Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDELEGASIAN, KONSEP KOLABORASI DAN NEGOSIASI

MANAJEMEN KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing: Ns. Yossi Fitrina,S.Kep,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK V:


DANI SAPUTRA
LIDYA PERMATA SARI
OLIN MUTIARA SARI
SINDY AULIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

BUKITTINGGI

2020
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami sampaikan kehadiran Allah SWT, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
tugas makalah ini kami membahas “Pendelegasian, Konsep Kolaborasi Dan
Negosiasi Manajemen Keperawatan” Makalah ini dibuat tidak lain untuk memenuhi
tugas dosen pembimbing tetapi juga untuk memperdalam pemahaman kami dalam
pelajaran Manajemen keperawatan yang kami pelajari.
Makalah ini sangat diharapkan mendapatkan manfaat bagi kami yang menulis
dan bagi yang membacanya. Teknologi informasi yang kami gunakan buku dan
internet.

Bukittinggi, 07 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian pendelegasian.......................................................... 3
B.Prinsip utama pendelegasian ..................................................... 4
C.Ketidakefektifan pendelegasian................................................. 5
D.Konsep pendelegasian............................................................... 5
E.Konsep Negosiasi....................................................................... 7
F.Langkah-langkah negosiasi........................................................ 7
G.Strategi negosiasi....................................................................... 8
H.Kunci sukses negosiasi.............................................................. 9

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan................................................................................ 10
B.Saran.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan
dalam proses manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh
manajer (tingkat bawah, menengah dan atas) bukan hanya hasil usaha mereka
sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Bagi manajer, pendelegasian bukan
merupakan pilihan tetapi suatu keharusan. Ada banyak tugas yang sering kali
harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering
terkait erat dengan produktivitas.
Ada banyak alasan yang tepat untuk melakukan pendelegasian.
Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat
menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian
dengan tingkat yang lebih tinggi. Manajer dapat mendelegasikan tugas jika
seseorang telah dipersiapkan dengan lebih baik atau memiliki keahlian yang
tinggi atau lebih cakap tentang cara menyelesaikan masalah. Pendelegasian juga
dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran atau “pemberian” kesempatan
kepada pegawai. Pegawai yang tidak didelegasikan tanggung jawab yang sesuai
dapat menjadi bosan, tidak produktif, dan tidak efektif. (Marquis, Bessie L,
dkk.2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ketidakefektifan dalam pendelegasian?

2. Apa konsep dari pendelegasian?

3. Apa saja prinsip utama pendelegasian?

4. Apa pengertian negosiasi?


5. Apa saja tipe negosiasi?

6. Apa saja langkah-langkah negosiasi?

7. Apa saja strategi negosiasi?

8. Bagaimana kunci sukses dalam melakukan negosiasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ketidakefektifan dalam pendelegasian

2. Untuk mengetahui konsep pendelegasian

3. Untuk mengetahui prinsip utama dalam pendelegasian

4. Untuk mengetahui konsep negosiasi

5. Untuk mengetahui tipe-tipe negosiasi

6. Untuk menegtahui langkah-langkah negosiasi

7. Untuk mengetahui strategi negosiasi

8. Untuk menegtahui kunci sukses dalam melakukan negosiasi


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendelegasian

1. Pendelegasian
Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam (2002) bahwa
pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Dapat
juga diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas kepada seseorang atau
kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Pendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan
latihan manajemen profesional yang dikembangkan untuk dapat menerima
pendelegasian tanggung jawab secara structural (Swanburg, RC., 2000).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh
perawat tidak mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah
kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat
meyakini bahwa mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik
kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan
dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang yang
menerima pendelegasian.

Alasan Pendelegasian
Adapun beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan, beberapa
diantaranya adalah:

1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil


yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
2. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebihpenting.
4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam
mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat
dan bidan berhubungan dengan keselamatan orang lain (pasien). Oleh
karena itu sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya
dipahami benar tingkat kemampuan dari perawat/bidan yang akan
diberikan delegasi.

Prinsip Utama Pendelegasian


1. Prinsip Skalar
Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat
paling
tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini
memudahkan anggota organisasi untuk megetahui:
 Kepada siapa dia dapat mendelegasikan
 Siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya
 Kepada siapa dia bertanggung jawab
Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan
pendelegasian wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi
habis. Hal ini digunakan untuk menghindari:
a) gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung jawabnya
b) overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama
diberikan kepada lebih dari satu orang
c) splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan
kepada lebih dari satu-satuan organisasi
2. Prinsip kesatuan perintah (unity of command)
Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada
satu atasan. Melapor pada lebih dari satu orang akan menyulitkan
seseorang untuk mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan perintah siapa yang harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih
dari satu atasan juga akan membuat bawahan dapat menghindari
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang jelek dengan alasan
banyaknya tugas dari atasan lain.
3. Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas
Prinsip-prinsip ini menyatakan bahwa:
a. Dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien
b. Masing-masing orang dalam organisasi dapat melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya secara efektif
c. Akuntanbilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang

Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian


Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering
mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara
efektif. Hal ini dikarenakan tiga hal:

1. Pendelegasian yang terlalu sedikit (under–delegasi): Staf diberi


wewenang yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu
jelas, sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan denganbaik.
2. Pendelegasian yang berlebihan (over-delegasi): Penggunaan
waktu yang sia-sia, yang disebabkan keterbatasan menajer untuk
memonitori dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf
akan merasa terbebani dan dapat terjadi penyalahgunaan
wewenang yang diberikan.
3. Pendelegasian yang tidak tepat (improper delegasi): Kesalahan
yang ditemukan adalah, pendelegasian menjadi tidak efektif jika
diberikan kepada orang yang tidak tepat, dan alasan delegasi
hanya karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak
efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya
berdasarkan unsur Subyektif.

4. Konsep Pendelegasian
Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara
komponen tanggung jawab, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rsa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu
tugas, kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas limpah. Wewenang (authorirty) adalah pemberian hak
dan kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan
terhadap tugas yang di limpah.

Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Lima konsep yang mendasari efektifitas dalam pendelegasian. Lima konsep
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab,
tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
Manajer keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada
staf dalam melakssanakan asuhan terhadap pasien.
2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secaraseimbang.
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung
jawabnya, mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan
mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
 Intervensi keperawatan yang diperlukan
 Siapa yang siap dan sesuai melaksanakan tugastersebut
 Bantuan apa yangdiperlukan
 Hasil apa yangdiharapkan
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada anggota. Dukungan
yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Empowering
meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas
secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan
tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisa otonomi
yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan
mempermudah komunikasi antara PP dan PA.

KONSEP KOLABORASI DAN NEGOISASI


1. Konsep Kolaborasi
Definisi Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi
pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien
dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik keperawatan
kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen
perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan
pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler &
Whitney, 2000).
Kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan pemberi
perawatan kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien. Praktik
kolaboratif membutuhkan atau dapat mencakup diskusi diagnosis pasien dan
kerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian perawatan (Blais,2006).
Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992),
adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan meliputi diskusi tentang
diagnosa, kerjasama dalam asuhan kesehatan saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada kepercayaannya
(Sumijatun,2010).
Defenisi kolaborasi dapat disimpulkan yaitu hubungan kerja sama
antara perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
klien yang didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi yang
memiliki tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.

2. Konsep Negosiasi
1. Pengertian
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,
negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis
dan Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi
menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi
berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan
untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Smeltzer (1991) dalam Nursalam (2012) mengidentifikasi dua tipe
dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif
(hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi
adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya
perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan
yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan,
maka akan muncul tipe kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang
menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah tipe
kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah,
sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan kemenangan kedua pihak
untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan dengan membuat
pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah
pihak merasa puas terhadap hasilnegosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju
untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan,
negosiator harus tertarik terhadap “take and give” selama proses negosiasi,
dan mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991 dalam Nursalam, 2012).
Langkah-langkah Sebelum Negoisasi

Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi


adalah sebagai berikut. (Nursalam. 2015)
 Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Oleh
karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang
didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
 Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah
melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama.
Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
 Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi
dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat
perlu juga diperhatikan oleh manajer.
 Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda
negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat
disepakati.

2. Strategi Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan
kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi
berjalan.
• Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.

• Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal


yangnampak.

• Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif


informasi yangdisampaikan.
• Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan
bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya
memberikanpersetujuan.
• Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-
masalah pribadi pada saat negosiasi.
• Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yangterjadi.

• Jujur.

• Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yangterbaik.

• Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan


mintalah waktu untuk menjawabnya.
• Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsung, istirahatlah sebentar.
• Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu pahami.

• Bersabarlah (Smeltzer,1991).

3. Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi


Adapun kunci sukses dalam melakukan negosiasi yang dikemukakan oleh
Nursalam (2015), yaitu:
Lakukan
• Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa mengetahui
keinginan orang lain.
• Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah,
bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
• Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat
diterima, jika didapat menyajikan sesuatu dengan baik dan menarik.
• Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.
Perhatikan gerakan tubuhnya.
• Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
• Antisipasi penolakan.
• Tahu apa yang dapat diberikan.
• Tunjukkan beberapa alternative pilihan.
• Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap
pendapat.
• Bersikaplah asertif, bukan agresif.
• Hati-hati, mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
• Pergunakan gerakan tubuh, jika disetujui atau tidak terhadap suatu
pendapat.
• Konsisten terhadap apa yang dianggap benar

Hindari
• Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
• Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
• Distorsi.
• Tergesa-gesa dalam prosesnegosiasi.
• Tidak berurutan.
• Membuat hanya satu pilihan.
• Memaksakan kehendak
• Berusaha menekankan pada satu pendapat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Delegasi merupakan salah satu alat kepemimpinan, kita memerlukan
kecakapan untuk dapat mempergunakanya mengetahui kegunaan dan cara
kerjanya sehinga kita dapat mengambil keputusan dalam memberi delegasi
seseorang yang tepat pada orang yang sesuai dengan bidang atau skilnya.
Sementara kekuasaan di pandang sebagai kerangka interaksi antara manusia
yakni diantaranya, identifikasi situasi posting. Mengusulkan tugas yang dipilih
orang, mengidentifikasi apa tujuan yang ingin Anda capai, Monitoring, atau
memberitahu karyawan untuk ketika pekerjaan akan diperiksa dan apa kriteria,
Menilai, atau memberikan umpan balik, baik positif ketika pekerjaan itu
dilakukan dengan sukses. Jika secara rasional dalam pendekatan persuasif
bahwa Jika saya cukup bekerja, saya berarti saya yang penting dan diperlukan
untuk organisasi.
B. Saran
Dalam pembahasan ini sangat penting dalam berorganisasi. Ketika kita
sebagai seorang pemimpin mendelegasikan pekerjaan wewenang yang akan
dapat memperlancar pekerjaan yang tertumpuk. Dan sebagai seorang pemimpin
memegang kekuasaan kenapa tidak kita gunakan delegasi kekuasan itu. Karena
delegasi kekuasaan adalah pelimpahan tanggung jawab yang dapat
mengendalikan organisasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Ed.1. Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Ed.4. Jakarta:Salemba Medika.
Marquis, Bessie L, dkk.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi.Edisi 4.Jakarta:EGC
www.google.co.id
Blais, K. K. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Prespektif. Jakarta:
EGC.
Bowditch, L.J., dan A.F. Buono. 1994. A Primer on Organizing Behavior. New York:
Wiley Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 1998. Management Decision Making 124 Case
Studies. Edisi
3. New York: Lippincott-Raven
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan:
Teori dan Aplikasi. Jakarta. Edisi 4.EGC.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: SalembaMedika.
Siegler, E.L. dan Whitney, F.W. 2000. Kolaborasi perawat – dokter. Jakarta: EGC.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: CV. Trans
Info
Media
Swanburg, R.C, 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk
Perawat Klinis. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai