OLEH
DHIRA AYU P
151.0009
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017-2018
BAB 1
LATAR BELAKANG
Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan
yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh,
kulit merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia.
B. Etiologi
Faktor endogen yang berperan, meliputi faktor genetik,
hipersensitivitas akibat peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E
total dan spesifik, kondisi kulit yang relatif kering (disfungsi sawar
kulit), dan gangguan psikis. Faktor eksogen pada DA, antara lain
adalah trauma fisik-kimia-panas, bahan iritan, allergen debu,
tungau debu rumah, makanan (susu sapi, telur), infeksi mikroba,
perubahan iklim (peningkatan suhu dan kelembaban), serta hygiene
lingkungan. Faktor endogen lebih berperan sebagai faktor
predisposisi sedangkan faktor eksogen cenderung menjadi faktor
pencetus (Boediardja, 2006).
1. Faktor Endogen
a) Sawar Kulit
Penderita DA pada umumnya memiliki kulit yang
relatif kering baik di daerah lesi maupun non lesi,
dengan mekanisme yang kompleks dan terkait erat
dengan kerusakan sawar kulit. Kelainan fungsi
sawar kulit mengakibatkan peningkatan
transepidermal water loss (TEWL) 2-5 kali normal,
kulit akan makin kering dan merupakan port d’entry
untuk terjadinya penetrasi allergen, iritasi, bakteri
dan virus.
b) Genetik
Pendapat tentang faktor genetik diperkuat dengan
bukti, yaitu terdapat DA dalam keluarga. Jumlah
penderita DA di keluarga meningkat 50% apabila
salah satu orangtuanya DA, 75% bila kedua
orangtuanya menderita DA.
c) Hipersensitivitas
Berbagai hasil penelitian terdahulu membuktikan
adanya peningkatan kadar IgE dalam serum dan IgE
di permukaan sel Langerhans epidermis. Data
statistik menunjukkan peningkatan IgE pada 85%
pasien DA dan proliferasi sel mast.
2. Faktor Eksogen
a) Iritan
Kulit penderita DA ternyata lebih rentan terhadap
bahan iritan, antara lain sabun alkalis, bahan kimia
yang terkandung pada berbagai obat gosok untuk
bayi dan anak, sinar matahari, dan pakaian wol
(Boediardja, 2006).
b) Alergen
Alergen hirup, yaitu debu rumah dan tungau debu
rumah. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
kadar IgE RAST (IgE spesifik) (Boediardja, 2006).
Infeksi: Infeksi Staphylococcus aureus ditemukan
pada > 90% lesi DA dan hanya pada 5% populasi
normal.
c) Lingkungan
Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh
pada kekambuhan DA, misalnya asap rokok, polusi
udara (nitrogen dioksida, sufur dioksida), walaupun
secara pasti belum terbukti. Suhu yang panas,
kelembaban, dan keringat yang banyak akan
memicu rasa gatal dan kekambuhan DA
(Boediardja, 2006).
C. Patofisiologi
Fungsi sawar epidermis terletak pada stratum korneum sebagai
lapisan kulit terluar. Stratum korneum berfungsi mengatur
permeabilitas kulit dan mempertahankan kelembaban kulit,
melindungi kulit dari mikroorganisme dan radiasi ultraviolet,
menghantarkan rangsang mekanik dan sensorik. Lapisan ini
terbentuk dari korneosit yang dikelilingi lipid, yang terdiri dari
ceramide, kolesterol, dan asam lemak bebas. Ceramide berikatan
kovalen dengan selubung korneosit membentuk sawar yang
menghalangi hilangnya air dari lapisan kulit. Hidrasi korneosit juga
dipengaruhi oleh produksi natural moisturizing factor (NMF) yang
berasal dari pemecahan filagrin dalam korneosit menjadi asam
amino.
D. Manifestasi Klinis
1. Pruritus
2. Adanya ruam
3. Eritema
4. Kulit merah, bersisik, tebal dan kasar
5. Adanya eksim
6. Nyeri
7. Hiperpigmentasi
1. Akut
Erosi dengan eksudat serosa atau ruam papular yang
sangat gatal dan vesikel pada eritematosa.
2. Subakut
Lesi ditandai dengan skala atau plakat diatas kulit
eritematosa
3. Kronis
Lesi dikenali oleh kehadiran likenifikasi dan perubahan
pigmen dengan ekskoriasi papula dan nodul.
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan
1. Non-farmakologi
a) Hindari iritan atau alergen
b) Hindari garukan agar tidak terjadi trauma lain pada
kulit
c) Kompres dingin untuk menghindari peradangan
2. Farmakologi
a) Pemberian anti histamin untuk mengontrol rasa
gatal
b) Steroid topikal dosis rendah untuk mengurangi
peradangan dan memungkinkan penyembuhan
c) Krim emollient
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
- Kesadaran klien
- Tanda tanda vital
2) B1 (Breathing)
3) B2 (Blood)
4) B3 (Brain)
5) B4 (Bladder)
6) B5 (Bowel)
7) B6 (Bone)
8) Keadaan lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta
bagian distal terutama mengenai status
neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan).
Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
Inspeksi (Look)
- Cicatriks (jaringan parut baik yang alami
maupun buatan seperti bekas operasi).
- Cape au lait spot (birth mark).
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide)
atau hyperpigmentasi.
- Benjolan, pembengkakan, atau cekungan
dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas
(deformitas)
Palpasi (Feel)
- Perubahan suhu disekitar trauma (hangat)
dan kelembaban kulit. Capillary refill time
Normal 3 – 5”
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat
fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat
letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau
distal).
Pergerakan (Move)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian
diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan
dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit b/d terpapar alergen
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d agens injuri
c. Resiko infeksi b/d peningkatan paparan lingkungan
C. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit b/d terpapar alergen
Kriteria hasil: Keluarga klien menunjukkan pemahaman
dalm proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera ulang.
1) Kaji karakteristik luka pada kulit
2) Berikan posisi terhindar dari tekanan
3) Ajarkan pada keluarga klien cara distraksi untuk
tidak menggaruk kulit
4) Kolaborasi pemberian obat topikal sesuai indikasi.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang
hari, tetapi umumnya pada malam hari akibatnya penderita akan menggaruk
sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul, likenifikasi,
eritema, ekskoriasi, eksudasi dan krusta (Anglingsari, 2000).
1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25618/Chapter
%20II.pdf?sequence=4
2. Hidayat, A.A. Uliyah, M. (2012) Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. EGC.
Jakarta
3. Brahmana, A.R. (2012) Gambaran Dermatitis Atopik. Medan.
4. Danusantoso, Halim. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Kulit Ed. 2. Jakarta :
EGC.
5. Herdman, T. Heather.(2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012 – 2014. Alih Bahasa : Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Jakarta.
EGC.
6. Corwin, E (2012) Buku Saku Patofisiologis EGC. Jakarta.
7. Tamsuri, A (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Integumen. EGC. Jakarta.
8. https://www.academia.edu/11892806/Askep_Dermatitis_Atopik
9. http://eprints.ung.ac.id/5064/5/2013-1-14201-841409025-bab2-
27072013055025.pdf
10.http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/129/1/ISTINGADAH%20NIM.
%20A31500852..pdf