LP Ca Laring
LP Ca Laring
LP Ca Laring
KANKER LARING
Laporan Pendahuluan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik
Keperawatan III
Oleh :
INGGAR MAHARANI
NIM 17613045
Kelompok A7
Telah disetujui dalam rangka Praktik Klinik Keperawatan III (PKK III)
Oleh :
Pembimbing Institusi
b. N1 berarti ada sel-sel kanker dalam satu node getah bening pada sisi yang
sama dari leher sebagai kanker, tetapi node kurang dari 3cm
c. N2
1) N2a berarti ada kanker pada satu node getah bening pada sisi yang
sama dari leher dan itu adalah antara 3cm dan 6 cm
2) N2b berarti ada kanker di lebih dari satu node getah bening, tetapi
tidak ada lebih dari 6cm di seluruh. Semua node harus berada di sisi
yang sama dari leher sebagai kanker
3) N2c berarti ada kanker pada kelenjar getah bening di sisi lain dari leher
dari tumor, atau pada kelenjar di kedua sisi leher, tetapi tidak ada yang
lebih dari 6 cm
d. N3 berarti bahwa paling tidak satu kelenjar getah bening yang
mengandung kanker lebih besar dari 6 cm di
1.6 Patofisiologi
Kanker terjadi ketika sel-sel pada bagian tubuh kita mulai tumbuh
secara tidak normal atau diluar kendali. Ada banyak jenis kanker, tetapi
semuanya ada karena pertumbuhan yang tidak tekendali dari sel-sel yang
abnormal. Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan pertumbuhan sel normal.
Bukannya mengalami kematian sel, sel-sel kanker terus tumbuh dan
mempunyai bentuk yang baru, sel-sel abnormal. sel kanker juga bisa
menginvasi jaringan lain, suatu proses yang tidak bisa dilakukan sel yang
normal. Tumbuh tidak terkendali dan menginvasi jaringan lain itulah yang
membuat sel normal menjadi sel kanker (American Cancer Society, 2014).
Sel-sel menjadi sel kanker dikarenakan kerusakan pada DNA. DNA
terdapat pada semua sel dan mempunyai peranan yang sangat penting. Pada
sel normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka sel akan memperbaiki
kerusakan atau menjadi sel mati. Pada sel-sel kanker, DNA yang rusak tidak
diperbaiki dan juga tidak mati seperti seharusnya. Bahkan, sel ini terus
membuat sel-sel baru yang tidak dibutuhkan tubuh. Sel-sel yang baru ini akan
terus mengalami kerusakan DNA yang sama seperti yang terjadi pada sel
pertama yang rusak. Seseorang bisa mengalami kerusakan DNA, tetapi
kebanyakan kerusakan DNA disebabkan oleh kesalahan yang terjadi ketika sel
normal membelah atau oleh sesuatu yang ada di lingkungan. Terkadang
penyebab kerusakan DNA karena sesuatu yang jelas, seperti merokok. Tetapi
sering dikarenakan penyebab yang belum diketahui (American Cancer
Society, 2014).
Pada kebanyakan kasus sel-sel kanker, sel-sel kanker dapat
membentuk sel tumor. Sel kanker sering menyebar ke bagian lain dari tubuh,
dimana sel kanker mulai tumbuh dan membentuk tumor baru yang pindah ke
jaringan normal. Proses ini disebut metastsis. ini terjadi ketika sel-sel kanker
menyebar ke aliran darah atau pembuluh limfe pada tubuh kita. Tidak semua
tumor adalah sel-sel kanker. Tumor yang bukan sel-sel kanker disebut tumor
jinak. Tumor jinak bisa menyebabkan masalah karena dapat menekan organ-
organ sehat sekitarnya. Sel tumor tidak bisa tumbuh atau menginvasi jaringan
lain dan juga tidak bisa mengalami proses metastasis (American Cancer
Society, 2014).
