Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN FILSAFAT DAN PERANANNYA

Dosen Pengampu : Lukman Hadi, M.Pd Disusun


Oleh:
Kelompok 4

SAPARINA RAHMA F1061191002


SARI NUR FITRI F1061191026
MARGARETA LITA W.S. F1061191052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengertian Filsafat
dan Peranannya” dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.

Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh
Lukman Hadi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu. Makalah ini
ditulis dari buku-buku yang berkaitan dengan Filsafat Ilmu, serta informasi dari media
massa. Penulis harap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
menambah wawasan tentang Pengertian Filsafat dan Peranannya. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca dan khususnya penulis.

Pontianak, 21 Februari 2019

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…………………….1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………2
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………....2
D. Manfaat………………….………………..…………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………3

A. Pengertian Filsafat ……………..…………………………………………………….………………………….3


B. Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan Alam …………………………..……………………..5

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….…………………………….....9

A. Kesimpulan………….………………………………………….……………………………………………….....9
B. Saran………………………………………………………..…………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………………………………………………11

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai mahluk
yang sadar. Kesadaran manusia itulah dapat disimpullkan dari kemampuannya untuk
berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya, manusia mendapat ilmu
pengetahuan. Dengan kehendaknya, manusia mengarahkan perillakunya. dan dengan
perasaannya pula, manusia dapat mencapai kesenangan.
Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lain (hewan) adalah
manusia diberikan kelebihan akal dan pikiran (ide) untuk merenungkan segala bentuk
persoalan dalam hidupnya. Manusia dapat memecahkan dan menjelaskan kehidupan
dunia sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia objektif. Dallam hubungan
antara pikiran atau ide manusia dan keadaan (materi) atau kenyataan di sekelilingnya
itu, sudah tentu banyak terdapat persoalan. Tetapi di antaranya, yang paling cocok
dan mendasar adalah antara pikiran dan keadaan atau antara ide dan materi, yang
manakah yang lebih dahulu. Ini menjadi masalah yang terpokok dan paling mendasar,
karena setiap sistem filfasat atau pandangan dunia, mau tidak mau harus menjawab
hal ini. Dan jawabannya adalah menjadi pangkal tolak pandangan filsafatnya.
Kata filsafat ini sebenarnya berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bisa
dipikirkan oleh manusia. Bahkan tidak akan pernah ada habisnya, karena
mengandung dua kemungkinan, yaitu proses berpikir dan hasil berpikir. Filsafat
dalam arti pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah
sedangkan, pada pengertian kedua merupakan rangkaian kesimpulan yang diperoleh
dari hasil pemecahan atau pembahasan masalah. Filsafat dari segi bahasa, pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). Tetapi tidak semua proses berpikir
disebut filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari.

1|P a ge
Persoalan kemudian, bagaimana ketika pemikiran filsafat ini diarahkan untuk
membangun ilmu-ilmu sosial. Tentunya akan sangat mendukung dapat memberi nilai
manfaat terhadap proses berfikir ilmiah, dapat pula terdapat hasi berfikir ilmiah.
Pemikiran filsafat dallam kaitannya dengan ilmu sosial ini, merupakan salah satu cabang
ilmu yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatn secra kritis, radikal dan
komprehensif. Peran filsafat sosial dalam ranah kehidupan sosial harus berpartisipasi
dalam melayani manusia. Karena itu para ilmuan sosia harus menolak pemisahan antara
teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek
bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan dengan
demikian posisi mereka sebagai manusia dapat berubah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Filsafat ?

2. Bagaimana Peran Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan Alam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.

2. untuk mengetahui peran filsafat dalam Ilmu Pengetahuan Alam.

D. Manfaat

1. Dapat memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pengertian


filsafat.

2. Dapat menambah wawasan tentang peranan filsafat ilmu bagi penulis dan
pembaca.

2|P a ge
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan Peneratas Pengetahuan. Disini berarti bahwa filsafat merupakan
langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat
adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci. Cabang -
Cabang Filsafat adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral),
Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama,
Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat
Matematika (Suriasumantri, 2005).
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos” artinya cinta
dan “Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Kemunculan filsafat pada abad ke 5
SM merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada masa itu. Terjadi revolusi
pemikiran terhadap dominasi jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini merupakan
masa penting dimana akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran, akal sebagai
sarana mencari kebenaran, akal sebagai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran memasuki
jaman baru yaitu jamam Logos. Filsafat dikatakan sebagai mother of science. Dalam
perkembangannya filsafat melahirkan cabang-cabang ilmu, yang berkembang menjadi
ranting-ranting ilmu, sub-ranting ilmu (Wilujeng, 2013:1). Pengertian filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi:
1. Filsafat Secara Etimologi

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom).
Istilah filsafat (philosophia) itu sendiri menunjukkan bahwa manusia tidak
pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang
dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus mencarinya. Berkaitan dengan apa
yang dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang
membuat dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh

3|P a ge
realitas. Jadi, filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.

2. Filsafat secara Terminologi


Pengertian Filsafat menurut para ahli:
Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
Aristoteles
Menurus Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat keindahan).
Rene Descartes
Menurut Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana
Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Immanuel Kant
Menurut Kant, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal semua
pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan)
yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
N. Driyarkara
Menurut Driyarkara, filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-
dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan. Al-Farabi , Filsafat adalah ilmu
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya
(Anshori,1979:83).
Jadi, dari batasan-batasan di atas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat
adalah ilmu (pengetahuan) yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam
dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.
Kata Filsafat berasal dari Yunani (Greek), philosophia. Kata philo berarti Cinta dan
kata Sophia berarti hikmah (kebenaran) (Anshori, 1979:75). Jadi philosophia dapat
diartikan sebagai cinta kebenaran (hikmah). Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memuat kata Filsafat yang menunjukkan pengertian pengetahuan dan penyelidikan

4|P a ge
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya
(Bakhtiar, 2013:5). Di sisi lain juga dikatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Latin
yaitu Filosafein yang berarti mencintai kebijaksanaan-kebijaksanaan (Hadiwijono,
1980:7). Jadi filsafat berarti cint akan kebenaran. Kebenaran disini merupakan nilai yang
harus dijunjung tinggi oleh etiap pecinta kebenaran yang namanya manusia. Oleh karena
itu filsafat merupakan hasil dari kreasi manusia berdasarkan sumber yang dimiliki oleh
manusia serta berfilsafat berarti melakukan pengkajian terhadap kebenaran
(kebijaksanaan) dengan menggunakan akal pikiran manusia. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah berfikir tentang kebenaran,tetapi tidak semua kegiatan
berpikir dapat dikatakan berfilsafat (Ghazali, 2005:3).

B. Peranan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan Alam

Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan penyempurnaan


ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah,
dan menyediakan landasan-landasan ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu
pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah
serta analisis-kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan.
Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap sistem kerja
dan susunan ilmu. Pada dasarnya filsafat bertugas memberi landasan filosofi untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai
membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi
pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing
agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan
bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan
konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin
ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat. Oleh sebab itu Francis menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-
ilmu (the great mother of the sciences) . Semakin banyak manusia tahu, semakin
banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal
dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya,
dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan

5|P a ge
pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas
banyak jenis ilmu. Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.

Kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi


masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti yang telah diungkapkan pada
bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan
yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu,
ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan
manusia. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan
filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.

C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu
Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat
atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat”
dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang
pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-
bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu
pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu
mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa
itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian
tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran.

Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha
manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan
agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara
langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat,

6|P a ge
berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah
demi menemukan jawaban yang memadai. Franz Magnis Suseno mengungkapkan
dua arah filsafat dalam usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai
berikut: pertama, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai.
Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan jawaban yang
diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain pada umumnya.
Kritikan dan jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Pertanggung jawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus
terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara
argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa kalau ada
yang mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran,
pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi atau alasan-alasan
yang masuk akal dan dapat dimengerti. Dari berbagai penjelasan di atas, tampak
jelas bahwa filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu
dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus
terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi
mencapai kebenaran yang dicari.

Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu pengetahuan


yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama dengan berbagai
ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik ilmu pengetahuan
maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu kehidupan
manusia. Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang
pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu
pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan
tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi
harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia.

Hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh


pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu

7|P a ge
digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.
Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-
pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik
tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang
dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara
ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu
memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas
ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat
menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya
dan akan kemana akhir.

8|P a ge
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan


sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan).
Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap
saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa
meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan
untuk mencari pengetahuan baru dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini
merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui
seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian


tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus
terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi
mencapai kebenaran yang dicari.

Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.
Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori
kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya
data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping
adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-
sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk
menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana

9|P a ge
menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.

B. Saran

Berfikir filsafat itu sangatlah penting dalam menentukan langkah hidup dan
kehidupan seseorang. Sebab dengan berfikir filsafat ia akan mengetahui sebuah
kebenaran hakiki. Dengan berfilsafat pula seseorang akan hati-hati dalam menentukan
langkah jika seseorang telah memilih dan menetapkan jalan hidupnya maka hal itu
keputusan yang ia ambil melalui jalan filsafat. Olehnya itu, Berfikir filsafat akan
menentukan seseorang dalam meraih kebahagiaan hidupnya.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 5

Bachri Ghazali, Filsafat Ilmu, (Yogyakarata : Pokja Akademik UIN Sunan


Kalijaga,2005),hlm.3

Endang Saifuddin Anshori, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya : PT Bina


Ilmu,1979),hlm 75

Harun Hadiwijono, Sari Filsafat Barat Jilid 1, ( Yogyakarta : Yayasan Kanisius,1980),


hlm 7

Suriasumantri, Jujun.S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan,hlm.1

Wilujeng, Sri Rahayu. 2013. Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam Konteks
Keindonesiaan. Jurnal Humanika. Volume 17, No.1 (Http://scholar.google.com)

11 | P a g e
12

Anda mungkin juga menyukai