Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH WAJIB

“KERAJAAN-KERAJAAN DI INDONESAI”

Nama : Listia vrawita


Kelas : X sevilla
Guru pembimbing : ustad satria okta vianus
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bahi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang berjudul “kerajaan-kerajaan di
indinesia, distribusi, sumber tanaman, sifat fisika kimiadan kegunaan resin di
bidang farmasi”. Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak satria oktavianus
selaku guru kami yang telah memberikan tugas makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna oleh sebab itu. Kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
teman dan bapak pembimbing demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan
datang.

Padang. 09 April 2020

Penyusun
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerajaan aceh
1.Sejarah berdirinya kerajaan aceh

Kerajaan Aceh berdiri bersamaan dengan penobatan Sultan Pertamanya,


Sultan Ali Mughayat Syah. Penobatan tersebut terjadi pada hari Ahad, 1 Jumadil
Awal 913 H. Kerajaan ini memiliki ibu kota Bandar Aceh Darussalam.Ada
catatan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam ini didirikan untuk
melanjutkan kekuasaan dari Samudera Pasai. Pada masa Kerajaan ini, sektor
politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan mengalami perkembangan pesat.

2. sultan-sultan kerajaan Aceh

Seperti halnya Kerajaan Islam, raja disebut dengan Sultan. Adapun Sultan-sultan
yang pernah memimpin Kerajaan ini adalah :

a. Sultan Ali Mughayat Syah


Sultan ali mughayat syah adalah sultan pertama dari Kerajaan Aceh. Ia
memegang tampuk kekuasaan dari tahun 1514-1528 M. Di bawah
kuasanya, Kerajaan ini memiliki wilayah mencakup Banda Aceh- Aceh
Besar. Selain itu, Kerajaan Aceh juga melakukan perluasan ke beberapa
wilayah di Sumatera Utara, yaitu daerah Daya dan Pasai. Sultan Ali juga
melakukan serangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka dan juga
menaklukkan Kerajaan Aru.

b. Sultan salahuddin

Salahuddin merupakan anak dari Sultan Ali Mughayat Syah. Setelah


meninggalnya Sultan Ali Mughayat Syah, pemerintahan dilanjutkan oleh
putranya tersebut. Sultan Salahuddin memerintah dari tahun 1528-1537 M.

Sayangnya, Sultan Salahudin kurang memperhatikan Kerajaannya saat


berkuasa. Maka dari itu, Kerajaan ini sempat mengalami kemunduran.
Akhirnya di tahun 1537 M, tampuk kekuasaan pindah ke tangan
saudaranya, Sultan Alaudin Riayat Syah.
c. Sultan Alaudin Riayat Syah

Sultan Alaudin Riayat Syah berkuasa  dari tahun 1537-1568 M.  Di


bawah kekuasaannya, Kerajaan ini berkembang pesat menjadi Bandar
utama di Asia bagi pedagang Muslim mancanegara. Lokasi Kerajaan Aceh
yang strategis menjadi peluang untuk menjadikannya sebagai tempat
transit bagi rempah-rempah  Maluku. Dampaknya, Kerajaan Aceh saat itu
terus menghadapi Portugis.

Kerajaan Aceh dibawah kepemimpinan Alaudin Riayat Syah juga


memperkuat angkatan laut. Selain itu, Kerajaan ini juga membina
hubungan diplomatik dengan Kerajaan Turki Usmani.

d. Sultan Iskandar Muda

Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan ini mengalami


puncak kejayaannya. Iskandar Muda memimpin dari tahun 1606 – 1636
M. Sultan Iskandar Muda melanjutkan kepemimpinan dari sultan Alauddin
Riayat Syah.

Iskandar Muda memberikan terobosan baru untuk Kerajaan. Beliau


mengangkat pimpinan adat untuk setiap suku serta menyusun tata negara
(qanun) yang menjadi pedoman penyelenggaraan aturan Kerajaan.  Saat
itu, Kerajaan Aceh menduduki 5 besar Kerajaan Islam terbesar di dunia
setelah Kerajaan  Maroko, Isfahan, Persia dan Agra.

Kerajaan ini berhasil merebut pelabuhan penting dalam perdagangan


(pesisir barat dan timur Sumatera, dan Pesisir barat Semenanjung Melayu).
Selain itu, Kerajaan Aceh juga membina hubungan diplomatik dengan
Inggris dan Belanda untuk memperlemah serangan Portugis.

e. Sultan Iskandar Thani

Sultan Iskandar Tahani memerintah dari tahun 1626-1641 M. Berbeda


dengan sultan-sultan sebelumnya yang mementingkan ekspansi, Iskandar
Thani memperhatikan pembangunan dalam negeri.

Selain itu, sektor pendidikan agama Islam mulai bangkit di masa


kepemimpinannya. Terbukti dari lahirnya buku Bustanus salatin yang
dibuat oleh Ulama Nuruddin Ar-Raniry.  Meskipun Iskandar Thani hanya
memerintah selama 4 tahun, Aceh berada dalam suasana damai. Syariat
Islam sebagai landasan hukum mulai ditegakkan. Hubungan dengan
wilayah yang ditaklukkan dijalan dengan suasana liberal, bukan tekanan
politik atau militer.
3.Runtuhnya kerajaan Aceh

Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak meninggalnya sultan


Iskandar Thani. Hal itu dikarenakan tidak ada lagi generasi yang mampu
mengatur daerah milik Kerajaan Aceh yang begitu luas. Akibatnya, banyak daerah
taklukan yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, dan Minangkabau.Selain
itu, terjadi pertikaian terus menerus antara golongan ulama (Teungku) dan
bangsawan (Teuku). Pertikaian ini dipicu oleh perbedaan aliran keagamaan (aliran
Sunnah wal Jama’ah dan Syiah). Meskipun begitu, Kerajaan Aceh tetap berdiri
sampai abad ke 20. Kerajaan Aceh juga sempat dipimpin beberapa Sultanah
(Ratu). Ratu yang pernah memimpin Kerajaan Aceh yaitu  Sri Ratu Safiatuddin
Tajul Alam (1641-1675 dan Sri Ratu Naqiatuddin Nur Alam (1675-
1678).Sayangnya, pertikaian yang terjadi terus menerus serta wilayah Kerajaan
Aceh yang terus berkurang membuat Kerajaan Aceh runtuh di awal abad 20 dan
dikuasai oleh Belanda.

4. Peninggalan Kerajaan Aceh

1.  Masjid Raya Baiturrahman

2. gunongan

3. Mesjid Tua Indrapuri

B. Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267
M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam
raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja
tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh
adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan
Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M).
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak,
dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat


mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina,
ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber
Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai
mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan
bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luarPada masa
jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu,
dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam,
Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang
besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang
ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat
perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam.Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga
ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan
oleh kerajaan Aceh.

a. SILSILAH
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524

b. PERIODE PEMERINTAHAN
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad
ke-13 hingga 16 M.

c. WILAYAH KEKUASAAN
Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.

d. STRUKTUR PEMERINTAHAN
Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah
secara turun temurun. disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan
kerajaan, terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana
Menteri atau Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer
atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang
Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi,
dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan mengawasi pedagang-
pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan
itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara
sultan dan pedagang-pedagang asing.

Selain itu menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam
Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama
dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:
1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri
e. KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al-
Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa
pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang
bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat
diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-
Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan
Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326). Pengganti dari
Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang
pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India
maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan
dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai merupakan
pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan
patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak
banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar
Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan
Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak
adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui
secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah
paham simak uraian materi berikutnya.

f. KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan
penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada
masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan
keterangan Ibnu Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan
emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar
yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).

g. KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan
ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik.
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa
oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut
kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan
buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana
Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh
Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas
menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam
posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.

c. Kerajaan Deamak
1. Sejarah Asal Mula Berdirinya Kerajaan Demak
Berbicara tentang sejarah berdirinya Kerajaan Demak tidak bisa
dipisahkan dengan para Walisongo, yaitu para mubaligh yang kala itu  memiliki
misi untuk menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam proses penyebaran
dan perkembangan agama Islam di tanah Jawa, para mubaligh tersebut telah
membuat pusat kegiatan berada di Kota Demak.Atas dukungan yang diberikan
oleh Walisongo tersebut, terutama oleh perintah Sunan ampel, maka Raden Fatah
ditunjuk untuk mengajarkan agama Islam dan membuka sebuah pesantren yang
berada di glagah wangi. Tidak lama dari itu, tempat ini pun banyak dikunjungi
oleh masyarakat.Tidak hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan
lainnya, melainkan untuk melakukan perdagangan. Lama kelamaan Glagah Wangi
berubah menjadi pusat ilmu pendidikan dan pusat perdagangan masyarakat. Dan
menjadi pusat kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Fatah atas dukungan dan restu oleh Para
Walisongo. Diperkirakan kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1478 M. Sebelum
menjadi Kerajaan Demak, awalnya kawasan ini merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Majapahit pada masa Brawijaya V. kala itu, Demak merupakan sebuah
kadipaten yang lebih dikenal dengan nama “Glagah Wangi” yang menjadi
wilayah dari Kadipaten Jepara.

Pada kala itu, merupakan satu-satunya kadipaten yang memiliki adipati yang
beragama Islam. Namun setelah kerajaan Majapahit mengalami kemunduran,
Demak mulai memisahkan diri dari Ibu kota Bintoro. Yang kemudian oleh Raden
Fatah Kerajaan Demak didirikan atas restu dan dukungan para walisongo.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Kerajaan Demak mampu menjadi pusat
perdagangan beserta pusat pendidikan. Banyak orang berdatangan untuk
melakukan perdagangan dan menuntut ilmu. Hal ini tidak terlepas dari lokasi
Demak yang sangat strategis. Yaitu diapit oleh pelabuhan kerajaan Mataram Kuno
dan pelabuhan Jepara. Karena lokasi inilah membuat Demak menjadi salah satu
kerajaan yang cukup berpengaruh di Nusantara.

Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan adanya condro sengkolo “Sirno Ilang
Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yaitu “Geni Mati Siniram Janmi”
yang memiliki arti tahun soko 1403 atau 1481 M. Menurut cerita Rakyat, pada
saat berkunjung ke Glagah Wangi orang pertama yang dijumpai oleh Raden Fatah
adalah Nyai Lembah. Nyai Lembah ini berasal dari Rawa pening.
Atas saran yang diberikan oleh Nyai Lembah ini, Raden Fatah bermukim di desa
Glagah wangi yang saat ini lebih dikenal dengan nama “Bintoro Demak”. Pada
perkembangannya, bintoro Demak inilah yang menjadi ibu kota Negara Kerajaan
Demak.

2. Raja-raja kerajaan demak


1. Raden Fatah (1500 – 1518)
2. Pati Unus (1518 -1521)
3. Sultan Trenggono (1521 -1546)
3. peninggalan kerajaan demak

1. masjid agung demak

2. pintu bledek

3. soko tatal dan soko guru

4. situs kolam wudlu

5. maksurah-maksurah

6. dampar kencana

7. piring campa

d. kerajaan ternate dan tidore


1. Sejarah Kerajaan Ternate &  Tidore
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk
Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera.

Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kesultanan Ternate
(mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku
dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab
Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di
kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan
Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan
rempah-rempah dan kekuatan militernya.

Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi


utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh
Kepulauan Marshall di pasifik. Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan
kegiatan perdagangan.Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan
Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di
Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan
Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore
yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan
Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada
masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar
sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.Kerajaan Ternate dan
Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua
kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-
kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan
selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di
kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil
rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah.Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai
Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah
Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan
Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai
puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku.

Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari
persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut,yaitu:

 Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara)


dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan
Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah
kekuasaannya meluas ke Filipina.

 Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara)


dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan
Tidore mencapai aman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku. Kerajaan-
kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang
didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagian timur Sumbawa,
dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan
Islam kecil lainnya di Indonesia.

2.LetakGeografis
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku,
antara sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting
dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan
penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”.
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat
itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan
ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku,
seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi
aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya
3. Sistem Kehidupan Politik
Di Maluku yang terletak di antara Sulawesi dan Irian terdapat dua kerajaan, yakni
Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat pulau Halmahera
di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate
dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di kepulauan
Maluku dan Irian.

Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara
dengan wilayahnya mencakup Pulau- Pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram dan
Ambon. Kerajaan Tidore sebagai pemimpin Uli Siwa, artinya persekutuan
Sembilan (persekutuan sembilan saudara) wilayahnya meliputi Pulau-Pulau
Makyan, Jailolo, atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah itu sampai dengan
Irian Barat. Antara keduanya saling terjadi persaingan dan persaingan makin
tampak setelah datangnya bangsa Barat.Bangsa Barat yang pertama kali datang di
Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian bersekutu dengan Kerajaan Ternate.
Jejak ini diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan
mengadakan persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah
berhadapan, namun belum terjadi pecah perang.

Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada tahun
1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa
Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku,
maka Portugis mendirikan benteng Sao Paulo. Menurut Portugis, benteng ini
dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore.

Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela yakni dengan cara


memonopoli dalam perdagangan, terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam
negeri Ternate, sehingga menimbulkan pertentangan. Salah seorang Sultan
Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-1570). Untuk menyelesaikan
pertentangan, diadakan perundingan antara Ternate (Sultan Hairun) dengan
Portugis (Gubernur Lopez de Mesquita) dan perdamaian dapat dicapai pada
tanggal 27 Februari 1570.

Namun perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada pagi


harinya (28 Februari) Sultan Hairun mengadakan kunjungan ke benteng Sao
Paulo, tetapi ia disambut dengan suatu pembunuhan.Atas kematian Sultan Hairun,
rakyat Maluku bangkit menentang bangsa Portugis di bawah pimpinan Sultan
Baabullah (putra dan pengganti Sultan Hairun). Setelah dikepung selama 5 tahun,
benteng Sao Paulo berhasil diduduki (1575). Orang-orang Portugis yang
menyerah tidak dibunuh tetapi harus meninggalkan Ternate dan pindah ke
Ambon.Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku.
Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Irian; ke arah timur sampai
Irian, barat sampai pulau Buton, utara sampai Mindanao Selatan (Filipina), dan
selatan sampai dengan pulau Bima (Nusa Tenggara), sehingga ia mendapat
julukan “Tuan dari tujuh pulau dua pulau”.Pada abad ke-17, bangsa Belanda
datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis.
Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat
mengusir Portugis dari Maluku (1605). Belanda yang tanpa ada saingan kemudian
juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang, yakni:

1. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil


bumi (rempahrempah) kepada VOC (contingenten).
2. Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah jika
harga rempah-rempah di pasaran turun (hak ekstirpasi) dan penanaman
kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di pasaran naik/
meningkat.
3. Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yang diciptakan oleh
Frederick de Houtman (Gubernur pertama Ambon) yakni sistem
perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli
perdagangan di seluruh Maluku.

Tindakan-tindakan penindasan tersebut di atas jelas membuat rakyat hidup


tertekan dan menderita, sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat
senjata melawan VOC. Pada tahun 1635-1646 rakyat di kepulauan Hitu bangkit
melawan VOC dibawah pimpinan Kakiali dan Telukabesi. Pada tahun 1650
rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi. Demikian juga di daerah lain, seperti Seram,
Haruku dan Saparua; namun semua perlawanan berhasil dipadamkan oleh
VOC.Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar; akan tetapi pada
akhir abad ke-18 muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan kekuasaan
VOC di Maluku. Jika melawan Portugis, Ternate memegang peranan penting,
maka untuk melawan VOC, Tidore yang memimpinnya. Pada tahun 1780 rakyat
Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Sultan Nuku.Selanjutnya
Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dengan Tidore. Setelah Sultan
Nuku meninggal (1805), tidak ada lagi perlawaan yang kuat menentang VOC,
maka mulailah VOC memperkokoh kekuasaannya kembali di Maluku.
Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru muncul pada permulaan abad ke-
19 di bawah pimpinan Pattimura.

4. Ekonomi dan Sosial-Budaya

Kehidupan Ekonomi
Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah
di kepulauan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, banyak
memberikan hasil berupa cengkih dan pala.

Cengkih dan pala merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk


ramuan obat-obatan dan bumbu masak, karena mengandung bahan pemanas. Oleh
karena itu, rem-pah-rempah banyak diperlukan di daerah dingin seperti di Eropa.
Dengan hasil rempahrempah maka aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat
Maluku maju dengan pesat.

Dan kedatangan Portugis di Maluku yang semula untuk berdagang dan


mendapatkan rempah-rempah, juga menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534
missionaris Katolik, Fransiscus Xaverius telah berhasil menyebarkan agama
Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon.

Telah kita ketahui bahwa sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam.
Dengan demikian kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial masyarakat
Maluku. Dalam kehidupan budaya, rakyat Maluku diliputi aktivitas
perekonomian, maka tidak banyak menghasilkan budaya. Salah satu karya seni
bangun yang terkenal ialah Istana Sultan Ternate dan Masjid kuno di Ternate.

5. Kehidupan Sosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk
menjalin  perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga
ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai  pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius.

Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama


Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara  para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang  pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah


memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat, Keadaan ini menimbulkan amarah
yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan
Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun  perlawanan tersebut dapat
dipadamkan oleh kompeni Belanda.

Kehidupan rakyat Maluku  pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan


sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

6. Kehidupan Budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya
tidak  begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya
dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu
banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam
seperti Ternate dan Tidore.
e.kerajaan lombok
Dari lombok islam disebarkan ke pejanggik, parwa, sokong, bayan, dan
tempattempatlainya sehingga seluruh lombok memeluk islam. Dari lombok konon
sunan perapen meneruskandakwahnya ke sumbawa. Kerajaan islam lombok di
pusatkan di Selaparang dibawah pemerintahan prabu Rangkersari. Pada masa
itulah selaperang mengalami zaman keemasan danmemegang hegemoni di
selauruh lombok, selaperang menjalin hubungan dengan beberapanegeri, terutama
demak serta banyak didatangi oleh pedagang dari berbagai negeri.
Kerajaanlombok sempat mendapat serangan dari kerajaan gelgel, tetapi serangan
tersebut dapat ditahan.Ketika VOC berusaha menguasai jalur perdagangan,
kesultanan goa yang bersinggungandengan upaya VOC tersebut segera menutupi
jalur perdagangan ke lombok dan sumbawa danmenguasai kedua di daerah nusa
tenggara itu. Kerajaan-kerajaan di sumbawa bagian baratmasuk dalam kesultanan
goa pada 1633, selaparang pada tahun 1640 dan demikian pula daerah-daerah
lainnya sehingga pada abab XVII seluruh kerajaan islam Lombok ada di bawah
pengaruhkekuasaan Kesultanan Goa dan lombok dipererat dengan cara
perkawinan seperti pembanselaperang, pemban pejanggik dan pemban perwa
setelah terjadi perjanjian bongaya antarakesultanan Goa dan VOC pada 18
November 1667 yang sangat merugikan kesultan goa,kerajaan-kerajaan di nusa
tenggara mulai di tekan VOC. Pusat kerajaan lombok pun di pindahkan ke
sumbawa pada tahun 1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan
kedaulatankerajaan-kerajaan islam di pulau tersebut dengan dukungan pasukan
Goa. Sumbawa di pandanglebih strategis daripada selaperang. Ancaman dan
serangan VOC terus menerus terjadi danakhirnya dearah-daerah di kerajaan
lombok berada dibawah kekuasaan VOC. Raja-raja yangmengadakan perlawanan
pun ditangkapi, kemudian diasingkan ke maluku. Kerajaan sumbawatetap tidak
aman karena selalu ada pemberontakan yang menentang campur tangan VOC.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Terdapat banyak kerajaan-kerajaan di indonesia seperti :

1. Kerajaan aceh

2. Kerajaan samudra pasai

3. Kerajaan demak

4. Kerajaan ternate dan tidore

5. Kerajaan lombok

Dimana setiapa kerajaan memiliki sultan masing-masing dan memiliki


peninggalan sejarah yang dapat digunakan sampai masa sekarang.

3.2 SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat


banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai