Anda di halaman 1dari 17
KAJIAN LINGUISTIK Jurnal limiah limu Bahasa Agustus 2014 ISSN 1693-4660 Tahun ke - 12, No. 2 IKATAN ALUMNI LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA Ikatan Alumn Linguistik (LAL) Fakultas Ilmu Budaya USU Medan bekerja sama dengan Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya USU Medan menerbitkan Jrnal Kajian Linguistik dua kali setahun, setiap Februari dan Agustus. Kajian Linguistk mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan tulisan atau informasi ilmiah berupa analisis, kajian Pustaka atau hasil penelitian dalam bidang bahasa, dan linguistik. DEWAN EDITOR: Editor Utama : Deliana Editor Pendamping : Khairina Nasution, Masdiana, Nilzami, Roswita, Rozanna, Mulyadi ‘Mitra Bestari : T. Silvana Sinar (Universitas Sumatera Utara), Amrin Saragih (Universitas Negeri Medan), Bahren Umar Siregar (Universitas Atmajaya Jakarta), Paitoon M. Chaiyanara (Nanyang University Singapore), Asruddin B. Tou (Universitas Yogyakarta) JURNAL KAJIAN LINGUISTIK Jurnal Kajian Linguistik diterbitkan pertama kali pada Februari 2004 dengan nomor ISSN 1693-4660. Pada periode 2010-2014, Ketua Program Studi telah menetapkan Editor utama dan pendamping yang akan bekerja selama 5 (lima) tahun Jumal Iimiah Kajian Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU, dengan nomor SK 31/H5.2.2.1.9/SK/SPB/2010. Jurnal ini menerima sumbangan tulisan dalam bahasa Indonesia ata bahasa Inggris yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Pedoman penulisan naskah tercantum pada halaman dalam sampul belakang jurnal. Jural dibagikan secara cuma-cuma kepada anggota IAL dan mahasiswa Program Studi Linguistik yang membayar iurannya secara tetap setiap tahunnnya Rp. 100.000,- (tujuh puluh ribu rupiah). Bagi yang bukan anggota dapat berlangganan jurnal secara perorangan atau lembaga Rp. 125.000,- (seratus dua puluh lima ribu rupiah) per tahun. ALAMAT EDITOR Tkatan Alumni Linguistik dan Program Studi Linguistik FIB-USU Gedung Pusat Bahasa USU Jalan Abdul hakim No. 1 Kampus USUS Medan 20155 Telepon (061) 8210431 Website: linguistik@usu.ac.id KAJIAN LINGUISTIK JURNAL ILMIAH ILMU BAHASA Wasei Figo Bahasa Jepang Adriana Hasibuan Peningkatan Kualitas Profesionalisme Guru Bahasa Melayu dalam Institusi 15 Pendidikan Anida Sarudin Translation Tecniques and Naturalness Level of the Subtitles of the Speech Act of 27 Complaint in the Movie 4 Man Apart Shown on TV and in CD Idawati Situmorang, Roswita Silalahi, Muhizar Muzhtar Analysis of Negeri Lima and Ranah Tiga Wama Novels A. Fuadi Works: 44 Psychoanalysis Approach M. Safi, Ikhwanuddin Nst, T. Thyrhaya Zein Makna Nama Anak Masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah 60 Kabupaten Serdang Bedagai Nanda Dwi Astri, Nurlela, Irawaty Kahar Analisis Kesalahan Penggunaan Morfem infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab 78 Pada Santriwati Kelas Il Pesantren Darul Arafah Nurainun Hasibuan, Khairina Nst, Rahmadsyah Rangkuti Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi 94 Nurhayati Sitorus, Dwi Widayati, Masdiana Lubis Pemerolehan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun: 108 Analisis Fonologi Generatif Rahmawati, Gustianingsih, T. Syarfina Pemertahanan Bahasa Tbu di Asrama Mahasiswa Simeulue Kota Banda Acch 124 Ratri Candrasari Analisis Multimodal pada Tklan Sunsilk Nutrien Sampo Ginseng 136 Rusdi Noor Rosa Kafian Linguistik, Agustus 2014, 94-107 Talun ke-12, No 2 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660 PEMERTAHANAN BAHASA PAKPAK DAIRI DI KABUPATEN DAIRI Narhayati Sitorus Dwi Widayati, Masdiana Lubis FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini membahas pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Fokus penelitian ini adalah kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dai dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Responden yang dijaring dalam penelitian ini sebanyak 99 yang diambil melalui teknik acak berlapis dan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Data diperoleh melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang pada kelompok remaja sudah tidak bertahan. Pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja sangat rendah di semua ranah, baik ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja/mesjid, dan ranah sekolah. Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua hanya bertahan pada ranah tertentu, yakni ranah gereja/mesjid. Namun, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah pekerjaan sudah tidak bertahan, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi berasal faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Adapun faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah alih kode dan campur kode. Selanjutnya, faktor ekstralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah identitas, kepercayaan diri, kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, konsentrasi tempat tinggal, jumlah penutur, agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur, interlokutor, ranah, pekerjaan, perkawinan campuran, dan kebiasaan menghubungi famili di kampung halaman. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan bahasa Pakpak Dairi agar pemuda memiliki sikap positif terhadap dacrah dalam diri masing-masing individu, menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari, mengajari dan menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah, menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi anggota dalam suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai mata pelajaran muatan fokal di sekolah, mengikuti ibadah di GKPPD, mengikuti ibadah di mesjid yang menggunakan bahasa Pakpak Dairi mengikuti acara kebaktian kumpulan setiap mingguannya, dan kebiasaan ‘mengunjungi fami Kata Kunci: Sosiolinguistik, Pemertahanan Bahasa Abstract This research discusses about language maintenance of Pakpak Dairi in Dairi District. It focuses on the condition of language maintenance of Nurhayati Sitorus Pakpak Dairi, the factors influence language maintenance of Pakpak Dairi, and the efforts to maintain Pakpak Dairi language. The respondent consists of 99 persons selected through stratified random sampling technique and divided into three groups, namely adolescent, adult, and parent group. Data were oblained through questioner, observation, and interview. The data were analized by using analysis of statistic descriptive and Miles and Huberman analysis. The result of this study showed the condition of language maintenance for adolescent group is not maintained, for adolescent is very low in all domains, such as home, outside home, churcl/masque, and schooV/education domain, and for adult and parent groups are still maintained at church/mosque domain, However, the condition of language maintenance of Pakpak Dairi at home, outside home, and job domain are no longer maintained. The factors influence language ‘maintenance of Pakpak Dairi are intralinguistic and extralinguistic factors. Intralinguistic factors are code switching and code mixing. While the extralinguistic factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are identity, confidence, loyalty, pride of culture,migration, the concentration of living, larger numbers of speakers, religion, attending the religion services out side of GKPPD, age, interlocutor, domain, occupation, intermarriage, ‘and calling the family in hometown. The efforts to maintain Pakpak Dairi language are to have positive attitude, to use Pakpak Dairi language in daily activities, to teach and use Pakpak Dairi language with children at home, to present Pakpak Dairi language and culture in adat activities, 10 include ‘Pakpak Dairi language as local content subject at school, 0 attend religious services at GKPPD and the mosque where Pakpak Dairi language is used, 10 participate in the weekly mass, and to see family. Keywords: Sociolinguistic, Language Maintenance PENDAHULUAN Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, Salah satu suku di indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi, etnik ‘Simalungun, etnik Karo, dan etnik Mandailing. Setiap etnik memiliki bahasa daerah ‘masing-masing. Etnik Batak Toba menggunakan bahasa Batak Toba, etnik Pakpak Dairi menggunakan bahasa Pakpak Dairi, etnik Simalungun menggunakan bahasa Simalungun, etnik Karo menggunakan bahasa Karo, dan etnik Mandailing menggunakan bahasa Mandailing sebagai bahasa daerah mereka. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang Iain untuk menyampaikan informasi. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan seluruh ide dan gagasan mereka. Bahasa merupakan lambang ‘yang menunjuk identitas sescorang sebagai penutur bahasa tersebut, misalnya bahasa Pakpak Dairi adalah bahasa ibu yang digunakan oleh suku Pakpak Dairi (masyarakat Pakpak Dairi). Masyarakat Pakpak mempunyai lima dialek, yakni dialek Simsim, dialek Keppas, dialek Pegagan, dialek Kelasen dan dialek Boang (Solin, 1988: 107). Masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 bahwa masyarakat mayoritas di Kabupaten Dairi adalah suku Batak Toba, dengan persentase 72,50%, suku Pakpak Dairi 12,20%, suku Karo 9,50%, suku Melayu 0,46%, suku Mandailing 0,37%, suku Simalungun 1,81%, suku Nias 0,47%, suku Minangkabau 0,39%, suku Jawa 1,75%, suku Cina 0,14% , suku Aceh 0,14% dan lain- lain 0,25% (Sumber : BPS Kabupaten Dairi). 95, Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 Dalam hal ini jumlaf penduduk dan fingkungan sangat_mempengaruhi pemertahanan suatu bahasa oleh penutur bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Jendra (2010: 144-146) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan bahasa adalah jumlah penutur, tempat tinggal, identitas, dan kebanggaan budaya, dan kondisi ekonomi yang baik. Walaupun masyarakat Pakpak Dairi hanya masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi, bukan berarti mereka tidak mempertahankan bahasa daerah mereka. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada pilihan bahasa yang mereka pilih untuk dipakai dalam berkomunikasi dan juga bergantung kepada sikap bahasa yang dimiliki oleh penutur bahasa tersebut dalam mempertahankan bahasa daerah mereka. Melalui peristiwa bahasa masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi merupakan masyarakat multilingual (multilingual society). Masyarakat multilingual adalah masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk berbahasa lebih dari dua bahasa bila berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes, 2001: 19). Bahasa-bahasa yang digunakan oleh masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi seperti bahasa Pakpak Dairi, bahasa Batak Toba, dan bahasa Indonesia. Keanekabahasaan berpotensi menimbulkan fenomena bagi individu-individu ataupun kelompok individu terutama bagi kelompok penutur minoritas bahasa. Hal itu disebabkan individu tersebut tidak mampu memeliara dan mempertahankan bahasa daerah mereka maka bahasa daerah mereka akan bergeser dan lama kelamaan akan punah. Namun, apabila mereka dapat menghadapi tantangan atau ancaman yang datang dengan memilih bahasa daerah mereka sebagai loyalitas mereka, bahasa daerah mereka akan bertahan. Fishman (1972a: 97) mengatakan bahwa pemertahanan bahasa (language maintenance) bergantung pada ideologi nasional dalam masyarakat atau bergantung paling sedikit pada ideologi yang dimiliki masyarakat yang mempertahankan konteks sosial mereka untuk melawan perubahan yang datang. Dalam hal ini, sebagian masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi khususnya orang tua memiliki ideologi yang tinggi terhadap bahasa dacrahnya, yakni dengan tetap mempergunakan bahasa daerahnya walaupun lingkungan sangat mempengaruhinya. Hal ini ditandai dengan mereka masih tetap menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam berkomunikasi baik di dalam rumah maupun di lvar rumah bila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Kadangkala mereka juga menggunakan bahasa Pakpak Dairi di rumah ataupun di tuar rumah walaupun mereka mengetahui bahwa mitra tutur mereka tidak sesuku dengan mereka. Dalam hal ini mereka memiliki kesetiaan terhadap bahasa daerah mereka walaupun Jingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah mereka. Mereka tetap menggunakan dan mempertahankan bahasa daerah mereka meskipun mereka hanya masyarakat minoritas di Kabupaten Dai. Selanjutnya, para remaja kurang memiliki ideologi terhadap bahasa daerahnya. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dalam kehidupan mereka schari-hari. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari tetapi di ranah Keluarga juga mereka menggunakan bahasa Indonesia bila berkomunikasi dengan orang tua mereka walaupun kedua orang tua mereka bersuku Pakpak Dairi. Para remaja cenderung mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Hal ini merupakan suatu ancaman bagi bahasa dacrah mereka, Apabila mereka tidak dapat mempertahankan bahasa dacrah mereka, bahasa daerah mereka akan bergeser dan akan terancam punah, Berlandaskan latar belakang, penulis ingin menganalisis kondisi_ pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, dan upaya-upaya masyarakat Pakpak Dairi dalam pemertahanan bahasa Pakpak Dairi 96 ‘Nurhayati Sitorus KAJIAN PUSTAKA 1. Konsep Adanya kontak bahasa menyebabkan perubahan terhadap masyarakat monolingual menjadi bilingual dan pada akhimya menjadi multilingual. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti perkembangan teknologi komunikasi, adanya globalisasi, dan pesatnya dunia pendidikan, Hal itu juga menyebabkan kebutuhan masyarakat mengenai bahasa mengalami pergeseran. Multilingualisme dihubungkan dengan masyarakat multilingual, masyarakat yang anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari dua bahasa bila berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes, 2001: 19). Masyarakat multilingual mengembangkan kemampuan mereka dalam masing-masing kode untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemampuan mereka menggunakan bahasa bergantung pada situasi dimana masing-masing bahasa digunakan. Multilingualisme terjadi Karena adanya kontak bahasa (Chaer, 2007: 65). Kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari satu bahasa pada tempat dan waktu yang bersamaan (Thomason, 2001: 1), Peristiwa kontak bahasa ini hanya terjadi pada masyarakat terbuka. Masyarakat torbuka adalah masyarakat yang mempunyai hubungan dengan masyarakat lain. Keanekaragaman bahasa merupakan gejala bahasa yang sangat menarik untuk peneliti sosiolinguistik. Keanekaragaman ini menyebabkan para peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai fenomena-fenomena yang (erjadi di masyarakat, khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor Kemasyarakatan. Dengan kata lain, para peneliti ingin mengkaji penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan gejala sosial, unsur globalisasi dan unsur budaya. Gejala sosial, unsur globalisasi dan unsur budaya ini berpengaruh terhadap penggunaan bahasa, yakni pergeseran, kepunahar dan pemertahanan bahasa. Pergeseran, kepunahan dan pemertahanan bahasa terdapat pada masyarakat multilingual. Inilah yang menjadi fenomena dalam masyarakat multilingual. Dalam hal ini masyarakat penutur minoritas dituntut untuk dapat mempertahankan dan melestarikan bahasa minoritas (bahasa daerah) diantara masyarakat penutur mayoritas. Ini merupakan ancaman dan tantangan bagi masyarakat penutur minoritas. Keanekaragaman dapat terjadi karena migrasi. Migrasi atau perpindahan penduduk menimbulkan fenomena kebshasaan. Migrasi ini juga berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Migrasi dapat menyebabkan suatu masyarakat meninggalkan bahasa daerahnya atau menggeser bahasa daerahnya ke bahasa lain. Migrasi juga tidak selamanya mengarah ke arah kemunduran tetapi bisa juga mengarah kemajuan, yakni pemertahanan bahasa (language maintenance). Pemertahanan bahasa bergantung pada masyarakat tutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa. 2. Landasan Teori Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas mengenai hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan agar bahasa itu berfungsi dalam berkomunikasi (Wardhaugh, 2010: 12; Holmes, 2001: 1; Romaine, 2000: 64-67). Kajian bahasa dan masyarakat berkaitan erat dengan kehidupan sosial. Jadi, segala gejala atau faktor sosial yang ada di masyarakat dikaitkan dengan ragam bahasa atau sebaliknya ada dua ragam bahasa yang berbeda dalam satu bahasa, kemudian mengaitkan dengan gejala sosial (Sumarsono, 2004: 3; Romaine, 2000: 67). Misalnya seseorang bisa memulai dengan melihat gejala sosial dan memilah masyarakat berdasarkan gejala sosial, seperti jenis kelamin (pria dan Wanita), kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang biasa dipakai oleh pria atau 7 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2 