Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANATOMI FISIOLOGI DAN SISTEM INDOKRIN

DI SUSUN

OLEH:

YUSTINUS DENDO NGARA(2118O25)

PR OGR A M STUD I S1 K EPERA WA TA N

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN

MAKASSAR

2020
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

1. Sebutkan 3 komponen utama dalam sistem endokrin!


Tiga komponen utama sistem endokrin adalah :
a. Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil
sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam
jaringan kelenjar tanpa melewat duktus (saluran). (Syaifuddin, 2011)
b. Hormone adalah bahan ( penghantar kimiawi) yang dihasilkan tubuh oleh
organ yang memiliki efek regulatik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu,
yang disekresi oleh kelenjar endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan
sasaran untuk memengaruhi/ mengubah kegiatan jaringan sasaran.
(Syaifuddin, 2011)
c. Sel reseptor hormone merupakan olekul pengenal spesifik dari sel tempat
hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan
Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen Reseptor hormon
bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler.
(Indah, Mutiara. 2004)

2. Jelaskan perbedaan kelenjar eksokrin dan endokrin!


a. Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam
penyaluran hasil senyawanya. Senyawa yang dihasilkan kelenjar eksokrin
dialirkan melalui saluran (duktus) misalnya : air liur dan kelenjar keringat.
(Karmana, Oman. 2006)
b. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam
penyaluran hasil senyawanya. Senyawa yang dihasilkan kelenjar endokrin
tidak dialirkan melalui suatu saluran, tetapi langsung terdifusi ke dalam darah.
Kelenjar endokrin berhubungan erat dengan kapiler darah sehingga hasil
sekresi kelenjar ini masuk ke pembuluh darah dan mengalir bersama aliran
darah. (Karmana, Oman. 2006)

3. Apakah yang dimaksud dengan hormon?


Hormone adalah bahan ( penghantar kimiawi) yang dihasilkan tubuh oleh organ
yang memiliki efek regulatik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang
disekresi oleh kelenjar endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk
memengaruhi/ mengubah kegiatan jaringan sasaran. (Syaifuddin, 2011)
Pada makhluk hidup, khususnya manusia hormon dihasilkan oleh kelenjar yang
tersebar dalam tubuh. Cara kerja hormon di dalam tubuh tidak dapat diketahui
secara cepat perubahannya, akan tetapi memerlukan waktu yang lama. Tidak
seperti sistem saraf yang cara kerjanya dengan cepat dapat dilihat
perubahannya. Hal ini karena hormon yang dihasilkan akan langsung diedarkan
oleh darah melalui pembuluh darah, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

4. Sebutkan dan jelaskan jenis kelenjar endokrin dalam tubuh manusia,


lokasi, hormon yang dihasilkan, dan fungsinya! (sertakan gambar)
a. Kelenjar pinealis
Kelenjar pienalis atau kelenjar epifise terdapat di dalam ventrikel otak.
Kelenjar ini menonjol dari mesensefalon ke atas dan ke belakang kolikus
superior. Kelenjar ini berukuran kecil dan berwarna merah seperti cemara
(Syaiffudin, H., 2006).

Gambar 1.1 Kelenjar Pineal


Dari segi struktur, kelenjar pienalis dibungkus jaringan ikat piamater. Elemen-
elemen jaringan ikat membentuk septasi dan lobulasi. Komponen seluler
utama dari kelenjar ini adalah astrosit dan pienalisosit (sel epiteloid). Sel-sel
jaringan ikat (sel plasma, fibroblas, sel mast, makrofag) juga sering ditemukan
(Universitas Gadjah Mada., n.d). Fungsi dari kelenjar pienalis ini belum
diketahui secara jelas. Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna yang
berfungsi untuk membantu pankreas serta kelenjar kelamin yang penting
untuk mengatur aktivitas seksual serta reproduksi manusia. Dalam
menjalankan fungsinya, kelenjar pienalis diatur oleh syarat syaraf yang
ditimbulkan cahaya oleh mata. Kelenjar ini menyekresikan melatonin
(Syaiffudin, H., 2006).
 Hormon melatonin : Pada remaja hormon ini dihasilkan lebih banyak bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Melatonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk mengatur irama sirkandian manusia. Hormon ini berperan
untuk mengatur rasa kantuk pada diri seseorang (Syaiffudin, H., 2006).
b. Kelenjar hipofisis/pituitary/master of glands

