Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK


PAIN PADA TN ”Z” DI POLIKLINIK SARAF
RS AWAL BROS PEKANBARU

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat PK Orientasi

OLEH :

RAUDATUL HASANAH

PK2020112

RS AWAL BROS PEKANBARU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan seminar kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Low Back Pain Pada Tn ”Z” Di Poliklinik Saraf Rs Awal Bros Pekanbaru”.
Laporan ini di buat untuk memenuhi persyaratan PK Orientasi.
Penyusunan Kasus Seminar ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
juga bimbingan serta dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga penulisan ini selesai tepat waktu. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Jimmy Kurniawan, MKK selaku Direktur Rumah Sakit Awal
Bros Pekanbaru.

2. Ibu Ns. Umi Eliawati, S.,Kep, MARS selaku Manager Keperawatan Rumah
Sakit Awal Bros Pekanbaru.

3. Ibu Ns. Yeni Susanti, S.,Kep selaku Kepala Bagian Pelayanan Keperawatan
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.

4. Kak Ns. Herlyna, S.,Kep selaku kepala ruang Poliklinik Rumah Sakit Awal
Bros Pekanbaru.

5. Kak Ns. Heni Septiani, S., Kep selaku Perseptor yang selalu membimbing
dan memberikan masukan serta saran kepada penulis dalam penyusunan
laporan seminar kasus ini.

6. Kakak-kakak di ruangan poli zona 3 yang telah banyak memberikan


masukan dan motivasi kepada penulis.

7. Tn “Z“ dan keluarga atas kesediaannya membantu penulis dalam


penyelesaian kasus ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih
atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus ini jauh dari
sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu serta
pengetahuan penulis, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.

ii
Oleh karena itu, demi kesempurnaan Laporan Kasus ini, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan dalam penyusunan Laporan Kasus ini dan untuk perbaikan dimasa
mendatang. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, Januari 2021

(Raudatul Hasanah)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6


A. Definisi...........................................................................................................6
B. Klasifikasi LBP..............................................................................................6
C. Manifestasi Klinis..........................................................................................7
D. Etiologi...........................................................................................................8
E. Patofisiologi.................................................................................................13
F. Pathway..........................................................................................................14
G. Pencegahan.....................................................................................................15
H. Pengkajian Nyeri............................................................................................17
I. Asuhan Keperawatan......................................................................................22

BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................30


A. Pengkajian......................................................................................................30
B. Identifikasi Diagnosa......................................................................................36
C. Perencanaan Keperawatan..............................................................................37
D. Implementasi Tindakan Keperawatan............................................................40
E. Evaluasi..........................................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................43

A. Analisis Pengkajian........................................................................................43
B. Analisis Identifikasi Diagnosa.......................................................................44
C. Analisis Intervensi..........................................................................................45
D. Analisis Implementasi....................................................................................46
E. Analisis Evaluasi............................................................................................47

BAB V PENUTUP.......................................................................................49

A. Kesimpulan.....................................................................................................49
B. Saran...............................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Konsultasi

Lampiran 2: Lembar Edukasi

Lampiran 3: Leaflet

Lampiran 4: Jurnal Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman modern saat ini, masyarakat

lebih banyak fokus ke penyakit-penyakit

infeksi seperti flu burung, rabies, bahkan

HIV/AIDS dan lain-lainnya. Namun ada

juga beberapa penyakit non infeksius yang

memiliki tingkat urgensi yang cukup tinggi

dan dapat menganggu fungsi dari tubuh jika

tidak ditangani dengan baik. Penyakit yang

dianggap sebagai penyakit degenerative

adalah Low Back Pain. Penyakit ini lebih

dikenal masyarakat dengan sebutan sakit

pinggang (Kreshnanda, 2016). Low Back

Pain sering disebut nyeri punggung bawah

(LPB), nyeri pinggang, boyok.

Low back pain merupakan sindroma

klinik yang ditandai dengan gejala utama

berupa nyeri atau perasaan lain yang tidak

enak di daerah tulang punggung bagian

bawah. Nyeri yang berlanjut sampai tiga

bulan atau lebih akan memasuki tahap kronis,

dan jika dibiarkan berlanjut tanpa dirawat

dapat menimbulkan akibat-akibat fisik, dan

sosial yang serius, oleh karena itu penting

sekali untuk mencegah jangan sampai hal

1
ters Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

ebu telah mengidentifikasi low back pain

t sebagai salah satu dari tiga masalah


terj kesehatan teratas yang menjadi target
adi. pengawasan di dalam WHO. Menurut
Sat
WHO, low back pain adalah penyebab
u
utama kecacatan di seluruh dunia dengan
dia
prevalensi global 7,2%, mempengaruhi 4
ntar
dari 5 orang dalam hidup mereka (Shebib,
a
2019). Selain itu low back pain
20
mempengaruhi siapa saja, dari jenis
pen
kelamin apapun, ras atau latar belakang
deri
ekonomi, low back pain memiliki
ta
substansial berdampak pada kesejahteraan
har

us

dira

wat

di

rum

ah

saki

kar

ena

sera

nga
2
finansial dan keseluruhan individu dan masyarakat (Morris, L.D. 2018). Insiden

low back pain ditemukan di Eropa (5,7%) dan Afrika (2,4%) (Ravindra, 2018).

Secara umum prevalensi low back pain diperkirakan satu tahunnnya adalah 38,0%

± 19,4% dan lebih tinggi pada populasi lansia (Ikeda, 2019).

Angka kejadian pasti dari low back pain di Indonesia diperkirakan bervariasi

antara 7,6% sampai 37% (Widiyanti, E.C. L, 2009 dalam Rohmawan, E.A 2017).

Didapatkan data bahwa untuk mengatasi nyeri punggung biasanya lansia

memeriksakan diri di klinik dan juga diberlakukan senam untuk menunjang

kebugaran jasmani lansia, akan tetapi masih banyak lansia yang mengeluh akan

nyeri punggungnya yang tak kunjung berangsur membaik walau sudah

diberlakukan senam pada lansia (Pendiarto R.P, 2017). Di provinsi Riau penyakit

Low back pain termasuk dalam 10 penyakit terbesar rawat jalan pada tahun 2013

sebanyak 8,916 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2013). Sedangkan di

kota Pekanbaru kasus LBP di rawat jalan selama tahun 2020 berjumlah 2424 kasus.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan gangguan

Musculoskeletal merupakan gangguan pada otot, tendon, sendi, ruas tulang

belakang, saraf perifer, dan sistem vaskuler yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan

akut maupun secara perlahan dan kronis. Gangguan ini disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya adalah faktor individu, pekerjaan dan lingkungan fisik (Candra,

Doda, & Kekenusa, 2017).

Berdasarkan data dari Rekam Medik Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, pada

tahun 2018 terdapat 1989 kasus LBP dan tahun 2019 sebanyak 2806 kasus LBP.

Berdsarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai

Asuhan Keperawatan LBP pada Tn. Z di Poliklinik saraf RS Awal Bros Pekanbaru.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk memaparkan


Asuhan Keperawatan pada Pasien LBP dengan pemberian edukasi pada masalah
gangguan integritas kulit di Poliklinik Saraf RS Awal Bros Pekanbaru.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa pemberian Asuhan Keperawatan LBP pada Tn. Z di
Poliklinik saraf RS Awal Bros Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan pengkajian yang komprehensif pada pasien LBP di poliklinik saraf
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien pasien LBP di poliklinik saraf
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
c. Memaparkan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien pasien LBP di
poliklinik saraf Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
d. Memaparkan implementasi asuhan keperawatan pada pasien LBP di poliklinik
saraf Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
e. Memaparkan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien pasien LBP di poliklinik
saraf Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
f. Memaparkan tindakan keperawatan dengan pemberian edukasi terkait nyeri
pada pasien LBP di poliklinik saraf Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Laporan kasus ini dapat dijadikan bahan masukan dan memperkaya literatur
pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, untuk meningkatkan
kualitas praktik asuhan keperawatan pada pasien dengan LBP.
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi rumah
sakit sebagai dasar untuk menentukan kebijakan, sebagai media informasi, dan
evaluasi, serta sebagai masukan guna meningkatkan kinerja perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan LBP.
3. Bagi Perawat
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan sebagai
evaluasi jalannya pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastroenteritis akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Teoritis

1. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)


a. Pengertian
Low Back Pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah

kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Low Back

Pain merupakan gangguan otot tulang rangka yang paling sering terjadi

pada pekerja, baik pekerja di sektor industri besar, menengah dan kecil

maupun pekerja di sektor pembangunan lainnya. Pekerja yang menderita

Low Back Pain merasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian

bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah belakang dan

samping luar Depkes, (2009, dalam Dewi dkk, 2015). LBP merupakan

salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh

yang kurang baik (Ayuningtyas, 2012).

Gambar 2.1 Nyeri punggung bawah (http://sakitpunggung.org/)


b. Klasifikasi dan manifestasi klinis Low Back Pain
Menurut Bimariotejo dalam Fadillah (2015), berdasarkan penjelasan

kliniknya nyeri punggung bawah atau Low Back Pain terbagi menjadi dua

jenis, yaitu:
1) Acute Low Back Pain

Acute Low Back Pain ditandai dengan rasa nyeri pungung yang

menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara

beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau

sembuh. Acute Low Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatik

seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat

kemudian.

2) Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri Chronic Low Back Pain bisa menyerang lebih dari 3

bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase

ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu

yang lama. Chronic Low Back Pain dapat terjadi karena osteoarthritis,

rheumatoid arthritis, proses degenerasi discus invertebralis dan tumor.

c. Manifestasi Klinis
1) Perubahan dalam gaya berjalan, (berjalan terasa kaku, tidak bisa

memutar punggung, pincang)

2) Persyarafan

Ketika di tes dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti, pasien

merasakan sensasi pada kedua anggota badan, tetapi mengalami sensasi

yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.

3) Nyeri punggung akut atau kronis, nyeri saat berjalan dengan

menggunakan tumit, nyeri otot dalam, nyeri menyebar ke bagian bawah

belakang kaki, nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis, nyeri

pada pertengahan bokong, nyeri berat pada kaki semakin meningkat

(Harsono, 2000 dalam Hibatullah, 2018).


d. Etiologi Low Back Pain
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor

individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Menurut Andini (2015)

faktor penyebab dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

1) Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada

tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun.

Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang beupa kerusakan jaringan,

penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan pengurangan cairan.

Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi

berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko orang tersebut

mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu

timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai

dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan

Garg dalam Andini (2015) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada

umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

2) Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan

laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering

izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin sangat

mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi secara

fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.

3) Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat

dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didiapatkan dai berat dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).


B a Badan
T
Tin i Badan

Panduan terbaru WHO tahun 2000 mengkategorikan IMT untuk

orang asia dewasa menjadi underweight (IMT<18.5), normal range

(IMT 18.5-22.9) dan overweight T ≥23.0 . overweight dibagi

menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan

obese 2 T ≥ 30.0 . s s o an yan overweight lebih beresiko 5 kali

menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan

yang ideal (Purnamasari dalam Andini 2015).

Tabel 2.1
Kategori IMT Berdasarkan WHO
IMT KATEGORI
(Kg/m2)
< 18.4 Underwight
18.5 – 23 Normal Range
≥ 23.1 – 25 Overwight
≥ 25 Obese
Sumber : Sutter Health Palo Altom Medical Foundation (2012)

4) Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang

bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan

bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama

masa kerja seseorang maka semkain besar pula resiko untuk mengalami

LBP.

5) Sikap Kerja

Sikap kerja adalah posisi kerja seseorang ketika sedang

melaksanakan aktivitasnya. Posisi kerja seseorang dapat saja menjadi

janggal. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara


signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja

dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang

dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi

dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien

sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi

janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,

berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam

posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan

beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah

inilah yang paling sering mengalami cidera.

6) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bisa berpotensi mengakibatkan terjadinya LBP,

seperti getaran dan kebisingan. Getaran dapat menimbulkan keluhan

LBP ketika seseorang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan

atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Getaran

merupakan faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya LBP. Selain

itu, getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat dan

menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat

meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri. Kebisingan dalam lingkungan

kerja juga bisa mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak

langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang

dirasakan pekerja karena bisa membuat stress pekerja saat berada di

lingkungan kerja yang tidak baik.


7) Kebiasaan Merokok

World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian

akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 Juta dan menjelang tahun

2020 mencapai 10 Juta orang pertahunnya. Hubungan yang signifikan

antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya

untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada

rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain

itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral

pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan

atau kerusakan pada tulang. Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan

bahwa dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang

didapatkan hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang

menderita Low Back Pain dari pada yang tidak pernah merokok sama

sekali.

8) Aktivitas Fisik

Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya

berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya Low Back Pain.

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan

melibatkan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik

yang cukup dan dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah

adanya keluhan Low Back Pain. Olahraga yang teratur juga dapat

memperbaiki kualitas hidup, mencegah Osteoporosis dan berbagai

penyakit rangka serta penyakit lainnya. Olahraga sangat menguntungkan

karena resikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara

bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk


menghindari cidera pada otot dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan

teratur ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam

seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan

streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam

jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan

suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya

keluhan otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan

pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai

cukup waktu untuk istirahat dan melakukan aktivitas fisik yang

cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat

kesegaran tubuh. Laporan The National Institute Of Occupational

Safety And Health (NIOSH) menyatakan bahwa untuk tingkat

kesegaran tubuh yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah

8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat

kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga dip kua d n an lapo

an B i’ al yan m nya akan bahwa hasil penelitian terhadap para

penebang menunjukkan bahwa kelompok penebang dengan tingkat

kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko sangat kecil terhadap

risiko cidera otot.

9) Riwayat Penyakit dan Riwayat Trauma

Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang

belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan Low Back

Pain. Orang dengan kasus Spondylolisthesis akan lebih berisiko Low

Back Pain pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini

sangat langka. Kelainan secara struktural seperti Spina Bifida Acculta

dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki


konsekuensi. Perubahan Spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang

lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga

merupakan faktor risiko terjadinya Low Back Pain karena trauma akan

merusak struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang

terus menerus.

e. Patofisiologi Low Back Pain


Everet dalam Fadillah (2015) menyebutkan pada umumnya nyeri

punggung bawah disebabkan oleh sebuah peristiwa traumatis akut yang

bervariasi. Low Back Pain akibat trauma kumulatif lebih sering terjadi di

tempat kerja, misalnya karena duduk statis yang terlalu lama atau posisi

kerja yang kurang ergonomis.

Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada

gerakan fleksi dan rotasi lumbal saat mengangkat suatu benda,

menempatkan diskus pada resiko untuk mengalami kerobekan annulus

fibrosus. Isi annulus fibrosus yaitu nukleus pulposus dapat menerobos

annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini

tidak mempunyai persyarafan sehingga jika mengalami kerobekan tidak

menimbulkan nyeri. Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi

luar dari annulus fibrosus, kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri

karena tepi aspek posterior dari annulus fibrosus mendapat persyarafan

dari beberapa serabut syaraf dari nukleus sinuvertebra dan aspek lateral

dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh cabang dari rami anterior dan

gray ami communicants (Everet dalam Fadillah, 2015).


Web of Caution:

Trauma Stres fisik Degenerasi


Kompresi dan Ligamen longitudinal
fraksinukleus postolateral
Kadar protein
Respon
dan air
Nukleus lumer Pemisahan lempeng
tulang rawan
Peningkatan intradistal

Serabut annulus robek


Ruptur pada annulus

Nukleus

LBP

Servikal
Lumbal

Gangguan saraf
Blok saraf Gangguan saraf
Gangguan
simpatis
tetraple
Mati rasa Menekan
Kelumpuhan Kelumpuhan
otot Gangguan
Cemas Syok spinal
mobilitas
Gangguan
Kesulitan Nyeri punggung bawah
bernafas
Kurang Pengetahuan
Kelemahan fisik

Pola nafas Ketidakseimbangan


Tidak Nyeri nutrisi Intake nutrisi Defisit
efektif kurang perawatan diri

https://www.scribd.com/doc/127767728/WOC-HNP1
f. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Latihan Punggung Setiap Hari

a) Berbaring terlentang pada bidang datar seperti lantai atau matras


keras. Menekuk satu lutut dan gerakan memuju dada tahan beberapa
detik. Lakukan pada kedua kaki. Ulangi beberapa kali.
b) Berbaring terlentang dengan menekuk kedua kaki lalu diluruskan kea
rah lantai. Kencangkan perut dan bokong lalu menekan punggu ke
lantai, tahan beberapa detik kemudian lepaskan tegangan atau
reelaksasi. Ulangi beberapa kali.
c) Berbaring dengan menekuk kedua kaki dan telapak kaki berada datar
di lantai. Melakukan sit up parsial, dengan melipat tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6- 12 inchi diatas lantai. Ulangi beberapa
kali.
2) Berhati-hatilah saat mengangkat

a) Gerakan tubuh kearah barang yang akan diangkat sebelum


mengangkatnya.
b) Menekuk lutut, bukan punggung untuk letak barang yang lebih
rendah.
c) Pegang benda dekat dengan perut dan dada.
d) Menekukan kaki saat menurunkan benda.
e) Hindari memutar punggung saat mengangkat benda.

3) Lindungi Punggung saat duduk dan beridiri


a) Menghindari duduk di atas kursi yang empuk dalam jangka waktu
yang lama.
b) Apabila membutuhkan waktu yang lama untuk duduk dalam bekerja,
pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat bantu seperti
ganjalan atau bantalan kaki jika dirasa perlu.
c) Apabila harus berdiri terlalu lama, maka letakkanlah salah satu kaki
pada bantalan kaki secara bergantian. Selingi dengan berjalan
sejenak dan mengubah posisi duduk secara periodik.
d) Menegakkan kursi sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak
teregang.
e) Gunakan bantalan di punggung bila tidak cukup tersangga pada saat
duduk dikursi.
4) Tetap aktif dan hidup sehat

a) Berjalan setiap hari dengan mengenakan pakaian yang sesuai dan alas
kaki berhak rendah.
b) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, rendah lemak, kaya akat
serat dan buah guna mencegah konstipasi.
c) Tidur dikasur yang nyaman.
d) Apabila nyeri semakin memburuk dan terjadi trauma segara
menghubungi petugas kesehatan.

5) Sikap Tubuh
Sikap tubuh menjadi penting dalam dunia kerja khususnya dalam
manual material handling (MMH). Dengan sikap tubuh yang benar saat
bekerja, pekerja akan memerlukan sedikit waktu untuk istirahat, lebih
cepat, dan lebih efisien dalam bekerja, sebaliknya sikap tubuh yang
salah dan dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan gangguan
kesehatan yang dapat berakibat fatal. Sikap tubuh dalam bekerja yang
baik dapat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh dalam melakukan
pekerjaan, pergerakan meliputi: flexion, extension, abduction, adduction,
pronation, dan supination.

Gambar 2.1Gerakan tubuh (http:/WordPress.com)


2. Pengkajian Nyeri
Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat
berusaha untuk mengurangi kehambatan mobilitas fisikan klien terlebih dahulu
sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatiakan seorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Girton (1984)
dalam Prasetyo (2010), mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut,
diantaranya:
1). Penentuan ada tidak nya nyeri:
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun adanya obsevasi perawat
tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh
klien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru
menyembuyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2). Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
a) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakuakan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya
nyeri psikogenetik maka perawat harus dapat mengeksplor perasaan klien
dan menyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kaliamat-kalimat:
tajam, tumpul berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih,
tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-bada dalam
melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c) Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien
untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal
ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
d) Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan paisen tentang nyeri merupakan karakteristik yang
paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan
nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Skala
Intensitas Nyeri (0-10)
e) Durasi (T: Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi, dan rangkaian
nyeri.
3) Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif
dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berbeda ( Andarmoyo, 2013 ). Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri,namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007
dalam Andarmoyo, 2013 ).

a) Skala Intensitas Nyeri Deskkruptif Sederhana

Sumber : (Andarmoyo, S ( 2013 ). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,


Jogjakarta:Ar-Ruzz)
Skala pendeskripsi verbal ( Verbal Descriptor scale, VDS ) merupakan
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Pendeskripsian VDS
di ankin da i “ idak ny i” sampai “ny i yan idak ahankan”
(Andarmoyo, 2013 ). Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta
klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri
(Andarmoyo, 2013 ).

b) Skala Intensitas Nyeri Numerik

Sumber : ( Andarmoyo,S. (2013 ). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,


Jogjakarta:Ar-Ruzz.)
Skala penilaian numeric ( Numerical rating scale, NRS ) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
(Andarmoyo, 2013 ).

c) Skala Intensitas Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

Sumber : ( Andarmoyo, S. 2013 ). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri,


Jogjakarta: Ar-Ruzz.)

Penilaian Skala nyeri dari kiri dan kanan :


1. Wajah Pertama : sangat senang karena tidak merasa sakit sama sekali
2.Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit
3.Wajah Ketiga : Sedikit lebih sakit
4.Wajah Keempat : Jauh lebih sakit
5.Wajah Kelima : Jauh sangat lebih sakit
6.Wajah Keenam : Luar biasa sangat sakit sampai menangis
4) Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri (Potter & Perry, 2006) adalah :
a) Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai
kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang
menyebabkan nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan
nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit
disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang
sama.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Beberapa kebudayaan yang
mempengaruhi jenis kelamin. Misalnya, menganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
c) Kebudayaan
Kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri.
d) Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa hambatan
mobilitas fisik tidak mendapat perhatian maka rasa hambatan mobilitas
fisik dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
Nyeri yang tidak cepat hilang akan menyebabkan psikosis dan gangguan
kepribadian.
e) Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman sebelumnya, pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu
berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah
pada masa yang akan datang. Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping. Nyeri seringkali lebih berkurang sestelah
mengalami suatu periode tidur yang lelap dibandingkan pada akhir yang
melalahkan.
f) Kelelahan
Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan
koping. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu
periode tidur yang lelap dibandingkan pada akhir yang melelahkan.
5) Komplikasi
a) Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan mengalami
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan,
dan aktivitas sehari – hari klien. Apabila depresi yang dialami pasien
berlangsung lama akan dapat menghambat waktu pemulihan low back
pain.
b) Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang
berat dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan gerakan
pasien terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat
menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu, low back pain
dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot akibat hanya berdiam
dalam 1 porsi akan mengakibatkan akumulasi lemak dalam tubuh menjadi
banyak.
c) Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah
pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan
menderita inkontinensia. Asuhan Keperawatan
3. Asuhan Keperawatan Pada LBP
a. Pengkajian.

1) Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

2) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih
dari 6 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki.
3) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya
keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang
mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien
sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
4) Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang

sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau

trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau

otot sebelumnya.

5) Riwayat Pekerjaan.
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot

rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara

pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja

statis.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum

Meliputi : baik, jelek, sedang.

2) Tanda – tanda Vital


TD : Tekanan darah. N : Nadi.

P : Pernapasan. S : Suhu.

3) Antropometri

BB : Berat badan. TB : Tinggi badan.

4) Sistem pengidraan
Mata : lapang pandang
Hidung : kemampuan penciuman.
Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
5) Sistem pernapasan
pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi tambahan

ronchi, wheezing

6) Sistem kardiovaskuer
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.

