Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabila Salwa Raehana

NPM : 1818011096

TUGAS ETPROF-1

Bullying (Perundungan) di Lingkungan Pendidikan Kedokteran

Dalam pendidikan kedokteran masih sering terjadi adanya perlakuan bullying, kepada
junior yang dilakukan oleh senior. Perundungan di dunia kedokteran diibaratkan
sebagai penyakit kronik, kebiasaan lama yang sulit dihentikan. Peserta didik junior,
residen, dan sejawat perempuan merupakan pihak yang rentan mengalami
perundungan. Hal itu terjadi karena pihak institusi maupun asosiasi profesi tidak
mampu memberikan perlindungan memadai kepada terundung, sulit menerima
perubahan, dan cenderung menganggap perundungan sebagai suatu kebiasaan yang
sulit terelakkan.

Perundungan seakan menjadi hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) dalam


pendidikan kedokteran. Perilaku buruk tersebut dapat mengganggu komunikasi dan
hubungan interpersonal serta berdampak negatif pada kualitas pelayanan pasien.

Di lingkungan mahasiswa kedokteran, persepsi perilaku tidak pantas itu dianggap


sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan yang
cepat dan luas di dunia pendidikan kedokteran dianggap menjadi alasan pembenaran
tindakan perundungan. Banyakya kasus bullying yang terjadi di sekolah ada
hubungannya dengan peran kelompok teman sebayayang cukup kuat dalam
perkembangan kepribadian dan perilaku remaja. Remaja cenderung ingin selalu
bersikap sama dengan kelompok sebayanya agar merasa diakui dalam kelompok
tersebut. Remaja juga mempunyai dorongan kebutuhan untuk dikenal biasanya
tampak pada kecenderungan remaja untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat
menarik perhatian orang lain termasuk berkelompokkelompok sebagai bentuk
aktualisasi diri.
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan (fisik,
psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja. Perundungan biasanya
dilakukan oleh senior atau pengajar terhadap peserta didik junior. Hal itu dikaitkan
dengan struktur hierarki tradisional dan konservatif dalam pendidikan kedokteran,
sehingga muncul suatu siklus kekerasan. Peserta didik mendapat perlakuan tidak
pantas dalam perjalanannya menjadi seorang dokter. Siklus kekerasan itu menjadi
kurikulum tersembunyi yang diwariskan dari generasi ke generasi, selanjutnya
berkembang menjadi perundungan yang berbasis penyalahgunaan wewenang.

Perubahan itu mencakup berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran


modern, serta perubahan harapan pasien dan berkembangnya pengetahuan pasien
tentang kualitas pelayanan. Mahasiswa kedokteran dituntut untuk terus mengikuti
kemajuan zaman. Untuk itu, pendidik berusaha menyelenggarakan program
pendidikan dasar, kemampuan dan sikap demi menciptakan kualitas peserta didik
yang baik. Dalam proses pendidikan itu dapat terjadi tindakan perundungan sebagai
suatu kurikulum tersembunyi.

Tidak semua korban perundungan menunjukkan perubahan psikologis sebagai


respons terhadap perlakuan buruk yang dialaminya. Sebagian terundung menganggap
bahwa perlakuan tak menyenangkan yang mereka alami merupakan upaya
meningkatkan kualitas kompetensi dan kemampuan beradaptasi di dunia kerja. Ketika
mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam,
kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini
adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying
seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan
gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress disoder). Seseorang
yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun
psikologis di kampus akan mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa
menyebabkan gangguan mental di masa yang akan datang. Gejala-gejala kelainan
mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak secara umum terbukti anak
tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan takut,
hingga tak bisa bicara.

Dalam organisasi profesi kedokteran di Indonesia, Majelis Kehormatan Etik


Kedokteran (MKEK) memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi
pelanggaran etik terkait perundungan. Bekerja sama dengan institusi pendidikan
kedokteran, MKEK dapat menginisiasi perbaikan kurikulum pendidikan dengan
memasukkan nilai-nilai etik dasar dan penerapannya.

Berdasarkan deklarasi hak asasi manusia, pendidikan seharusnya membuat seorang


individu berkembang dengan selalu mengutamakan rasa hormat. Untuk itu, selain
berhak mendapatkan ilmu dari pendidik, setiap peserta didik berhak mendapatkan
perlindungan dan rasa aman dari berbagai bentuk perundungan di lingkungan
pendidikan. Institusi pendidikan kedokteran memiliki peran strategis dalam upaya
mencegah dan menghentikan perundungan di kalangan peserta didik. Upaya tersebut
dapat dilakukan melalui perbaikan kurikulum khususnya dalam hal sosial-emosional,
dimulai dengan mengedukasi para staf pengajar dan seluruh sivitas akademika
tentang paradigma kesetaraan dalam pendidikan dan etika kesejawatan. Bahaya
perundungan terhadap pembentukan kebiasaan dan moral peserta didik, serta dampak
buruknya terhadap kualitas pelayanan kesehatan harus mendapatkan perhatian serius.
Para staf pengajar dan senior hendaknya menjadi role model (teladan) dalam upaya
menghentikan perilaku tidak pantas itu.

Perundungan di dunia pendidikan kedokteran masih kerap terjadi, terutama


dilakukan terhadap peserta didik junior. Pada kenyataannya, perundungan
merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan nilai-nilai etik dasar.
Untuk itu, upaya mengatasi perundungan harus dilakukan terus-menerus, berupa
intervensi institusi pendidikan dalam hal perbaikan kurikulum, menciptakan
lingkungan kerja aman dan nyaman, serta memperkuat kesadaran setiap individu
untuk menghentikannya. Selain itu kerja sama antarlembaga terkait juga diperlukan
dalam penetapan kebijakan yang selaras demi kepentingan bersama.

Anda mungkin juga menyukai