Agustus 2014 wanita atau sebaliknya seseorang bisa metihat dulu adanya dua ragam bahasa yang berbeda dalam satu bahasa, kemudian mengaitkannya dengan gejala sosial seperti Perbedaan jenis kelamin, umur dan lain-lain. Gejala-gejala sosial ini sangat berpengaruh terhadap penggunaan suatu bahasa dalam komunitas masyarakat, Selain gejala sosial seperti umur dan jenis kelamin, globalisasi juga mempengaruhi Penggunaan dan pemertahanan suatu bahasa (Romaine, 2000: 83-85; Holmes, 2001: 59). Kemajuan teknologi dapat menjadikan masyarakat akan lupa terhadap bahasa daerahnya, sebagai contoh televisi dan internet. Siaran televisi dapat mengakibatkan fungsi dan kedudukan bahasa itu menurun. Ini disebabkan karena siaran di televisi menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa asing, Secara tidak langsung masyarakat akan belajar untuk mengetahui bahasa Indonesia atau bahasa asing itu agar mereka dapat menerima informasi yang disampaikan melalui televisi tersebut. Gejala sosial dan globalisasi ini akan mengakibatkan perubahan sosial, Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat (Romaine, 2000: 78 — 85). Perubshan ini mengarah kepada dua arah, yakni ke arah kemajuan dan bisa mengarah ke arah kemunduran, Perubahan ini bergantung kepada masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial ini mempengaruhi suatu bahasa. Apabila bahasa itu bertahan berarti perubahan itu mengarah ke arah kemajuan, tetapi apabila bahasa itu bergeser ataupun punah berarti perubahan sosial itu mengarah ke arah kemunduran. Pemertahanan bahasa adalah sikap seseorang yang mampu mempergunakan bahasa daerahnya pada fungsi dan ranah tertentu (Sumarsono, 2004: 200). Pemertahanan bahasa terjadi pada masyarakat multilingual. Dalam hal ini, komunitas masyarakat dituntut untuk mampu_memelihara dan mempertahankan bahasa daerahnya walaupun mereka hanya masyarakat penutur minoritas, Pemertahanan bahasa tidak terlepas kaitannya dengan budaya (Trudgil dan Holmes dalam Sumarsono, 2004: 3). Budaya memiliki nilai-nilai luhur dari para nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dijaga keberadaannya. Budaya juga menunjuk kepada identitas suatu komunitas, Melalui budaya, masyarakat yang lain akan mengetahui identitas masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan setigp masyarakat memiliki keanekaragaman budaya dan merupakan ciri khas masyarakat itu sendiri. Jadi, pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat dan globalisasi, Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada masyararakat penutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Holmes (2001: 60-64) mengatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan Penggunaan bahasa adalah sikap positif, kebiasaan menggunakan bahasa dacrah, mengikuti ibadah yang bahasa pengantarnya bahasa ibu (bahasa daerah) dan kebiasaan mengunjungi famili. Selanjutnya, Jendra (2010: 159-160) mengatakan bahwa upaya untuk mempertahankan pengeunaan bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah, agen non pemerintah (yang tidak berhubungan dengan pemerintah) seperti penyiar radio, Penerbit-penerbit yang berpengaruh dan lain sebagainya dan yang terakhir dapat dilakukan oleh masing-masing individu. 3. Korpus data dan Metodologi Penelitian Data dalam penclitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Adepun data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data hasil kuesioner (daftar tanya terstruktur) yang dibagikan kepada 99 responden dan juga data statistik. Sumber data kuantitatif berasal dari responden dan BPS. Selanjutnya, data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil rekaman (percakapan penutur) dan hasil wawancara tak terstruktur. Sumber data kualitatif’ 98 Nurhayati Sitorus diperolch dari responden. Data utama dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang disebarkan kepada para responden. Selanjutnya, data statistik yang diperoleh dari BPS, hasil rekaman, dan hasil wawancara tak terstruktur merupakan data pendukung. Selanjutnya, pendekatan atau ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi. Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriftip dan analisis Miles dan Huberman, Penggunsan bahasa Pakpak Dairi dikatakan bertahan apabila tingkat pemertahanan bbahasa Pakpak Dairi mencapai >85%, TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada tiap-tiap kelompok sudah tidak bertahan, baik pada kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Tingkat pemertahanan pada masing masing kelompok tidak mencapai skalabilitasnya, yakni >85. Penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kefompok remaja 27,1%, kelompok dewasa 68,2%, dan kelompok orang tua 75,2%. Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi berdasarkan kelompok umur diperoleh dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori, hhubungan peran pada setiap ranah, dan peristiwa bahasa. ‘Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi rendah pada kelompok remaja disebabkan beberapa faktor. Pertama, konsentrasi tempat tinggal. Dalam hal ini jika masyarakat Pakpak Dairi bertempat tinggal terpisah dengan suku lain, mereka cenderung mempertahankan penggunaan bahasa daerahnya (bahasa Pakpak Dairi). Sebaliknya, mereka bertempat tinggal campur dengan suku lain, mereka mulai_menggeser penggunaan bahasa Pakpak Dairi. Misal, masyarakat Pakpak Dairi yang tinggal di Tiga Lingga, mereka cenderung menggunakan bahasa Karo dan bahasa Indonesia dalam kehidupan mereka schari-hari. Hal itu disebabkan daerah tersebut berbatasan atau berdekatan dengan Tanah Karo. Kedua, jumlah penutur. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, mayoritas penduduk di Kabupaten Dairi adalah suku Batak Toba. Kebanyakan dari penutur Bahasa Batak Toba tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi, Keadaan ini membuat mereka mulai menggeser bahasa mereka, khususnya pada kelompok remaja. Ketiga, sekolah. Penggunaan bahasa nasional di sekolah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi schingga menyebabkan pergeseran bahasa. Keempat, dilihat dari pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok remaja adalah bahasa Indonesia. Hal ini juga dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dai Selanjutnya, rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan orang tua disebabkan oleh pifihan bahasa. Sumarsono (2004: 201-204) mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode dan variasi bahasa yang sama (variation within the same language). Alih kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama (variation within the same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat ‘menimbulkan pergeseran dan kepunahan. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang paling besar. Dalam tufuran masyarakat Pakpak Dairi (kelompok dewasa dan kelompok orang tua) ditemukan alih kode dan campur kode ketika mereka berinteraksi. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba ketika mereka berkomunikasi dengan teman-teman sesuku dan dihadiri pihak ketiga. Mereka juga akan beralih bahasa ketika mereka mengetahui lawan bicaranya tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Pilihan bahasa yang mereka lakukan inilah yang 99 Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014 NO gst 2014, membuat bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan. Selanjutnya, kelompok dewasa dan orang tua mulai memasukkan/mencampur bahasa lain dalam percakapan mereka, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba. Unsur bahasa yang mereka masukkan berupa kata, seperti Kata *kakak’, “bapak’, ‘ito’, jo” dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan berdasarkan kelompok umur disebabkan oleh konsentrasi tempat tinggal, migrasi, jumlah penutur, sekolah, alih kode, campur kode, dan pemerolehan bahasa pertama. a. Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Rumah Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada tiap- tiap kelompok (kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua) sudah tidak bertahan di ranah rumah. Penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja 29,7%, kelompok dewasa 72,35%, dan kelompok orang tua 82,2% di ranah rumah. Rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja disebabkan mereka sudah menggunakan bahasa Indonesia di ranah rumah seperti dengan ayah dan ibu mereka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka menggunakan bahasa Indonesia sehingga menycbabkan kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi rendah. Beberapa faktor yang ditemukan dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja di ranah rumah; Pertama, konsentrasi tempat tinggal. Masyarakat Pakpak Dairi yang tingeal terpisah dengan suku lain, mereka cenderung menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari, Tetapi masyarakat Pakpak Dairi khususnya kelompok remaja yang tinggal bersama-sama dengan suku lain cenderung beralih bahasa. Konsentrasi tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang mempengarshi pemertahanan bahasa (Romaine (2000); Jendra (2010)). Kedua, jumlah penutur. Masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi. ‘Tentunya jumlah penutur sangat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Hal ini disebabkan banyaknya penutur non Pakpak Dairi yang berdiam i Kabupaten Dairi. Schingga beberapa dari penutur Pakpak Dairi khususnya kelompok remaja mulai beralih bahasa. Jumlah penutur merupakan faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa dalam suatu dacrah (Romaine (2000: 44-67); Jendra (2010: 145- 146)). Masyarakat mayoritas cenderung akan menggunakan bahasa dacrahnya dalam Kehidupan sehari-hari. Sedangkan masyarakat minoritas cenderung beralih bahasa, Namun, tidak menutup Kemungkinan masyarakat minoritas akan mempertahankan penggunaan bahasa daerah mereka. Pemertahanan bahasa dapat mereka lakukan apabila mereka memiliki ideologi yang tinggi terhadap bahasa daerah mereka (Fishman, 1972: 97). Keadaan tersebut ditemukan pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua, Mereka masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu. Ketiga, sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa (Romaine (2000: 44-67); Holmes (2001: 52-64). Sekolah sangat membawa pengaruh ‘tethadap pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di ranah rumah. Hal ini disebabkan bahasa pengantar yang digunakan di sckolah adalah bahasa Indonesia. Pemerolehan bahasa kedua fentunya sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah (Romaine, 2000: 56). Dan hal ini ditemukan di dalam penelitian ini. Kelompok remaja sudah menggunakan bahasa Indonesia dan memasukkan unsur-unsur bahasa lain ketika mereka berkomunikasi dengan ayab/ibu, kaka/adik dan lainnya di ranah rumah. Keempat, pemerolehan bahasa pertama juga mempengaruhinya. Kelompok remaja yang memperoleh bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia, 100 Nurhayati Sitorus Sclanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa tidak bertahan disebabkan oleh pilihan bahiasa. Sumarsono (2004: 201-204) mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode, eampur kode dan variasi bahasa yang sama (variation within the same language). ‘Ali kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama (variation within the same language) merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan kepunahan, Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang paling besar. Campur kode dan ali kode ditemukan dalam tuturan masyarakat Pakpak Dairi (kelompok dewasa) di ranah rumah. Kelompok dewasa mulai memasukkan unsur-unsur bahasa lain dalam tuturannya, yakni bahasa Indonesia. Perhatikan contoh berikut: Orangtua —_:Naing mike ko? (Mau kemana Anda] ‘Mau kemana Anda’ Anak : Naing mangaleng bapak. [Mau menjemput bapak] “Mau menjemput bapak’ Percakapan di atas menunjukkan bahwa mercka menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Namun, telah terjadi campur kode di dalam percakapan. Interlokutor ‘anak’ sudah ‘memasukkan bahasa Indonesia dalam tuturannya, yakni kata “bapak’. Kelompok dewasa_ akan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lain ketika mereka berbicara dengan lawan bicara yang tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Mereka akan menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berbicara dengan anak mereka, kakak/adik, teman-teman sesuku di rumah. - Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua i ranah rumah juga sudah tidak bertahan dan mulai bergeser. Mulai bergesernya penggunaan bahasa Pakpak Dairi disebabkan oleh pilihan bahasa. Pilihan bahasa yang

Anda mungkin juga menyukai