7) Sistem gastrointestinal
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus

dan eliminasi.

8) Sistem integumen
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.

9) Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah
10) Sistem endokrin
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
11) Sistem reproduksi
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

12) Sistem neurologis.


a) Fungsi cerebral.
b) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
c) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
d) Kemampuan bicara.
e) Fungsi kranial.
c. Pemeriksaan Penunjang.

1) Neurologik.

Eletromiografi (EMG), dilakukan bila dicurigai adanya disfugsi

radiks.

Somatosensory Evoked Potensial (SEP) berguna untuk stenonosis

kanal dan mielopati spinal.


2) Radiologi

Foto polos, untuk mengesampingkan adanya kelainan tulang.

Mielografi, Mielo-CT, CT-scan, Magnetic Resonance Imaging

(MRI), untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP

perlengketan.

3) Laboratorium.

Laju Endap Darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein, faaktor

rheumatoid, alkalin fosfatase, kalsium (atas indikasi).

Urinalisis, untuk penyakit non spesifik seperti infeksi.

 Liquor Serebro spinalis (atas indikasi).

d. Kemungkinan diagnosa yang muncul


1) Nyeri behungan dengan agen injuri.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, fisiologis.
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kekaun otot.
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.
5) Kurang pengetahuan berhungan dengan tidak mengetahui sumber
informasi.
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri. Diagnosis
keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan proses menganalisis data


subyektif dan data obyektif yang telah diperoleh saat tahap pegkajian
untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
melibatkan proses berfikir yang kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medis dan pemberian
pelayanan kesehatan yang lain (Lukman & Ningsih, 2009)

e. Tujuan dan Intervensi keperawatan


Rencana asuhan keperawatan disusun berpedoman pada NOC
(Nursing Outcomes Classification). Penulis menyususn kriteria yang
berpedoman pada SMART yaitu S (spesific) dimaksudkan tujuan harus
spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurable) dimaksudkan
tujuan keperawatan harus diukur, khususnya tentang perilaku pasien dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A (achievable) dimaksudkan
harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) memiliki batasan waktu
yang jelas (Nursalam, 2009)

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan NIC (nursing


interventions classification) dikerjakan dengan ONEC yaitu O
(observation) adalah rencana tindakan mengkaji atau melakukan observasi
terhadap kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan
secara kontinu, N (nursing) adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi, memperbaiki dan mencegah terjadinya perluasan masalah. E
(education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan
pada klien, dan C (collaboration) adalah tindakan medis yang dilimpahkan
perawat (Amin, 2015).
Tabel 2.1 Tujuan dan Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
Kontrol nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri
Nyeri No Indicator Target 1.Lakukan pengkajian nyeri 1.Pengkajian berkelanjutan membantu
1 Mengenal 5 secara komprehensif meyakinkan bahwa penanganan dapat
kapan nyeri termasuk lokasi, memenuhi kebutuhan pasien dalam
terjadi karakteristik, durasi, mengurangi nyeri.
2 Mengenali 5 frekuensi, kualitas dan faktor 2.Untuk memantau status
factor presipitasi perkembangan klien guna
penyebab 2. Monitor vital sign menentukan perencanaan dan
3 Menggunakan 5 3.Kontrol lingkungan yang tindakan keperawatan yang baik.
tindakan untuk dapat mempengaruhi nyeri 3.Lingkungan yang baik akan
mengurangi seperti suhu ruangan, membantu mengurangi rasa nyeri
nyeri pencahayaan dan kebisingan yang dirasakan.
4 Melaporkan 5 4.Kolaborasikan dengan 4.Untuk terapi obat yang diperlukan
nyeri terkontrol dokter: pemberian dan sesuai kebutuhan.
analgesic 5.Untuk mengurangi ketergantungan
Keterangan: 5.Ajarkan tentang teknik non terhadap analgesic.
1.: Tidak pernah menunjukkan farmakologi 6.Tindakan ini meningkatkan
2.: Jarang menunjukkan 6.Tingkatkan istirahat. kesehatan, kesejahteraan dan
3.: Kadang menunjukkan peningkatan tingkat energy yang
4: Sering menunjukkan penting untuk pengurangn nyeri
5 : Secara konsisten menunjukkan

Level Nyeri (2102)


No Indicator Target
1 Nyeri yang 4
dilaporkan
2 Ekspresi akibat 4
nyeri
3 Vital sign 4

25
Keterangan:
1. : berat
2. : cukup berat
3. : sedang
4. : ringan
5. : tidak ada
Toleransi terhadap aktivitas (0005) Bantuan Perawatan diri (1800) Bantuan perawatan diri
Hambatan No Indikator Target 1.Monitor kemampuan 1.Mengetahui tingkat kemampuan
Mobilitas Fisik 1 Kemudahan 4 perawatan diri perawatan diri secara mandiri
dalam 2.Berikan bantuan perawatan 2.Memenuhi kebutuhan perawatan diri
melakukan diri 3.Keterlibatan keluarga meningkatkan
ADL 3.Ajarkan keluarga dalam kenyamanan kliendan peran
2 Kemampuan 4 perawatan keluarga dalam merawat anggota
ketika 4.Mengubah posisi klien keluarga yang sakit
melakukan 5.Dampingi klien pada saat 4.Mencegah dekubitus dan
aktivitas fisik latihan ambulansi (ROM mempercepat proses pemulihan
Terapi Latihan : Ambulasi kondisi pasien
Ambulasi (0200) 1.Bantu klienambulasi awal 5.Memantau kemampuan
No Indikator Target 2.Bantu klienuntuk klienterhadap latihan ambulasi yang
1 Menopang 4 perpindahan diberikan
berat badan 3.Kolaborasi: fisioterapi jika Terapi Latihan: Ambulasi
2 Berjalan 4 diperlukan 1.Untuk melakukan mobilisasi dini
dengan 4.Sediakan alat bantu seperti kepada klien
langkah walker, kursi roda, tongkat 2.Untuk memudahkan kliendalam
efektif 5.Edukasi kliendan keluarga berpindah
3 Berjalan 4 mengenai permindahan dan 3.Melakukan interprofessional
dengan pelan Teknik ambulansi yang kolaborasi kepada pasien
4 Berjalan 4 aman 4.Untuk memfasilitasi klienpada saat
mengelilingi ambulansi
kamar 5.Untuk meningkatkan pengetahuan
tentang Teknik ambulansi yang
benar.
Keterangan:
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
Nuutrisi kurang Status Nutrisi (1004) Monitor Nutrisi (1160)
dari kebutuhan Indikator Dipertahan Ditingkatk 1. Identifikasi perubahan berat 1. Untuk mengetahui adanya
tubuh kan an badan terakhir peningkatan atau penurunan berat
Asupan 2. Monitor turgor kulit badan, guna tatalaksana selanjutnya.
gizi 3 4 3. Monitor adanya mual dan 2. Untuk mengetahui kekurangan
Asupan muntah cairan/dehidrasi atau tidak
makanan 3 4
4. Identifikasi abnormalitas 3. Untuk memantau status cairan yang
Asupan eliminasi bowel keluar
cairan 3 4
5. Identifikasi perubahan nafsu 4. Untuk memantau adanya
Hidrasi 3 4 makan dan aktivitas yang abnormalitas eliminasi bowel seperti
Keterangan: dilakukan diare, mucus, nyeri pada saat
1 : sangat menyimpang dari rentang normal Manajemen Nutrisi (1100): eliminasi.
2 : banyak menyimpang dari rentang 1. Identifikasi adanya alergi 5. Untuk mengetahui peningkatan atau
normal atau intoleransi makanan penurunan berat badan.
3 : cukup menyimpang dari rentang yang dimiliki klien
normal 4 : sedikit menyimpang dari 2. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Untuk mengetahui alergi atau
rentang normal untuk menentukan diit yang intoleransi makanan yang dimiliki
5 : tidak menyimpang dari rentang normal dibutuhkan klien
3. Monitor asupan makanan 2. Untuk pemenuhan kalori dan nutrisi
4. Motivasi asupan tambahan: yang tepat bagi klien
susu formula 3. Untuk mengetahui kekurangan
5. Berikan keluarga klien nutrisi dalam tubuh
informasi tentang kebutuhan 4. Membantu peningkatan nutrisi
nutrisi 5. Agar keluarga mengetahui jenis
nutrisi yang dibutuhkan.
Kurang Kowlwdge : disease process Teaching : Diasese Process
pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahan anak 1. Penting bagi keluarga untuk
- Pasien dan keluarga menyatakan dan orang tua tentang mengetahui perbedaan efek samping
- pemahaman tentang penyakit, kondisi, penyakit, pengobata dan obat yang diberikan
prognosis dan program pengobatan intervensi 2. Pentingnya melakukan edukasi
- Pasien dan keluarga mampu 2. Jelaskan patofisiologi dan patofisiologi dan tanda gelaja, faktor
melaksanakan prosedur yang dijelaskan tanda gelaja, faktor pencetus pencetus
secara benar penyakit 3. Menjelaskan prosedur tindakana dan
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 3. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan guna mengurangi ansietas
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim pengobatan
kesehatan lainnya.

Gangguan Pola Status pernafasan Fluid Management


Nafas No Indicator Target 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Peninggian kepala tempat tidur
1 Frekuensi pernafasan 5 nafas memudahkan fungsi pernafasan
2 Irama pernafasan 5 2. Kaji fungsi pernafasan 2. Melihat adanya perubahan fungsi
3 Suara auskultasi nafas 5 3. Berikan oksigen pernafasan
4 Kedalaman inspirasi 5 4. Kaji gejala pemberian obat 3. Untuk merelaksasikan otot
5 Saturasi oksigen 5 theophiline seperti mual 4. Menurunkan spasme jalan nafas
muntah 5. Hidrasi membantu menurunkan
Keterangan: 5. Berikan cairan yang adekuat kekentalan secret
1. : berat 6. Kolaborasi pemberian terapi 6. Merelaksasikan otot pernafasan dan
2. : cukup berat pernafasan : nebulizer, menurunkan spasme jalan nafas yang
3. : sedang fisioterapi dada bila indikasi, efektif
4. : ringan nafa efekt bila perlu lakukan
5. : tidak ada (5* tidak ada deviasi suction
dari kisaran normal

Defisit Perawatan Self Care assistane : ADLs


Self care : Activity of Daily Living 
diri
1. Klien terbebas dari bau badan.
1. Monitor kemempuan klien 1. Mengetahui tingkat kemampuan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap
untuk perawatan diri yang perawatan diri secara mandiri
mandiri. 2. Mengetahui kebutuhan kebersihan
kemampuan untuk melakukan
2. Monitor kebutuhan klien diri
ADLs. 3. Memenuhi kebutuhan perawatan diri
untuk alat-alat bantu untuk
3. Dapat melakukan ADLS dengan
kebersihan diri, berpakaian, 4. Mengidentifikasi
bantuan
berhias, toileting dan makan. kelemahan/kekuatan diri
3. Sediakan bantuan sampai 5. Membantu pasien mengembangkan
klien mampu secara utuh motivasi
untuk melakukan self-care. 6. Agar tidak memperparah cidera
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
6. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan..
f. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan realisasi dalam bentuk tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Amin, 2015). Menurut
Asmadi (2012), selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana
asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk
membantu klien memenuhi kriteria hasil.

g. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan,
penggunaan evaluasi menggunakan metode SOAP yaitu S (Subyektif) berisi
data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan interpretasi, A (Assessment)
berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi atau pontensial dan perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera P (Planning) merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi diagnosis atau laboratorium
serta konseling untuk tindakan lanjut (Potter & Perry, 2010). Tahap evaluasi
adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk
kembali kedalam siklus apabila kriteria hasil belum dicapai. Komponen
tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap
proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan
(Asmadi, 2008).

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Medical record 544436
Umur : 58 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 14-11-2020
Tanggal pengkajian : 14-11-2020
Unit : Poliklinik saraf
Diagnosa medis saat masuk : LBP Kronis

2. Alasan Masuk

Klien mengatakan nyeri punggung bawah menjalar kekaki kiri. Tidak

bisa berdiri lama, dan berjalan >5meter.

3. Riwayat Kesehatan

a.Riwayat Kesehatan Sekarang.


Klien mengatakan nyeri di daerah punggung menjalar ke kaki kiri,

nyeri lebih parah pada saat bergerak. Klien mengatakan di bantu keluarga

untuk melakukan aktivitas, saat nyeri bertambah berat saat aktivitas.

b.Riwayat Kesehatan Dahulu.

Klien mengatakan pernah dirawat dengan penyakit yang sama nyeri

didaerah pinggang, pernah operasi saraf terjepit di RS Santa maria tahun

2014, dan 4 bulan lalu pernah tindakan passed blok dengan dr. Iqbal, SpS

di RS Awal Bros Panam.

31
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Keluarga klien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit

keturunan, kelainan tulang kronis, atau penyakit tulang lainnya.

4. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmentis.

GCS : E : 4 V : 5 M : = 15

BB: 61.9 TB: 173

TD: 169/105 Nadi: 97x/i

Pernafasan: 19x/I Suhu: 36.2 oC

a. Kepala
1) Rambut
I : Rambut tampak kering, beruban

P : Tidak ada teraba pembengkakan

2) Mata

I : Simetris kiri dan kanan, pupil isokor, kelopak mata tidak ada

kelainan, konjungtiva tidak anemis, reflek cahaya miosis.

P : Tidak ada teraba pembengkakan di kelopak mata.

3) Telinga.
I : Simetris kiri dan kanan, kelainan tidak ada, fungsi pendengaran

baik.

P : Tidak ada pembengkakan pada telinga.

4) Hidung
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret

P : Tidak teraba pembengkakan

5) Leher.
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran lymphe, kekauan
leher tidak ditemukan.

P : Vena jugularis teraba, tidak ada kalenjer thyroid

6) Thorak.

Paru-paru.

I : Simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada.

P: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada teraba pembengkakan.

P: Sonor.

A: Bronkial, vesikuler, wheezing -/-, ronchi -/-.

7) Jantung.

I:Ictus cordis tidak terlihat.

P: Ictus cordis tidak teraba.

P: Batas kanan : 1 c5 linea panas

ternalaxtra.

A: tidak terdengar suara nafas tambahan.

8) Abdomen.

I: Simetris, tidak ada lesi dan oedema.

P: Tidak ada teraba pembengkakan, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

P: Tympani.

A: Bising usus 12 x/i.

9) Punggung.

I: Tidak ada lesi, nyeri di pingggang menjalar ke punggung.

P : Nyeri pada saat ditekan,

10) Ekstremitas Atas.

Tangan kanan : Tidak ada lesi dan tidak teraba pembengkakan. Tangan

kiri : Tidak ada lesi, tidak teraba pembengkakan.


11) Bawah.

Kaki kanan : Tidak ada lesi, tidak ada teraba pembengkakan.

Kaki kiri : Tidak ada lesi, tidak ada teraba pembengkakan.

Kekuatan Otot.
5 5
4 4
a. Reflek patologis : Babinski.

b. Reflek fisiologis : Bisep.

Genitalia.

Klien tidak terpasang kateter.

Integumen.

Kulit klien : Sawo matang, kulit klien tampak kering.

5. Data Psikososial

a. Prilaku non verbal.

Klien dibantu oleh keluarga dalam melakukan aktifitas.

b. Prilaku verbal.

c. Emosi.
Cara menjawab : klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan walaupun
jawaban kurang jelas.
Cara memberi informasi : degan cara tanya jawab. Klien tampak tenang pada
saat interaksi dengan perawat.

d. Persepsi penyakit.

Klien beranggapan penyakit adalah datangnya dari allah dan sebagai cobaan

untuk lebih dekat lagi kepadanya.

e. Konsep diri.

Klien sebagai laki – laki dan berperan sebagai pensiunan mandor.

f. Adaptasi.
Klien dapat beradaptasi dengan baik.

g. Mekanisme pertahanan iri.

Klien selalu berusaha ingin cepat sembuh.

6. Data Sosial
a. Pola komunikasi.

Komunikasi klien dengan perawat sangat baik.

b. Orang yang dapat memberikn rasa nyaman.

Istri dan anak adalah orang yang dapat membuat klien merasa nyaman.

c. Orang yang paling berharga bagi pasien.

Orang yang paling berharga bagi klien adalah istri dan anaknya.

d. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat.

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, dan klien selalu mengikuti

kegiatan yang dilakukan di masyarakat.

7. Data Spiritual

a.Keyakinan.

Klien beragama islam

b.Ketaatan beribadah.

Klien selalu mengerjakan ibadah sholat 5 waktu ke masjid.

c. Keyakinan terhadap penyembuhan.

Klien yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan selalu berdoa

kepada allah untuk diangkatkan penyakitnya.

8. Data Penunjang

MRI Lumbosacral Non-kontras : Pemeriksaan MRI di lakukan pada tgl :


14– 11 – 2020. Dengan hasil:

Spondylo-listhesis ringan L4-5. End-plate degeneration disertai bone edema pada-


inferior L4- superior L5. Dessicated discus 2 lumbalis. Protruded L4-5, bulging
disc L3-4, L5-S1 yang menekan anterior thecal sac. Penyempitan for neuralis berat
L4-5 kanan kiri- terutama L4-5 kanan. Penyempitan for neuralisringan-sedang L3-
4, L5-S1 kanan kiri. Spondylo-arthrosis dan spondylo-lisis ringan L4-5 kanan
kiri.Med. spinalis normal.

Kesan: Spondylo-listhesis ringan L4-5. End-plate degeneration dengan bone edema


inferior L4- superior L5. Protruded L4-5, bulging disc L3-4, L5-S1 yang menekan
anterior thecal sac dan menyebabkan penyempitan berat L4,5- bilateral, terutama
kanan.

9. Data Pengobatan

No Nama Obat Dosis


Order Kegunaan
dokter
1 Mional/diazepam 50 mg/ 30 TAB obat relaksan untuk mengatasi
2 mg kekakuan atau spasme otot
skeletal (otot gerak) dan otot
polos. / obat penenang
yang digunakan untuk
mengatasi kejang dan gangguan
kecemasan
2 Paracetamol/tra 500 30 TAB Meredakan nyeri ringan hingga
madol mg/ 50 sedang. / obat yang digunakan
mg untuk membantu mengurangi rasa
sakit sedang hingga cukup parah
3 Provelyn 75 mg 30 TAB Obat dari
golongan antikonvulsan (mengem
balikan kesetabilan rangsang
saraf) yang digunakan untuk
meringankan nyeri pada
penderita neuropati perifer dan
firbromialgia
4 Ondansentron 8 mg 30 TAB obat yang digunakan untuk
mencegah serta mengobati mual
dan muntah yang bisa disebabkan
oleh efek samping obat

10. Data Fokus


a. Data subjektif
- Klien mengatakan nyeri di daerah puggung bawah dan menjalar ke kaki kiri
- Klien mengatakan nyeri bertambah berat saat beraktivitas
- Klien mengatakan tidak bisa berdiri lama atau berjalan >3m
- Klien mengatakan di bantu keluarga untuk melakukan aktivitas
b. Data objektif
- Klien tampak nafsu makan berkurang.
- Klien tampak susah menelan.
- Klien tampak meringis kesakitan.
- Klien tampak saat duduk nyeri terasa berat.
- Klien tampak di bantu keluarga untuk beraktivitas
- Pemeriksaan MRI di lakukan pada tanggal : 14 – 11 – 2020.

ANALISA DATA
NO Data Masalah Etiologi
1. Ds : Nyeri akut. Agen cedera
- Klien mengatakan nyeri di daerah fisik.
punggung dan menjalar kaki kiri.
- Klien mengatakan nyeri bertambah parah
pada saat bergerak.
Do : - Klien tampak meringis kesakitan.
- Skala nyeri 4.
- Klien tampak gelisah.
- TD : 169/105 mmHg. N : 97 x/i
- Suhu : 36,2oC P : 19 x/i
- BB : 61,9 kg. TB: 175
2 Ds : Gangguan Nyeri
- Klien mengatakan di bantu keluarga mobilitas fisik.
untuk melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan nyeri bertambah berat
saat beraktivitas.
Do : -Klien tampak dibantu keluarga untuk
beraktifitas.
- Klien tampak menggunakan tongkat

11. Diagnosa Keperawatan


Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
12 . Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindkan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan, pasien diharapkan (1400) 1.Pengkajian
agen cidera fisik mencapai kriteria hasil sebagai 1. Lakukan pengkajian berkelanjutan
berikut: nyeri secara membantu meyakinkan
Kontrol nyeri (1605) komprehensif bahwa penanganan
No Indicator Target termasuk lokasi, dapat memenuhi
1 Mengenal 5 karakteristik, durasi, kebutuhan pasien
kapan nyeri frekuensi, kualitas dalam mengurangi
terjadi dan faktor presipitasi nyeri.
2 Mengenali 5 2. Monitor vital sign 2.Untuk memantau status
factor 3. Kontrol lingkungan perkembangan klien
penyebab yang dapat guna menentukan
3 Menggunakan 5 mempengaruhi nyeri perencanaan dan
tindakan seperti suhu ruangan, tindakan keperawatan
untuk pencahayaan dan yang baik.
mengurangi kebisingan 3.Lingkungan yang baik
nyeri 4. Kolaborasikan dengan akan membantu
4 Melaporkan 5 dokter: pemberian mengurangi rasa nyeri
nyeri analgesic yang dirasakan.
terkontrol 5. Ajarkan tentang 4.Untuk terapi obat yang
Keterangan: teknik non diperlukan dan sesuai
1. : Tidak pernah farmakologi kebutuhan.
menunjukkan 5.Untuk mengurangi
2. : Jarang menunjukkan ketergantungan
3. : Kadang menunjukkan terhadap analgesic.

30
4. : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten
menunjukkan
Level Nyeri (2102)
No Indicator Target
1 Nyeri yang 5
dilaporkan
2 Ekspresi akibat 5
nyeri
3 Vital sign 5*
Keterangan:
1. : berat
2. : cukup berat
3. : sedang
4. : ringan
5. : tidak ada (5* tidak ada
deviasi dari kisaran normal
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindkan Bantuan Bantuan perawatan diri
fisik penurunan keperawatan, pasien diharapkan Perawatan diri 1. Mengetahui tingkat
kekuatan otott mencapai kriteria hasil sebagai (1800) kemampuan perawatan
berikut: 1. Monitor kemampuan diri secara mandiri
Toleransi terhadap aktivitas perawatan diri 2. Memenuhi kebutuhan
(0005) 2. Berikan bantuan perawatan diri
No Indikztor Target perawatan diri 3. Keterlibatan keluarga
1 Kemudahan 4 3. Ajarkan keluarga meningkatkan
dalam perawatan kenyamanan kliendan
dalam
4. Mengubah posisi peran keluarga dalam
melakukan
klien merawat anggota
ADL
5. Dampingi klien pada keluarga yang sakit
2 Kemampuan 4
ketika saat latihan 4. Mencegah dekubitus

39
melakukan ambulansi (ROM dan mempercepat
aktivitas Terapi Latihan : proses pemulihan
fisik Ambulasi (0221) kondisi pasien
1. Bantu klienambulasi 5. Memantau kemampuan
Ambulasi (0200) awal klienterhadap latihan
No Indikator 2. Bantu
Target klien untuk ambulasi yang
1 Menopang 4perpindahan diberikan
berat badan 3. Kolaborasi: fisioterapi jika Terapi Latihan:
2 Berjalan 4diperlukan Ambulasi
dengan 4. Sediakan alat bantu 1. Untuk melakukan
langkah efektif seperti walker, kursi mobilisasi dini kepada
3 Berjalan 4 roda, tongkat klien
dengan pelan 5. Edukasi klien dan 2. Untuk memudahkan
4 Berjalan 4 keluarga mengenai kliendalam berpindah
mengelilingi permindahan dan 3. Melakukan
kamar Teknik ambulansi interprofessional
yang aman kolaborasi kepada
Keterangan: pasien
1: sangat terganggu 4. Untuk memfasilitasi
2: banyak terganggu klienpada saat
3: cukup terganggu ambulansi
4: sedikit terganggu 5. Untuk meningkatkan
5: tidak terganggu pengetahuan tentang
Teknik ambulansi yang
benar.
13. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Nyeri Akut - Mengkaji tingkat nyeri pasien S : Klien mengatakan nyeri punggung
berhubungan - Edukasi pasien tentang penyaki dan cara mengurangi
dengan agen cidera nyeri P :agen cidera fisik
fisik - Memberikan alternatif lain kepada klien teknik Q : seperti ditusuk
mengontrol nyeri dengan mendengarkan musik sesuai R : punggung bawah menjalar kaki kiri
kesenangan pasien. S : Skala 4
- Memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas
T : hilang timbul
dalam untuk mengontrol nyeri
- Memotivasi klien untuk menggunakan teknik yang Klien mengatakan sakit sekali
disukai untuk mengontrol nyeri. O :- Klien tampak meringis
- Anjurkan klien berjemur dan berenang - Klien tampak gelisah, kesakitan
A : Diagnosa Keperawatan Nyeri akut belum
Raudhatul Hasanah teratasi

Kriteria Hasil T C

Mengenal kapan nyeri terjadi 5 2

Mengenali factor penyebab 5 3

Menggunakan tindakan 5 2
mengurangi nyeri

Melsporksn nyeri terkontrol 5 2


Kriteria Hasil T C

Nyeri yang dilaporkan 5 2

Ekspresi akibat nyeri 5 3

Vital sign 5 5

P : Rencana intervensi

- Monitor tingkat nyeri pasien


- Motivasi klien untuk selalu menggunakan
mengurangi/mengontrol nyeri sesuai yang
diajarkan oleh perawat.
- Motivasi pasien untuk mengurangi ktifits berat
dan rajin berjemur serta bernang
2 Hambatan - Memonitor kemampuan perawatan diri S:
mobilitas fisik - Bantu klien dalam perubahan gerak - klien mengatakan perawatan diri dibantu
berhubungan - Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, dan keluarganya
dengan penurunan keseimbangan - klien mengatakan akan sering berjemur
kekuatan otot - Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi O:
motivasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi - klien mampu berjalan perlahan
untuk pemasangan konset). - klien belum berani untuk dioperasi atau disuntik
Raudhatul Hasanah passed block
A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasi

Kriteria Hasil T C

Kemudahan dalam melakukan 4 1


ADL
Kemampuan melakukan 4 1
aktivitas fisik

Kriteria Hasil T C

Menopang berat badan 4 1

Berjalan dengan langkah efektif 4 1

Berjalan dengan pelan 4 1

Berjalan mengeliingi kamar 4 1

P : Rencana intervensi

- Monitor kemampuan perawatan diri


- Latih ambulasi secara bertahap

Raudhatul Hasanah
BAB IV

PEMBAHASA

Pada bab ini akan membahas tentang kesesuaian dan kesenjangan antara teori
hasil studi pada penerapan dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Low Back Pain Pada Tn ”Z” Di Poliklinik Saraf Rs Awal Bros Pekanbaru tanggal 12
November 2020 dan 14 November 2020 . Pembahasan ini dibuat berdasarkan landasan
teoritis dan studi kasus yang bertujuan agar tindakan direncanakan berdasarkan
rasional yang relevan yang dapat dianalisa secara teroritis untuk memudahkan
kesesuaian dan kesenjangan yang terjadi pada kasus ini.

A. Analisis Pengkajian
Data pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui
berbagai permasalahan yang dirasakan klien. Fase dari pengkajian meliputi:
pengumulan data, analisis data, pengelompokan data dan dokumentasi data.
Sedangkan pada proses pengkajian dimulai dari melakukan pengumpulan riwayat
kesehatan, melakukan pengkajian kesehatan, wawancara dengan klien dan orang
(Kusuma & Nurarif, 2015).
Dalam melakukan pengkajian pada klien Tn. Z data didapatkan dari klien,
beserta keluarga catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya. Riwayat kesehatan
sekarang secara teoritis dilihat dari manifestasi klinis pada klien dengan Low Back
Pain ditemukan adanya bahwa klien tidak ada makan, sudah diberikan nasi 1 porsi
tidak habis, habis hanya 4 sendok. Klien juga pinggang terasa sakit,nyeri pinggang
yang dirasakan menjalar ke punggung. Klien juga untuk melakukan aktivitas dibantu
oleh keluarga, nyeri bertambah berat saat beraktivitas.
Riwayat kesehatan dahulu pada saat dilakukan pengkajian kesehatan dahulu
pasien mengatakan pernah melakukan operasi daraf terjepit tahun 2014. Pada saat itu
klien juga mengatakan punggung terasa sakit dan menjalar ke kaki kiri. Riwayat
kesehatan keluarga pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga keluarga klien tidak
ada mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien.

Pemeriksaan fisik dalam pengkajian pemeriksaan fisisk pada teoritis dan


tinjauan kasus tidak terdapat adanya kesenjangan data karena pemeriksaan sangat
30
penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi
klien.
B. Analisis Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik yang mencangkup respon klien,
keluarga, dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah kesehatan
dalam proses keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon aktual dan potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Alasan untuk
merumuskan diagnosa keperawatan setelah menganalisis data pengkajian adalah untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien dan keluarganya untuk
memberikan asuhan keperawatan.
Menentukan prioritas masalah keperawatan adalah kegiatan untuk menentukan
masalah yang menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi dahulu.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan terdapat diagnosa prioritas pada kasus Tn. Z
yaitu nyeri berhubungan dengan LBP dan hambatan mobilitas fisik. Pada tinjaun
teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan kasus ditemuakan
2 diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Low Back
Pain, yaitu :
1. Nyeri berhungan dengan agen cedera fisik.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
4. Pola nafas tidak efektif berhungan dengan nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhungan dengan tidak mengetahui
sumber informasi.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri.
Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik dianjurkan untuk
disuntik atau diperasi karena menimbulkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-
hari sehingga membuat pasien tidak nyaman dengan kondisinya dan data objektif

45
pasien tampak meringis dan tampak menahan nyeri.
Diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri karena pada
saat pengkajian pasien mengatakan tidak bisa berdiri lama dan sulit untuk
melakukan aktifitas. Untuk kedua diagnosa yang diangkat, hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus pada pasien.

C. Analisis Intervensi

Intervensi atau perencanaan keperawatan/keperawatan adalah tindakan yang


harus dilakukan oleh perawat/bidan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
dialami oleh klien. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan. Merumuskan rencana tidakan keperawatan adalah kegiatan spesifik untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil, ada tipe rencana tindakan
keperawatan yaitu observasi, terapeutik dan nursing treatment, penyuluhan atau
pendidikan kesehatan, rujukan atau kolaborasi
Intervensi keperawatan merupakan kategori perilaku perawat yang bertujuan
menentukan rencana keperawatan yang berpusat kepada klien sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang ditegakkan sehingga tujuan tersebut terpenuhi. Dalam penyusunan
karya ilmiah ini penulis menyusun intervensi berdasarkan Nursing Intervension
Clasification (NIC) dan Nursing outcome Clasificatin (NOC).

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan


prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencaana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
a. Untuk diagnosa pertama.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. Mengkaji tingkat nyeri
pasien, edukasi pasien tentang penyaki dan cara mengurangi nyeri, memberikan
alternatif lain kepada klien teknik mengontrol nyeri dengan mendengarkan musik
sesuai kesenangan pasien, memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam
untuk mengontrol nyeri, memotivasi klien untuk menggunakan teknik yang disukai
untuk mengontrol nyeri, anjurkan klien berjemur dan berenang, kolaborasi berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri klien.
b. Untuk diagnosa kedua
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Koreksi tingkat
kemampuan mobilisasi, bantu klien dalam perubahan gerak, observasi / kaji terus
kemampuan gerak motorik, dan keseimbangan, anjurkan keluarga klien untuk
melatih dan memberi motivasi, kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan konset).

D. Analisis Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tindakan mandiri maupun kolaborasi yang


diberikan perawat kepada klien sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan kriteria
hasil yang ingin dicapai. Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada Tn. Z,
peneliti melakukan beberapa tindakan. Peneliti melakukan setiap tindakan dan
kegiatan yang akan dilakukan, memberikan asuhan keperawatan secara langsung, dan
menjalain hubungan saling percaya.
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien low back pain, hal ini tidaklah mudah. Terlebih dahulu penulis mengatur strategi
agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang dimulai dengan melakukan
pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan apa yang akan perawat
anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai
dengan masalah yang dihadapkan klien.
1. Untuk diagnosa pertama.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. Mengkaji tingkat nyeri
pasien, edukasi pasien tentang penyaki dan cara mengurangi nyeri, memberikan
alternatif lain kepada klien teknik mengontrol nyeri dengan mendengarkan musik
sesuai kesenangan pasien, memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam
untuk mengontrol nyeri, memotivasi klien untuk menggunakan teknik yang disukai
untuk mengontrol nyeri, anjurkan klien berjemur dan berenang, kolaborasi berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri klien.
2. Untuk diagnosa kedua.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Koreksi tingkat
kemampuan mobilisasi, bantu klien dalam perubahan gerak, observasi / kaji terus
kemampuan gerak motorik, dan keseimbangan, anjurkan keluarga klien untuk
melatih dan memberi motivasi, kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan konset).
Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak menemukan kesulitan
yang berarti, hal ini disebsbkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam
perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan
keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya
sehingga memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan
sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan secara teori adalah tindakan intelektual untuk


memperbaiki proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Evaluasi adalah catatan mengenai perkembangan klien yang dibandingkan
dengan kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya, dengan menggunakan metode
SOAP. Pada kasus Tn. Z evaluasi dilakukan pada tanggal 14 November 2020 dengan
metode SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis, dan perencanaan).
Diagnosa keperawatan nyeri berkaitan dengan agen cidera fisik setelah
dilakukan intervensi nyeri yang dirasakan berkurang namun masih hilang timbul,
intervensi untuk pengurangan nyeri masih dilakukan.

Sedangkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas berhubungan dengan


nyeri juga masih akan dilakukan intervensi. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek, karena diharapkan setelah dilakukan intervensi terhadap
pasien, evaluasi yang didapatkan yaitu nyeri dan hambatan mobilitas fisik teratasi.
Namun dalam hal nyeri yang dirasakan oleh pasien tidak sepenuhnya teratasi tetapi
hanya berkurang setelah dilakukannya intervensi. Hal tersebut dikarenakan untuk
mengatasi nyeri membutuhkan waktu yang cukup lama agar dapat mengobservasi
keadaan pasien, sedangkan pasien berkunjung ke poli untuk waktu yang singkat. Serta
nyeri yang dirasakan oleh pasien tersebut akan selalu muncul sebelum tindakan
pembedahan dan penyembuhan luka selesai.
Evaluasi adalah penilain dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Dari 3
diagnosa keperawata yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan
dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan,kurang lebih sudah
mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan
asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja
sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Penulis mengevaluasi selama 2 hari dari tanggal 12 – 14 November 2020.
a. Pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Belum teratasi karena masih terasa nyeri didaerah pinggang, nyeri pada saat
bergerak.
b. Pada diagnosa kedua yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Belum teratasi karena klien mengatakan aktifitas masih dibantu keluarga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

LBP adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan

nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga

terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan

sering disertai dengan 10 penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih

dari 6 bulan disebut kronikLBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau

tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP diklasifikasikan kedalam 2

kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12

minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk dalam

faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh yang meliputi

berat badan, tinggi badan, pekerjaan, dan aktivitas / olahraga.

Hasil pengkajian pada Tn. Z dengan LBP didapatkan data subyektif bahwa
pasien mengatakan nyeri pinggang sejak tahun 2014 dan terasa nyeri serta data
objektif pasien tampak menahan nyeri, dan pasien tampak gelisah.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. Z yaitu nyeri berhubungan
dengan agen cidera fisik dan Hambatan mobilitas fisik. Pada tahap intervensi dan
implementasi, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan yang disusun
berdasarkan aplikasi dari teori NIC-NOC, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan
masalah klien. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa nyeri dan
hambatan mobilitas fisik adalah pain management dan pengurangan kehambatan
mobilitas fisikan. Evaluasi akhir dari diagnosa keperawatan dapat teratasi.

B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk :
1. Penulis
Penulis diharapkan lebih mendalami kembali teori LBP sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan efektif sesuai dengan teori yang
ada. Untuk perawat perlu meningkatkan critical thinking dalam mengelola klien,
sehingga banyak menemukan clinical infinding dan terciptalah model asuhan
keperawatan yang profesional. Perawat diharapkan meningkatkan kemampuan
pendokumentasian dengan lengkap dan jelas.
2. Rumah Sakit
RS Awal Bros Pekanbaru lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan lebih
konservatif terhadap asuhan yang diberikan pada pasien dengan LBP
3. Pasien
Pasien dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang LBP dan melakukan
pengawasan melalui pemeriksaan rutin di RS.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handcbock,
An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis
: Elsevier.
Amin. (2015). Apikasi Asuhan Keperawatan Beerdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction.

Anonim. 2003. Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien. Pikiran Rakyat Cyber
Media. Bandung. http//:www.pikiranrakyatcybermed. co.id. Diakses tanggal 2
Juli 2006.

Bowman JM. The meaning of chronic low back pain. AAOHN-J 1991 Aug;
39(8):381-384.

Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice.
14th Ed. Philadelphia : F. A. Davis Company.

Chase JA. Outpatient mana8ement of low back pain. Orthop Nur 1992
Jan/Feb;11(1):11-21.

Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monika Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.

Fernandez, C. 2009. Prevalence of neck and low back pain in community- Dwelling
adults in spain:A Population-Based National study.
http://journals.lww.com/spinejournal/fulltext/2011/0210/prevalence_o
f_neck_and_low_back_pain_in.21.aspx(diakses pada 6 Juli 2014).

Muttaqin, Arif. 2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta : Salemba Medika.

NANDA. (2018-2020). Diagnosis Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media action.

Nurna Ningsih, Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L,
Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan
penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.
Tailor, Cynthia M & Sheila Sparks Ralph. 2011.Diagnosa Keperawatan dengan
Rencana Asuhan.Jakarta : EGC.

Yulianto A. 2008. Pencegahan Terhadap Cidera Punggung. http://arif-


sugiri.blogspot.com/2008/01/pencegahan-terhadap-cidera-
punggung.html.27 Mei 2018.

Yunus, M (2008). Jurnal Hubungan antara posisi duduk dan masa duduk dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada pemecah batu granat. Universitas
Diponegoro. http://www.fkm.undip.ac.id (diakses pada 27 Mei 2018)
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN KASUS KEPERAWTAN

DI RS AWAL BROS PEKANBARU

Nama : Raudatul Hasanah


NIK : PK2020112
Ruangan : Poli Zona 3

No Tanggal Materi yang dikonsulkan TTD

Anda mungkin juga menyukai