Gambar 1.2. Kelenjar Hipofisis/Pituitary


Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang terletak di
sela tursika, pada konvavitas berbentuk sadel dari tulang sfenoid (Jayapardi,
I., 2002). Kelenjar hipofisis memiliki ukuran kira-kira 10x13x6 mm serta
memiliki berat sekitar 0,5 sampai 1 gram. Bagian superior dari kelenjar
hipofisis ini terdapat diafragma sella. Diafragma sella merupakan suatu
perluasaan transversal dari duramater. Bagian ini juga merupakan suatu
bagian yang ditembus oleh tungkai hipofisis (Jayapardi, I., 2002). Secara
fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
hipofisis anterior (adenohipofisis) serta hipofisis posterior (neurohipofisis).
Antara hipofisis anterior dan hipofisis posterior, terdapat suatu daerah kecil
yang disebut sebagai pars intermedia.

Gambar 1.4. Kelenjar Hipofisis dan fungsinya

Lobus Anterior/Adenohypophysis : Secara embirologis, hipofisis anterior


merupakan bagian hipofisis yang berasal dari kantong rathke. Kantung
ranthke merupakan suatu invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan
embrio. Hal ini berbeda dengan hipofisis posterior (Guyton, A. C., & Hall, J.
E., 2012).
Gambar 1.3. kelenjar Hipofisis Anterior

Sel yang
No. Menghasilka Hormon Fungsi
n
1. Sel GH (Growth Hormon yang berfungsi
orangeophil Hormone) merangsang pertumbuhan
(alpha tulang, jaringan lemak, serta
acidophil/sel visera penting pada individu yang
somatotrope) masih muda. Selain itu, hormon
ini berfungsi mengatur
metabolisme protein, elektrolit,
karbohidrat dan lemak
2. Sel Hormon Merangsang pertumbuhan
carminophil prolaktin payudara wanita dan
(epsilon (luteotropic memproduksi air susu
acidophil/sel hormone/
mammotrope) LTH).
3. Sel beta thyrotropic Menstimulasi sintesis dan sekresi
basophil (sel hormon/thyroi hormon tiroid (tiroksin dan
thyrotropic) d stimulating triiodotironin)
hormone/TSH
4. Sel FSH (Folicle Menimbulkan pertumbuhan folikel
gonadothropic stimulating di ovarium dan membentuk
tipe 1 hormone) sperma pada testis
5. Sel LH Menstimulasi sintesis testosteron
gonadothropic (Luteinizing di sel Leydig testis, merangsang
tipe 2 Hormone) ovulasi, pembentukan korpus
luteum, dan sintesis estrogen dan
progesteron di ovarium
6. Sel ACTH Menstimulasi sintesis dan sekresi
corticotrophic (Adenocorticot hormon adenokortikal (kortisol,
ropic androgen dan aldosterone).
Hormone).
7. Sel pada pars Melanocyte- Mempengaruhi kondisi kulit,
intermedia stimulating membantu proses pigmentasi
hormone
(MSH).
Sumber: (Pratiwi, H., 2013) (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H.,
2006).
Lobus Posterior/Neurohipophyisis
Hipofisis posterior merupakan bagian hipofisis yang berasal dari evagianasi
atau penonjolan jaringan saraf dari hipotalamus (Syaiffudin, H., 2006).
No. Hormon Fungsi
1. Antidiuretic hormone Meningkatkan reabsorbsi air oleh ginjal
(ADH/vasopressin) dan menimbulkan vasokontriksi serta
meningkatkan tekanan darah
2. Oksitosin Merangsang ejeksi air susu dari
payudara dan merangsang kontraksi
uterus
Sumber: (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).

c. Kelenjar thyroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh. Secara
normal, kelenjar ini memiliki berat 15-20 gram pada manusia dewasa
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah
laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea, serta terdiri dari dua lobus,
yaitu lobus dekstra dan sinistra. Kedua lobus ini saling berhubungan. Masing-
masing lobus memiliki tebal 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm (Syaiffudin,
H., 2006). Secara mikroskopis, struktur kelenjar tiroid ini terdiri dari banyak
folikel-folikel tertutup yang dipenuhi oleh bahan sekretorik yang disebut koloid.
Koloid ini dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid yang berperan mengeluarkan
hormonnya ke bagian folikel. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein
trigobulin besar, yang mengandung hormon tiroid dalam molekul-molekulnya.
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).

Gambar 1.3. Kelenjar Tiroid dan kelenjar Paratiroid

Secara fisiologis, kelenjar tiroid ini berfungsi untuk menyesekresikan dua


hormon utama, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
 Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3). Sekeresi hormon tiroid ini
memerlukan bantuan TSH untuk endosistosis koloid pada mikrovili, enzim
proteolitik untuk memecahkan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dari
trigobulin. Selanjutnya tiroksin (T 4) dan triiodotironin (T3) akan dilepaskan
ke dalam darah. Kedua hormon berfungsi untuk meningkatkan kecepatan
metabolisme tubuh dengan meningkatkan kecepatan reaksi kimia di
sebagian besar sel. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
 Kalsitonin. Selain tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), kelenjar ini juga
menyesekresikan kalsitonin. Hormon kalsitonin merupakan hormon yang
berfungsi untuk menambah deposit kalsium di tulang. Selain itu, hormon
ini berfungsi untuk mengurangi konsentrasi kalsium di cairan ekstrasel
(Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
d. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak di atas selaput yang
membungkus kelenjar tiroid. Kelenjar ini terdiri dari 4 buah. Setiap dua
pasang kelenjar ini terletak pada dibelakang tiap lobus dari kelenjar tiroid.
Setiap kelenjar paratiroid berukuran kira-kira 5x5x3 mm, dengan berat sekitar
25-30 mg (Syaiffudin, H., 2006).

Gambar 1.5. Kelenjar Parathiroid


Sel utama dari kelenjar ini terdiri dari sel prinsipal dan sel oksifil. Sel prinsipal
ada 2 macam, yaitu sel prinsipal terang dan sel prinsipal gelap. Jumlah sel
prinsipal lebih banyak dibanding sel oksifil. Hormone yang dihasilkan oleh
kelenjar paratiroid adalah hormone Paratiroksin.
 Paratiroksin merupakan polipeptida produk sekretorik sel-sel prinsipal
kelenjar paratiroid (Universitas Gadjah Mada., n.d). Hormon ini berfungsi
untuk mengatur konsentrasi ion kalsium serum. Produksi hormon
paratiroksin akan meningkat apabila kadar kalsium dalam plasma
menurun. Hormon ini meningkatkan kadar kalsium dalam darah dengan
meningkatkan absorbsi kalsium pada usus dan ginjal, serta melepaskan
kalsium dari tulang (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012).
e. Kelenjar suprarenalis/adrenal
Kelenjar adrenal merupakan kelenjar berbentuk ceper yang terdapat di bagian
atas ginjal. Kelenjar adrenal berjumlah dua buah, terdapat satu pada masing-
masing ginjal. Kelenjar ini memiliki berat kira-kira 5-9 gram (Syaiffudin, H.,
2006). Kelenjar ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) serta
bagian dalam (medula). Bagian korteks merupakan bagian kelenjar yang
berasal dari sel-sel mesodermal, sedangkan bagian medula merupakan
bagian yang berasal dari sel-sel ectodermal (Universitas Gadjah Mada., n.d).
Perbatasan korteks-medula interdigitasi atau dapat terlihat jelas.

Gambar 1.6. Kelenjar Adrenal


Bagian Kortex
Bagian korteks adrenal merupakan bagian yang tersusun dari sel-sel
sekretorik berbentuk polihedral tersusun dalam bentuk tali-tali, biasanya
setebal 2 sel. Tali-tali tersebut terorientasi secara radial dari daerah medula.
Bagian ini terbagi menjadi beberapa zona, yaitu zona gromerulosa (lapisan
luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis
(lapisan dalam langsung yang mengelilingi medula) (Universitas Gadjah
Mada., n.d).
No. Hormon Fungsi
1. Aldosteron (salah Meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal,
satu jenis hormon sekresi kalium, dan sekresi ion hidrogen
dari golongan
mineralkortikoid)
2. Glukokortikoid (jenis  Meningkatkan glikogenesis dan
hormon yang glukogenesis di dalam sel hati
terutama dilepaskan  Meningkatkan metabolisme protein
adalah kortisol) terutama di otot dan tulang
 Meningkatkan sintesis DNA dan RNA
dalam sel hati
 Menahan ion Na dan ion Cl,
meningkatkan sekresi ion K di dalam
ginjal
 Menurunkan ambang rangsangan
susunan saraf pusat
 Menggiatkan sekresi asam lambung
 Menguatkan efek noreadrenalin
terhadap pembuluh darah dan
merendahkan permeabilitas dinding
pembuluh darah
 Mempunyai efek antiinflamasi.
Hormon ini menstabilkan membran
lisosom, menurunkan sintesis kolagen,
meninggikan degradasi kolagen, dan
menghambat prolifuasi fibroblas.
 Menurunkan daya tahan terhadap
infeksi dan menghambat pembentukan
antibodi
 Menghambat pelepasan histamin dan
reaksi alergi
3. Androgen (terutama Hormon yang terkait dengan
ketosteroid maskulinisasi yang memacu anabolisme
dehidroepialdosteron protein dan merangsang pertumbuhan.
)
4. Estrogen Memacu pertumbuhan dan
perkembangan sistem reproduksi wanita,
payudara wanita dan ciri seksual
sekunder wanita.
Sumber: (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2012) (Syaiffudin, H., 2006).
Gambar 1.6. Kelenjar Adrenal bagian korteks dan medulla

Bagian Medulla
Medula adrenal memiliki beberapa komponen utama medula, yaitu sel
kelenjar, sel ganglion, venula, dan kapiler. Sel kelenjar dari medula adrenal
berukuran besar, berbentuk kolumner atau polihedral, nukleusnya besar dan
vesikuler. Sel kelenjar ini terpolarisasi, satu kutub menghadap venula, kutub
yang lain menghadap kapiler. Sitoplasmanya basofil serta memiliki granula
yang tercat kromafin yang sering disebut adrenokron. Sel-selnya disebut sel
kromafin atau feokrom (Universitas Gadjah Mada., n.d). Kelenjar ini ini
berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang menyekresikan epinefrin dan
norepinefrin sebagai respon terhadap rangsang simpatis. Sel kelenjar dapat
memproduksi efinefrin disamping norefrinefrin yang diubah oleh enzim yang
dirangsang oleh kortisol (Syaiffudin, H., 2006).
No. Hormon Fungsi
1. Norefinefrin Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini
menyebabkan vasokonstriksi sehingga hormon
ini berperan dalam meningkatkan tekanan
darah. Tekanan darah yang meningkat
berperan untuk memperbaiki keadaan syok
yang bukan disebabkan oleh pendarahan.
2. Efinefrin 1. Pada sistem kardiovaskuler, hormon ini
berfungsi untuk memvasodilatasi arteriole
dari otot tulang serta memvasokontriksi
arteriole pada kulit. Pada jantung, efinefrin
berfungsi menambah atau meningkatkan
kontraksi otot jantung, serta memperbesar
curah jantung.
2. Hormon ini juga dapat berdampak
terhadap metabolisme. Terkait dengan
metabolisme tubuh, hormon ini berfungsi
untuk:
 Mestimulasi pemecahan glikogen oleh
hepar dan otot. Aksi iniberfungsi untuk
menaikkan tekanan darah melalui
penambahan AMP (Adenosin monofosfat).
 Menyebabkan efek lipolisis dalam jaringan
lemak. Efek lipolisis menyebabkan
pelepasan amino dan gliserol dalam darah.
Asam lemak sebagai pemicu dalam otot
dan hati untuk proses glukoneogenesis.
 Menghalangi pelepasan insulin dalam
pankreas
 Dalam keadaan darurat, efinefrin digunakan
untuk melepas asam lemak dari jaringan
untuk pembakar dalam otot, meningkatkan
mobilisasi glukosa dengan menambah
glukoneogenolisis serta glukogenesis,
mengurangi uptake glukosa dalam otot,
mengurangi pelepasan insulin, sehingga
glukosa digunakan oleh sistem saraf
sentral.
3. Hormon ini juga berdampak terhadap otot
polos dari vicera. Efinefrin dapat
menyebabkan relaksasi otot polos gaster,
usus, vesica urinaria serta otot polos
bronkus.
Sumber: (Syaiffudin, H., 2006).

f. Kelenjar Thymus
Kelenjar thymus terletak di rongga dada. Kelenjar ini menghasilkan hormone
somatotrof. Adapun fungsi hormone ini adalah untuk :
- Mengatur proses pertumbuhan.
- Kekebalan tubuh/imunitas setelah kelahiran.
- Memacu pertumbuhan dan pematangan sel Limfosit yang menghasilkan
Lymphocyte cell/T Cell

Gambar 1.7. Kelenjar Thymus


g. Kelenjar pancreas/langerhans
Letaknya : di rongga perut
 Hormon Insulin Bersifat antagonis dengan hormon adrenalin.
Hormon ini berfungsi :
 Mengatur kadar glukosa dalam darah.
 Membantu pengubahan glukosa menjadi glikogen dalam hepar
dan otot.
 Hormon Glukagon Hormon ini mempunyai sifat kerja yang sinergis
dengan hormon adrenalin. Hormon ini berfungsi meningkatkan kadar
gula dalam darah dan mengubah glikogen menjadi glukosa dalam
peristiwa glikolisis.
Gambar 1.8. Kelenjar Pankreas

h. Kelenjar kelamin/gonad
Kelenjar kelamin/gonad pada wanita terletak di ovarium di rongga perut dan
pada pria letaknya di testis di rongga perut bawah.
Menghasilkan hormon dan sel kelamin. Macamnya ada 2 sel kelamin :
 Sel Testis
Menghasilkan Hormon Androgen, Ex : Hormon Testosteron, merupakan
satu hormon yang terpenting dalam pembentukan sel spermatozoa.
Fungsi Hormon Testosteron : a. Mengatur ciri kelamin sekunder. b.
Mempertahankan proses spermatogenesis.
Gambar 1.9. Sistem reproduksi pria
 Sel Ovarium

Gambar 2.1. Sel ovarium


Menghasilkan 3 hormon penting dalam seorang wanita :
 Hormon Estrogen, hormon ini berfungsi untuk memperlihatkan ciri-ciri
kelamin sekunder wanita.
 Hormon Progesteron, hormon ini berfungsi mempersiapkan masa
kehamilan dengan menebalkan dinding uterus dan enjaga kelenjar
susu dalam menghasilkan air susu.
 Hormon Relaksin, hormon ini berfungsi untuk membantu proses
persalinan dalam kontraksi otot.

5. Sebutkan tipe-tipe sel pada Pulau Langerhans beserta fungsinya!


Pancreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang
membentuk pulau –pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans berbentuk oval
tersebar diseluruh pancreas. Dalam tbh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau
langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini
menyekresi hormone insulin. Dalam tubuh manusia normal terdapat pulau
langerhans menghasilkan 4 jenis sel yaitu : (Syaifuddin, 2011)
a. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glucagon menjadi factor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif.
b. Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
c. Sel-sel D 5-15% membuat somatotastin
d. Sel-sel F 1 % mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida
6. Jelaskan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar endokrin dalam tubuh
manusia!
Sel-sel neurosekresi hipotalamus mengintegrasikan fungsi-fungsi endokrin dan
fungsi syaraf dengan cara mempengaruhi kelenjar pituitary. Pituitary posterior
merupakan perluasan otak yang menyimpan dan membebaskan dua hormone
(oksitosin dan antidiuretik, ADH) yang diahsilkan oleh sel-sel neurosekresi di
hipotalamus. Oksitosin menginduksi kontrasksi uterus dan pelepasan susu, dan
ADH meningkatkan reabsorpsi air di ginjal. (Campbell, NA., et al, 2004)
Di bawah pengarahan hormone –hormon pembebas dan penghambat yang
dikirimkan oleh pembuluh portal khusus dari hipotalamus, pituitary anterior
menghasilkan suatu kumpulan hormone, yang meliputi hormone perangsang
tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH), hormone perangsang folikel (follicle
stimulating hormone, FSH), hormone luteinisasi (luteinisasi hormone, LH),
hormone pertumbuhan (growth hormone), prolaktin (PRL), hormone
adrenokortikotropik (ACTH), hormone perangsang melanosit (MSH), dan
endorphin. Hormone tropic yang secara kimiawi berhubungan dekat dengan TSH
dan gonadotropin (FSH dan LH) merangsang secara berturut-turut kelenjar tiroid
dan gonad, untuk menghasilkan hormonnya. GH mendorong pertumbuhan
secara langsung dan merangsang produksi faktor pertumbuhan. Prolaktin
merangsang laktasi. ACTH merangsang korteks adrenal. MSH mempengaruhi
pigmentasi kulit. Endorphin, opiate alami otak, menghambat persepsi rasa sakit.
(Campbell, NA., et al, 2004)

7. Sebutkan organ yang menyusun sistem imun!


Organ-organ yang berperan dalam menyusun sistem imun adalah :
 Tonsil : ialah jaringan limpatik yang etrdiri dari kumpulan – kumpulan
limfosit dan fungsinya ualah memproduksi limfosit dan antibody yang
kemudian masuk ke dalam cairan lymph
 Limpa : sebuah kelenjar berwarna terletak sebelah belakang lambung
yang berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah putih , tempat
cadangan sel darah merah , tempat pembongkaran sel darah merah yang
sudah mati, tempat membunuh kuman-kuman penyakit.
 Thymus : suatu jaringan lymphatic yang terletak di rongga dada bagian
atas. Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrhopy setelah dewasa.
Fungsi thymus adalah memproses limposit menjadi limposit T.
 Sumsum tulang : termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limfosit
muda yang akan diproses pada thymus atau temmpat – tempat lainnya
untuk menjadi limfosit T dan limfosit B.

Gambar 2.3. Sel darah putih

Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4


sampai 8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4 sampai 5 hari dalam jaringan yang
membutuhkan. Pada keadaan infeksi berat, masa hidup granulosit kadang lebih
singkat bahkan hanya sampai beberapa jam. Hal ini dikarenakan granulosit
bekerja lebih cepat pada daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan kemudian
masuk dalam proses ketika sel-sel itu sendiri dimusnahkan. (Guyton, A. C., &
Hall, J. E., 2007)
Monosit memiliki masa edar yang singkat yaitu 10 sampai 20 jam dalam
darah. Begitu masuk dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya
besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, dalam bentuk ini, sel-sel monosit
dapat hidup berbulan-bulan kecuali sel tersebut dimusnahkan saat melakukan
fungsi fagositik. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu, bersama dengan aliran
limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit
keluar dari darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis, selanjutnya
memasuki limfe dan kembali ke darah lagi, demikian seterusnya sehingga terjadi
sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit memiliki masa
hidup berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tergantuk pada kebutugan
tubuh akan sel tersebut. (Guyton, A. C., & Hall, J. E., 2007)

DAFTAR PUSTAKA

. Retrieved from Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Indah, Mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon. Fakultas Kedokteran Bagian
Biokimia Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-mutiara2.pdf
. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi50.pdf

Nuraini, T. (n.d.). Fisiologi Sistem Pertahanan Tubuh. Retrieved From Universitas


Indonesia.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/fisiologisistempert
ahanantubuh.pdf
Pratiwi, H. (2013). Sistem Endokrin. Retrieved From Universitas Brawijaya.
http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2013/11/ENDOKRIN.2013.pdf
Syaiffudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi
3). Jakarta: EGC.
Syaiffudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi
2). Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2011). Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan & kebidanan . Ed.4. Jakarta : EGC
Universitas Gadjah Mada. (n.d). Bab V Sistem Hormon. Retrieved from Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai