Anda di halaman 1dari 2

RESUMEGUGATAN

Pada tanggal 31 Agustus 2016 dibuatnya Surat Kuasa kepada para advokat yang berdomisili hukum
pada kantor Yayasan Ciliwung Merdeka yang beralamat di Jalan Kebon Pala II No. 7C Rt. 04/04,
Kampung Melayu Jatinegara , Jakarta Timur. Para penggugat mengajukan gugatan melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN) terhadap Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Administrasi Jakarta Selatan yang berkedudukan di Kantor Walikota Jakarta Selatan , beralamat di
Jalan Prapanca Raya No. 9 Jakarta Selatan.

Gugatan tersebut diberikan pada tanggal 1 September 2016, gugatan diajukan dikarenakan para
penggugat adalah pemilik tanah dan bangunan yang terletak di RW 10, RW 11, dan RW 12,
Kelurahan Bukit Duri, Kec. Tebet Jakarta selatan. Bahwa para penggugat telah dirugikan karena
selama para penggugat bertempat tinggal di Kelurahan Bukit Duri tidak pernah mendapatkan
pemberitahuan atau peringatan atau teguran atau gangguan dari pihak manapun, namun tiba-tiba
tanpa pemberitahuan dan konsultasi dengan para penggugat tanah dan bangunannya dimasukkan
ke dalam Program Normalisasi Sungai Ciliwung dan Pembangunan Jalan Inspeksi berdasarkan
Peraturan Daerah DKI JakartaNo.1 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030.

Bahwa berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan Pelaksanaan Pembangunan Trace Kali Ciliwung
dari Pintu Air Manggarai sampai dengan Kampung Melayu berdasarkan Pergub No. 163/2012 jo.
Kepgub No. 2181/2014 SUDAH DALUARSA ATAU HABIS MASA BERLAKUNYA , Terhitung sejak tanggal
5 Oktober 2015. Dengan demikian seluruh tindakan Tergugat di atas tanah-tanah dan bangunan
milik para Penggugat adalah TINDAKAN YANG TIDAK MEMILIKI DASAR HUKUM (ILLEGAL).

Dalam memperjuangkan hak-hak para penggugat dan warga RW 10, RW 11, dan RW 12 mengajukan
gugatan Perbuatan Melawan Hukum melalui mekanisme Class Action di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, yang telah didaftarkan Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan No.
262/PDT.G/2016/PN.JKT.PST Tanggal 10 Mei 2016.

Para tergugat mengeluarkan objek gugatan secara berturut-turut pada tanggal 30 Agustus 2016 (SP
I), 7 September 2016 (SP II) dan terakhir pada 20 September 2016 (SP III) yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Para penggugat agar segera membongkar sendiri seluruh bangunan yang
terletak di bantaran kali Ciliwung dalam jangka waktu yang ditentukan.

Dengan demikan Tergugat terbukti telah melanggar kepentingan para penggugat karena Tergugat
tidak menghormati proses hukum (prinsip due process of law) dalam hal ini dengan menerbitkan
Objek Gugatan terhadap Para Penggugat sehingga Para Penggugat merasa dirugikan
kepentingannya.

Bahwa tergugat dalam menerbitkan Objek Gugatan bermaksud untuk menghindari kewajibannya
memberikan ganti rugi yang layak atas digunakannya tanah dan bangunan milik Para Penggugat
untuk menghindari kewajibannya memberikan ganti rugi yang layak atas digunakannya tanah dan
bangunan milik para penggugat untuk program pembangunan Normalisasi Ciliwung bahwa tindakan
Tergugat tersebut telah melanggar UU HAM Pasal 37 (1) jo UU Administrasi Pemerintahan Pasal 5
huruf (b) dan objek gugatan bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik
menurut pasal 1 angka 6 UU No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari KKN.

Dalam pengajuan gugatan tersebut maka Tergugat untuk tidak melanjutkan rencana penerbitan
Surat Perintah Bongkar Paksa untuk Wilayah Bukit Duri Kec. Tebet Jakarta Selatan dan untuk tidak
melakukan kegiatan apapun yang terkait dengan proses Pembangunan Trace Kali Ciliwung dari Pintu
Air Manggarai sampai dengan Kampung Melayu yang telah daluarsa pada Tanggal 5 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai