TOKSISITAS
DISUSUN OLEH :
21802018
LOCAL B
TARAKAN
2020
Pengertian Toksisitas
Toksisitas diartikan sebagai kemampuan racun atau molekul untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang
rentan terhadapnya.
Jenis-jenis Toksisitas
- Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos,
asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti metil alkohol,
sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.
- Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena
"batas dosis"-nya bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus,
bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah. Akan
tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan tetap, toksisitas yang
tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh kemampuan inang untuk
melawan balik; toksisitas yang efektif adalah gabungan dari kedua belah
hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat terjadi pada beberapa jenis
agen beracun lainnya.
- Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos
yang dapat mematikan jika dihirup.
Penggolongan Toksisitas
- Toksisitas akut
Efek yang langsung berhubungan dengan pemaparan zat toksik
- Toksisitas Kronis
Efek yang diterima tubuh karena adanya zat dalam jumlah sedikit dalam jangka
waktu lama sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan
menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Pengertian Keracunan
Keracunan dapat diartikan keadaan tidak normal akibat efek racun.
Penyebabnya dapat diakibatkan dari bunuh diri, kecelakaan, tindakan criminal, dan
penyakit jabatan.
Keracunan dalam artian lain perubahan morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan
perkembangan tubuh ataupun pengurangan usia hidup suatu organisme dan
mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan bertahan
terhadap racun ataupun meningkatkan kerentanan organisme terhadap zat
beracun berasal dari lingkungan.
Pada awalnya, gejala keracunan karbon monoksida tidak tampak jelas karena mirip
dengan keracunan makanan atau gejala flu, namun tanpa demam, khususnya jika gas
yang dihirup masih dalam jumlah yang kecil. Gejala biasanya mereda saat penderita
menjauhi sumber gas. Gejala tersebut di antaranya adalah:
Jika penderita terus terpapar gas karbon monoksida dan menghirupnya dalam jumlah
yang tinggi, akan timbul gejala berupa:
Menghirup karbon monoksida dengan kadar yang sangat tinggi dapat menimbulkan
kematian dalam hitungan menit. Segera cari pertolongan medis, bila ada seseorang
yang dicurigai keracunan karbon monoksida.
Selain menimbulkan gejala akut karena menghirup karbon monoksida dalam jumlah
yang banyak, menghirup karbon monoksida terus-menerus dalam jumlah kecil
(keracunan karbon monoksida kronis) berpotensi menimbulkan gangguan saraf
dengan gejala sulit berpikir dan konsentrasi, serta perubahan emosi yaitu menjadi
gampang marah, depresi, impulsif, dan membuat keputusan yang tidak masuk akal.
Penyebab Keracunan Karbon Monoksida
Seperti telah dijelaskan, karbon monoksida merupakan gas yang dihasilkan dari
pembakaran. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang berpotensi mengakibatkan
keracunan karbon monoksida :
Meski siapa pun dapat keracunan karbon monoksida, kelompok berikut ini lebih rentan
mengalami efek dari keracunan karbon monoksida:
Bayi.
Orang tua.
Penderita penyakit jantung.
Penderita asma atau masalah pernapasan lainnya.
Mengingat gejala keracunan karbon monoksida (CO) yang tidak spesifik, terkadang
diagnosis menjadi sulit. Sangat penting bagi dokter untuk mengetahui kondisi atau
kegiatan yang dilakukan pasien sebelum timbulnya gejala, yang mungkin berpotensi
untuk mengakibatkan keracunan karbon monoksida.
Terdapat beberapa tanda yang dapat meningkatkan kecurigaan bahwa seseorang
mengalami keracunan CO, yaitu:
Bila pasien memiliki gejala dan kondisi yang berpotensi mengakibatkan keracunan
karbon monoksida, dokter akan melakukan pemeriksaan analisis gas darah arteri
untuk melihat kadar carboxyhemoglobin (HbCO), yaitu karbon monoksida dalam darah
yang berikatan dengan hemoglobin. Bila kadarnya lebih dari 3-4%, dapat dipastikan
pasien tersebut mengalami keracunan karbon monoksida. Pada perokok, nilai HbCO
yang melebihi 10% baru dapat dianggap sebagai keracunan karbon monoksida. Selain
melihat HbCO, analisis gas darah arteri dapat melihat tekanan oksigen dalam darah
untuk menilai beratnya hipoksia yang terjadi.
Pemeriksaan untuk menilai fungsi organ lainnya seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan
hati juga dapat dilakukan, tergantung beratnya keracunan dan beratnya hipoksia.
1. Pindahkan korban dari area ruangan yang penuh karbon monoksida atau buka
jendela di area yang tertutup agar oksigen bisa masuk.
2. Pindahkan korban ke area yang memiliki banyak oksigen.
3. Jika korban tak sadarkan diri, maka periksa terlebih dahulu kondisi fisiknya apakah
ada luka atau tidak. Salah penanganan awal akan berakibat fatal.
4. Hubungi layanan kesehatan darurat.
5. Cek pernapasan dan juga detak jantungnya sampai petugas kesehatan datang.
6. Jika korban tak sadarkan diri namun masih bernapas, maka posisikan mereka dalam
recovery position (pertolongan pertama posisi pemulihan) untuk menjaga jalan napas
korban yang tak sadar agar tetap terbuka. Posisi pemulihan adalah posisi dengan satu
lengan diluruskan dan tangan lainnya di area pipi dekat tangan lurs
7. Jika korban tak sadar dan tak bernapas lakukan CPR (harus dengan pelatihan
khusus).
DAFTAR PUSTAKA
Katzung BG., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6: Jkt: Salemba medika
Schmitz G., Lepper H., Heidrich M., 2009. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 3. Jkt
: EGC