Anda di halaman 1dari 5

Nama : Safira Anggraini

NIM : 1111190211
Kelas : 4A
Mata Kuliah : Hukum Laut Internasional
Kuis HLI Pertemuan 5
KASUS LAUT CINA SELATAN

Kedaulatan merupakan kekuasaan mutlak atau kekuasaan tertinggi terhadap suatu


pemerintahan, sehingga mempunyai hak atau wewenang atas suatu wilayah. Merupakan unsur
terpenting untuk diakui keberadaannya dalam system internasional. Negara berdaulat (sovereign)
karena negara memiliki kedaulatan yang merupakan ciri atau syarat sebuah negara, negara
dikatakan berdaulat bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi atas wilayah. Dalam sejarah,
laut memiliki berbagai macam fungsi, antara lain sebagai:
1. Sumber makanan bagi umat manusia
2. Sebagai jalur perdagangan
3. Sarana penaklukan
4. Tempat pertempuran-pertempuran
5. Alat pemisah atau pemersatu bangsa
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka fungsi laut telah bertambah.
Perkembangan yang kini sedang terjadi di bidang hukum laut internasional merupakan lanjutan
dari suatu proses perubahan yang telah dimulai sejak akhir Perang Dunia ke-II. Ada tiga sebab
yang mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam hukum laut internasional yang mengatur
tata hukum laut internasional yang dasar-dasarnya diawali oleh Hugo Grotius dan ahli hukum masa
lalu.
Pertama, makin tambah bergantungnya penduduk dunia yang makin bertambah jumlahnya,
laut dan Samudera sebagai sumber kekayaan alam baik hayati maupun mineral termasuk minyak
dan gas bumi. Kedua, kemajuan teknologi yang memungkinkan penggalian sumber kekayaan alam
di laut yang tadinya belum terjangkau manusia. Dan ketiga, perubahan peta politik sebagai akibat
bangsa-bangsa merdeka yang menginginkan perubahan dalam tata hukum laut internasional yang
dianggapnya terlalu menguntungkan negara-negara maritime yang maju.
Kawasan Laut China Selatan meliputi perairan dan daratan dari gugusan kepulauan dua
pulau besar, yakni Spratly dan Paracels, serta bantaran Sungai Macclesfield dan Karang
Scarborough yang terbentang luas dari negara Singapura yang dimulai dari Selat Malaka sampai
ke Selat Taiwan.1 Karena bentangan wilayah yang luas ini, dan sejarah penguasaan silih berganti
oleh penguasa tradisional negara-negara terdekat, dewasa ini, beberapa negara, seperti Republik
Rakyat China (RRC), Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam, terlibat dalam upaya
konfrontatif saling klaim, atas sebagian ataupun seluruh wilayah perairan tersebut. Indonesia, yang
bukan negara pengklaim, menjadi terlibat setelah klaim mutlak China atas perairan Laut China
Selatan muncul pada tahun 2012.2 Potensi kekayaan Laut China Selatan yang semakin dapat
dieksplorasi belakangan ini mengungkapkan kepada dunia bahwa Paracel dan Spratly
kemungkinan memiliki cadangan besar Sumber Daya Alam (SDA), terutama mineral, minyak
bumi dan gas alam. Pemerintah RRC sendiri sangat optimistik dengan potensi SDA yang ada di
sana melalui riset-riset yang terus dilaksanakannya.

Paracel island di Laut Cina Selatan kini menjadi perebutan antar banyak negara seperti
halnya Vietnam dan China yang saling mengklaim wilayah ini. Paracel Island tidak memiliki
penduduk asli, disana hanya terdapat garnisun militer China yang berjumlah 1.400 orang. Dalam
sejarahnya, salah satu pakar laut cina selatan Tran Duc Anh Son asal Vietnam menyebutkan bahwa
paracel island ini merupakan peninggalan dinasti Nguyen, pemimpin Kawasan yang sekarang jadi
Vietnam modern. Diperkirakan pada abad ke-17, dinasti Nguyen mengirim armada nelayan untuk
memanen sarang burung dan makanan laut untuk dikirimkan atau diserahkan ke bangsawan. Tidak
ada kepastian yuridis yang mengatakan Paracel Island milik siapa. Ada para ahli yang mengatakan
kepemilikan kuat kepulauan Paracel yang dilihat dari sejarahnnya adalah Vietnam, ada pula yang
menyebutkan China. Namun China telah menguasai Paracel Island ini selama 45 tahun.

Filipina turut mengklaim berdasarkan kedekatan geografis, yang memang Spartly island
lebih deket secara geografis ke Filipina. Malaysia dan Brunei turut mengklaim Kawasan di Laut
China yang menurut kedua negara itu masuk dalam zone ekslusif ekonomi, seperti yang ditetapkan
dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982. Alasan historis dijadikan dasar oleh

1
Martin Sieff,”Sengketa Nama Laut China Selatan atas Kepulauan Spratly dan Paracel Ungkap Konflik yang Lebih
Dalam,” Asia Pacific Defense Forum, 13 September 2012, diakses pada 26 Pebruari 2013.

2
Fransisco Rosarian dan Aseanty Pahlevi.”Diklaim China, Natuna Dikawal TNI,” Koran Tempo, 30 Januari 2013: A7.
negara-negara dalam mengklaim Laut China Selatan, tiap negara mengklaim dengan alasan sejarah
nya masing-masing sehingga terjadi tumpang tindih dalam mengklaim Laut China Selatan. Dan
klaim yang tumpang tindih ini mengakibatkan konflik di Laut China Selatan.

Indonesia juga beberapa kali terlibat kasus dengan Cina yang diawali dengan masuknya
kapal ikan ilegal asal China yang masuk ke Perairan Natuna. Natuna merupakan wilayah terluar
Indonesia, secara geografis Natuna lebih dekat dengan Malaysia bahkan diapit dua wilayah
Malaysia yaitu Semenanjung Malaya dan Sarawa. Natuna menjadi lokasi latihan militer TNI
secara politis ini adalah ketegasan Indonesia atas kedaulatan wilayah Natuna. Natuna merupakan
kabupaten yang berada di provinsi Kepulauan Riau, wilayah natuna berupa kepulauan yang
menyimpan kekayaan alam melimpah berupa gas alam dan minyak bumi , ini menjadikan Natuna
sebagai cadangan gas alam terbesar di asia pasifik. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan Natuna memang jadi
rebutan banyak negara karena potensi sumber daya laut yang menggiurkan.

Secara historis pada abad ke-19 Natuna merupakan bagian dari Kesultanan Riau artinya
Indonesia memiliki dasar historis atas kepemilikan. Setelah Indonesia merdeka selurus bekas
jajahan Belanda menjadi wilayah Indonesia, hal ini telah disepakati dengan Malaysia yang
mendapatkan wilayah bekas jajahan Inggris. Jadi tidak ada sengketa dengan Malaysia walaupun
banyak pulau-pulau yang berdekatan dan bahkan tumpeng tindih. Secara geografis landas
continental Indonesia banyak bersinggungan dengan negata tetangga seperti Malaysia, Vietnam,
Filipina maka untuk menentukan batas kontinen dilakukan perundingan dengan melihan fakta
geologis, jika ada perselisihan dan tidak ada kesepakatan, maka batas landasan continental ditarik
jarak yang sama dari garis pantai masing-masing. ZEE sdalah di luar batas territorial dimana
pemiliknya berhak mengeksplorasi sumber daya alam dan pemanfaatan secara ekonomis. Negara
lain berhak melintasi secara bebas baik melakukan pelayaran mauapun terbang diatasnya. Bahkan
memasang kabel atau pipa bawah laut diperbolehkan, namun tidak diperbolehkan mengambil
kekayaan tersebut, hal ini berdasarkan pasal 57 UNCLOS. Batas ZEE tidak melebihi 200 mil dari
garis pantai. Di laut natuna ZEE bersinggungan dengan ZEE Vietnam yang artinya saling tumpang
tindih. Indonesia dan Vietnam melakukan perundingan terkait hal ini dan belum ada kesepakatan.

Pada tahun 2019 kapal penjaga Cina didapati sedang menjaga kapal-kapal nelayan Cina di
ZEE Laut Natuna Indonesia, artinya kapal-kapal cina telah melakukan eksploitasi sumber daya
alam di ZEE Indonesia yang seharusnya hanya Indonesia yang berhak dan boleh melakukan
eksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut. Cina melakukan itu karena telah mengklaim
seluruh Laut Cina Selatan sebagai laut teritori Cina, klaim itu didasarkan pada apa yang mereka
sebut dengan The Nine-dashed line, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyatakan
pemerintah Republik Rakyat China tak pernah menjelaskan apapun soal nine-dashed line, yakni
garis imajiner yang digunakan China untuk mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan
yang menjadi sengketa sejumlah negara di Asia. Nine-dashed line Tiongkok tiba-tiba masuk
merusuk ke wilayah ZEE (zona ekonomi eksklusif) Indonesia. Di sini mulai muncul persoalan
antara Indonesia dengan China.3

The Nine-dashed line atau 9 garis putus-putus sebagai garis batas klaim teritori China atau
Sebagian besar atau lebih tepatnya seluruh Laut China Selatan, China telah mendaftarkan peta
dengan 9 garis putus-putus ini ke PBB tahun 2009 dan langsung disambut protes oleh Indonesia,
Malaysia, Vietnam, Filiphin, dan Bruney. Dasar dari klaim cina ini adalah karena China telah
mengklaim Spartly Island yang berada di utara pulau Kalimantan sebagai teritori China. Klaim
China atas Spartly Island ini juga tidak diakui secara Internasional, seperti Malaysia dan Vietnam
juga mengklaim sebagian pulau-pulau yang ada di Spartly Island, namun China mengklaim
seluruhnya. Hal itu juga yang menyebabkan China mengklaim Natuna sebagai wilayahnya karena
salah satu pulau karang di Spartly Island dekat dengan Natuna. Klaim China ini terbilang mengada-
ada Indonesia mempertahankan zona ekonomi eksklusifnya sesuai hukum internasional. Hukum
laut membenarkan Indonesia membuat zona ekonomi eksklusif. Indonesia punya kedaulatan atas
kekayaan alamnya. Tidak pernah ada kesepakatan soal traditional fishing ground dengan China.

Menurut opini saya sudah banyak upaya-upaya negara yang merasa di rugikan oleh China
atas klaim kepemilikan Laut Cina Selatan ini, seperti halnya Filipina menentang klaim China atas
sebagian besar Laut China Selatan, dan membawa kasusnya ke arbitrase internasional di bawah
UNCLOS.

Pada tahun 2016, ia memenangkan kasus ini. Pengadilan Internasional di Den Haag
memutuskan China tidak memiliki dasar hukum untuk mengklaim hak bersejarah atas Laut China

3
Raja Eben Lumbanrau, Anggi Kusumadewi, 'Nine-Dashed Line China ke Natuna Bak Muncul dari Langit',
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160623113553-20-140352/nine-dashed-line-china-ke-natuna-bak-
muncul-dari-langit, Selasa 13 April 2021, 14:18.
Selatan, dan bahwa itu telah melanggar hak kedaulatan Filipina. Namun, China, yang tidak ikut
serta dalam proses pengadilan itu, menyebut putusan itu “tidak berdasar” dan bersikeras bahwa
China tidak terikat oleh putusan itu. China lebih lanjut mengatakan bahwa perselisihan ini harus
diselesaikan melalui negosiasi bilateral.

Pada tahun 1971, ASEAN sudah berhasil melembagakan Asia Tenggara sebagai wilayah
keamanan, para Menteri Luar Negeri menandatangani Declaration on the Zone of Peace, Freedom
and Neutrality (ZOPFAN). Deklarasi ZOPFAN itu merupakan pengejawantahan dan sikap
ASEAN yang tidak mau terlibat terlalu jauh dengan negara besar. ASEAN mengusahakan
pengakuan dan penghormatan Asia Tenggara sebagai zona damai, bebas, dan netral oleh kekuatan
luar seraya memperluas kerja sama antara mereka sendiri sebagai prasyarat bagi memperkoh
kekuatan, kesetiakawanan dan keakraban mereka.4 Selain melakukan lawatan di Kawasan
ASEAN, pada pertemuan dengan Menterii Luar Negeri Tiongkok kedua negara tersebut sepakat
untuk meningkatkan stabilitas di Kawasan Laut Cina Selatan. Serta focus pada penyusunan
deklarasi tata berperilaku menuju kode tata perilaku.

Pada tahun 2011 ASEAN menerapkan kode etik konflik Laut Cina Selatan, hal ini
berupaya membuat aturan larangan berkonflik khususnya bagi negara yang memiliki kepentingan
di Laut Cina Selatan. Kesimpulannya upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik di Laut Cina
selatan telah dilakukan dengan cara perundingan damai berdasarkan peraturan hukum
internasional. China sampai kapanpun akan mempertahankan sikap mereka, walaupun UNCLOS
sebagai pedoman utama dalam Hukum Laut Internasional, bagi China UNCLOS bukan sesuatu
yang harus China ikuti, sebab hukum internasional tersebut layaknya hukum rimba. Sekalipun
China diancam oleh negara terkuat seperti Amerika, mungkin China tetap pada penderiannya.
Sebab China merasa negaranya telah siap dalam segi Militer dan Ekonomi.

4
C.P.F Luhulima, 1997, ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS, Jakarta, hlm.53

Anda mungkin juga menyukai