PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Anemia difisiensi besi terjadi ketika tubuh tidak cukup memiliki zat
besiuntuk menghasilkan hemoglobin.
2.1.8 Tatalaksana
Tatalaksana dilakukan untuk mengatasi penyebab anemia, yaitu:
1. Besi oral-fero sulfat ( 200 mg, 67 mg beri/tablet) sebelum makan tiga kali
sehari.
2. Besi oral profilaktik, sering dikombinasikan dengan asam folat, diberikan
pada kehamilan.
3. Besi intra muskular atau intra vena (sukrosa besi (venofer) atau dekstran
besi (cosmofer) berfungsi dalam mengembalikan simpanan besi)
digunakan pada pasien engan malabsorbsi atau tidak mampu menerima
besi oral.
2.1.9 Pencegahan
Upaya pencegahan anemia selama masa kehamilan ialah dengan cara
mengantisipasi agar anemia tidak terjadi selama masa kehamilan, antara lain:
1. Meningkatkan konsumsi zat besi yang bersumber dari makanan hewani
dan nabati yang mudah diserap seperti ikan, hati, daging, ayam, telur,
kacang-kacangan, sayuran hijau, buah buahan serta vitamin C yang dapat
membantu pembentukan besi dan hemoglobin darah.
2. Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu
ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum pernah mendapat zat besi dan
nonanemik.
3. Melakukan tes darah rutin meliputi: tes hemoglobin dan tes hemotokrit
selama kunjugan antenatal care.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang
tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia,
supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
C. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
(termasuk aktivitas sehari-hari.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan
tugas/AKS normal
b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
c. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas
d. Berikan lingkungan tenang
e. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
f. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan berat badan atau berat
badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi:
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
c. Timbang berat badan tiap hari.
d. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara
waktu makan.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain
yang berhubungan.
f. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
Kolaborasi :
g. Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral,
seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam
askorbat (vitamin C)
h. Besi dextran (IM/IV.)