7 Februari 2020
8 Menit 28 Detik
FacebookTwitterWhatsAppA+ A-
Oleh Lian Yan, Amerika Serikat
Dalam sebuah pertemuan aku berbicara mengenai keadaanku. Saudari Jing Yan
berkata kepadaku dengan penuh perhatian: "Saudariku, aku bisa membayangkan
betapa tertekan rasanya sebagai seorang ibu melihat anaknya menderita, tetapi kita
adalah orang beriman. Kita harus percaya bahwa segalanya ada di dalam tangan
Tuhan; kita harus mengakui kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa. Tanpa seizin Tuhan,
bagaimanapun Iblis mengamuk, dia tidak bisa melakukan apa pun pada kita. Marilah
kita baca satu kutipan dari firman Tuhan!"
Aku membaca, "Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di
gunung, burung-burung yang terbang di udara, ikan di laut, dan belatung di
tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk
umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya.
Terlepas dari seberapa buruk sifatnya, dan seberapa jahat substansinya, satu-
satunya hal yang dapat dilakukan olehnya adalah mematuhi fungsinya secara
saksama, yaitu melayani Tuhan, dan memberikan tandingan kepada Tuhan. Itulah
esensi dan posisi Iblis. Hakikatnya tidak terhubung dengan kehidupan, tidak
terhubung dengan kuasa, tidak terhubung dengan otoritas; itu hanyalah mainan
di tangan Tuhan, hanya sebuah mesin yang melayani Tuhan!".
Saudari Jing Yan berkata dalam persekutuan: "Kita bisa melihat otoritas dan kuasa
Tuhan Yang Mahakuasa dari firman-Nya. Kita juga bisa melihat ketidakmampuan,
kekejian, dan kejahatan Iblis. Seperti yang kita lihat, Iblis bisa mencelakai kita,
membuat kita jatuh sakit dan mengalami kemalangan; dia mampu membuat kita
menderita dan menjadi tidak nyaman, dan seolah mampu melakukan hal-hal yang tidak
bisa dilakukan manusia. Tetapi di mata Tuhan, dia tidaklah lebih baik dari belatung di
tanah; dia hanyalah obyek pelayanan, suatu kontras. Yang bisa dia lakukan hanyalah
mengganggu dan menyela pekerjaan Tuhan, tetapi dia sama sekali tidak memiliki
kemampuan. Tanpa seizin Tuhan, dia tidak akan berani melakukan apa pun kepada
kita. Seperti cobaan yang Ayub jalani yang tertulis dalam Alkitab—meskipun Iblis benci
jika Ayub takut kepada Tuhan dan menghindari kejahatan dan dia sudah gatal untuk
membuat Ayub mati sehingga Tuhan tidak mendapatkan kemuliaan, tetapi tanpa seizin
Tuhan, bagaimanapun kejamnya Iblis, dia tidak berani menyakiti sehelai rambut pun di
kepala Ayub. Ini sudah ditentukan oleh otoritas Tuhan. Anak ini juga berada dalam
tangan Tuhan, sehingga jika Tuhan tidak memperbolehkannya, Iblis tidak akan berani
menyakitinya. Inilah sebabnya mengapa kita harus memiliki iman kepada Tuhan ketika
dihadapkan dengan situasi seperti ini!"
Saudari Jing Yan berkata dalam persekutuan: "Firman Tuhan telah menyingkapkan
gagasan dan motif yang tidak benar dalam iman kita. Kita berpikir bahwa, karena kita
percaya kepada Tuhan, Dia akan melindungi kita dan hal-hal buruk tidak akan terjadi di
rumah; kita dan orang terkasih kita tidak perlu menghadapi penyakit. Ketika segala hal
seperti demikian kita memiliki gairah dalam iman kita, sebaliknya, kita hidup dalam
kenegatifan dan menyalahkan Tuhan. Meskipun sesekali kita berdoa kepada Tuhan,
merenungkan kerusakan kita sendiri, dan berpaling kepada Tuhan dan menyerahkan
kepada-Nya segala kemalangan itu, dalam hati kita, kita terus berharap bahwa Tuhan
akan memenuhi persyaratan kita, menganugerahkan damai sejahtera dan berkat
kepada kita. Jika Tuhan tidak melakukan apa yang kita inginkan, kita menyalahkan Dia
dan jika itu menjadi sangat serius, kita mungkin bahkan meninggalkan-Nya. Ini
menunjukkan kita bahwa dalam iman kita, kita hanyalah melakukan tawar-menawar
dengan Tuhan; yakni untuk mendapat kasih karunia dan damai sejahtera. Ini terlalu
tercemar. Tuhan adalah Tuhan atas ciptaan dan kita adalah makhluk ciptaan. Apakah
Dia akan menganugerahkan damai sejahtera dan berkat kepada kita atau tidak, adalah
suatu prinsip surga dan bumi yang tak terubahkan bahwa kita harus percaya kepada
Tuhan dan menyembah-Nya. Ini adalah tugas wajib kita. Jadi mengapa kita
menyalahkan Tuhan ketika kita menemui sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan
kita? Iblis adalah sumber utama kerusakan manusia; dia selalu menyakiti dan menyiksa
manusia, dan seluruh penderitaan kita datang darinya. Sebelum kita percaya kepada
Tuhan, bukankah kita sering kali disakiti oleh Iblis, menghadapi berbagai macam
penyakit? Mengapa kita tidak membenci Iblis? Bukankah itu benar-benar kekurangan
hati nurani dan akal? Coba pikirkan—tanpa iman, ketika seorang anak jatuh sakit kita
hanya bisa panik. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan kita akan menderita
lebih lagi. Tetapi karena kita percaya kepada Tuhan, kita memiliki sesuatu untuk
bersandar. Kita bisa bergantung kepada iman kita untuk membawa kita melalui situasi
ini, dan dari sini kita bisa memahami kebenaran dan menyadari esensi jahat Iblis yang
menyakiti umat manusia. Kita bisa mendapatkan lebih banyak lagi pengertian akan
kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa, iman kita kepada-Nya bisa tumbuh, dan tingkat
pertumbuhan kita bisa secara bertahap meningkat. Inilah kasih karunia dan berkat
spesial Tuhan untuk kita sekaligus sebuah kesempatan berharga bagi kita untuk
mendapat pelajaran dan memperoleh kebenaran!"
Firman Tuhan dan persekutuan saudariku ini membuatku merasa malu dan sedih. Aku
menganggukkan kepala, melihat bahwa aku sungguh kekurangan hati nurani, akal, dan
kemanusiaan. Imanku kepada Tuhan hanyalah untuk mendapat kasih karunia dan
berkat; ketika Tuhan memberkatiku, hatiku dipenuhi sukacita, tetapi ketika ujian
menimpaku, anakku jatuh sakit dan tidak cepat sembuh, aku hanya menyalahkan dan
salah memahami Tuhan. Dengan tujuan menghalangi aku untuk memperoleh
keselamatan Tuhan, Iblis membuat anakku tumbang dengan satu demi satu penyakit,
namun bukannya membenci Iblis, aku menyalahkan Tuhan. Itu sungguh teramat tidak
masuk akal! Memikirkan kembali ke masa itu, ketika aku berada dalam pertemuan dan
membaca firman Tuhan, hatiku tidak berada di sana karena penyakit putriku. Gangguan
Iblis membuat aku menjadi terusik. Aku sungguh kekurangan tingkat pertumbuhan!
Saudari Jing Yan berkata kepadaku dengan sungguh-sungguh: "Saudariku, kita sudah
membaca firman Tuhan dan memahami kehendak-Nya. Apakah kamu masih khawatir
mengenai penyakit anakmu?"
Aku tersenyum malu dan menggelengkan kepalaku, lalu berkata: "Aku tidak khawatir
lagi. Sekarang aku mengerti bahwa putriku ada dalam tangan Tuhan; imankulah yang
terlalu kecil. Meskipun aku mengeluh kepada Tuhan sepanjang ujian ini, Dia berbelas
kasih padaku, masih memimpin dan menuntunku agar aku bisa memahami beberapa
kebenaran. Syukur kepada Tuhan! Aku harus menggiatkan usahaku untuk mengejar
kebenaran dan melengkapi tingkat pertumbuhanku agar mampu menerima ujian Tuhan.
Aku tidak bisa menyalahkan Tuhan dan jatuh ke dalam tipu daya Iblis lagi."
Saudari Jing Yan tersenyum dan mengangguk, berkata: "Iman kita kecil karena kita
belum memiliki pemahaman sejati mengenai kuasa Tuhan Yang Mahakuasa. Kita
hanya bisa mengakui otoritas dan kuasa khusus Tuhan dengan kata-kata kita, namun
kita kekurangan pengalaman langsung…" Mendengar ini, dia berbalik ke komputernya
dan melanjutkan: "Mari kita tonton dokumenter nyanyian yang baru saja diunggah ini:
Dia yang Berdaulat Atas Segalanya!"
Aku mengangguk senang, pandanganku melekat pada komputer. aku melihat Saudari
Jing Yan mencari judul tersebut di YouTube dan mengetuknya perlahan. Musik
mengalir, dan sementara gambar-gambar manakjubkan melintas di depan mataku,
hatiku terguncang…
Epilog
Matahari terbenam, dan senja meninggalkan kilau merah yang lembut berpendar di
paruh langit. Sebagian orang berjalan-jalan di taman, dan sebagian bermain bola.
Anak-anak berkejaran di sekitar rumput. Aku duduk di atas rumput mendengarkan
nyanyian pujian dari firman Tuhan, menyaksikan senyum cemerlang putriku dan
penampilannya yang menggemaskan dan bersemangat sembari dia tertatih, belajar
berjalan, jatuh dan beranjak bangkit lagi. Aku tersenyum senang …
Tamat.