1610139
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(USDA) Center for Nutrition Policy and Promotion.6 Penggunaan HEI didasarkan
pada U.S. Dietary Guidelines for Americans (DGAs) yang berfokus pada pola
makan sehat untuk mencegah penyakit kronis.7 Sistem penilaian HEI terhadap
kualitas diet menggunakan komponen-komponen yang mencerminkan kelompok-
kelompok makanan dasar yang dapat diterapkan dalam setiap budaya, sehingga
penggunaan HEI tidak hanya untuk Amerika, tetapi juga dapat diadaptasikan pada
banyak negara.8 Masing-masing tiap komponen tersebut memliki skor yang bila
dijumlahkan memiliki total skor maksimal 100. Semakin tinggi skor tersebut,
maka semakin baik kualitas diet seseorang (asupan gizi komponen-komponen
dalam HEI seimbang).9 Healthy Eating Index 2010 (HEI-2010) yang berdasar
pada DGA 2010 telah berhasil membawa dampak positif yaitu, skor HEI-2010
yang tinggi berhubungan dengan penurunan risiko terhadap kanker, obesitas, dan
kematian ada penduduk Amerika Serikat.7 Healthy Eating Index yang terbaru saat
ini adalah HEI-2015 yang berdasar pada DGA 2015-202010, didalamnya terdapat
13 komponen yaitu, (i) total buah, (ii) buah utuh, (iii) total sayur, (iv) sayur hijau
dan kacang-kacangan, (v) serealia, (vi) produk susu, (vii) total protein, (viii)
protein yang berasal dari makanan laut dan tumbuhan, (ix) asam lemak, (x)
serealia olahan, (xi) garam, (xii) gula tambahan, dan (xiii) lemak jenuh.9
Kalaivaani Sundararajan (2012) dari Kanada melakukan suatu penelitian
untuk mencari hubungan antara kualitas diet dan obesitas. Data yang digunakan
didapat dari 2004 Canadian Community Health Survey, dengan besar sampel total
yang didapat dari survei kurang lebih 35.000 responden. Kualitas diet diukur
dengan menggunakan Diet Quality Index (DQI), Healthy Eating Index
(menggunakan HEI-2005), dan Glycemic Index (GI), sedangkan obesitas
ditentukan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Berdasarkan hasil penelitian,
GI tidak berhubungan secara signifikan dengan IMT, sedangkan DQI dan HEI
berhubungan secara signifikan dengan IMT kategori obese, dimana 10% kenaikan
skor DQI akan menurunkan IMT sebesar 1,1%, dan 10% kenaikan skor HEI akan
menurunkan IMT sebesar 1,4%. Probabilitas overweight dan obese dapat
ditentukan dari skor DQI dan HEI, dimana kenaikan skor DQI sebesar 10 unit
akan mengurangi kemungkinan menjadi overweight sebesar 0,33% dan obese
3
sebesar 0,87%, sedangkan kenaikan skor HEI sebesar 10 unit akan mengurangi
kemungkinan menjadi overweight sebesar 0,47% dan obese sebesar 1,47%.
Healthy Eating Index (HEI) lebih baik daripada Diet Quality Index (DQI) dalam
hal menurunkan IMT pada kategori obese, dan mengurangi kemungkinan menjadi
overweight dan obese.11
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Elsa Mukti Atmaja (2018)
mengungkapkan, bahwa skor HEI (menggunakan adaptasi HEI-1995) tidak
berhubungan dengan indeks massa tubuh maupun persen lemak tubuh dewasa di
daerah Suburban Kabupaten Bantul. Subjek penelitian tersebut sebanyak 87 orang
dengan rentang usia 19-64 tahun yang diperoleh melalui proportionate stratified
sampling. Hasil uji Partial Correlation menunjukkan hasil yang sama setelah
dikoreksi dengan usia, jenis kelamin, dan asupan energi. Perbandingan subjek
dengan indeks massa tubuh normal (51,7 persen) dan diatas normal (48,3 persen)
hampir sebanding. Presentase persen lemak tubuh subjek yang normal sekitar 29,8
persen dan sisanya termasuk overweight (28,7 persen) dan obesitas (41,4 persen).
