FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengertian Filsafat
dan Peranannya” dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh
Lukman Hadi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu. Makalah ini
ditulis dari buku-buku yang berkaitan dengan Filsafat Ilmu, serta informasi dari media
massa. Penulis harap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
menambah wawasan tentang Pengertian Filsafat dan Peranannya. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca dan khususnya penulis.
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………….… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………2
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………....2
D. Manfaat………………….………………..…………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………3
A. Kesimpulan………….………………………………………….……………………………………………….....9
B. Saran………………………………………………………..…………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………………………………………………11
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai mahluk
yang sadar. Kesadaran manusia itulah dapat disimpullkan dari kemampuannya untuk
berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya, manusia mendapat ilmu
pengetahuan. Dengan kehendaknya, manusia mengarahkan perillakunya. dan dengan
perasaannya pula, manusia dapat mencapai kesenangan.
Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lain (hewan) adalah
manusia diberikan kelebihan akal dan pikiran (ide) untuk merenungkan segala bentuk
persoalan dalam hidupnya. Manusia dapat memecahkan dan menjelaskan kehidupan
dunia sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia objektif. Dallam hubungan
antara pikiran atau ide manusia dan keadaan (materi) atau kenyataan di sekelilingnya
itu, sudah tentu banyak terdapat persoalan. Tetapi di antaranya, yang paling cocok
dan mendasar adalah antara pikiran dan keadaan atau antara ide dan materi, yang
manakah yang lebih dahulu. Ini menjadi masalah yang terpokok dan paling mendasar,
karena setiap sistem filfasat atau pandangan dunia, mau tidak mau harus menjawab
hal ini. Dan jawabannya adalah menjadi pangkal tolak pandangan filsafatnya.
Kata filsafat ini sebenarnya berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bisa
dipikirkan oleh manusia. Bahkan tidak akan pernah ada habisnya, karena
mengandung dua kemungkinan, yaitu proses berpikir dan hasil berpikir. Filsafat
dalam arti pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah
sedangkan, pada pengertian kedua merupakan rangkaian kesimpulan yang diperoleh
dari hasil pemecahan atau pembahasan masalah. Filsafat dari segi bahasa, pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). Tetapi tidak semua proses berpikir
disebut filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari.
1|P a ge
Persoalan kemudian, bagaimana ketika pemikiran filsafat ini diarahkan untuk
membangun ilmu-ilmu sosial. Tentunya akan sangat mendukung dapat memberi nilai
manfaat terhadap proses berfikir ilmiah, dapat pula terdapat hasi berfikir ilmiah.
Pemikiran filsafat dallam kaitannya dengan ilmu sosial ini, merupakan salah satu cabang
ilmu yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatn secra kritis, radikal dan
komprehensif. Peran filsafat sosial dalam ranah kehidupan sosial harus berpartisipasi
dalam melayani manusia. Karena itu para ilmuan sosia harus menolak pemisahan antara
teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek
bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan dengan
demikian posisi mereka sebagai manusia dapat berubah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2. Dapat menambah wawasan tentang peranan filsafat ilmu bagi penulis dan
pembaca.
2|P a ge
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan Peneratas Pengetahuan. Disini berarti bahwa filsafat merupakan
langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat
adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci. Cabang -
Cabang Filsafat adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral),
Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama,
Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat
Matematika (Suriasumantri, 2005).
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos” artinya cinta
dan “Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Kemunculan filsafat pada abad ke 5
SM merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada masa itu. Terjadi revolusi
pemikiran terhadap dominasi jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini merupakan
masa penting dimana akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran, akal sebagai
sarana mencari kebenaran, akal sebagai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran memasuki
jaman baru yaitu jamam Logos. Filsafat dikatakan sebagai mother of science. Dalam
perkembangannya filsafat melahirkan cabang-cabang ilmu, yang berkembang menjadi
ranting-ranting ilmu, sub-ranting ilmu (Wilujeng, 2013:1). Pengertian filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi:
1. Filsafat Secara Etimologi
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom).
Istilah filsafat (philosophia) itu sendiri menunjukkan bahwa manusia tidak
pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang
dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus mencarinya. Berkaitan dengan apa
yang dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang
membuat dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh
3|P a ge
realitas. Jadi, filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
4|P a ge
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya
(Bakhtiar, 2013:5). Di sisi lain juga dikatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Latin
yaitu Filosafein yang berarti mencintai kebijaksanaan-kebijaksanaan (Hadiwijono,
1980:7). Jadi filsafat berarti cint akan kebenaran. Kebenaran disini merupakan nilai yang
harus dijunjung tinggi oleh etiap pecinta kebenaran yang namanya manusia. Oleh karena
itu filsafat merupakan hasil dari kreasi manusia berdasarkan sumber yang dimiliki oleh
manusia serta berfilsafat berarti melakukan pengkajian terhadap kebenaran
(kebijaksanaan) dengan menggunakan akal pikiran manusia. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah berfikir tentang kebenaran,tetapi tidak semua kegiatan
berpikir dapat dikatakan berfilsafat (Ghazali, 2005:3).
5|P a ge
pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas
banyak jenis ilmu. Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu
Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat
atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat”
dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang
pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-
bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu
pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu
mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa
itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian
tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha
manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan
agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara
langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat,
6|P a ge
berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah
demi menemukan jawaban yang memadai. Franz Magnis Suseno mengungkapkan
dua arah filsafat dalam usaha mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai
berikut: pertama, filsafat harus mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai.
Kedua, filsafat harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan jawaban yang
diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain pada umumnya.
Kritikan dan jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Pertanggung jawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus
terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara
argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini berarti bahwa kalau ada
yang mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran suatu pemikiran,
pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi atau alasan-alasan
yang masuk akal dan dapat dimengerti. Dari berbagai penjelasan di atas, tampak
jelas bahwa filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu
dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus
terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi
mencapai kebenaran yang dicari.
7|P a ge
digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.
Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-
pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya ditarik
tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti yang
dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara
ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu
memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas
ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat
menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya
dan akan kemana akhir.
8|P a ge
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan perbedaannya.
Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan
pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori
kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya
data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping
adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-
sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk
menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana
9|P a ge
menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan
bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.
B. Saran
Berfikir filsafat itu sangatlah penting dalam menentukan langkah hidup dan
kehidupan seseorang. Sebab dengan berfikir filsafat ia akan mengetahui sebuah
kebenaran hakiki. Dengan berfilsafat pula seseorang akan hati-hati dalam menentukan
langkah jika seseorang telah memilih dan menetapkan jalan hidupnya maka hal itu
keputusan yang ia ambil melalui jalan filsafat. Olehnya itu, Berfikir filsafat akan
menentukan seseorang dalam meraih kebahagiaan hidupnya.
10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun.S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan,hlm.1
Wilujeng, Sri Rahayu. 2013. Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam Konteks
Keindonesiaan. Jurnal Humanika. Volume 17, No.1 (Http://scholar.google.com)
11 | P a g e
12