Anda di halaman 1dari 21

CBD (Case Based Discussion)

ABORTUS INCOMPLETUS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah


Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Anis Bonitasari Ikromina
01.210.6081

Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
ABORTUS INCOMPLETUS

A. DEFINISI

Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.

Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan


abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus medisinalis (karena indikasi medik) dan abortus provokatus
kriminalis.

Berdasarkan jenisnya, abortus juga dibagi menjadi abortus imminens, abortus


insipien, abortus inkompletus, abortus kompletus dan missed abortion.

Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian buah kehamilan pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam
uterus.

B. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada
bulan bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu
didahului oleh kematian mudigah atau janin. Karena itu, pertimbangan
etiologis pada abortus dini antara lain mencakup pemastian kausa kematian
janin (apabila mungkin).
 Faktor janin.
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut
biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu:
 Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio
atau kelainan kromosom.
 Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
 Endarteritis dapat terjadi dalam villikorealis dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
 Faktor maternal
 Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
 Penyakit maternal
Nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia
janin, kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan
untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
 Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid dan defisiensi
insulin. Penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu,
yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam
produksi hormon.
 Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA
(Human Leukocyte Antigen)
Banyak perhatian ditujukan pada sistem imun sebagai faktor
penting dalam kematian janin berulang.
 Trauma
Trauma terjadi bisa karena hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada ibu dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali. Kasusnya jarang terjadi,
umumnya abortus terjadi segera satelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan :
 pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
gravidaditatum sebelum minggu ke-8
 pembedahan intraabdominal dan operasi pada saat hamil.
 Kelainan uterus
Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri
atau adanya halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran
uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolaps atau
retroversio uteri. Kelainan uterus diantaranya : hipoplasia uterus,
mioma (terutama submukosa), serviks inkompeten. Serviks
inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada
trimester kedua, atau mungkin awal trimester ketiga, disertai
prolaps atau menggembungnya selaput ketuban ke dalam vagina,
diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin immatur.
Apabila tidak diterapi secara efektif, rangkaian ini akan berulang
setiap kehamilan
 Faktor eksternal
 Radiasi
pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
 Obat-obatan, antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain lain
 Psikomatik
Stres dan emosi yang kuat diketahui dapat memprngaruhi fungsi
uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise. Banyak yang
melaporkan kasus-kasus abortus spontan dengan riwayat stres.

C. MACAM- MACAM ABORTUS


Abortus dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja, tidak memakai obat-obatan
maupun alat-alat, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Abortus spontan terdiri dari:

a. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup besarnya
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin
masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara
melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran
dan pengencaran 1/10. Bila hasil tes urin masih positif keduanya
maka prognosisnya adalah baik. Bila pengenceran 1/10 hasilnya
negatif maka prognosisnya dubia at malam. Pengelolaan penderita ini
sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu
masih menghendaki kehamilan tersebut maka pengelolaan harus
maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau
belum. Diperhatikan ukuran kantung getasi janin apakah sesuai
dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin
dan gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma
retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan
berhenti. Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi
atau diberi tambahan hormon progesteron dan derivatnya untuk
mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh dipulangkan setelah
tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh
berhubungan seksual kurang lebih 2 minggu.
b. Abortus Insipien
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan
kuat, perdarahanya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan. Besarnya uterus masih sesuai dengan
umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Pada
pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai
dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih
jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada
tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum
dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera
dilakukan tindakan evakuasi/ pengeluaran hasil konsepsi disusul
dengan kuretase bila perdarahan banyak.pada umur kehamilan 12
minggu, uterus biasanya besarnya sudah melebihi telur angsa tindakan
evakuasi dan kuretasi harus hati-hati untuk mencegah terjadinya
perforasi pada dinding uterus. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan
umum , pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis .
c. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram
Senua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besarnya uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu
dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan urin tes biasanya masih positif sampai 7- 10 hari setelah
abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus
ataupun pengobatan . biasanya hanya diberi roborensia atau
hematenik bila keadaan pasien memerlukan, uterotonika tidak perlu
diberikan.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal didalam
uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam cavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksterna. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya
pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian plasenta site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat terjatuh dalam keadaan
anemia atau syok hemorargik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan. Pengelolaan pasien diawali dengan perhatian terhadap
keadaan umum dan mengatasi gangguan pada hemodinamik yang
terjadi kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG
hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis klinis. Besarnya uterus
sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantung gestasi sudah
sulit dikenali, dicavum uteri tampak masa hiperekoik yang bentuknya
tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi
uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Pasca tindakan perlu
diberikan uterotonika parenteral ataupun peroral dan antibiotika
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti
yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu
penderitas justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan
tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens
yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaan tes urun kehamilan biasanya negatif setalah 1
minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan yang mengecil, kantung gestasi yang mengecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4
minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan
penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi
dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan
kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan
diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks
uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih
dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis
servikalis. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan
induksi dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah
menggunakan prostaglandin atau sintesinya untuk melakukan induksi
pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah
dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg
yang dapat diulang 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini
akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan
ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan cavum uteri.