Skor HEI subjek mayoritas memerlukan peningkatan kualias diet (92 persen).
Perolehan skor HEI tersebut didapat dari wawancara dieatary recall 2x24 jam,
sedangkan pengumpulan data indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index
(BMI) dan persen lemak tubuh diperoleh menggunakan bioelectrical impedance
analysis (BIA) dan microtoise.12
Mahasiswa preklinik angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha menjadi subjek yang akan diteliti pada penelitian kali ini.
Mayoritas mahasiswa kedokteran memiliki keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah keatas. Semakin tinggi tingkat ekonomi, maka asupan makanan pun
semakin bervariasi.13 Berdasarkan uraian tersebut, perlu diketahui bagaimana
hubungan antara kualitas diet yang dinilai berdasarkan skor HEI (menggunakan
HEI-2015 yang terbaru) dan indeks massa tubuh pada mahasiswa tersebut.
4
1.3. Tujuan
1.5.2. Hipotesis
Healthy Eating Index (HEI) yang dikembangkan pertama kali oleh United
States Department of Agriculture's (USDA) Center for Nutrition Policy and
Promotion pada tahun 1995, adalah suatu ukuran untuk menilai seberapa baik
kualitas diet seseorang. Penggunaan HEI didasarkan pada U.S. Dietary Guidelines
for Americans (DGAs) yang berfokus meningkatkan konsumsi makanan yang
sehat dan bergizi untuk mencegah penyakit kronis. Penilaian HEI menggunakan
sistem skoring (0-100) untuk mengevaluasi asupan makanan.
Healthy Eating Index terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
memiliki skor, yang bila dijumlahkan memiliki jumlah skor maksimal 100.
Seluruh Komponen tersebut mencerminkan kelompok-kelompok makanan dasar,
sehingga penggunaan HEI tidak hanya dapat digunakan di Amerika saja, tetapi
dapat diadaptasikan di seluruh negara. Skor HEI yang ideal yaitu 100,
mencerminkan asupan makanan yang baik sesuai dengan the Dietary Guidelines
for Americans.
6
7
Kolesterol 10 ≤ 300 mg
Garam 10 ≤ 2400 mg
Versi kedua dari HEI adalah HEI-2005 (Tabel 2.2.) yang disesuaikan
dengan revisi the Dietary Guidelines for Americans tahun 2005. Komponen-
komponen yang ada di dalam HEI-2005 dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
kelompok komponen adekuat (adequacy) dan tidak berlebihan (moderate).
Kelompok komponen adekuat yaitu (i) total buah, (ii) buah utuh, (iii) total sayur,
(iv) sayuran hijau dan oranye, serta polong-polongan, (v) serealia total, (vi)
serealia utuh, (vii) susu, (viii) daging dan kacang-kacangan, dan (ix) minyak.
Kelompok komponen tidak berlebihan adalah (i) lemak jenuh, (ii) garam, dan (iii)
kalori yang berasal dari lemak padat, minuman beralkohol, dan gula tambahan.
Total keseluruhan komponen yang ada di dalam HEI-2005 adalah 12 komponen.
Versi ketiga HEI adalah HEI-2010 (Tabel 2.3.) yang disesuaikan dengan
revisi the Dietary Guidelines for Americans tahun 2010. Total komponen dan
pembagian kelompok komponen pada HEI-2010 sama seperti sebelumnya, tetapi
ada beberapa komponen yang mengalami perubahan. Kelompok komponen
adekuat HEI-2010 adalah (i) total buah, (ii) buah utuh, (iii) total sayuran, (iv)
sayuram hijau dan kacang-kacangan, (v) total serealia, (vi) produk susu, (vii) total
protein yang berasal dari makanan, (viii) protein yang berasal dari makanan laut
dan tumbuhan, dan (ix) asam lemak. Kelompok komponen tidak berlebihan HEI-
2010 adalah (i) serealia olahan, (ii) garam, dan (iii) kalori korong. Kalori kosong
9
memiliki makna yang mirip dengan kalori yang berasal dari lemak padat,
minuman beralkohol, dan gula tambahan (HEI-2005).
Tabel 2.3. Komponen-komponen HEI-2010
Tipe Komponen Komponen Skor maksimal Kriteria untuk Kriteria untuk
skor maksimal skor minimal
(skor nol)
Adekuat Total buah 5 ≥ 0,8 cup per Tidak
1000 kkal mengonsumsi
buah
Buah utuh 5 ≥ 0,4 cup per Tidak
1000 kkal mengonsumsi
buah utuh
Versi keempat atau yang terbaru dari Healthy Eating Index adalah HEI-
2015 (Tabel 2.4.) yang disesuaikan dengan the Dietary Guidelines for Americans
2015-2020. Komponen-komponen yang ada di dalam HEI-2015 sama seperti yang
ada di dalam HEI-2010, tetapi komponen kalori kosong diganti dengan gula
tambahan, dan ditambahkan satu komponen lagi yaitu lemak jenuh, sehingga total
komponen yang ada di dalam HEI-2015 berjumlah 13 komponen. Hal ini sesuai
dengan the Dietary Guidelines for Americans 2015-2020 yang merekomendasikan
dengan tegas, untuk membatasi konsumsi gula tambahan dan lemak jenuh < 10%
dari total energi.
Grade C : Skor total 70-79, atau skor komponen 70-79% dari skor
maksimum.
Grade D : Skor total 60-69, atau skor komponen 60-69% dari skor
maksimum.
Grade E : Skor total 0-59, atau skor komponen 0-59% dari skor
maksimum.
Gambar 2.1. Grafik radar menunjukkan skor HEI-2015 yang berjumlah 100, dan dua
bentuk skor yang berjumlah 50 dengan pola kualitas diet yang berbeda.
Tujuan khusus HEI sebagai suatu ukuran kualitas diet adalah memeriksa
keselarasan antara pola diet masyarakat Amerika dan U.S. Dietary Guidlines of
Americans (DGAs). Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, HEI
banyak digunakan secara luas (tidak hanya di Amerika saja) untuk kepentingan
penelitian di bidang nutrisi dan kesehatan. Beberapa tujuan penggunaan HEI
13
2.3. Makronutrien
2.3.1. Karbohidrat
2.3.2. Lemak
Lemak merupakan zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam
air, tetapi dapat larut pada pelarut non polar (eter, alkohol, klorofom, dan
benzena). Setiap 1 gram lemak memiliki nilai energi 9 kalori. Lemak yang
terdapat dalam tubuh adalah lipoprotein (mengandung trigliserida, fosfolipid, dan
kolesterol yang bergabung dengan protein). Lemak yang diperoleh dari makanan
mencakup trigliserida (makanan hewani maupun nabati), asam lemak jenuh
(lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa, dan cokelat), asam lemak tak jenuh
(minyak kacang tanah, minyank sayuran, minyak ikan, minyak kedelai, dan
minyak jagung), dan kolesterol (telur, daging, lemak susu). Asupan lemak yang
baik adalah 25% dari total kebutuhan energi.
2.3.3. Protein
amino. Sama seperti karbohidrat, setiap 1 gram protein memiliki nilai energi 4
kalori. Protein dapat diperoleh dengan mengonsumsi susu, telur, ikan, ayam,
daging merah, dan kacang-kacangan. Rata-rata kecukupan protein berbeda-beda
menurut umur, untuk orang dewasa diatas usia 18 tahun adalah sekitar 1-1,2
g/kgBB/hari, anak usia 10-18 tahun adalah sekitar 1,2-1,7 g/kgBB/hari, sedangkan
untuk bayi hingga anak usia 9 tahun adalah sekitar 1,8-2 g/kgBB/hari.
