Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi

Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya


terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk,
2005). Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002). Endometriosis adalah lesi jinak
atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan uterus tumbuh secara
menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan
Medikal Bedah, 1556 : 2002). Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium di
luar kavum uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut
adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila di luar uterus disebut
(endometriorisis ekterna).(Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001). Jaringan
endometrial ektopik merespon dan menstimulus normal dengan cara yang sama dengan
yang dilakukan endometrium, selama menstruasi, jaringan ektopik mengalami
perdarahan, sehingga menyebabkan jaringan disekitarnya menjadi terinflamasi. Inflamasi
ini menyebabkan fibrosis, menyebabkan adhesi (pelekatan) yang menyebabkan nyeri dan
infertil. Endometriosis aktif biasanya muncul saat pasien berusia 30 dan 40 tahun,
terutama wanita yang terlambat hamil.Endometriosis tidak sering muncul pada pasien
yang berusia dari 20 tahun. Gejala parah Endometriosis bisa menyerang tiba-tiba atau
berkembang selama berkembang selama bertahun-tahun. Gangguan ini biasanya menjadi
semakin parah saat tahun-tahun menstruasi; setelah menopause,Endometriosis cenderung
hilang, komplikasi primer dari Endometriosis adalah infertilitas.

B. Etiologi
Etiologi Endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah
ditemukan :
1. Secara kogenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe
3. Refluks mentruasi yang mengandung sel-sel endrometrium ke tuba fallopi,
sampai ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya yang
mengalami Endometriosis (Mary Baradero dkk,2005).

Ada beberapa teori yang menerangkan Endometriosis seperti :

1. Teori implamasi, yaitu implamasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba


pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium,
namun teori ini tidak di dukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia,
endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi
menjadi jaringan endometrium.

Teori lain menyebutkan :

1. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard)


mengirimkan kembali jaringan enometrium ke tempat ektopik melalui tuba
fallopi.
2. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embriotik yang tertahan
yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh
stimuli dari luar.

C. Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang
menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih.
Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya
dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami
masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus
menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan
jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung
telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran
telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka
lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah
yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon,
dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses.
Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii
dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut
menetap dan tumbuh di luar rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi
baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang
terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant
kelak. Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini
dengan baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam
kasus endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi
“imigran gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan
pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si
imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan
merespons perubahan hormone dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang
berada di “tanah air”. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari
rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke
luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa
sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang
disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya
endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang
sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat
saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang
dalam rahim dan membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada
awal siklus haid sebagai persediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun
jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan dubuang sebagai haid.

Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti
dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak
sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim.
Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu
selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini
semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari
(Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail, 2005)

D. Tanda dan gejala

Pada umumnya wanita dengan Endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena
pembesaran darah endometiosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul,
dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan
infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).

Tanda dan gejala Endometriosis antara lain :

1. Nyeri

a. Dismenore sekunder

b. Dismenore primer yang buruk

c. Dispareunia : nyeri ovulasi

d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.

e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter


2. Perdarahan abnormal

a. Hipemenorea

b. Menoragia

c. Spotting sebelum menstruasi

d. Darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau
diakhir mrnstruasi

e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil

f. Nyeri sebelum, pada saat sesudah buang air besar

g. Darah pada feses

h. Diare konstipasi dan kronik

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Uji serum

a. CA-125 : sensitifitas atau spesifisitas berkurang

b. Protein plasenta 14 : mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami


infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperhatikan.

2. Teknik pencitraan

a. Ultrasound : dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan


sensitifitas 11%

b. MRI : 90% sensitive dan 98% spesifik

c. Pembedahan : melalui laparoskopi dan eksisi.

F. Penatalaksanaan

1. Operatif :

2. Medikasi :

3. Keperawatan :
G. Asuhan keperawatan pada pasien Endometriosis

1. Pengkajian

a. Biodata : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, pendidikan

b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit sekarang

1) Dismenore primer atau sekunder

2) Nyeri saat latihan fisik

3) Dispareun

4) Nyeri ovulasi

5) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar kedalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi

6) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

7) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

8) Hioermenorea

9) Menoragia

10) Feses berdarah

11) Nyeri sebelum,sesudah saat defekasi

12) Konstipasi, diare, kronik

d. Riwayat penyakit dahulu : pernah terpapar agen toksin berupa pastisida atau
pernah ke daerah pengelolahan katu dan prosuksi kertas serta terkena limbah
pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.

e. Riwayat penyakit keluarga : memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama


saudara kembar) yang menderita enometriosis.

f. Riwayat obstetrri menstruasi

g. Mengalami hipermenorea, manoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi


yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau diakhir menstruasi.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1) Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran


penyakit

2) Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi

3) Resiko gangguan harga diri b.d infertile pada endometriosis

4) Ansietas b.d ancaman atau gangguan perubahan pada status kesehatan

5) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang endometriosis

3. Intervensi

1) DX 1

Intervensi :

1. Pantau atau catat karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal dan respon
hemodinamik) klien.

R : untuk mendapatkan indicator nyeri

2. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien

R : untuk mendapatkan sumber nyeri

3. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10

R : nyeri merupakan pengalaman subjektif klien dan metode skala merupakan


metode yang mudah serta mempercaya untuk menentukan intensitas nyeri.

4. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien
rasakan.

R : ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri


sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.

5. Jelaskan penyebab nyeri klien

R : dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap


nyeri.

6. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massase

R : memodifikasi relaksasi fisik dan pisikis terhadap nyeri.


7. Kolaborasi pemberian analgetik (ibuprofen, neproksen, ponstan) dan midol.

R : analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol


sebagai relaksan uterus.

2) DX 2

Intervensi :

1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan


terhadap dirinya.

R : meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam


membuat penyelesaian.

2. Diskusikan dengan pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai


dan arti klien bagi mereka.

R : penyampaian arti dan nilai klien dari sistem pendukung membuat klien
merasa diterima.

3. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan
tersebut sebagai aspek positif.

R : mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus

4. Libatkan klien dalam setiap kegiatan di kelompok

R : memungkinkan menerima stimulus sosial dan intelektual yang dapat


meningkatkan konsep diri klien.

5. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan


penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli
kebidanan.

R : jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang
diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang
dihadapinya.

3) DX 3

Intervensi :

1. Berikan motivasi kepada klien

R : meningkatkan harga diri klien dan merasa diperhatikan.


2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan
tentang dirinya.

R : meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam


membuat penyelesaian.

3. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

R : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.

4. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbukan tentang pilihan


penanganan gangguan intertile pada endometriosis seperti ke klinik
kewanitaan atau ke dokter ahli kebidanan.

R : jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang
diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang
dihadapinya.

4) DX 4

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

R : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat dapat menentukan


tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien saat ini.

2. Temani klien untuk mendukung kemanan dan menurunkan rasa takut

R : menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada klien

3. Ajarkan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi

R : mengurangi takut

4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

R : teknik relaksasi dapat menurunkan ansietas.

5) DX 5

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan yang berhuvbungan dengan proses penyakit

2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi fisiologi


bersama tim kesehatan
3. Jelaskan tanda dan gejala proses serta penyebab penyakit

4. Sediakan informasi tentang kondisi klien

5. Berikan informasi tentang tindakan diagnostic

6. Motivasi keluarga klien untuk mengikiti informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain.

4. Evaluasi

1. Nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat berkurang

2. Klien tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima aoa yang
sedang terjadi.

3. Tidak terjadi gangguan harga diri.

Anda mungkin juga menyukai