2. Abortus Provokatus (induced abortion)


Yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus medisinalis (therapeutica abortion)


Adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin menjadi viabel dengan
tujuan untuk melindungi ibu.

b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak bersadarkan indikasi medis yakni tidak berdasar gangguan
kesehatan ibu maupun penyakit pada janin.

3. Abortus Infeksiosa atau septik


Adalah abortus yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah abortus
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
perdaran darah atau peritoneum.2,3

D. PATOGENESIS
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau
sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi rahim dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan.
Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan
lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korealis belum
menanamkan diri dengan erat kedalam desidua hingga telur mudah lepas
keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan
hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut
sering sisa sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Hasil konsepsi
pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka janin dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya telah
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah
mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin mengering dan karena cairan
amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat yang lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadi maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerahan.

E. MANIFESTASI KLINIK ABORTUS INCOMPLETE


Manifestasi klinik untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain:
1) Terlambat haid kurang dari 20 minggu,
2) Pemeriksaan fisik yang terdiri dari: keadaan umum tampak lemah, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan
suhu badan normal atau meningkat,
3) Perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus,
4) Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan
pervaginam, ada jaringan janin.
5) Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka, ada jaringan keluar dari
ostium, dan ada cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium,
6) Colok vagina dengan melihat porsio terbuka, teraba jaringan dalam kavum.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan
2-3 hari setelah abortus,
2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
dan sisa jaringan.

G. PENATALAKSANAAN
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang – kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan,
dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl
fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan (Curettage).
Pada abortus inkompletus, serviks sudah berdilatasi oleh lewatnya jaringan
plasenta atau janin sebelumnya, maka sendok kuret dapat dimasukkan dengan
mudah melalui kanalis servikalis, dimulai dengan sendok terkecil, kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan sendok kuret yang lebih besar hingga
dirasakan uterus telah bersih dari bagian janin ataupun plasenta.

Setelah tindakan selesai, maka dapat diberikan suntikan 0.2 mg


metilergonovin atau ergonovin intramuskular untuk merangsang kontraksi
uterus dan meminimumkan perdarahan lebih lanjut.

Setiap pasien dianjurkan untuk mendapatkan tambahan zat besi untuk


memulihkan konsentrasi hemoglobin.
Jika perdarahan hebat, maka transfusi darah mungkin dibutuhkan.
Keputusan tergantung pada keadaan klinis pasien, hematokrit awal dan
perdarahan yang diketahui.

 Teknik bedah:
1. Kuretase , Dilatasi kuretase
2. Aspirasi vakum
3. Laparotomi histerektomi
 Teknik medis:
1. Oksitosin IV
2. Prostaglandin E2

3. Anti progesteron (mifepriston)

Teknik pengeluaran sisa abortus


H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil


konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat (syok endoseptik).
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. I
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01300456
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Status : Menikah
9. Alamat : Purwosari ¼ Demak
10. Tanggal Masuk : 7 November 2016
11. Ruang : Baitunnissa II
12. Kelas : III

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 November 2016

1. Keluhan Utama
keluar darah segar dan prongkolan dari jalan lahir

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien G4P2A1 hamil 14 minggu datang ke IGD RISA dengan keluhan
keluar darah merah segar dan prongkolan ± 3 cm dari jalan lahir. 2 hari
yang lalu mengeluh keluar darah dari jalan lahir tetapi segera berhenti dan
tidak sebanyak sekarang. Pasien juga mengeluh sakit di perut bagian
bawah. Pasien mengaku baru memeriksakan diri ke RS. Riwayat trauma
(-), konsumsi obat-obatan/ jamu (-), pijat (-), aktivitas berlebih (-),
keringan di malam hari (-), jantung berdebar(-).
3. Riwayat Haid
- HPHT : 01-08-2016
- HPL : 08-05-2017
- Menarche : umur 15 tahun
- Siklus haid : 29 hari, teratur
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
4. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.
Usia pernikahan 19 tahun.
5. Riwayat Obstetri
G4P2A1 hamil 14 minggu
G1 : perempuan, 18 tahun, 2800 gr, spontan di bidan, sehat
G2 : perempuan, 9 tahun, 2500 gr, spontan di bidan, sehat
G3 : abortus inkomplit, 8 minggu di curettage di rumah sakit
G4 : hamil sekarang
6. Riwayat ANC
ANC dilakukan 1 kali di bidan, tidak ada pesan-pesan khusus.
7. Riwayat KB
Suntik 3 bulan

8. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat DM : disangkal
10. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja


karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present

Keadaan Umum : Tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign :

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit TB : 152 cm

RR : 20 x/menit BB : 58 Kg

Suhu : 36 0C

b. Status Internus

- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran tiroid (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mammae : Simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi
areola (+), puting menonjol (+).
- Pulmo
 Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistra
simetris
 Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama,
nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

- Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan.
 Auskultasi : suara tambahan (-)
- Abdomen
 Inspeksi : Datar, pembesaran uterus tidak terlihat,
striae gravidarum (-), linea nigra (+), bekas operasi (-).
 Auskultasi : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (+),
TFU tidak terlihat,
leopold tidak dilakukan.
- Extremitas
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

- Genitalia
 Inspeksi Eksterna : fluxus (+), flour (+), jaringan (-)
 VT : portio pembukaan 1 jari longgar , teraba
jaringan (+), Handscoen : darah (+), lendir (-)
 Inspikulo : tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 07 November 2016)
1. Hb : 12,3 g/dL
2. Hematokrit : 36.8 %
3. Leukosit : 13,48 /uL (H)
4. Trombosit : 254.000 /uL
5. Golongan darah/Rh : O/positif
6. APTT/PTTK : 25,9
Kontrol : 25,9
7. PPT : 9,0 (L)
Kontrol : 10,0
8. HbsAg : (-)
9. GDS : 96
B. Pemeriksaan USG
Tampak GS (+) , Janin (+) tidak ada tanda-tanda kehidupan

E. RESUME
Pasien 36 tahun G4P2A1 gravida 14 minggu datang dari IGD RISA dengan
mengeluh keluar darah merah segar dan prongkolan ± 3cm dari jalan lahir
sejak tanggal 6 November 2016 disertai nyeri perut bawah.

Riwayat Kehamilan

HPHT : 01-08-2016

HPL : 08-05-2017

Tanggal kedatangan ke RS : 07-11-2016

Umur Kehamilan : 14 minggu

Status Present :

Keadaan Umum : Tampak sakit

Vital Sign : TD : 110/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit

RR : 20 x/menit
Suhu : 36 0C

Status Obstetri
- Abdomen
 Inspeksi :Perut datar, linea nigra (+) striae gravidarum (-)
 Palpasi :Nyeri tekan (+) di regio supra pubis, leopold tidak
dilakukan, TFUtidak terlihat.
- Genitalia
 Eksterna
Darah merah segar (+), prongkolan (+), vulva oedem (-), pus(-),
ulkus(-)
 Interna (VT)
Terdapat perdarahan darah merah segar disekitar vulva, sedikit
dan sudah tidak keluar
Dinding vagina licin dalam batas normal, massa (-).
Porsio licin, kenyal, pembukaan OUE (+) 1 jari longgar, teraba
jaringan (+), nyeri goyang (-)
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi sesuai umur
kehamilan 14 minggu (sebesar telur bebek).
Adneksa paramaetrium dalam batas normal, massa (-), nyeri tekan

F. DIAGNOSA
Pasien 36 tahun G4P2A1 gravida 14 minggu dengan abortus incompletus
G. SIKAP
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan: KU, Vital Sign, PPV
3. Lengkapi Laborat dan konsul radiologi USG
4. Keluarkan sisa hasil konsepsi dengan curettage.
5. Terapi medicamentosa
 Infuse RL+Oksitosin
 Ciprofloxacin 3x1
 Metil ergometrin 3x1
 Ferofort 1x
H. PROGNOSA
Kehamilan : ad malam

I. EDUKASI
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Memberitahu kondisi ibu dan janin pada keluarga
3. Memberitahu tujuan terapi dan tindakan (kuretage) yang akan
dilakukan serta kemungkinan terjadinya komplikasi setelah tindakan
4. Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS.
5. Diharapkan untuk tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu
memakai kontrasepsi.
J. FOLLOW UP
30 September 2016 Kel: PPV (+), Cek darah rutin Pro curretage
nyeri perut
Hb: 11,7
bawah
USG: susp.
TD: 100/60
Abortus
mmhg
incompletus
N: 80 x/menit

RR: 22 x/menit

S: 36,5’ C

30 September 2016 Kel: PPV (+) curretage Infuse


RL+Oksitosin
Jam 15.00 KU: baik
Metil ergometrin
3x1

Ciprofloxacin 3x1

Ferofort 3x1

1 Oktober 2016 KU : baik Ciprofloxacin 3x1

Jam 06.00 Kel: PPV (-) Ferofort 3x1

2 Oktober 2016 KU : baik ATS

Kel: PPV (-)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bagian Kebidanan dan


Kandungan. Jakarta: balai penerbit FK UI
2. Obstetri Williams, Edisi 20. Jakarta: EGC. Cunningham G.F et.al. 2005

Anda mungkin juga menyukai