Anda di halaman 1dari 2

EKSTRAKSI ABU KAYU DENGAN PELARUT AIR

Oleh: Annida Dhea Hajar Mastrin (170331614056)

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan


dimana komponen mengalami perpindahan massa dari
suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke cairan lain
yang bertindak sebagai pelarut. Abu ialah mineral
pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan
selulosa habis terbakar. Abu yang tersisa dari proses
pembakaran terdiri atas bahan-bahan anorganik pada
kayu, sedangkan bahan organiknya habis terbakar.
Dalam proses pengabuan, bahan-bahan organik yang terkandung dalam kayu akan terbakar
sedangkan bahan-bahan anorganik akan tertinggal. Ekstrak abu dibuat dengan mencampurkan
abu limbah pertanian dengan air. Suspensi yang terjadi disaring. Untuk memperoleh konsentrasi
yang tinggi cairan ekstrak abu yang diperoleh digunakan untuk mengektraksi abu baru.

Abu kayu dari limbah rumah tangga maupun industri belum dimanfaatkan dengan baik,
padahal kadar kandungan kaliumnya tinggi. Kelarutan kalium karbonat dalam air cukup tinggi,
sehingga efektif jika dilakukan proses ekstraksi abu kayu dengan air. Namun, kelembapan udara
yang tinggi di Indonesia diduga mengakibatkan pembakaran pada kayu menjadi suatu proses
pengeringan yang kurang sempurna, sehingga berpengaruh pada kualitas abu yang diperoleh.

Ekstraksi abu kayu dengan pelarut air dapat dilakukan melalui sistem bertahap banyak
beraliran silang. Proses dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap
pertama, kemudian padatan hasil saringan dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada
tahap berikutnya, dan demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh ditampung secara terpisah
serta dianalisis secara acidi-alkalimetri.
Berdasarkan kajian pada jurnal, penelitian dapat dilakukan secara eksperimental di
laboratorium. Prosedur yang dipakai adalah ekstraksi abu kayu 200, 300, dan 400 gram dengan
pelarut air 1000 ml selama 5 menit menggunakan gelas beaker, penyaringan dengan bantuan
pompa vakum, dan analisis acidi alkalimetri menggunakan HCl 0,1 N. Padatan sisa penyaringan
kemudian di kontakkan dengan air lagi dan seterusnya dilakukan hal yang sama sebanyak 5 kali.
Bahan baku abu kayu diperoleh dari sisa pembakaran untuk pengeringan dari industri
pemotongan kayu dan air yang digunakan berupa aquadestilata. Data yang diperoleh kemudian
diolah sedemikian rupa sehinnga dapat dideskripsikan dalam bentuk grafik.

Berdasarkan penelitian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dikarenakan rendahnya


kelarutan CaCO3 dalam air (0,002 gr/100 gr air) maka garam yang larut dalam air mayoritas
berupa K2CO3 (125 gr/100 gr air) dengan berat molekul sebesar 138,2 diperoleh fraksi berat
esktrak alkali terhadap berat abu rata-rata 9%. Hal ini menunjukkan pembakaran kayu di industri
pemotongan kayu untuk pengeringan belum berlangsung sempurna, sehingga kualitas abu yang
diperoleh pun cenderung rendah.

Sumber: Santosa, Imam. Ekstraksi Abu Kayu dengan Pelarut Air Menggunakan Sistem Bertahap
Banyak Beraliran Silang. Fakultas Teknik Universitas Ahmad Dahlan:
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai