19 Oktober 2018
DAFTAR ISI
( CONTENTS )
I. PENJELASAN UMUM
Penjelasan Umum/ ( General Description )
1. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang kriteria desain serta keterangan umum perencanaan struktur proyek
“RUMAH KOS SALEMBA” sebagai acuan evaluator dalam melakukan pekerjaan review desain struktur.
Kriteria desain menjelaskan secara singkat mengenai peraturan-peraturan, standar-standar yang
digunakan, pembebanan, jenis dan mutu bahan/material struktur, sistem struktur atas
dan struktur bawah/pondasi, analisa/modelisasi struktur, anggapan-anggapan yang digunakan dll.
3.1. Peraturan :
a. American Society of Testing Materials “ASTM Standards in Building Codes” vol. 1 & 2, 1986
b. American Concrete Institute “Building Code Requirements for Reinforced Concrete, ACI 318-02”
and Commentary ACI 318R-02
c. American Institute of Steel Construction “Manual of Steel Construction, 9th Edition”, 1989.
Page 1 of 43
4. MUTU/STANDAR BAHAN
4.1. Beton
Kekuatan karakteristik silinder beton (f’c) yang didasarkan atas kekuatan beton pada umur 28 hari
sebagai berikut :
¥ Tiang Bor : f’c= 25 MPa
¥ Pile Cap : f'c= 25 MPa
¥ Pelat : f’c= 25 MPa
¥ Balok : f’c= 25 MPa
¥ Kolom : f’c= 25 MPa
¥ Shear Wall : f’c= 25 Mpa
5. PEMBEBANAN
Beban Mati, Beban Mati tambahan, berat sendiri struktur, berat finishing arsitektur dan berat ducting /
kabel / pipa M/E dimasukkan serta diperhitungkan sebagai Beban Mati. Beban Mati material dan
komponen bangunan dihitung berdasarkan Tabel-1 berikut :
Beban equipment M/E (Genset, Cooling Tower, Reservoir, alat/mesin khusus, dan lain-lain) akan
dihitung berdasarkan informasi /data dari M/E.
Beban Hidup yang digunakan sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia. Beban Hidup untuk
berbagai fungsi ruang adalah seperti tertera dalam Tabel-2.
Berat furniture, partisi ringan (berat tidak lebih dari 100 kg/m2 ) dan beban pemakaian, dianggap sudah
termasuk dalam Beban Hidup. Perlengkapan dan peralatan khusus ditinjau secara terpisah, apabila
ada.
Untuk analisa struktur rangka bangunan dan perhitungan beban gempa, beban hidup direduksi dengan
mengalikan Faktor Koefisien Beban Hidup tertentu yang sesuai dengan fungsi ruangan yang
bersangkutan, seperti dinyatakan dalam peraturan (lihat Tabel-2).
Page 2 of 43
a. Beban Mati
Berat sendiri pelat t cm : t x 24 kg/m2
Adukan 4 cm : 4 x 21 kg/m2
Marmer/Granit/keramik 1 cm : 1 x 24 kg/m2
Ducting/ME : 20 kg/m2
Plafon + rangka : 18 kg/m2
a. Beban Mati
Berat sendiri pelat t cm : t x 24 kg/m2
Waterproofing + screed 3 cm : 4 x 24 kg/m2
Keramik/finishing 2 cm : 1 x 24 kg/m2
Ducting/ME : 20 kg/m2
Plafon + rangka : 18 kg/m2
Beban Hidup Kumulatif untuk perencanaan elemen struktur vertikal, seperti kolom, dinding dan
pondasi, direduksi dengan mengalikan Koefisien Beban Hidup Kumulatif sesuai dengan jumlah lantai
yang dipikul oleh elemen struktur yang bersangkutan (lihat Tabel-3).
Pada prinsipnya, beban horisontal gempa yang digunakan dihitung berdasarkan atas “Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung” SNI 03-1726-2012.
Bangunan ini termasuk pada Kategori Desain Seismik D dengan Kategori Risiko Bangunan Tipe II.
Perhitungan beban gempa secara lebih detail dijelaskan dalam Butir 8 “Perencanaan Gempa” .
Kombinasi pembebanan dihitung berdasarkan atas Peraturan Perencanaan yang berlaku. Untuk struktur
beton, elemen struktur direncanakan sesuai persyaratan kekuatan ( “Desain Strength” ) pada
kombinasi beban batas seperti diuraikan berikut ini:
dimana :
U = Required Strength (kuat perlu)
= Strength Reduction Factor (faktor reduksi kekuatan)
a. U = 1,4 D
b. U = 1,2 D + 1,6 L
c. U = 1,2 D + L + E
d. U = 0,9 D + E
Apabila beban tanah H bekerja pada strukur, maka harus diperhitungkan sebagai berikut ;
1) Bila H bekerja sendirian atau menambah pada pengaruh beban lainnya, harus disertakan dengan
faktor beban sebesar 1,6;
2) Bila pengaruh H permanen dan melawan pengaruh beban lainnya, harus disertakan dengan faktor
beban sebesar 0,9;
3) Bila pengaruh H tidak permanen tetapi, bila ada, melawan pengaruh beban lainnya, H tidak boleh
disertakan.
Bilamana sesuai, pengaruh struktural dari T harus ditinjau dalam kombinasi dengan beban lainnnya.
Faktor beban pada T harus ditentukan dengan memperhitungkan ketidaktentuan yang sepertinya
terkait dengan besaran T, probabilitas dimana pengaruh maksimum dari T akan terjadi serentak
dengan beban terapan lainnya, dan konsekuensi yang berpotensi merugikan jika pengaruh T lebih
besar dari yang diasumsikan. Faktor beban pada T tidak boleh mempunyai nilai kurang dari 1,0.
Page 5 of 43
Pengaruh beban gempa horizontal, Eh, harus ditentukan sebagai berikut :
Eh = ρ QE
Pengaruh beban gempa vertikal, Ev, harus ditentukan sebagai berikut :
Ev = 0,2 SDS D
Kombinasi beban gempa yang digunakan untuk desain kekuatan adalah sebagai berikut :
c. U = (1,2 + 0,2 SDS) D + ρ QE + L
d. U = (0,9 – 0,2 SDS) D + ρ QE
dimana :
U = kuat perlu ( “Required Strength” )
D = beban mati
L = beban hidup
ρ = faktor redundansi
QE = pengaruh gaya gempa horizontal
SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek dengan redaman 5 persen.
6. SISTEM STRUKTUR
Sistem struktur yang dipakai dalam perhitungan struktur adalah Sistem Rangka Baja dan Beton
Komposit Pemikul Momen Khusus . Sesuai SNI Gempa 2012, maka gaya gempa rencana dihitung
dengan menggunakan nilai faktor reduksi gempa, R = 8.
Struktur terdiri atas pondasi dalam (Bore Pile dia 1000 mm). Struktur bawah tidak boleh gagal dari
struktur atas. Struktur Bawah direncanakan untuk berperilaku elastik penuh setiap saat pada setiap
peristiwa gempa dengan Gaya Gempa Rencana.
Struktur bawah dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di dalam tanah yang dibebani oleh
kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari struktur atas.
Dalam analisa statik maupun dinamik, lantai dianggap sebagai diafragma semi kaku pada bidangnya.
Elemen Pelat lantai dan atap beton digunakan tipe membran.
Page 6 of 43
8. PERENCANAAN GEMPA
Beban gempa yang digunakan adalah Respons Spektrum dari Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012.
Lokasi proyek termasuk dalam jenis tanah Lunak dengan Kategori Desain Seismik D, Kategori
Resiko Bangunan 2 dengan Faktor Keutamaan 1.
Periode fundamental struktur, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti
struktur dan karakteristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji. Periode fundamental
struktur, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasaan atas pada periode yang dihitung (Cu)
dan periode fundamental pendekatan, Ta, menurut persamaan :
Ta = Ct hnx
Dimana :
hn adalah ketinggian struktur (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x
ditentukan dari tabel berikut.
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya
gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua struktur lainnya 0,0488 0,75
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain harus dihitung sebagai defleksi pada pusat massa di
tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik
C, D, E, atau F yang memiliki ketidakberaturan horisontal Tipe 1a atau 1b pada Tabel 10, simpangan
antar lantai desain harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik titik di atas dan di bawah
tignkat yang diperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal, di sepanjang salah satu bagian tepi
struktur.
Page 7 of 43
Defleksi pusat massa ditingkat x harus ditentukan dengan persamaan berikut :
Cd δxe
δ=
Ie
Keterangan :
Untuk menentukan kesesuaian dengan batasan simpangan antar lantai tingkat diijinkan untuk
menentukan simpangan antar lantai elastis, menggunakan gaya desain seismik berdasarkan pada
periode fundamental struktur yang dihitung tanpa batasan atas (Cu Ta).
Simpangan antar lantai desain tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin Δa seperti
didapatkan dari tabel di bawah ini.
Sistem struktur dibuat sedemikian sehingga perilaku struktur tehadap beban gempa menghasilkan
gerak translasi terjadi pada mode-1 dan mode-2 dan rotasi pada mode-3.
Berdasarkan periode getar bangunan T diperoleh, selanjutnya dihitung nilai Sa (Percepatan Respons
Spektra ) sesuai dengan wilayah dan jenis tanah. Ordinat dari Respons Spektrum dikoreksi dengan
faktor koreksi I/R dengan memperhitungkan tipe/sistem struktur untuk menjadikan beban gempa
menjadi beban gempa nominal.
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masing-masing arah horisonal
orthogonal dari respons yang ditinjau.
Perhitungan Respons Maksimum dilakukan dengan 2 cara superposisi yaitu CQC (Complete Quadratic
Combination) atau SRSS (Square Root of the Sum of Squares). Metode CQC harus digunakan dimana
ragam berjarak dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di anatara translasi dan torsi.
Gaya geser tingkat nominal akibat pengaruh Gempa Rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil
analisis ragam spektrum respons dalam suatu arah tertentu dikalikan nilainya dengan suatu faktor skala
FS = 0.85 V/Vt > 1
dimana:
FS = Faktor Skala
V = gaya geser dasar prodedur gaya lateral ekivalen.
Vt = gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam spektrum respons yang
Page 8 of 43
telah dilakukan.
Gaya geser seismik dalam arah yang ditetapkan ditentukan sebagai berikut :
V = Cs Wt
dimana :
V = Gaya geser dasar nominal statik ekivalen.
Cs = Koefisien respons seismik.
R = Faktor modifikasi respons gempa.
Wt = Berat seismik efektif.
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode pendek.
SD1 = Parameter percepatan spektrum respons desain pada periode sebesar 0,1 detik .
T = Periode fundamental struktur yang ditentukan.
Gaya geser dasar nominal V dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa
nominal statik ekivalen Fx yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
Fx = Cvx V; Cvx = w
Wₓ hₓᴷ
ƩᵑᵢWₓ hₓᴷ
dimana:
Cvx = faktor distribusi vertikal.
V = gaya lateral desain total atau geser dasar dari struktur.
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang dikenakan pada tingkat i atau x.
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x
k = eksponen terkait dengan periode struktur
T ≤ 0,5 sec maka k = 1
0,5 sec ≤ T ≤ 2,5 sec maka 1 ≤ k ≤ 2
T ≥ 2,5 sec maka k = 2
Arah Pembebanan Gempa
Gaya gempa diijinkan untuk diterapkan secara terpisah dalam masing-masing arah dari dua arah
orthogonal. Pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa pada struktur dianggap
terpenuhi jika komponen dan fondasinya didesain untuk memikul kombinasai beban yang ditetapkan
berikut :
Gempa Arah-X : E = 100% Ex + 30% Ey
Gempa Arah-Y : E = 100% Ey + 30% Ex
Distribusi gaya lateral oleh diafragma horisontal terhadap elemen-elemen vertikal penahan gaya lateral
dipengaruhi oleh kekakuan relatif dari diafragma dan elemen-elemen vertikal tersebut. Diafragma
diklasifikasikan sebagai diafragma kaku, fleksibel, dan semi-kaku berdasarkan kekakuan relatifnya.
1. Struktur dimana elemen vertikal adalah rangka baja dengan bresing, rangka baja, dan beton
komposit dengan bresing, atau dinding geser beton, batu bata, baja atau dinding geser baja dan
beton komposit.
2. Bangunan hunian satu atau dua lantai.
3. Struktur rangka ringan, di mana kondisi di bawah ini terpenuhi
Page 9 of 43
a. Penutup beton atau material yang sama tidak ditempatkan diatas panel diafragma kayu
kecuali untuk penutup nonstruktural dengan tebal tidak lebih dari 38 mm
b. Setiap elemen vertika dari sistem penahan gaya gempa memuhi syarat tingkat simpangan
antar lantai
Struktur bangunan gedung diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak beraturan berdasarkan pada
konfigurasi horisontal dan vertikal dari struktur bangunan gedung.
Page 10 of 43
melingkupinya atau perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari 50 persen dari suatu
tingkat ke tingkat selanjutnya.
4. Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang didefinisikan ada jika
terdapat diskontinuitas dalam lintas tahanan gaya lateral seperti pergeseran melintang
terhadap elemen vertikal.
5. Ketidakberaturan sistem nonparalel didefinsiikan ada jika elemen penahan gaya
lateral vertikal tidak paralel atau simetris terhadap sumbu-sumbu ortogonal utama sistem
penahan gaya gempa.
Redundansi
Faktor redundansi, ρ, harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam masing-masing kedua
arah ortogonal untuk semua struktur. Nilai diijinkan sama dengan 1,0 untuk hal-hal berikut ini :
1. Struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C.
2. Perhitungan simpangan antar lantai dan pengaruh P-Delta.
3. Desain komponen nonstruktural.
4. Desain struktur non gedung yang tidak mirip dengan bangunan gedung.
5. Desain elemen kolektor, sambungan lewatan, dan sambungannya di mana kombinasi bebean
dengan faktor kuat lebih digunakan.
6. Desain elemen struktur atau sambungan di mana kombinasi beban dengan faktor kuat lebih
disyaratkan untuk desain.
7. Beban diafragma ditentukan menggunakan Persamaan 37.
8. Struktur dengan sistem peredaman.
9. Desain dinding struktural terhadap gaya keluar bidang, termasuk sistem angkurnya.
Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, harus sama dengan 1,3
kecuali jika satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, dimana diijinkan diambil sebesar 1,0 :
a. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam arah yang ditinjau.
b. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya gempa terdiri dari
paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa yang merangka pada masing masing sisi
struktur dalam masing-masing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
Page 11 of 43
dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitug sebagai panjang dinding geser dibagi
dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat, hsx, untuk
konstruksi rangka ringan.
Torsi
Berdasarkan SNI Gempa 1726 : 2012, terdapat dua jenis torsi yang terjadi, yaitu :
1. Torsi bawaan
Untuk diafragma yang tidak fleksibel, distribusi gaya lateral di masing-masing tingkat harus
memperhitungkan pengaruh momen torsi bawaan, Mt, yang dihasilkan dari eksentrisitas antara
lokasi pusat masssa dan pusat kekakuan. Untuk diafragma fleksibel, distribusi gaya ke elemen
vertikal harus memperhitungkan posisi dan distribusi massa yang didukungnya.
2. Torsi tak terduga
Jika diafragma tidak fleksibel, desain harus menyertakan momen trosi bawaan (Mt) yang dihasilkan
dari lokasi massa struktur ditambah momen torsi tak terduga (Mta) yang diakibatkan oleh
perpindahan pusat massa dari lokasi aktualnya yang diasumsikan pada masing-masing arah dengan
jarak sama dengan 5 persen dimensi struktur tegak lurus terhadap arah gaya yang diterapkan.
Jika gaya gempa diterapkan secara serentak dalam dua arah ortogonal, perpindahan pusat massa 5
persen yang disyaratkan tidak perlu diterapkan dalam kedua arah orthogonal pada saat bersamaan
tetapi harus diterapkan dalam arah yang menghasilkan pengaruh yang lebih besar.
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F di mana tipe 1a atau 1b
ketidakberaturan torsi terjadi harus mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dengan mengalikan Mta
di masing-masing tingkat dengan faktor pemebesaran torsi (Ax)
δmax
Aₓ = ( )²
1.2δmax
Dimana
δmax adalah perpindahan maksimum di tingkat x yang dihitung dengan mengasumsikan Ax = 1
δavg adalah rata-rata perpindahan di titik-titik terjauh stuktur di tingkat x yang dihitung dengan
mengasumsikan Ax = 1
Kekakuan Struktur
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa Rencana, pemodelan properti
kekakuan elemen beton harus memperhitungkan pengaruh penampang retak. Kekakuan efektif elemen
struktur berdasarkan SNI 2847 : 2013 pasal 10.10.4.1 adalah sebagai berikut :
Momen Inersia :
Balok : 0,35 Ig
Kolom : 0,70 Ig
Dinding : tidak retak : 0,70 Ig
: retak : 0,35 Ig
Pelat datar dan lantai datar : 0,25 Ig
Luas : 1,0 Ig
Pengaruh P-Delta
Pengaruh P-Delta pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen struktur yang dihasilkan,
dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh pengaruh ini tidak disyaratkan untuk
diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ) seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau
kurang dari 0,1:
Pₓ∆Ie
Ɵ =
WₓhșₓCd
Keterangan :
Px = beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x,
Δ = simpangan antar lantai tingkat desain
Vx = gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1
β = rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat antara tingkat x dan x-1.
Page 12 of 43
Koefisien stabilitas harus tidak melebihi θmax yang ditentukan sebagai berikut :
0,5
θmax βCd < 0,25
Jika θ lebih besar dari θmax, struktur berpotensi tidak stabil dan harus didesain ulang. Jika pengaruh P-
Delta disertakan dalam analisis otomatis batasan θmax masih harus dipenuhi akan tetapi nilai θ
diijinkan dibagi dengan (1+θ).
(a) Kekuatan lentur balok untuk balok portal direncanakan terhadap kombinasi pembebanan pada
5.8.
(b) Kolom direncanakan terhadap gaya-gaya seperti tersebut pada 8.4. berikut dengan
memperhatikan konsep “strong column-weak beam” dan konsep “Capacity Desain”.
Komponen Struktur Lentur ( BALOK ) pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK ).
Gaya geser rencana Ve ditentukan dari peninjauan gaya statik antara dua muka tumpuan. Mpr
dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan dan komponen tersebut dibebani beban gravitasi
terfaktor sepanjang bentangnya.
Ve Ve
Mpr1 Mpr2
L
M M
pr1 pr2 WuL
V e
L 2
dimana :
Mpr : kuat momen lentur mungkin dari suatu komponen struktur dengan atau tanpa beban aksial, yang
ditentukan menggunakan sifat-sifat komponen struktur pada muka joint dengan menganggap kuat
tarik pada tulangan longitudinal minimum 1.25 fy dan factor reduksi Ø = 1 N-mm.
Ve : gaya geser rencana.
fy : kuat leleh yang disyaratkan.
Arah gaya geser Ve tergantung pada besar relative beban gravitasi yang dihasilkan oleh momen-
momen ujung. Momen-momen Mpr ujung didasarkan pada tegangan tarik 1.25 fy. Kedua momen
ujung diperhitungkan untuk kedua arah, yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
Page 13 of 43
Pada setiap irisan penampang balok, jumlah tulangan atas dan bawah adalah :
1.4
Asmin = fy bwd
f' c
Asmin = 4f bwd
y
Rasio tulangan maks < 0.025
Untuk balok T :
Asmin adalah:
f' c
A b d
smin 4f f
y
f' c
A bwd
smin 2f y
dimana :
bf : lebar bagian sayap penampang.
d : jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik.
bw : lebar badan.
Komponen Struktur yang menerima kombinasi Lentur dan beban Aksial ( KOLOM ) pada Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK ).
Kolom.
Mpr3 Mpr4
H
M
pr3 M pr4
Ve > Ve hasil analisa struktur
H
Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar dari momen yang dihasilkan oleh Mpr
balok pada hubungan balok kolom. Ve tidak boleh lebih kecil dari hasil perhitungan analisis struktur.
Gaya aksial tekan terfaktor akibat gempa < Agf’c / 20.
Rasio volumetric tulangan spiral atau sengkang cincin harus memenuhi syarat :
Kriteria Desain
Proyek Pabrik Bogor Page 13of 43
Tulangan Lentur Kolom
Kuat lentur setiap kolom yang menerima beban aksial tekan terfaktor > Agf’c /10
harus memenuhi :
∑Me > (6/5) ∑Mg
dimana :
∑Me : jumlah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal kolom
yang merangka pada join tersebut, yang dihitung untuk beban aksial terfaktor, konsisten
dengan arah gaya lateral yang ditinjau yang menghasilkan kuat lentur terkecil.
∑Mg : jumlah momen pada muka join, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok
( termasuk pelat yang berada dalam kondisi tarik ) yang merangka pada joint tersebut.
Hubungan Balok Kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK ).
Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok kolom ditentukan dengan
menganggap tegangan pada tulangan tarik lentur = 1,25 fy..
Kuat Geser
Kuat geser nominal hubungan balok kolom tidak boleh lebih besar dari ketentuan berikut ini untuk
beton berat normal :
Untuk hubungan balok kolom yang terkekang pada keempat sisinya : 1,7 f' c A j
Untuk hubungan balok kolom yang terkekang pada ketiga atau dua sisi yang berlawanan :
1,25 f' c A j
Page 14 of 43
Komponen Batas Diafragma Struktural
Tulangan untuk batang tepi dan komponen kolektor pada sambungan dan daerah pengangkuran harus
memenuhi salah satu ketentuan berikut ini :
Penulangan lentur dan geser Balok maupun lentur dan geser Kolom dilakukan dengan bantuan
program ETABS v.9.7 dimana parameter-parameter yang digunakan disesuaikan dengan Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2012.
9. PERENCANAAN PONDASI
Pondasi direkomendasikan memakai Bor pile dia 1000 mm, dia 800 mm dan 600 mm kedalaman 22
meter
(a) Jika data parameter yang dibutuhkan telah ada pada hasil laboratorium, maka data tersebut
langsung dipakai sebagai parameter tanah. Namun dengan catatan jika data tersebut memiliki
hasil yang tidak logis / wajar maka data tersebut diabaikan.
(b) Jika tidak ada data parameter yang diperlukan disuatu kedalaman tertentu pada suatu titik bor
melainkan ada data parameter tersebut di titik bor yang lain, maka data parameter mengacu pada
titik bor yang memiliki data tersebut dengan mempertimbangkan kesamaan jenis tanah,
kedalaman, dan N-SPT.
(c) Jika pada semua titik bor tidak terdapat data parameter yang diperlukan, maka data parameter
diambil berdasarkan korelasi rumus empiris atau dari “typical value”
Parameter tanah dibedakan untuk kondisi drained dan undrained. Untuk kondisi drained diambil
parameter tegangan efektif (effective stress ) dan kondisi undrained diambil parameter tegangan total (
total stress).
Berdasarkan data tanah yang ada, beban pondasi bangunan serta kondisi lingkungan sekitar lahan,
maka direncanakan akan menggunakan Pondasi Bored Pile.
Page 15 of 43
Daya dukung aksial tekan, aksial tarik, dan lateral pada prinsipnya akan mengikuti rekomendasi yang
diberikan dalam laporan soil test yang ada. Sebagai pengecekan, akan dilakukan pengecekan /
perhitungan daya dukung pondasi tiang oleh Perencana Struktur.
9.4. Daya Dukung Izin Pondasi Pada Beban Tetap & Beban Sementara
Pondasi Tiang Pancang direncanakan mampu mampu memikul baik beban gravitasi, beban gempa
rencana maupun beban gempa kuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
9.5. Pengecekan Daya Dukung Tekan Dan Tarik Pondasi Tiang Bor Tunggal
Daya dukung tekan dan tarik tiang bor dihitung berdasarkan Su (Undrained Shear Strength) pada
tanah kohesif dan non kohesif menurut metode Lymon C, Reese & O’Neill (1988)
QU = QB + Qs
QB = qb x Ab
qb = Nc Cub ≤ 40 (Kg/cm2) Cohesive Soil
Nc = 6(1+0.2(L/Bb) ≤9
PAllowable = Pu / SF
dimana:
Qu = Ultimate Pile Load Capacity (Ton)
Qb = Ultimate End Bearing Stress (Ton)
Qs = Ultimate Load in Side Resistance (Ton)
Page 16 of 43
L = Depth of Pile (m)
As = Area of Side Friction (m2)
α = Emperical Factor
Daya dukung ultimate tiang bor dihitung sebagai jumlah dari daya dukung ujung tiang dan selimut
tiang sebagai berikut:
QU = Qb + QS
Daya dukung tekan dan tarik tiang pancang dihitung berdasarkan Nilai SPT dengan menggunakan
rumus:
Ns x Ls Nc x Lc
Pu = (25 x Np x Ap )+ Ʃ( + )
5 2
Page 17 of 43
9.6. Daya Dukung Lateral Tiang
Analisis daya dukung lateral tiang menggunakan “Metode Matlock & Reese” dengan bantuan program
L Pile Plus 4.
Pengecekan dilakukan dengan 2 cara yakni Free Head menggunakan beban static dan Fixed Head
menggunakan beban siklik dengan deflection masing-masing 0.5 inci dan 0.25 inci untuk menentukan
daya dukung.
Pada perencanaan daya dukung kelompok tiang ditentukan dengan menggunakan cara “Converse
Labare” yang mana untuk faktor effisiensi tiang diambil ≤1
10. SPESIFIKASI STRUKTUR
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perencanaan struktur bangunan ini, disiapkan juga
“Uraian dan Syarat-syarat Pekerjaan Struktur (Spesifikasi Struktur )“ yang digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan teknis pekerjaan struktur di lapangan.
Spesifikasi Struktur tersebut disajikan dalam buku tersendiri.
Penyelidikan Tanah beserta Laporan Penyelidikan Tanah yang dijadikan sebagai dasar untuk
perencanaan struktur bawah/pondasi disajikan dalam buku tersendiri.
Page 18 of 43
II.1. Model Struktur 3D
3D Model structure
ETABS
Page : 1 / 1
Time Period
UNIT : KG-M
Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ RX RY RZ SumRX SumRY SumRZ
1 1.117186 61.180500 3.168000 0.000000 61.180500 3.168000 0.000000 4.145100 80.140600 9.416900 4.145100 80.140600 9.416900
2 1.057341 4.705300 71.413700 0.000000 65.885800 74.581700 0.000000 92.708200 6.242100 0.520800 96.853300 86.382700 9.937700
3 0.906491 9.484600 2.046600 0.000000 75.370400 76.628300 0.000000 2.591500 13.112300 65.187800 99.444800 99.494900 75.125500
4 0.367333 0.508500 11.798400 0.000000 75.879000 88.426700 0.000000 0.004100 0.000800 0.444500 99.448900 99.495700 75.570000
5 0.351371 11.199200 0.729000 0.000000 87.078200 89.155700 0.000000 0.000200 0.009500 1.873200 99.449200 99.505200 77.443200
6 0.290406 1.270200 0.135000 0.000000 88.348400 89.290600 0.000000 0.000000 0.002900 10.122900 99.449200 99.508100 87.566200
7 0.248410 0.000000 0.284100 0.000000 88.348400 89.574700 0.000000 0.000700 0.000000 0.000400 99.449900 99.508100 87.566500
8 0.231510 0.005400 3.948300 0.000000 88.353800 93.523000 0.000000 0.529900 0.000500 0.038500 99.979800 99.508600 87.605000
9 0.194862 4.232100 0.011100 0.000000 92.585900 93.534000 0.000000 0.001600 0.386800 1.087000 99.981400 99.895400 88.692000
10 0.173270 0.002100 0.702700 0.000000 92.588000 94.236700 0.000000 0.001100 0.000200 0.000500 99.982600 99.895600 88.692600
11 0.162133 0.374100 0.004300 0.000000 92.962100 94.241000 0.000000 0.001500 0.063200 3.041800 99.984100 99.958700 91.734400
12 0.125690 1.165700 0.000300 0.000000 94.127800 94.241300 0.000000 0.000000 0.005900 0.286500 99.984100 99.964600 92.020900
13 0.355285 0.000000 0.000100 0.000000 99.889000 99.888700 0.000000 0.000000 0.000000 0.000600 99.994400 99.998300 99.670600
LATERAL LOAD DISTRIBUTION
X - DIRECTION
( Static Equivalent Analysis )
n Story ( Kgf ) ( Kgf ) (m) ( Kgf m ) Fi-X ( Kgf ) Vi-X ( Kgf ) (m²) ( kgf/m² )
GEMPA ARAH- X
n Strory Elevation hi dxi Cdxi (aktual ) 0.02 hi Ket
(m) (m) (m) (m)
GEMPA ARAH- Y
n Strory Elevation hi dyi Cdyi (aktual ) 0.02 hi Ket
(m) (m) (m) (m)
Tabel 6 - Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Tabel 7 - Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter
Respons Percepatan Pada Perioda Pendek (SDS) Respons Percepatan Pada Perioda 1 Detik (SD1)
Kategori Resiko Kategori Resiko
Nilai SDS Nilai SD1
I atau II atau III IV I atau II atau III IV
SDS < 0.167 A A SD1 < 0.167 A A
0.167 ≤ SDS < 0.33 B C 0.067 ≤ SD1 < 0.133 B C
0.33 ≤ SDS < 0.50 C D 0.133 ≤ SD1 < 0.20 C D
0.5 ≤ SDS D D 0.20 ≤ SD1 D D
KDS : D 4 KDS : D 4
Prepared by
MI
19 October 2018
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Load Combinations
Load Combinations
Combination Combination
Name Definition
COMB1 1.400*DEAD
COMB2 1.200*DEAD + 1.600*LIVE
COMB3 1.200*DEAD + 1.000*LIVE + 1.000*QX + 0.300*QY
COMB4 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 1.000*QX + 0.300*QY
COMB5 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 1.000*QX – 0.300*QY
COMB6 1.200*DEAD + 1.000*LIVE + 1.000*QX – 0.300*QY
COMB7 1.200*DEAD + 1.000*LIVE + 0.300*QX + 1.000*QY
COMB8 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 0.300*QX + 1.000*QY
COMB9 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 0.300*QX – 1.000*QY
COMB11 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 0.300*QX – 1.000*QY
COMB12 1.200*DEAD + 1.000*LIVE – 0.300*QX + 1.000*QY
COMB13 0.900*DEAD + 1.000*QX + 0.300*QY
COMB14 0.900*DEAD – 1.000*QX + 0.300*QY
COMB15 0.900*DEAD – 1.000*QX – 0.300*QY
COMB16 0.900*DEAD + 1.000*QX – 0.300*QY
COMB17 0.900*DEAD + 0.300*QX + 1.000*QY
COMB18 0.900*DEAD – 0.300*QX + 1.000*QY
COMB19 0.900*DEAD – 0.300*QX – 1.000*QY
DSTLD1 1.000*DEAD
DSTLD2 1.000*DEAD + 1.000*LIVE
Page 2
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 3
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 4
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 5
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 6
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 7
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 8
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 9
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 10
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 11
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 12
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 13
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 14
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 15
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 16
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 17
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 18
ETABS® v9.7.4 Steel Frame Design
AISC360-05/IBC2006
Page 19
IV.2.Output Stress ratio
ETABS
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
0. 1. 1. 1. 1.
P4 P2
P7 P5
P5 P5
P4 P4
P4 P4
P2
P2
BASE 1 SERVIS -2.61 -1.42 47.01 -0.61 4.37 0.00 40.00 0.9 2
BASE 3 SERVIS 2.21 -1.52 95.56 -0.45 -3.04 0.00 40.00 0.8 3
BASE 4 SERVIS 1.88 -1.02 185.25 -0.55 -3.65 0.00 40.00 0.71 7
BASE 5 SERVIS -2.50 -1.10 132.72 -0.29 4.44 0.00 40.00 0.73 5
BASE 6 SERVIS -3.34 1.50 125.46 -0.59 2.13 0.00 40.00 0.8 4
BASE 7 SERVIS 4.80 1.71 142.75 -0.82 0.31 0.00 40.00 0.73 5
BASE 8 SERVIS 3.05 0.49 100.30 -0.41 -2.38 -0.01 40.00 0.8 4
BASE 9 SERVIS -2.81 0.18 85.72 -0.09 3.23 0.00 40.00 0.8 3
BASE 10 SERVIS -2.66 -0.05 98.74 0.18 3.69 0.00 40.00 0.8 4
BASE 11 SERVIS 2.34 -0.81 108.57 -0.53 -4.41 0.00 40.00 0.8 4
BASE 52 SERVIS 1.36 1.72 52.87 3.05 -2.81 0.00 40.00 0.9 2
BASE 53 SERVIS -1.72 0.31 53.95 1.24 3.07 0.00 40.00 0.9 2
a1
X
b1
b
3D
1-1
Potongan 1-1 (Melintang) = 1 Tiang panjang kolom = 600.0 mm
Jumlah Tiang = 1.0 lebar kolom b = 600.0 mm
M1-1 = P x ex f'c = 25.0 Mpa
= 3.00 Ton-m d eff = 625.0 mm
= 30,000,000.0 Nmm jarak tepi = 250.0 mm
Mu = M1-1 x 1.5 = 45,000,000.0 Nmm Pu = 800.0 KN
Mn = Mu / 0.8
= 56,250,000.0 Nmm
b = 0.800 m
f'c = 25 Mpa
V = 40.0 Ton
Vu = P x 1.5
Vu = Ø Vn ; Ø = 0.75
= Ø ( Vc + Vs )
ogor Page 1 of 3
PERENCANAAN PILE CAP ( TYPE-P2 )
Vu = 60.0 Ton
Vn = Vu / 0.75 Ton
Vn = 80.0 Ton
= 800,000.0 N
Vn = Vc + Vs
Vs = Vn - Vc
= 383,333.3 N
(1/2)
Vs < 2/3 x f'c x b x d'
1,666,666.7 N OK !
Vs = Av fy ( d' /s ) N
= 383,333.3 N
Tulangan Geser
Dia. Tulangan = 13.0 mm
Av = 2 x ( 1/4 x 3.14 x dia² )
Av = 265.3 mm²
s = Av x fy x d' / Vs mm
= 200.0 mm
Digunakan Tul geser : D13-200
Tulangan Lentur
Coba tebal penampang
d = 700.0 mm
d' = 625.0 mm
Mn = 56,250,000.0
Rn = Mn / ( b d'² )
= 0.2
m = fy / 0.85 f'c )
= 32.0
The picture can't be display ed.
1 2.Rn.m
rho = 1 1
m fy
rho = 0.00045
As perlu = rho x b x d'
As perlu = 226.6 mm²
ogor Page 2 of 3
PERENCANAAN PILE CAP ( TYPE-P2 )
D22-150
l
b X
D
a1
D22-150
B. CEK TERHADAP GESER PONS KOLOM(SNI 03‐2847‐2002 ps.13.12)
d b=1 3 d b
2 4
J 590,089,518,229 mm
1 3 2
6 b b
1 1
PILE CAP AMAN TERHADAP CEK GESER PONS
ogor Page 3 of 3
PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN DAYA DUKUNG IJIN TIANG PANCANG
3D
ey
ex 2-2
3D b1
b X
a1
D
3D
1-1
Potongan 1-1 (Melintang) = 2 Tiang
Jumlah Tiang = 2.0 panjang kolom h = 600.0 mm
M1-1 = 2P x ex lebar kolom b = 600.0 mm
= 6.0 Ton-m f'c = 24.9 Mpa
= 60,000,000.0 Nmm d eff = 725.0 mm
Mu = M1-1 x 1.5 = 90,000,000.0 Nmm jarak tepi = 250.0 mm
Mn = Mu / 0.8 Pu = 1,600.0 KN
= 112,500,000.0 Nmm
b = 1.250 m
f'c = 24.9 Mpa
V = 80.0 Ton
Vu = 2P x 1.5
Vu = Ø Vn ; Ø = 0.75
= Ø ( Vc + Vs )
Vu = 120.0 Ton
Vn = Vu / 0.75 Ton
Vn = 160.0 Ton
= 1,600,000.0 N
Vn = Vc + Vs
Vs = Vn - Vc
= 846,303.6 N
Vs = Av fy ( d' /s ) N
= 846,303.6 N
Tulangan Geser
Dia. Tulangan = 16.0 mm
Av = 2x ( 1/4 x 3.14 x dia² )
Av = 401.9 mm²
s = Av x fy x d' / Vs mm
= 150.0 mm
Tulangan Lentur
Coba tebal penampang
d = 800.0 mm
d' = 725.0 mm
Mn = 112,500,000.0
Rn = Mn / ( b d'² )
= 0.2
m = fy / 0.85 f'c )
= 32.1
2.Rn.m
The picture can't be display ed.
rho = 1 1 1
m fy
rho = 0.00043
As perlu = rho x b x d'
As perlu = 390.6 mm²
B. CEK TERHADAP GESER PONS KOLOM(SNI 03‐2847‐2002 ps.13.12)
d b=13 d
2 4
J b 906,189,583,333 mm
1 3 2
6 b
1 b 1
PILE CAP AMAN TERHADAP CEK GESER PONS
3D ey
a1
ex
3D
2-2
b b1 X
3D
1-1
b = 2.500 m
f'c = 25.0 Mpa
V = 80.0 Ton
Vu = 2P x 1.5
Vu = Ø Vn ; Ø = 0.75
= Ø ( Vc + Vs )
Vu = 120.0 Ton
Vn = Vu / 0.75 Ton
Vn = 160.0 Ton
= 1,600,000.0 N
Vn = Vc + Vs
Vs = Vn - Vc
= 89,583.3 N
Vs = Av fy ( d' /s ) N
= 89,583.3 N
Tulangan Geser
Dia. Tulangan = 16.0 mm
Av = 2 x ( 1/4 x 3.14 x dia² )
Av = 401.9 mm²
s = Av x fy x d' / Vs mm
= 1,350.0 mm
Tulangan Lentur
Coba tebal penampang
d = 800.0 mm
d' = 725.0 mm
Mn = 1,350,000,000.0
Rn = Mn / ( b d'² )
= 1.0
m = fy / 0.85 f'c )
= 32.0
2.Rn.m
The picture can't be display ed.
1
rho = 1 1
m fy
rho = 0.00268
As perlu = rho x b x d'
As perlu = 4,864.0 mm²
ey
3D
a
3D 3D
ex1
b b1 X
ex2
3D 3D
1-1
Potongan 1-1 (Melintang) panjang kolom h = 600.0 mm
Jumlah Tiang = 3.0 lebar kolom b = 600.0 mm
M1-1 = (P x ex1) + (2P x ex2) f'c = 24.9 Mpa
= 80.4 Ton-m d eff = 800.0 mm
= 804,000,000.0 Nmm jarak tepi = 250.0 mm
Pu = 2,800.0 KN
Mu = M1-1 x 1.5 = 1,206,000,000.0 Nmm
Mn = Mu / 0.8
= 1,507,500,000.0 Nmm
b = 3.450 m
f'c = 24.9 Mpa
Tulangan Lentur
Coba tebal penampang
d = 800.0 mm
d' = 725.0 mm
Dia. Tulangan = 19.0 mm
Luas tulangan = ( 1/4 x 3.14 x dia² )
= 283.4 mm²
As min = rho min x b x d'
= 8,754.4 mm²
Mn = 1,507,500,000.0
Rn = Mn / ( b d'² )
= 0.8
m = fy / 0.85 f'c )
= 32.1
rho =
rho = 0.00215
As perlu = rho x b x d'
As perlu = 5,384.5 mm²
300 300
300 150
75
75
300 150
150 75 75 150
56
175 250Gr.A36
WF500
175 B1
175
113
Gr.A36 10
HB350
C1
Stiffeners:
Top: 90x16x292 Gr.A36 - Weld=10 FW/483 Side=127 End=full Plates: 116.3 kg
Web doubler both sides: 288x12x694 Gr.A36 CJPGW all around Bolts: 4.8 kg
Btm.: 90x16x312 Gr.A36 - Weld=10 FW/483 Side=full End=full Welds: 6.8 kg
56 Gr.A36
200
WF400
175
B1
175
175
113
10
Gr.A36
HB350
C1
Stiffeners:
Top: 90x16x292 Gr.A36 - Weld=10 FW/483 Side=127 End=full Plates: 116.5 kg
Web doubler both sides: 288x12x697 Gr.A36 CJPGW all around Bolts: 4.8 kg
Btm.: 90x16x312 Gr.A36 - Weld=10 FW/483 Side=full End=full Welds: 6.6 kg
60 45
70
Gr.300
70
WF400
B1
70
Gr.300
WF500
C1
Plates: 2.8 kg
Bolts: 1.6 kg
Copes: Top = 30x80 Btm. = 30x80 60 8 Welds: 0.2 kg