“Blok Natuna Di Pusaran Konflik Laut China Selatan; Sebuah Studi Hukum Laut
Internasional”
Disusun Oleh:
Irawan Puspito NIM: 173112330040136
Jamilah NIM: 173112330040105
Muhammad Soleh NIM: 173112330040
Muhammad Zidan NIM: 173112330040
Epriansyah NIM: 173112330040
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa tim penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan tim penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman tim penulis, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu tim penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
5 Deutsche Welle, Mahkamah Arbitrase Den Haag Tolak Klaim Cina di Laut Cina Selatan, diakses dari
http://www.dw.com/id/mahkamah-arbitrase-den-haag-tolak-klaim-cina-di-laut-cina-selatan/a- 19395025 pada
tanggal 25 April 2019
6 Republika, Cina Protes Nama Laut Natuna Utara, Jokowi Takkan Gentar, diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/09/04/ovr5j1330-cina-protes-nama-laut-natuna-
utara-jokowi-takkan-gentar. Pada tanggal 25 April 2019
menangkap ikan atau mengeksplorasi gas dan minyak), di sekitar pulau dalam radius 200
mil laut.
Aaron L. Connelly dari Lowy Institute for International Policy dalam tulisannya
seperti yang dilansir oleh tirto.id Indonesia di Laut Cina Selatan: Berjalan Sendiri7,
mengungkapkan bahwa strategi Jokowi tersebut sesungguhnya dapat melemahkan
negara-negara ASEAN di hadapan Cina. Hal ini akan membuat negara ASEAN akan sulit
mencapai kesatuan dalam menyikapi sengketa Laut Cina Selatan serta tak memiliki
kekuatan penuh untuk menghadap konfrontasi Cina di Laut Cina Selatan, yang memang
cukup berbeda dengan era kepemimpinan Presiden SBY, yang mana Indonesia kerap
menjadi “motor” bagi negara ASEAN konflik di kawasan.
Pendekatan yang dilakukan Jokowi tersebut mungkin akan memberi keamanan
dan kestabilan di wilayah Kepulauan Natuna dan menunjukkan kedaulatan Indonesia di
wilayah tersebut. Namun, menurut Aaron, tanpa adanya kesatuan yang kuat dari anggota
ASEAN, kekuatan besar seperti Amerika Serikat akan merasa terdorong untuk hadir dan
menjalankan peran sebagai “pemimpin” bagi ASEAN guna menghadang tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh Cina di Laut Cina Selatan.
Padahal hadirnya kekuatan besar di wilayah Asia Tenggara itu akan memengaruhi
kestabilan kawasan yang secara tak langsung sesungguhnya juga akan berpengaruh di
Kepulauan Natuna sebagai wilayah Indonesia. Namun, terlepas dari kekhawatiran itu,
pemberian nama Laut Utara Natuna sebagai pesan yang kuat dari Indonesia kepada Cina
agar tak sembarangan soal batas wilayah menyusul berbagai insiden yang pernah terjadi.
7 https://tirto.id/pesan-untuk-cina-dengan-pemberian-nama-laut-natuna-utara-csSL diakses
pada tanggal 25 April 2019
BAB III
PENUTUP
Indonesia sebagai kepulauan dan memiliki batas yang panjang dan terbuka dari mana-
mana, menyimpan potensi kerawanan karena sulitnya pengawasan terhadap wilayah
perbatasan dan pulau-pulau terluar terutama yang berbatasan langsung dengan Negara
tetangga, baik daratan, lautan, maupun udara. Masalah status wilayah dan ketidakjelasan
batas-batas Negara sering menjadi sumber persengketaan di antara Negaranegara yang
berbatasan atau berdekatan.
Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan
batas-batas Landas Kontinen di antara Negara-negara bertetangga sehingga menimbulkan
wilayah “tumpang tindih” yang dapat menimbulkan persengketaan. Kepulauan Natuna terdiri
dari tujuh pulau dengan Ibu Kota di Ranai. Pada tahun 1957, kepulauan Natuna awalnya
masuk dalam wilayah Kerajaan Pattani dan Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada abad ke
19, kepulauan Natuna akhirnya masuk ke dalam penguasaan Kesultanan Riau dan menjadi
wilayah dari Kesultanan Riau, dimana kepulauan Natuna berada di jalur strategis dari
pelayaran internasional. Setelah Indonesia merdeka, Delegasi dari Riau ikut menyerahkan
kedaulatan pada Republik Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956,
pemerintah Indonesia resmi mendaftarkan kepulauan Natuna sebagai wilayah kedaulatannya
ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kepulauan Natuna yang memiliki luas sekitar 141.901 Km² ini disebut-sebut memiliki
kekayaan alam yang melimpah. Disebutkan cadangan gas alam di kepulauan ini terbesar di
asia Pasifik, bahkan terbesar di dunia, sehingga tidak mengherankan jika banyak Negara-
negara yang sangat tergiur untuk dapat memiliki Kepulauan Natuna tersebut. Di bidang
perikanan, Kepulauan Natuna yang terletak dalam perairan Laut China Selatan, merupakan
salah satu jenis ikan serta sumber-sumber kekayaan mineral yang potensial.
Cadangan minyak di Laut China Selatan diperkirakan sebesar 7,5 Barel dan saat ini
produksi minyak bumio mencapai 1,3 Juta Barel/hari. Wilayah Laut China Selatan memiliki
peran dan arti geopolitik yang sangat besar karena menjadi titik temu Negara China dengan
Negara tetanggatetangganya, terutama yang berada dalam wilayah ASEAN dan meliputi
masalah territorial, pertahanan serta keamanan.
Penaman Laut Natuna Utara merupakan hak bagi Indonesia untuk memperkuat
kedaulatan suatu negara. Meskipun demikian, langkah yang ditempuh oleh Presiden Jokowi
tampaknya terlalu berfokus pada penguatan kedaulatan domestik. Padahal kesetabilan
kawasan sangat diperlukan, agar posisi Indonesia dalam kawasan ASEAN disegani. Oleh
karena melibatkan ASEAN sebagai kekuatan besar. Agar kekuatan lain selain China mampu
tidak mudah masuk, seperti halnya Amerika Serikat. Sebab negara adidaya ini memang
sangat ahli dalam memanfaat celah yang terjadi. Hal ini jangan sampai diibaratkan keluar dari
mulut buaya masuk pula kedalam mulut singa.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal/Makalah
Adityo, Arifianto. 2018. Politik Indonesia Dalam Konflik Laut Cina Selatan Blok Natuna.
Proseding Konfrensi Nasional APPPTMA; Jakarta.
Noviryani, Mely. Makalah. Natuna dan Transformasi Eksternal Regional Security
Supercomplexes Laut China Selatan
Tampi, Buutje. 2017. Konflik Kepulauan Natuna Antara Indonesia Dengan China (Suatu
Kajian Yuridis). Jurnal Hukum Unstrat, Volume 23.
Dokumen
Badan Pusat Statistik. Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2017.
Situs Internet
1. http://ejournal.unisri.ac.id, diakses pada tanggal 25 April 2019
2. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/mengenal-rumah-bersejarah-di-
natuna/ diakses pada tanggal 25 April 2019
3. https://kkp.go.id/SKPT/Natuna/page/1181-skpt-natuna diakses pada tanggal 25 April
2019