Anda di halaman 1dari 31

TUGAS HIDRAULIKA LANJUT

RINGKASAN BAB 5 PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASI


& PEMELIHARAAN (OP)

Oleh :
Ni Putu Yuni Ardani
1981511040

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
PEDOMAN PELAKSANAAN OPERASI & PEMELIHARAAN

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk menjaga kinerja prasarana dan sarana drainase perkotaan yang telah ada maka
kegiatan operasi dan pemeliharaan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat dan lingkungan.
I.2 Ruang Lingkup
Tersedianya pedoman pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana
drainase perkotaan berwawasan lingkungan.
I.3 Tujuan
Tersedianya pedoman operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase
perkotaan berwawasan lingkungan yang dapat digunakan sebagai acuan penyelenggaraan
operasi dan pemeliharaan oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyrakat dan pihak swasta.
I.4 Ruang Lingkup
Mencakup pedoman tentang operasi, pemeliharaan, pembiayaan dan kelembagaan
beserta personalianya.
I.5 Pengertian
1) Operasi adalah kegiatan untuk menjalankan dan memfungsikan prasarana dan sarana
drainase perkotaan sesuai dengan maksud dan tujuannya;
2) Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin fungsi prasarana dan
sarana drainase perkotaan sesuai dengan rencana;
3) Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu
kawasan badan air penerima;
4) Drainase perkotaan berwawasan lingkungan adalah prasarana drainase di wilayah kota
yang berfungsi mengelola/mengendalikan air permukaan (limpasan air hujan) sehingga
tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan kekeringan bagi masyarakat serta
bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup;
5) Sistem Polder adalah suatu sistem yang secara hidrologis terpisah dari sekelilingnya
baik secara alamiah maupun buatan yang dilengkapi dengan tanggul, sistem drainase
internal, pompa dan/atau kolam detensi;
6) Kolam retensi adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk menampung dan
meresapkan air hujan di suatu wilayah;
7) Kolam detensi adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk menampung
menampung sementara air hujan di suatu wilayah;
8) Kolam tandon adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk menampung air hujan
agar dapat digunakan sebagai sumber air baku;
9) Bangunan pelengkap adalah bangunan air yang melengkapi sistem drainase berupa,
gorong-gorong, bangunan pertemuan, bangunan terjunan, siphon, talang, tali air/street
inlet, pompa, bangunan penangkap sedimen, saringan sampah, dan pintu air;
10) Trash Rack adalah bangunan saringan sampah yang dapat dioperasikan secara mekanik
atau manual; samapah yang dapat dioperasikan secara mekanik atau manual;
11) Bangunan perlintasan adalah bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan air dari
satusaluran ke saluran yang lain yang melintasi suatu bangunan tertentu;
12) Pompa banjir adalah pompa yang berfungsi memindahkan air ke badan air penerima;
13) Rumah pompa adalah bangunan pelengkap untuk melindungi peralatan seperti genset,
panel-panel, pompa banjir, ruang operasi dan pemeliharaan;
14) Pompa lumpur adalah pompa yang berfungsi menyedot air dan lumpur untuk
membantu mengoptimalkan fungsi pompa banjir;
15) Rumah jaga adalah rumah yang digunakan petugas untuk melaksanakan operasi dan
pemeliharaan pompa banjir dan rumah pompa;
16) Bangunan pengatur adalah bangunan yang berfungsi untuk mengatur aliran air;
17) Jalan inspeksi adalah jalan yang berfungsi untuk operasi dan pemeliharaan dan
18) sarana drainase perkotaan;
19) Daerah sempadan adalah daerah untuk mengamankan prasarana dan sarana drainase
akibat pengaruh drainase perkotaan;
20) Sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu
seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri, dan komersial. Pengelolaan
sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi
lainnya;
21) Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder tersier beserta
bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat.
Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.
22) Pengendalian banjir adalah usaha untuk mengendalikan air sungai yang melintasi
wilayah kota, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas
dan tanggung jawab dinas pengairan (Sumber Daya Air);
23) Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan
menyalurkan ke saluran primer;
24) Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan
menyalurkannya ke saluran primer;
25) Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap
menyalurkannya ke saluran sekunder;
26) Sumur resapan adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk meresapkan air hujan
dari atap bangunan ke dalam tanah melalui lubang sumuran;
27) Studi terkait adalah studi lain yang terkait dengan kegiatan studi drainase
perkotaan,antara lain: RUTRK, studi persampahan, studi limbah dan studi transportasi;
28) Rehabilitasi adalah kegiatan untuk memperbaiki saluran dan sarana drainase lainnya
termasuk bangunan pelengkapnya yang mengalami penurunan kondisi dan fungsi agar
kinerjanya sesuai dengan perencanaan;
29) Normalisasi adalah kegiatan untuk memperbaiki saluran dan sarana drainase lainnya
termasuk bangunan pelengkap sesuai dengan kriteria perencanaan;
30) Kota metropolitan adalah kota yang mempunyai penduduk lebih dari 1.000.000 jiwa;
31) Kota besar adalah kota yang mempunyai penduduk antara 500.000 jiwa- 1.000.000
jiwa;
32) Kota sedang adalah kota yang mempunyai penduduk antara 100.000 jiwa- 500.000
jiwa;
33) Kota kecil adalah kota yang mempunyai penduduk antara 20.000 jiwa - 100.000 jiwa.

2. SARANA DAN PRASARANA DRAINASE PERKOTAAN

2.1. Prinsip Dasar Drainase Perkotaan

Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu ditampung, diresapkan dan dialirkan dengan
cara pembuatan tampungan, fasilitas resapan dan saluran drainase.

2.2. Fungsi Drainase Perkotaan Secara Umum

1) Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan air.


2) Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima
3) Mengendalikan kelebihan air permukaan
4) Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
5) Melindungi prasarana dan sarana perkotaan yang sudah terbangun.

2.3. Fungsi Drainase Perkotaan Berdasarkan Fungsi Layanan

1) Sistem Drainase Lokal


sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota
tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial.
2) Sistem Drainase Utama
istem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder, tersier
beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat.
3) Pengendalian Banjir (Flood Control)
Pengendalian banjir adalah usaha untuk mengendalikan air sungai yang melintasi
wilayah kota, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan
manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.

2.4. Fungsi Drainase Perkotaan Berdasarkan Fisiknya

1) Saluran Primer adalah Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder
dan menyalurkannya ke badan air penerima.
2) Saluran Sekunder adalah Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier
dan menyalurkannya ke saluran primer.
3) Saluran Tersier adalah Saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap
menyalurkannya ke saluran sekunder.
3. KEGIATAN OPERASI & PEMELIHARAAN (O&P)
Untuk dapat memperoleh hasil seperti yang diharapakan maka sebelum kegiatan operasi
dan pemeliharaan diperlukan perencanaan pemrograman, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi (monev).
3.1 Perencanaan O & P Drainase Perkotaan
a. Pemeliharaan rutin/routinemaintenance;
Pemeliharaan rutin adalahpemeliharaanyang dilakukan dilakukan berulang-ulang pada
waktu tertentu, misalnya setiap hari, minggu, bulan dan tahun;
b. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala adalah pekerjaan pemeliharaan yang selalu dilakukan menurut
tenggang waktu tertentu, misalnya setiap hari, minggu, bulan dan tahun;
c. Pemeliharaan khusus/special maintenance
Pemeliharaan khusus adalah pemeliharaan yang dapat dilakukan apabila prasarana
dan sarana mengalami kerusakan yang sifatnya mendadak.
d. Rehabilitasi/Rehabilitation
Adalah pemeliharaan khusus yang dapat dilakukan apabila prasarana dan sarana
mengalami kerusakan yang sifatnya mendadak atau mengalami kerusakan yang
menyebabkan bangunan tidak atau kurang berfungsi.

3.2 Pelaksanaan O & P Drainase Perkotaan


Terdapat beberapa hal yang harus diperhatian selama pelaksanaan O & P drainase
perkotaan, antara lain :
1) Sebelum pelaksanaan O&P drainase perkotaan
 Untuk pekerjaan saluran :
a. Perlu dilakukan pekerjaan pengukuran profil memanjang dan melintang untuk
mengetahui volume sedimentasi/ lumpur, kecuali pekerjaan rutin/berkala yang
hanya mengangkat sampah dan benda apung lainnya;
b. Menghitung volume kerusakan talud saluran, apabila taludnya dari pasangan
maupun dari tanah;
c. Menghitung rencana biaya volume sedimen termasuk angkutannya dan atau
menghitung biaya perbaikan taludnya;
d. Pekerjaan dilakukan secara swakelola maupun tender.
 Untuk pekerjaan bangunan pelengkap :
a. Menghitung volume kerusakan bangunan pelengkap dari gambar desain detail
kerusakan bangunan tersebut;
b. Menghitung rencana biaya volume kerusakan bangunandari gambar detail
desain;
c. Pekerjaan dilakukan secara swakelola maupun tender.
 Untuk pekerjaan kolam penampungan :
a. Perlu dilakukan pekerjaan pengukuran profil memanjang dan melintang untuk
mengetahui volume sedimentasi/ lumpur, kecuali pekerjaan rutin/berkala yang
hanya mengangkat sampah dan benda apung lainnya;
b. Menghitung volume kerusakan talud kolam, apabila taludnya dari pasangan
maupun dari tanah;
c. Menghitung rencana biaya volume sedimen termasuk angkutannya dan atau
menghitung biaya perbaikan taludnya;
d. Pekerjaan dilakukan secara swakelola maupun tender.
2) Saat pelaksanaan O&P drainase perkotaan
a. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan;
b. Adanya pengawas lapangan dari direksi untuk mengawasi pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor atau swakelola;
c. Pekerjaan dianggap selesai apabila telah disetujui kedua belah pihak, pihak
direksi dan kontraktor;
d. Pekerjaan selesai dibuat Berita Acaranya ditandatangani kedua belah pihak,
direksi dan kontraktor.

3.3 Monitoring dan Evaluasi (Monev) O&P Drainase Perkotaan


Pekerjaan monev dilaksanakan apabila pekerjaan O&P telah selesai dikerjakan, hal-hal
yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a. Mengecek atau memonitor apakah pelaksanaan dilakukan sesuai dengan gambar
rencana dan volume rencana;
b. Apabila dalam pelaksanaan terdapat deviasi dengan gambar rencana dan volume
rencana, maka pelaksana atau kontraktor harus menyelesaikan kekurangan tersebut
sesuai dengan rencana, apabila berlebih maka direksi tidak akan membayar kelebihan
tersebut.
c. Selama dalam masa pemeliharaan, pelaksana atau kontraktor wajib memelihara
pekerjaan tersebut, sesuai dengan rencana.
3.4 Prasarana dan Sarana Drainase Perkotaan yang Memerlukan O&P
Tidak semua prasarana dan srana drainase memerlukan kegiatan operasi, namun
semuanya perlu kegiatan pemeliharaan.
3.4.1 Saluran
Terdapat dua saluran drainase yaitu saluran terbuka dan tertutup. Saluran drainase
terdiri dari saluran :
 Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan
menyalurkannya ke badan air penerima.
 Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan
menyalurkannya ke saluran primer.
 Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap
menyalurkannya ke saluran sekunder.
1) Saluran Terbuka
Ukuran saluran tidak dapat distandarisasikan, sebab tergantung dari :
a. Luas daerah tangkapan air (DTA) atau DPSal (Daerah Pengaliran Saluran);
b. Periode ulang (return period);
c. Bentuk daerah tangkapan air/DTA atau DPSal.
d. Bentuk penampang saluran:
1. Trapesium
 saluran yang terbentuk secara alami dimana kemiringan talud mengikuti
kemiringan dari jenis tanah asli;
 saluran dengan perkuatan talud dari pasangan batu kali;
 saluran dengan perkuatan talud dari beton tulang.

Saluran Trapesium

2. Segiempat
Jenis saluran segiempat :
 perkuatan talud dari pasangan batu pecah;
 perkuatan talud dari beton bertulang;
 perkuatan talud dari sheet pile beton bertulang;
 perkuatan talud dari tiang pancang.

Saluran Segiempat
2) Saluran Tertutup
Saluran tertutup merupakan bagian dari sistem saluran drainase pada tempat tertentu
seperti : kawasan pasar, perdagangan dan lainnya yang tanah permukaannya tidak
memungkinkan untuk dibuat saluran terbuka. Saluran tertutup dapat dibedakan menjadi dua
macam :
 Saluran terbuka yang ditutup dengan plat beton;
 Saluran tertutup (aliran bebas atau aliran bertekanan).
Keuntungan dan kerugian saluran tertutup antara lain :
 Keuntungannya adalah bagian atas dari saluran tertutup dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan;
 Kerugiannya adalah pemeliharaan saluran tertutup jauh lebih sulit dari saluran
terbuka.

Saluran tertutup plat beton

Saluran Tertutup

3.4.2 Bangunan Persilangan


a. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah saluran yang memotong jalan atau media lain. Bentuk gorong-
gorong terdiri dari: bentuk lingkarang yang terbuat dari pipa beton dan bentuk
segiempat dari beton bertulang.
Gorong-Gorong

b. Siphon Drainase
Siphon adalah bangunan air yang berfungsi untuk mengalirkan air dengan
menggunakan gravitasi yang melewatibagian bawah jalan, jalan kereta api dan
bangunan lainnya.

Siphon drainase
c. Bangunan terjun
Bangunan terjun adalah bangunan yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan aliran
air dari hulu. Bangunan terjun direncanakan pada jalur saluran dengan kemiringan
eksisting yang kritis dan curam, sehingga kriteria batas kecepatan maksimum yang
diijinkan.

3.4.3 Tanggul
Tanggul banjir adalah konstruksi yang berfungsi untuk mencegah terjadinya limpasan
air dari sungai/saluran ke wilayah. Tanggul banjir dapat terdiri dari tanggul tanah, tanggul
pasangan batu kali dan tanggul beton bertulang atau kombinasi dari ketiganya.

3.4.4 Bangunan Penangkap Air


Bangunan penangkap pasir adalah bangunan yang berfungsi untuk menangkap
sedimen pada daerah tertentu yang alirannya banyak mengandung sedimen layang maupun
endapan dasar. Bangunan ini direncanakan pada lokasi sebelum inlet masuk ke kolam
retensi/tandon, sebelum inlet gorong-gorong, sebelum inlet siphon.
3.4.5 Pintu Air
Pintu air adalah pintu/bangunan pelengkap yang berfungsi untuk mengatur
debit, dan dapat dipasang diantaranya pada: inlet siphon, inlet dan outlet kolam
detensi dan retensi, inlet stasiun pompa dan di ujung saluran yang berhubungan
dengan badan air. Pembagian pintu air menurut jenis dan pengoperasiannya adalah
sebagai berikut :
1) Pintu air menurut jenisnya:
 Pintu sorong
 Pintu klep otomatis
 Pintu katup karet
Pintu Sorong

Pintu Klep Otomatis

Pintu Air Elekto Mekanik

2) Pintu air menurut pengoperasiannya.


 Pintu air yang dioperasikan secara manual
 Pintu air yang berfungsi terbuka dan menutup secara otomatis
 Pintu air yang dioperasikan secara elektro mekanik
3.4.6 Kolam Retensi/Kolam Tandon
Ada dua sistem kolam retensi/kolam tandon yaitu:
1) Kolam retensi di samping badan sungai/saluran drainase
2) Kolam retensi dalam badan sungai/saluran drainase
Kolam Retensi Di Samping Badan Sungai/Saluran Drainase
Kolam Retensi Dalam Badan Sungai/Saluran

3.4.7 Stasiun Pompa


Pompa terdiri dari beberapa tipe diantaranya yaitu : Pompa Ulir
(Archemedian screw), Pompa Turbo (Rotodynamic), Pompa Aliran
Radial(centrifugal) dan Pompa Baling- Baling (axial). Menurut jenis impeller ada
tiga jenis macam pompa yaitu :
1. Pompa ulir (archemedian screw) digunakan untuk kondisi elevasi muka air
yang dipompa relatif aman, tidak sesuai untuk elevasi muka air yang
perubahannya relatif besar.

2. Pompa Turbo (Rotodynamic).

Pompa turbo (rotodynamic) dipilih sesuai dengan keperluan perencanaan. Pompa


ini terdiri atas :

a. Pompa aliran radial (Centrifugal) dipergunakan untuk memompa air


dengan ketingian yang besar dan aliran sedang.

Pompa Sentrifugal

b. Pompa Baling-Baling/Axial dipergunakan untuk memompa air

Pompa Baling – Baling

c. Pompa Aliran Campuran digunakan dengan karekteristik tengah-tengah


antara Pompa Centrifugal dan Pompa Axial. Gambar 3.26
memperlihatkan pompa aliran campuran.

3.4.8 Trash Rack

Trash rack atau saringan sampah adalah salah satu sarana drainase
untuk tetap menjaga kebersihan saluran. Menurut jenisnya terdapat dua jenis trash
rack yaitu :

1) Menurut jenisnya terdapat dua jenis trash rackyaitu :


 Tipe saringan permanen;
 Tipe saringan tidak permanen, dapat diangkat.
2) Menurut pengoperasiannya trash rack dapat dioperasikan secara :
 Manual biasanya ditempatkan di :
a) hulu bangunan pompa dengan kapasitas kecil;
b) saluran inlet kolam retensi dengan kapasitas kecil;
c) inlet bangunan siphon dan;
d) inlet bangunan gorong-gorong.

 Elektro mekanik biasanya ditempatkan di :


a) hulu bangunan pompa dengan kapasitas besar;
b) saluran inlet kolam retensi dengan kapasitas besar;
c) hulu pintu air kapasitas besar
 Trash Rack Otomatis Sistem Rottary (tampak samping)
 Trash Rack Otomatis Sistem Rottary (tampak depan)

Trash Rack Manual

Trash Rack Elektro Mekanik


Trash Rack Otomatis Sistem Rottary (tampak samping)

Trash Rack Otomatis Sistem Rottary(tampak depan)

3.4.9 Sumur Dan Kolam Resapan


Menurut SNI yang dimaksud dengan sumur resapan air hujan adalah sarana
untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.

1) Persyaratan teknis sumur resapan air hujan, menurut SNI adalah sebagai berikut :
a) Bentuk dan ukuran sumur resapan :
 sumur resapan air hujan berbentuk segiempat atau lingkaran;

 ukuran minimum sisi penampang atau diameter adalah 0,80 m;

 ukuran maksimum sisi penampang atau diameter adalah 1,40 m;

 ukuran pipa masuk diameter 110 mm;

 ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm;

 ukuran kedalaman maksimum 3,00 m.

b) Bahan bangunanyang digunakan untuk sumur resapan air hujan antara lain :
semen, pasir, krikil atau split, batu kali dan batu bata.
c) Tipe konstruksi sumur resapan antara lain: sumuran berbentuk bulat dan
sumuran berbentu segiempat.

2) Persyaratan umum sumur resapan antara lain :


a) Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
b) Air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan yang tidak
tercemar;
c) Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan
bangunan sekitarnya;
d) Harus memperhatikan peraturan daerah setempat.

Sumur Resapan

3) Kolam Resapan
Kolam resapan adalah kolam untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, fungsinya
sama seperti sumur resapn.

a) Persyaratan kolam resapan adalah sebagai berikut :


 Kolam resapan air hujan dibuat di lahan yang cukup luas;

 Kolam resapan direncanakan untuk melayani beberapa rumah, misalnya per-


blok atau per-RT atau kawasan yang lebih luas lagi;
 Kolam resapan sebaiknya dibuat di tempat yang paling rendah diantara
kawasan yang dilayani dan di daerah yang memiliki muka air tanah dangkal
(< 5 m);
 Pembuatan kolam resapan dapat dipadukan dengan pertamanan dan hutan
kota

3.5 Kelengkapan O&P

Kelengkapan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase


perkotaan adalah alat yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan operasi dan
pemeliharaan.
a. Peralatan pekerjaan kelengkapan O & P ini terdiri dari :
 Mobil keamanan, Baby Roller, Buldozer, Calm Shell, Excavator, Photon,
Dump Truck, Kabel Sling, Compresor, Mobil Bak Terbuka, Pompa, Kapal
Keruk, Molen, Tangki Penyedot Lumpur, Tangki Penyemprot Air Tekanan
Tinggi.
b. Peralatan Pemeliharaan
 Blincong, Cangkul, Sabit, Meteran, Sabit lengan panjang, Penggaruk,
Gergaji, Kampak, Martil, Golok, Sekop, Sendok Tembok, Gerobak
Dorong, Water Pass, Pengungkir, Sapu, Gergaji Besi, Linggis, Ember,
Kikir, Dolak, Unting-unting, Helm, Sepatu Boot, Pelampung, Senter, Alat
Transportasi dan Alat Komunikasi.
TUGAS 2 HIDRAULIKA LANJUT

PAPER OPERASI DAN PEMELIHARAAN (OP) JARINGAN


IRIGASI
Oleh :
Ni Putu Yuni Ardani
1981511040

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
JARINGAN IRIGASI

1. Pendahuluan

1.1. Pengertian dan Deskripsi Operasi Jaringan Irigasi

Dalam arti yang sempit, operasi jaringan irigasi adalah pengaturan pintu-pintu pada
bangunan air (bendung, bangunan bagi dll) untuk menyadap air dari sumber air,
mengalirkannya ke dalam jaringan irigasi, memasukan air kepetak-petak sawah, serta
membuang kelebihari air ke saluran pembuang. Dalam arti yang luas, operasi adalah usaha-
usaha untuk memanfaatkan prasarana irigasi (jaringan irigasi) secara optimal Menurut PP No.
20 tahun 2006 tentang Irigasi dalam pasal 1, Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan
air pada jaringan irigasi yang meliputi penyediaaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan
pembuangannya termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun
rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, kalibrasi,
pengumpulan data, monitoring dan evaluasi, kegiatan operasi meliputi :
 Pengumpulan Data
 Penyediaan Air Irigasi
 Penyusunan Rencana Tata Tanam (ada modul tersendiri)
 Sistem Golongan
 Rencana Pembagian Air
 Pemberian Air Irigasi
 Melaksanakan Tata Tanam dan Pembagian Air
 Membuka dan Menutup Pintu
 Kalibrasi
 Monitoring & Evaluasi
Sesudah jaringan irigasi selesai dibangun, maka kemudian dilanjutkan dengan
pengelolaan jaringan irigasi, yang terdiri dari operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi. Pesatnya
perkembangan penduduk dan industri terutama di Jawa, menyebabkan keseimbangan antara
penyediaan dan pemanfaatan air menjadi terganggu. Disatu pihak ketersediaan air dari
sumberdaya mengalami penurunan sebagai akibat dari perubahari/terganggunya catchment
area dan di lain pihak kebutuhari akan air semakin meningkat dengan penggunaan yang
beraneka ragam (pertanian, industri, perumahari penggelontoran kota dan sebagainya).
Meningkatnya erosi tanah sehingga kandungan lumpur dalam air sungai meningkat yang
mengakibatkan pendangkalan baik di jaringan irigasi maupun di sungai itu sendiri semakin
cepat pula.  Hal tersebut berpengaruh pada fungsi pelayanan dari jaringan irigasi yang telah
dibangun.  Peningkatan usaha-usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman yang
akhir-akhir ini digalakkan, memerlukan pula dukungan penyediaan air secara tepat baik
dalam segi waktu, ruang, jumlah maupun mutunya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas,
diperlukan usaha-usaha yang berupa operasi dan pemeliharaan, sehingga jaringan irigasi yang
telah dibangun dapat berfungsi dan memberikan pelayanan sebagaimana mestinya, untuk
jangka waktu yang telah direncanakan

1.2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi dalam pasal 1, Pemeliharaan Jaringan
Irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahatikan kelestariannya. Jaringan
inigasi dapat cepat rusak karena adanya hujan/air, sengatan sinar dan panas matahari secara
langsung, hewan/manusia, tanaman liar, atau karena rancangan dan konstruksi fasilitas dan
jaringan yang kurang baik, sehingga:
a) Sinar matahari yang panas akan mengakibatkan keretakan yang memudahkan badan
saluran terkikis;
b) Hujan lebat akan menekan dan menerpa badan bangunan sehingga mudah tergerus atau
tererosi;
c) Air yang mengalir deras melebihi kecepatan rencana, akan mengikis badan saluran
sehingga proses penggerusan dan erosi akan terjadi sangat mudah;
d) Keberadaan hewan yang dilepas secara liar di sekitar bangunan dan fasilitas irigasi
akan dapat merusak fasilitas tersebut apabila tidak ditangani secara baik,
e) Bagian dan tanaman liar (daun, batang, akar) akan mengganggu kelancaran pengaliran
air;
f) Ukuran, letak, spefisikasi, dan kualitas bangunan yang tidak tepat akan berpengaruh
negatif terhadap pemeliharaan jaringan; dan
g) Sementara itu, perbuatan manusia yang seringkali kurang sadar dan kurang memahami
pentingnya upaya pembagian air, dengan sendirinya akan banyak berpengaruh terhadap
tidak efektifnya fungsi jaringan irigasi.

2. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

2.1. Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi

Kegiatan operasi berkaitan dengan pembagian air irigasi, agar pembagian dapat adil
dan merata maka kegiatan operasi pada jaringan utama (main system) sampai dengan
kegiatan pada pintu tersier harus dilaksanakan oleh aparat/petugas Dinas PU Pengairan
(swakelola). Berikut ini adalah tahapan kegiatan operasi jaringan irigasi :
1. Pengumpulan Data
Adapun data yang harus dikumpulkan untuk keperluan operasi yang baik dan
benar serta kesinambungannya, meliputi data:
a) Data hidrotogi antara lain data debit air tersedia;
b) Data agroklimatologi antara lain kebutuhari air tanaman;
c) Data jenis tanaman, macam, dan arealnya.
2. Penyediaan Air Irigasi
Penyediaan dan pengaturan air irigasi dimulai dan air yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan tanaman yang berasal dan:
a) Air hujan yang jatuh di daerah yang bersangkutan; dan
b) Air irigasi dan sumber air (sungai, waduk, mata air, air tanah yang dipompa).
Penyediaan air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang maksimal dengan tetap memperhatikan
kepentingan lainnya, tetapi penyediaan air untuk memenuhi kebutuhari pokok seharii-
harii dan irigasi bagi pentanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan
prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan.
Air irigasi di Indonesia umumnya diambil dan sumber air sungai yang tidak
didukung oleh waduk yang diperkirakan meliputi ±89 % dan total areal irigasi,
sedangkan yang sudah didukung waduk baru sekitar ± 11 % dan total areal irigasi. Air
yang tersedia di sungai selalu berubah-ubah dan waktu ke waktu, karenanya perlu
ditentukan besannya debit air yang tersedia, yang diharapkan agak secara pasti dapat
terjadi yang dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan untuk mengatun rencana
pembagian air dan menentukan rencana tata tanam. Disamping itu debit tersedia tidak
dapat ditampung, dalam arti disimpan dulu, tetapi semua kegiatan yang berkaitan
dengan memanfaatkan air irigasi harus menyesuaikan dengan debit tersedia, baik
waktu pemanfaatan dan jumlahnya.
Waktu tersedianya juga cenderung makin pendek sebagai akibat rusaknya
hutan daerah tangkapan air di bagian hulu, sebaliknya jumlah tersedianya melebihi
yang dibutuhkan, dimana tenjadi banjir dan tidak dapat dimanfaatkan. Rencana
tahunan penyediaan air irigasi pada setiap daerah irigasi disusun oleh dinas
kabupaten/kota atau dinas provinsi yang membidangi irigasi sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan atau
pemakai air irigasi lainnya. Rencana tahunan penyediaan air irigasi tersebut harus
dibahas dan disepakati dalam komisi irigasi.
3. Menyusun Rencana Tata Tanam
Mengingat pentingnya rencana tata tanam pada suatu daerah irigasi maka akan
disusun khusus modul rencana tata tanam.
4. Sistem Golongan
Apabila debit tersedia sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah mengatur
perlu tidaknya sistem golongan, hal ini disebabkan untuk pengolahan tanah pada awal
musim tanam padi diperlukan air sangat banyak, terutama bagi tanaman musim hujan
yang justru harus dimulai pada akhir musim kemarau, dimana debit sungai pada
umumnya masih kecil dan curah hujan masih sedikit. Oleh karena itu untuk
pengaturan air irigasi perlu dilakukan dengan sistem golongan, dimana awal
pengolahan tanah seluruh daerah irigasi tidak serentak. Caranya daerah irigasi
tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa bagian (3-5 bagian/golongan), dimana awal
pemberian air untuk masing-masing bagian tidak sama. Pada umumnya berjarak 10
atau 15 hari antara golongan yang satu dengan golongan berikutnya. Cara ini disebut
pembagian air secara golongan, masing-masing bagian daerah irigasi tersebut
dinamakan golongan. Dengan sistem golongan ini terdapat keuntungan berupa dapat
diperkecilnya dimensi saluran dan bangunan, akibat dapat diperkecilnya puncak
kebutuhari air.
5. Rencana Pembagian Air
Rencana tahunan pembagian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota atau
dinas provinsi yang membidangi irigasi sesual dengan kewenangannya bordasarkan
rencana tahunan penyediaan air irigasi, usulan perkumpulan petani pemakai air (P3A)
dan pemakai air untuk kepentingan Iainnya.
Rencana pembagian air irigasi ditetapkan oleh bupati/walikota atau gubernur
sesuai dengan kewenangan dan atau penyelenggaraan wewenang yang ditimpahkan
kepada pemerintah daerah yang bersangkutan, sedangkan rencana tahunan pembenian
air irigasi pada daerah irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum
dilimpahkan kepada pemenintah provinsi atau pemenintah kabupaten/kota disusun
oleh instansi tingkat pusat yang membidangi irigasi dan diseoakatm bersama dalam
forum koordinasi komisi irigasi atau yang disebut dengan nama lain dan ditetapkan
oleh Menteri sesuai dengan hak guna air untuk irigasi yang tetah ditentukan atau
kebutuhari air irigasi yang diperlukan berdasarkan usulan petani.
6. Pemberian Air Irigasi
Rencana pembenian air irigasi disusun oleh dinas kabupaten/kota atau dinas
provinsi yang membidangi irigasi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana
tahunan penyediaan air irigasi, usulan penkumpulan petani pemakai air (P3A) dan
pemakai air untuk kepentingan lainnya. Rencana pemberian air irigasi harus
disepakati oleh komisi irigasi kabupaten/kota atau komisi irigasi provinsi sesuai
dengan cakupan tugasnya berdasarkan:
 Kebutuhan air irigasi yang diperlukan;
 Kesepakatan dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A).
Ada beberapa cara pemberian air irigasi ke petak tersier yaitu:
a) kondisi debit Iebih besar dan 70 % debit rencana
Air irigasi dan saluran primer dan sekunder diatirkan secara terus menerus
(continuous flow) ke petak-petak tersier metalui pintu sadap tersier. Dalam petak
tersien air tetap mengatir dan petak sawah yang lebih tinggi ke petak sawah yang
tebih rendah. Jika ada kelebihari air maka air dan petak sawah yang terendah akan
masuk ke saluran pembuang.
b)    Kondisi debit kurang dan 70 % sampai dengan 50 % dari debit rencana
Apabita kondisi debit tersedia kurang dan 70 % sampai dengan 50n % dan debit
rencana, maka pelaksanaan pemberian air ke petak-petak tersier dilakukan dengan
rotas. Pelaksanaan rotasi dapat diatur antar sekunder, misal suatu jaringan irigasi
mempunyai 2 (dua) sekunder yaitu sekunder A dan sekunder B. maka selama 3
(tiga) hari air irigasi dialirkan ke sekunder A dan 3 (tiga) hari benikutnya ke
sekunder B begitu setiap 3 (tiga) hari ditakukan pergantian sampai suatu saat
debitnya kembali normal dan pemberian air berubah menjadi continuous flow.
Rotasi juga dapat dilakukan antar petak tersier, dimana petak-petak tersier sudah
diberi nomor 1, 2, 3, dan pada umumnya tidak lebih dan 4 maka, tiap 3 (tiga) hari
pertama air dialirkan ke petak-petak tensier yang bernomor ganjil dan 3 (tiga) hari
berikutnya dialirkan ke petak-petak tersier yang bernomor genap.
c)    Cara pemberian air intermitten
Cara pembenian air intermitten biasanya ditaksanakan katau jaringan irigasi
mempunyai sumben air dan waduk, atau dan sistem irigasi pompa, dimana
misalnya I (satu) minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan I (satu)
minggu kemudian waduknya ditutup demikian seterusnya sehingga setiap minggu
dapat air dan satu minggu kemudian tidak dapat air. Pada sistem irigasi pompa,
juga demikian misalnya 1 (satu) hari pompa dihidupkan dan 1 (satu) hari
kemudian tidak dihidupkan.
7. Melaksanakan Tata Tanam dan Pembagian Air
Tata tanam yang telah disusun harus dilaksanakan sesuai dengan waktu dan
besaran/ volume penibagian air yang direncanakan walaupun dalam pelaksanaannya
sening dijumpai nencana pembagian air kurang dan volume rencana disebabkan debit
tersedia (dependable flow) meleset 20 %. Ditambah faktor penggundulan daerah
tangkapan air (catchment area), maka Iebih sening mengalami kekurangan air.
8. Membuka dan Menutup Pintu
Kegiatan membuka dan menutup pintu meliputi:
a) Pintu dibendung, setiap bendung harius dilengkapi dengan manual openasi
bendung;
b) Pintu bangunan bagi di saluran primer dipengunakan untuk membagi air dan
saluran primer ke saturan sekunder;
c) Pintu bangunan bagi di sekunder dipergunakan untuk membagi air ke petak tersier.
9. Kalibarasi
Kegiatan kalibrasi çiimaksudkan untuk menena kebenaran debit yang keluan haik
dan pintu bendung, bangunan bagi primer, dan bagunan bagi sekunder. Pen?raan
biasanya menggunakan alat current meter dan pelampung.
10. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah sangat penting untuk perencanaan oporasi
pada tahun rnendatang, yang metiputi monitoring dan evatuasi ketersediaan air, waktu
pembagian air, tata tanam, dan sistem golongan.

2.2. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan


kinerja dari sistem tersebut, adapun kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi adalah :

1. Pengamana / Pencegahan
Sesuai dengan PP no 20 tahun 2006 pasal 59 ayat 1 menyebutkan bahwa
pengamanan jaringan irigasi bertujuan untuk mencegah tindakan manusia atau hewan
yang dapat merusak jaringan irigasi.
a) Kegiatan pengamanan antara lain:
 Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya, misalnya :
disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah
padat penduduk dan lain sebagainya.
 Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
 Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa
portal, patok.
b) Kegiatan pencegahan antara lain:
 Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m sebelah hulu
dan ± 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan
memasang papan larangan.
 Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
 Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan
di dalam garis sempadan saluran.
 Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan
supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
 Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang
melebihi kelas jalan.
 Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
 Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran
irigasi.
 Mengadakan penyuluhari/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
2. Pemeliharaan Rutin
Kegiatan perawatan rutin ini biasanya muncul setiap tahun seperti:
a.     Membersihkan sampah, lumpur dan lain-lain pada bangunan ukur dan pintu air
b.     Memotong rumput dan tumbuhari pengganggu di sepanjang saluran
c.     Merapihkan lubang saluran
d.     Menutup bocoran kecil
e.     Memberi pelumas pintu air
3. Pemeliharaan Berkala

a.   Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 2 tahun sampai dengan 5
tahun, misalnya:
-      Mengecat pintu air
-      Mengganti skolt balk yang lapuk
-      Menggali endapan di saluran
-      Memperbaiki sayap bangunan, tembok saluran
-      Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan-bangunan bagi
b.    Kegiatan pemeliharaan berkala yang muncul setiap 5-10 tahun, misalnya:
-      Meninggikan tanggul saluran
-      Memperbaiki bendung (sayap, pintu air dan lain-lain)
-      Mengganti pintu air yang rusak
-      Memperbaiki kerusakan akibat bencana alam secara permanen, dimana lebih
dulu sudah dilaksanakan dengan perbaikan darurat.
-      Membeli kendaraan roda 4 (untuk mengganti yang sudah rusak)
-      Membeli peralatan hidrologi/hidrometri
-      Meninggikan tanggul sungai, tanggul saluran
-      Memperbaiki bendung (sayap, pintu air, dll)
-      Mengganti pintu air yang rusak
-      Menambah bangunan baru seperti : lining saluran, gorong-gorong, pintu air
dan lain-lain ( biasanya masuk program penyempurnaan).
-      Kegiatan-kegiatan yang dikategorikan masuk program peningkatan seperti
pintu sorong diganti dengan pintu Romijn, pintu bendung dilengkapi dengan
mesin listrik, jalan inspeksi diperkeras, dll.
4. Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat adalah perbaikan sebagai akibat bencana alam dan/atau
kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa dan perlu penanggulangan
darurat agar jaringan irigasi dapat segera berfungsi. Tergantung pada tingkat
kerusakannya , maka pelaksanaan kegiatan perbaikan darurat dapat dilaksanakan oleh
petani, pengurus P3A atau petugas pemerintah (kondisi seperti ini dengan sendirinya
memerlukan musyawarah untuk kesepakatan). Kemudian kalau sudah tersedia dana,
barulah dilaksanakan perbaikan permanen dikemudian hari. Dengan demikian,
kegiatan pemeliharaan selalu berkaitan dengan fisik jaringan irigasi, oleh karena itu
pelaksanaan pemeliharaan dapat dilaksanakan secara swakelola atau dapat
dikontrakkan.
2.3. Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi adalah
kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti
semula. Suatu jaringan irigasi meskipun dikelola (di O&P) sebaik-baiknya, pada suatu saat
akan sampai pada batas masa pelayanannya.  Panjang atau pendeknya masa pelayanan suatu
jaringan irigasi akan tergantung kepada:
a.     Keadaan sumber airnya
b.     Konstruksi (permanent, semi permanent atau sederharia)
c.     Pelaksanaan O&P nya
d.    Keadaan alam (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhari, bencana
alam dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai