (Saiffudin,2002)
k. Bila sudah terjadi abses
Satu-satunya pengobatan adalah melakukan drainase bedah melalui
insisiradial diatas daerah yang berfluktuasi. Perawatan khusus harus
diberikan selama pembedahan untuk menjamin drainase yang adekuat dari
semua lokasi pus pada payudara. Pemulihan yang cepat dapat diharapkan
jika drainase dilakukan dengan baik. (Fnedman,1998)

6
Gb. 2. Mastitis

l. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri, berikan


antibiotika dan obat penurun panas. Istirahat yang cukup, minum banyak
air putih, makan-makanan yang bergizi
7. Cara Mengatasi Radang Payudara
a. Istirahat. Istirahat akan menghilangkan rasa stress dan meningkatkan
kekebalan tubuh kembali
b. Kompres payudara secara bergantian, dengan kompres hangat dan dingin.
Kompres dingin dapat menghilangkan rasa nyeri pada payudara dan
kompres hangat dapat mengurangi peradangan
c. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan dapat meningkatkan sirkulasi,
mengurangi penyumbatan payudara serta membantu factor imunitas
dipayudara. Pijat payudara sambil mandi air hangat atau berendam dalam
air hangat
d. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Sebab
menghentikan menyusui dapat menyebabkan infeksi kuman pada
payudara yang dapat berlanjut menjadi abses
e. Susuilah lebih sering pada payudara yang meradang

7
f. Susuilah payudara yang meradang sampai kosong karena apabila ada yang
tersisa akan lebih rentan terhadap infeki, sebaiknya harus segera menyusui
bayi bila bayi menolak menyusu maka keluarkan dengan tangan atau
dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat setelah itu baru
ganti pada payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat
menyusui
g. Apabila bayi menolak menyusu pada payudara yang meradang hal ini
dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar
sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin, kebanyakan bayi
tidak menyadari rasa ASI ini tetapi ada bayi yang menolak untuk
meminumnya. Apabila bayi menolak mulailah menyusui dari payudara
yang sehat baru selanjutnya ke payudara yang meradang apabila
peradangan terus berlanjut maka segeralah periksa kedokter

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Mastitis


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah
pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi
data, analisa data dan diagnosa keperawatan
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan
proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang
bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan.

8
b. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi. Data
yang disimpulkan meliputi :
1) Data biografi/ biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain:
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
2) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama meliputi: adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak, nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
4) Pengkajian fisik meliputi:
a) Keadaan umum
b) Tingkah laku
c) BB dan TB
d) Pengkajian head to toe
5) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin
b) Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat

9
c) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormone
6) Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi:
a) Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji
riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
b) Eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, warna, konsistensi,
sebelum dan sesudah masuk RS.
c) Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan
sesudah sakit.
d) Personal hygiene
1)) Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2)) Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3)) Dikaji sebelum dan pada saat di RS
e) Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
1)) Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien
berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa
rendah diri, mekanisme koping yang negative
2)) Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi
dengan masyarakat lain
3)) Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan frekuensi ibadah berkurang

10
c. Klasifikasi data
1) Data pengkajian
a) Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga,
mencakup hal-hal sebagai berikut: klien mengatakan nyeri pada
payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan
sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh,
lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
b) Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau
penunjang meliputi: asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri
tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostic.
d. Analisa data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang
sama dengan masalah yang didapat pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi: mastitis
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Perencanaan Perencanaan
Keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan
perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi: mastitis
Tujuan:
1) Nyeri berkurang/ hilang
2) Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman
3) Ibu dapat beraktifitas dengan normal
Intervensi:

11
1) Ajarkan teknik relasksasi
2) Kompres hangat pada area nyeri
3) Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional:
1) Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri
2) Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada
area nyeri
3) Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan:
1) Intake nutrisi adekuat
2) Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa
menyusui
Intervensi:
1) Anjurkan pemberian makanan/ nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
2) Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui
3) Jika perlu berikan tambahan multi vitamin
Rasional:
1) Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan
bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
2) Pendidikan kesehatan/ penkes mengenai nutrisi akan mendorong
pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
3) Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan
4. Penatalaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan: melaksanakan intervensi/
aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan

12
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proseskeperawatan berikutnya.
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan
intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi
kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Asuhan Keperawatan Mastitis


1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. N
b. No. RM : 050663
c. Umur : 18 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Alamat : Jl. Kandea 3 Lr. 1, No. 20
f. Agama : Islam
g. Tanggal masuk : 10 Desember 2015 pukul 22.00 WITA

2. Anamnesis Terpimpin
a. G1P0A0
b. HPHT : Lupa
c. TP :-
d. Gestasi :-
Ibu masuk di RSIA Khadijah pada tanggal 10 Desember 2015 dengan
keluhan keluhan nyeri perut tembus belakang disertai riwayat pelepasan
lendir (+), darah (+), dan air (-). Pasien juga mengeluh bengkak pada
payudara dan terasa sakit bila ditekan, yang dirasakan sudah 1 minggu.
Riwayat dirawat di RS Pelamonia selama 1 minggu dengan penyakit
bengkak pada payudara.
e. Riwayat ANC : 1x di dokter spesialis, Suntik TT : -
f. Riwayat Penyakit : HT (disangkal), DM (disangkal), Asma
(disangkal), Alergi (disangkal)
g. Riwayat Obstetri :

14
1) Anak I : Kehamilan sekarang
2) Riwayat Kontrasepsi : Belum pernah mengikuti program KB
3) Riwayat Operasi : Belum pernah operasi

3. Pemeriksaan Fisik
a. KU : Baik/ sadar
b. Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg P : 20x/m
N : 88x/m S : 36,6oC

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam Vagina


TFU : 32cm Vulva : Tidak ada kelainan
LP : 82 cm Vagina : Tidak ada kelainan
Situs : memanjang Porsio : Lunak/Tebal
Punggung : Kiri Pembukaan : 1 cm
Bagian terbawah: Kepala Ketuban : (+)
Perlimaan : 4/5 Bagian Terdepan: Kepala
His : 1x10 (10-15) Penurunan : Hodge I
DJJ : 158 x/i UUK : Sulit dinilai
Gerak janin : dirasakan ibu Panggul dalam kesan cukup
Anak kesan : tunggal Pengeluaran : Lendir (+), darah (+)
TBJ : 2624 gram

15
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 10 Desember 2015

Darah Rutin
Hb : 8,2 g/dl
Leukosit : 18,8 x 103/ul
Eritrosit : 3,82 x 103/ul
Trombosit : 235 x 103/ul
Hematokrit : 26,4 %
GDS : 119 mg/dl

5. Diagnosis
a. G1P0A0 gravid 37 – 38 minggu inpartu kala I fase laten
b. Mastitis

Gambar 1. Mastitis pada payudara kanan

6. Penatalaksanaan
a. IVFD RL 28 tetes/menit
b. Drips Metronidazole / 8 jam/ IV
c. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/ IV

16
d. Dexametason 1 amp/ 8 jam/ IV
e. Observasi his, DJJ, kemajuan persalinan

7. FOLLOW UP

Tanggal Follow up Terapi


pemeriksaan
11/12/2015 S: Nyeri perut tembus belakang - IVFD RL 28
06.00 disertai riwayat pelepasan lendir (+), tetes/menit
darah (+), dan air (-). Pasien juga - ceftriaxone 1 gr/ 12
mengeluh bengkak pada payudara jam/ IV
dan terasa sakit bila ditekan, yang - Drips Metronidazole/
dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat 8 jam/ IV
dirawat di RS Pelamonia selama 1 -Observasi his, DJJ,
minggu dengan penyakit bengkak kemajuan persalinan
pada payudara. -VT kontrol jam 08.00
Riwayat ANC: 1x di dokter
spesialis, Suntik TT : -
Riwayat Penyakit: HT (disangkal),
DM (disangkal), Asma (disangkal),
Alergi (disangkal)
Riwayat Obstetri:
Anak I: Kehamilan sekarang
Riwayat Kontrasepsi: Belum pernah
mengikuti program KB
Riwayat Operasi: Belum pernah
operasi
O: TD: 130/90 mmHg N: 88x/m
P: 20x/m S: 36,6ºC

17
Pemeriksaan Luar
TFU : 32cm
LP : 82 cm
Situs : memanjang
Punggung : Kiri
Bagian terbawah: Kepala
Perlimaan : 5/5
His : 3x10 (40-45)
DJJ : 145 x/i
Gerak janin : dirasakan ibu
Anak kesan : tunggal
TBJ : 2624 gram

Pemeriksaan Dalam Vagina


Vulva : Tidak ada kelainan
Vagina : Tidak ada kelainan
Porsio : Lunak/ Tipis
Pembukaan : 8 cm
Ketuban: (+)
Bagian Terdepan: Kepala
Penurunan: Hodge III
UUK : Sulit dinilai
Panggul dalam kesan Cukup
Pengeluaran : Lendir (+), darah (-)
A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu
inpartu kala I fase aktif+Mastitis (D)

11/12/2015 S : ibu ingin meneran - Observasi DJJ, his, dan


07.00 O : His : 4x10 (40-45) kemajuan persalinan.

18
DJJ : 150 x/i - VT kontrol pukul
PDV 05.00
v/v : tak/tak
portio : melesap
Ø : Lengkap
ket : (-)
Bagian terdepan : Kepala
UUK : arah jam 12
Penurunan: Hodge IV
Panggul dalam kesan cukup
Pelepasan lendir (+), darah (+)
A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu
inpartu kala II + Mastitis

11/12/2015 Dengan HIS adekuat dan kekuatan - PPN


07.25 ibu meneran, lahirlah bayi ♂, BBL = - Cek TFU
2650 gr, PB = 47 cm, A/S = 8/10 - Inj. Oxytocin 10 IU/
IV
- Jepit, potong, rawat
tali pusat

07. 30 Plasenta, kotiledon, selaput ketuban - Lahirkan plasenta


lahir lengkap, tali pusat putih licin, secara R/A
terpilin, panjang -/+ 50 cm, rupture
perineum tingkat II - Masase Uterus

- Cek perdarahan

- Hacting perineum

19
tingkat II
11/12/2015 S: tidak ada keluhan -Cefadroxil 2x500mg
09.30 O:Ku: baik -Asam mefenamat
TD: 120/80 mmHg N: 82 x/m 3x500 mg
P: 18 x/m S: 36,7ºC -Inbion 1x1
TFU: setinggi pusat -Perawatan Payudara
Mamma: tak/tak
ASI: +/+
Luka perineum : baik
Lokia: kruenta
BAK: lancar
BAB: Belum
A: PPH I + Mastitis (D)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang
baru pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral dan
berkembang setelah terjadi aliran susu
Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus, payudara
bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis, BH yang
terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusukan bisa
terjadi mastitis, puting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman
menjalar ke duktus-duktus dan sinus menyebabkan terjadinya mastitis, ibu yang
diit jelek kurang isirahat, anemia, akan mudah terjadinya infeksi, puting susu
yang pecah-pecah atau terluka, adanya sumbatan pada saluran ASI, daya tahan
tubuh yang lemah, kurang menjaga kebersihan putting payudara.
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang
menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga
melalui peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara,
kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil dan penderita
merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-
kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di
permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dan dari payudara yang sedang nyeri, jika tidak
segera diobati bisa terjadi abses.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca terutama Mahasiswa/i Keperawatan bisa lebih
meningkatkan pengembangan teori dan praktik dalam bidang konsep dasar serta

21
pengaplikasian askep mastitis pada ibu. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
akan menambah wawasan berkaitan dengan konsep yang telah dijelaskan di atas.

22

Anda mungkin juga menyukai