2.3.4. Air
Air merupakan suatu zat dengan rumus kimia H2O yang tidak memiliki
warna, rasa, dan aroma. Rata-rata 60% berat badan manusia terdiri dari air yang
tersebar di seluruh tubuh, antara lain di bagian plasma, jaringan lunak, dan organ
dalam. Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi
tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian yang disebabkan oleh dehidrasi. Orang dewasa perlu minum air minimal
sebanyak 1500-2000 mL air per hari, dimana 1200-1500 mL berasal dari
minuman, dan 800-1000 mL berasal dari makanan dan minuman.
2.4. Mikronutrien
2.4.1. Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh,
sehingga harus didapatkan dari makanan. Walaupun diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang kecil, vitamin mempunyai peranan yang vital bagi segala proses yang
terjadi dalam tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, dan daya tahan tubuh.
18
Vitamin digolongkan menjadi vitamin yang larut dalam air (Vitamin B, dan C)
dan lemak (vitamin A, D, E, dan K). Angka kecukupan vitamin berbeda
berdasarkan umur dan jenis kelamin (Gambar 2.2.) dan masing-masing vitamin
mempunyai fungsi yang beragam (tabel 2.5.).
Gambar 2.2. Angka kecukupan vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per
orang
per hari)
19
2.4.2. Mineral
Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan tubuh dan berada dalam
bentuk elektrolit anion atau bermuatan negatif, dan kation atau bermuatan positf.
Sekitar 6% tubuh orang dewasa terdiri dari mineral. Mineral dasar yang
merupakan penyusun sel-sel dalam tubuh manusia adalah karbon (C), hidrogen
(H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Sekitar 99% dari massa sel terdiri dari empat
21
elemen tersebut. Mineral yang jumlahnya dalam tubuh lebih dari 0,01% atau 100
ppm dari bobot tubuh disebut mineral makro. Termasuk ke dalam mineral makro
adalah kalsium (Ca), fosfor (P), sulfur (S), kalium (K), natrium (Na), klor (Cl),
dan magnesium (Mg). Mineral yang jumlahnya dalam tubuh kurang dari 0,01%
atau 100 ppm dari bobot tubuh disebut mineral mikro. Termasuk ke dalam
mineral mikro adalah besi (Fe), zink (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), fluor (F),
selenium (Se), silikon (Si), kromium (Cr), vanadium (V), yodium (I), timah hitam
(Pb), kadmium (Cd), arsen (As), molibdenum (Mo), kobalt (Co), bromium (Br),
dan stronsium (Sr). Angka kecukupan mineral berbeda berdasarkan umur dan
jenis kelamin, sama seperti vitamin (Gambar 2.3.). Fungsi mineral secara umum
adalah :
Regulasi keseimbangan asam dan basa, serta air dalam tubuh
Komponen senyawa tubuh yang esensial
Katalis reaksi-reaksi biologis
Regulasi keseimbangan air dalam tubuh
Transmisi impuls saraf
Mengatur kontraktilitas otot
22
Gambar 2.3. Angka kecukupan mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang
per hari)
2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
2.6. Healthy Eating Index (HEI) dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
2.7.1. Definisi
2.7.2. Etiologi
2.7.3. Epidemiologi
Pada keadaan energi yang berlebih dan disimpan dalam bentuk jaringan
adiposan, sinyal adiposa eferen (leptin, insulin, peptida YY) akan dikirim ke
nukleus arkuata di hipotalamus untuk menghambat jalur anabolisme (NPY dan
28
Hipertensi
Pada orang obese, terjadi aktivasi sistem sismpatis dan renin-
angiotensin aldosteron. Efek yang ditimbulkan adalah hipertensi
pulmonar dan sistemik. Hipertensi yang tidak tertangani dengan baik
dapat mengarah pada penyakit jantung koroner dan stroke.
Osteoartritis
Meningkatnya jaringan adiposa, berarti meningkatnya berat
badan. Beban yang ditanggung oleh ekstremitas bawah terutama pada
daerah persendian semakin besar (mechanical stress), sehingga dapat
timbul osteoarthritis.
GERD (Gastroesophageal reflux disease)
Jaringan lemak banyak ditemukan pada abdomen, sehingga bila
deposit jaringan adiposa di abdomen berlebih, dapat meningkatkan
tekanan intra-abdominal yang berujung pada GERD.
2.7.5. Penatalaksanaan
Indikasi terapi pembedahan adalah (1) pasien dengan IMT > 40, (2) pasien
dengan IMT > 35 dengan penyakit penyerta, dan (3) pasien yang gagal mencapai
target berat badan melalui modifikasi gaya hidup atau obat. Pembedahan yang
dilakukan yaitu gastric bypass dengan tujuan menghambat dan mengurangi
absorpsi makanan.
2.7.6. Pencegahan
seminggu, atau 20-30 menit 3 kali seminggu. Edukasi tentang gizi dan kesehatan
juga harus diberikan terutama pada anak usia sekolah, remaja, dan dewasa.
BAB III
ALAT DAN METODE PENELITIAN
Kriteria inklusi :
Berjenis kelamin laki-laki.
Mengikuti penelitian secara sukarela dan menandatangani informed consent.
Menjalani pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Kriteria eksklusi :
Mengisi kuisioner tidak lengkap.
Menderita penyakit atau keadaan yang dapat menyebabkan penurunan
berat badan (diare, tuberculosis, keganasan) maupun peningkatan berat
badan (edema).
31
33
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari November 2018 hingga Juni 2019.
Pengambilan data dilaksanakan di ruang skills lab Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
dan weekends. Hal-hal yang melandasi pengambilan data asupan makanan secara
2x24 jam adalah, (i) lebih menggambarkan asupan makanan yang selalu
dikonsumsi atau yang dikonsumsi secara berulang 15, dan (ii) adanya perbedaan
asupan makanan yang cenderung lebih tidak sehat dan tinggi energi saat weekends
daripada weekdays.16 Prosedur pengisian kuisioner 24-hours recall dilakukan
berdasarkan langkah berikut15 :
1. Subjek penelitian diminta menyebutkan menu makanan apa saja yang
dikonsumsi selama satu hari saat weekdays dan weekends.
2. Subjek penelitian menjelaskan secara detail bahan makanan apa saja yang
terkandung di dalam setiap menu makanan yang dikonsumsi (termasuk
bagaimana makanannya dimasak), mulai dari makanan yang dikonsumsi
paling pertama hingga terakhir per harinya.
3. Subjek penelitian memperkirakan porsi tiap makanan yang telah disebutkan
sebelumnya dengan menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan
dummy food.
4. Memastikan kembali tiap menu makanan yang telah dicatat sesuai dengan
yang telah disebutkan oleh subjek penelitian.
5. Mengonversi porsi menu makanan yang telah dicatat ke dalam gram.15
Tidak Serealia olahan 10 ≤ 1,8 ons per 1000 ≥ 4,3 ons per 1000 kkal
Berlebihan kkal
Garam 10 ≤ 1,1 gram per 1000 ≥ 2,0 gram per 1000
kkal kkal
Gula tambahan 10 ≤ 6,5 persen dari ≥ 26 persen dari energi
energi total total
Lemak jenuh 10 ≤ 8 persen dari energi ≥ 16 persen dari energi
total total
Keterangan :
PUFAs = Polyunsaturated fatty acids (asam lemak tak jenuh ganda)
MUFAs = Monounsaturated fatty acids (asam lemak tak jenuh tunggal)
SFAs = Saturated fatty acids (asam lemak jenuh)
38
Data skor HEI-2015 dan IMT yang diperoleh akan diuji normalitas
terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah data-data tersebut terdistribusi normal
atau tidak. Pengolahan data selanjutnya menggunakan analisis korelasi untuk
mengetahui hubungan antara skor HEI-2015 dan IMT. Bila data-data tersebut
terdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan analisis Pearson correlation.
Bila data-data tersebut terdistribusi tidak normal, maka akan dilanjutkan dengan
analisis Spearman’s rank correlation. Interpretasi koefisien korelasi adalah
sebagai berikut18 :
r = 0.00 s/d 0.09 (0.00 s/d -0.09) : Positif (negatif) sangat lemah.
r = 0.90 s/d 1.00 (-0.90 s/d -1.00) : Positif (negatif) sangat kuat.
3 A. H, F.B. H. The Epidemiology of Obesity: A Big Picture. Pharmacoeconomics 2015; 33: 673–689.
5 Tande DL, Magel R, Strand BN. Healthy eating index and abdominal obesity. Public Health Nutr
2010; 13: 208–214.
6 National Cancer Institute: Division of Cancer Control & Population Sciences. Overview &
Background of The Healthy Eating Index. Epidemiol. Genomics Res. Progr.
2017.https://epi.grants.cancer.gov/hei/ (accessed 21 Dec2018).
7 Jessri M, Ng AP, L’Abbé MR. Adapting the healthy eating Index 2010 for the canadian population:
Evidence from the Canadian national nutrition survey. Nutrients 2017; 9. doi:10.3390/nu9080910.
8 United States Department of Agriculture, Center for Nutrition Policy and Promotion. How We Use
the HEI. https://www.cnpp.usda.gov/how-we-use-hei (accessed 21 Dec2018).
9 Kirkpatrick SI, Reedy J, Krebs-Smith SM, Pannucci TRE, Subar AF, Wilson MM et al. Applications
of the Healthy Eating Index for Surveillance, Epidemiology, and Intervention Research:
Considerations and Caveats. J Acad Nutr Diet 2018; 118: 1603–1621.
10 Krebs-Smith SM, Pannucci TRE, Subar AF, Kirkpatrick SI, Lerman JL, Tooze JA et al. Update of
the Healthy Eating Index: HEI-2015. J Acad Nutr Diet 2018; 118: 1591–1602.
11 Sundararajan K. Kalaivaani Sundararajan The Relationship between Diet Quality and Obesity in
Canadian Adults : Evidence from the 2004 Canadian Community Health Survey.
2012.https://ir.lib.uwo.ca/cgi/viewcontent.cgi?article=1570&context=etd (accessed 17 Dec2018).
12 Atmaja EM. Hubungan Skor Healthy Eating Idex Dengan Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak
Tubuh Dewasa di Daerah Suburban Kabupaten Bantul. 2018; : 2–3.
13 Ansar. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi
Penduduk Di Daerah Endemik Malaria Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. J Ilmu Kesehat
2015; 1: 935–944.
14 Hardiansyah, Supariasa IDN. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. In: Gizi Bayi dan Balita. 2016
doi:10.1115/1.2718233.
15 Fahmida U, Dillon DHS. Handbook Nutritional Assessment. 2nd ed. SEAMEO RECFON University
of Indonesia: Jakata, 2011.
16 Monteiro LS, Hassan BK, Estima CCP, Souza AM, Verly Junior E, Sichieri R et al. Food
Consumption According to the Days of the Week - National Food Survey, 2008-2009. Rev Saude
Publica 2017; 51: 93.
17 Nutrisurvey. Nutrition surveys and calculations. Guidel. Softw. Addit. Inf. 2007; : 2018.
18 Schober P, Schwarte LA. Correlation coefficients: Appropriate use and interpretation. Anesth Analg
2018; 126: 1763–1768.
19 Jahn WT. The 4 basic ethical principles that apply to forensic activities are respect for autonomy,
beneficence, nonmaleficence, and justice. J Chiropr Med 2011; 10: 225–226.
40