1.7 Faktor – faktor Resiko Kanker Laring
Faktor risiko adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu
penyakit, seperti kanker. Setiap kanker mempunyai faktor risiko yang
berbeda-beda. Beberapa faktor risiko seperti merokok dapat diubah. Lainnya,
seperti umur seseorang atau riwayat keluarga tidak dapat diubah. Menurut
American Cancer society, 2014 ada beberapa fakor risiko untuk terjadinya
kanker laring, yaitu : konsumsi alkohol, penggunaan tembakau, infeksi HPV,
sindrom genetik,paparan tempat kerja,jenis kelamin,umur,ras, penyakit
gastroesofageal reflux dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Konsumsi Alkohol
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa konsumsi alkohol
meningkatkan risiko kanker rongga mulut, faring, dan laring . Baan et al,
menemukan bahwa minum 50 gram alkohol murni per hari dihubungkan
dengan 2-3 kali risiko lebih tinggi terkena kanker laring dibandingkan
dengan non-peminum.
2. Penggunaan Tembakau
Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko yang paling
penting untuk terjadinya kanker leher dan kepala (temasuk kanker laring
dan hypofaring). Risiko untuk terjadinya kanker ini jauh lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan non-perokok. Kebanyakan penderita kanker
laring mempunyai riwayat merokok atau paparan tembakau dengan cara
lain.
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) ditemukan pada banyak lesi di
regio kepala dan leher, termasuk pada karsinoma sel skuamosa. HPV tipe
16 dan 18 diketahui sebagai risiko mayoritas untuk terjadinya kanker
serviks. ini diyakinkan karena protein virus E5 dan E6 yang mendegradasi
p53. Enzim ini berhubungan dengan integritas gen, proliferasi, dan
apoptosis yang mana sangat penting dalam mencegah kematian sel kanker.
Kekuatan untuk menggunakan informasi tentang HPV ini masih kurang
jelas pada kanker laring, karena banyaknya studi yang menggunakan
teknik yang berbeda-beda dan hasil sensitivitas dan spesifitas yang
beragam. Almadori et al mengungkapkan bahwa sepertiga dari tumor
laring ditemukan adanya DNA HPV, tetapi Ha dan Califano berpendapat
bahwa HPV menpunyai mekanisme untuk memicu perkembangan tumor.
Clayman et al menemukan bahwa 24 diantara 57 spesimen dari kanker
laring merupakan pasien yang positif HPV. Studi mereka mengungkapkan
bahwa HPV bisa ditemukan pada tumor yang mengalami kelainan biologis
dengan prognosis yang buruk.
4. Paparan pada Tempat Industri
Lama terpapar oleh debu kayu, uap cat, dan zat kimia tertentu yang
digunakan pada industri metal, minyak, plastik, dan textil juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker laring.
5. Jenis Kelamin
Kanker laring dan hipofaring lebih sering terjadi pada pria 4 kali
lebih sering dibandingkan dengan wanita. Ini dikarenakan faktor risiko
utama, merokok dan konsumsi alkohol, yang sering pada pria. Tetapi pada
tahun-tahun terakhir, kebiasaan ini sering dijumpai pada wanita, tentunya
risiko untuk terjadinya kanker laring meningkat.
6. Usia
Terjadinya kanker laring melalui proses bertahun-tahun, jadi
kanker laring jarang ditemukan pada orang-orang muda. Lebih dari
setengah pasien dengan kanker laring berumur 65 atau lebih ketika kanker
pertama kali didiagnosis.
7. Ras atau Suku
Kanker laring lebih sering ditemukan pada ras Amerika-Afrika dan
orang kulit putih dibandingkan dengan ras Asia dan Latin (American
Cancer Society, 2014). Insidens terjadinya kanker laring dua kali lebih
tinggi pada orang kulit hitam dibandingkan dengan orang kulit putih di
Amerika.
8. Gatroesophageal Reflux Disease (GERD)
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah naiknya asam
lambung ke esofagus. GERD dapat menyebabkan heartburn dan
meningkatkan terjadinya kanker pada esofagus. Studi-studi sudah
dilakukan untuk melihat jika ini meningkatkan risiko kanker pada laring
(American Cancer Society, 2014). Koufman melaporkan bahwa 31 pasien
kanker laring, didokumentasikan 84% dijumpai reflux. Berbeda dengan
penelitian kebanyakan, hanya 58% pasien adalah perokok.
1.8 Pathway
Faktor risiko : Faktor lainnya Infeksi virus HPV (tipe 16, 18)
KARSINOMA Penanganan 1
LARING Karsinoma Laring
Metastase proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik oklusi atau penyempitangangguan jalan nafas
pada supraglotik yang akan mengambil suply oksigen, darah celah glotik oleh massa tumor,
dan nutrien dari sel normal penumpukan kotoran
atau sekret maupun
Obstruksi pada pemecahan sumber plika vocal suara oleh fiksasi pita
lumen esofagus energi yang berlebihan tidak berkontraksi suara
Disfagia progresif Berkurangnya intake nutrisi mengganggu gerak maupun dispnea dan
untuk kebutuhan tubuh getaran kedua pita suara stridor
komplikasi supurasi
tumor
pengeluaran bradikinin
dan sitokin
Nyeri Kronis
Penanganan 1
Karsinoma Laring
Supresi sumsum
Klien tidak dapat Rendah diri dan malu tulang Mempengaruhi
mukosa lambung
berkomunikasi terhadap kondisi tubuhnya
dan penderita tidak dapat
secara verbal
Kerusakan/Gangguan bersuara atau berbicara
Produksi Produksi Produksi
Komunikasi Verbal trombosit
WBC RBC
Gangguan Citra Tubuh menurun menurun menurun
PK Leukopenia PK Anemia PK Mempengaruhi pusat mual
Trombositope muntah di hipotalamus
nia
Mempengaruhi
lambung untuk meningkatkan
produksi HCL
Mual
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan
cenderung makin lama makin berat. Pemeriksaan laring dapat dilakukan
dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau atau langsung
dengan menggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi
tumor, penyebaran tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan
patologi anatomik. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain
pemeriksaan laboratorium darah, juga diperlukan pemeriksaan radiologik.
Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan
tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis
kelenjar getah bening leher. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
patologi anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada
pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa (FK UI, 2007).
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan
tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening
leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik
yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
1.10 Komplikasi
Menurut Penelitian Karakteristik Penderita Karsinoma Laring
oleh Ismi dkk, 2013, menyebutkan bahwa komplikasi yang paling sering
terjadi pada penderita kanker laring adalah fitula baik yang faringokutan
maupun orokutan.
1.11 Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan
tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya.
Ada 3 cara penaggulangan yang lazim dilakukan, yakni
pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun kombinasi daripadanya,
tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1dikirim untuk dilakukan
operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih
memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringgektomia totalis ataupun parsial,
tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher
radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT
tindakan yang paling sering dilakukan laringektomia totalis, karena
beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan,
karena teknik sulit untuk menentukan batas tumor (Ferryan, 2011).
Menurut Yossi, 2010 pengobatan pada penderita kanker laring
sangat bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan pilihan
termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan
untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang
berkaitan dengan gigi diatasi, jika mungkin sebelum dilakukan
pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan, tim yang terdiri atas
multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk
mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil, tindakan yang
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
2. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi
pada pasien yang hanyamengalami 1 pita suara yang ssakit dan
normalnya dapat digerakan(bergerak saat fonasi), selain itu pasien ini
masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi
radiasi juga dapat digunakan secara praoperatif untuk mengurangi
ukuran tumor.
3. Operasi : laringektomi
a) Laringektomi parsial (laringofisura-tirotomi)
Dilakukan pada kanker area glottis tahap dini ketika hanya
1 pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai kesembuhan
sangat tinggi. Dalam operasi ini 1 pita suara diangkat dan semua
struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi
parau. Jalan nafas tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
b) Laringektomi supraglotis ( horizontal )
d) Laringektomi total
j. Paru
k. Jantung
2) ekstremitas Bawah
AJCC, Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology Head and
Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2010: 724-736,
747, 755-760.
Ballenger,2011. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head
and neck. 13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger
Ferryan, S .2011. Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan Fisiologi Laring.
Universitas Sumatra Utara
Sheahan P, Ganly I, Evans PHR, Patel SG. Tumors of the larynx. In: Montgomery
PQ, Evans PHR, Gullane PJ, editors. Principles and practice of head and
neck surgery and oncology. Florida: Informa health care;. 2009. p. 257-90.