Anda di halaman 1dari 9

PAPER MATEMATIKA TEKNIK

METODE GAUSS-SEIDEL

Oleh :

NI MADE DEWI LESTARI (1981511036)


NI PUTU YUNI ARDANI (1981511040)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
METODE GAUS SEIDEL

A. Definisi Metode Gaus-Seidel


Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan Sistem Persamaan
Linear (SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar, seperti pada sistem-
sistem yang banyak ditemukan dalam sistem persamaan diferensial. Metode iterasi
Gauss-Seidel dikembangkan dari gagasan metode iterasi pada solusi persamaan tak
linier.
Metode iterasi lebih cocok digunakan dalam kasus tertentu, yaitu sistem yang
besar. Metode iterasi menggunakan algoritma secara rekursi dalam menentukan
penyelesaian sistem persamaan linear. Algoritma tersebut dilakukan sampai diperoleh
suatu nilai konvergen dengan toleransi yang diberikan atau sesuai dengan batas galat
yang kita perbolehkan, dengan kata lain besar galat dapat dikendalikan sampai batas
yang bisa diterima.
Metode interasi Gaus-Seidel adalah metode interasi yang menghitung nilai
hampiran sekarang dengan mengacu pada nilai hampiran terbaru. Metode Gaus-Seidel
membolehkan pengguna untuk mengkontrol round-off error, bila bentuk dari masalah
dapat ditentukan nilai perkiraan awal yang lebih dekat, sehingga menghemat waktu
interasi. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode
iterasi Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan Sistem Persamaan Linear (SPL)
dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Selain dapat menghemat waktu pengerjaan,
metode ini juga dapat mengkontrol round-off error sehingga terjadinya galat dapat
diminimalisir.

B. Karakteristik Metode Gaus-Seidel


Menurut Sahid (2005) pada metode iterasi Gauss-Seidel, nilai-nilai yang
paling akhir dihitung digunakan di dalam semua perhitungan. Jelasnya, dalam iterasi
Jacobi, menghitung :

xi( k )  f ( x1( k ) , x2( k ) ,..., xi(k1) , xi(k1) ,..., xn( k )


Sedangkan pada iterasi Gauss-Seidel menghitung :

xi( k 1)  f ( x1( k 1) , x2( k 1) ,..., xi(k11) , xi(k1) ,..., xn( k )
Metode Gauss Seidel merupakan perbaikan dari metode Jacobi. Eliminasi
Gauss-Seidel adalah metode yang menggunakan proses iterasi hingga diperoleh nilai-
nilai yang berubah. Bila diketahui persamaan linier simultan:

a11x1 + a12x2 + a13x3 +......+ a1nxn = b1

a21x1 + a22x2 + a23x3 +......+ a2nxn = b2

a31x1 + a32x2 + a33x3 +......+ a31xn = b3

an1x1 + an2x2 + an3x3 +......+ annxn = bn

Konsep Metode Gauss Seidel: “ Ubah persamaan diatas sehingga x1, x2, x3
berada disisi kiri persamaan “ sehingga menjadi bentuk iterasi:

x1n+1 = (b1 - a12x2n - a13x3n -......- a1nxnn) / a11

x2n+1 = (b2 - a21x1n+1 - a23x3n -......- a2nxnn) / a22

x3n+1 = (b3 - a31x1n+1 - a32x2n+1 -......- a31xnn) / a33

xnn+1 = (bn - an1x1n+1 + an2x2n+1 + ......+ ann-1xn-1n+1) / ann

Prosedur iterasi diawali dengan mengasumsikan suatu perkiraan solusi untuk


variable independen sebagai (x1(0),x2(0),......,xn(0)). Dengan persamaan di atas akan
memberikan hasil iterasi pertama sebagai (x1(1),x2(1),......,xn(1)). Pada metode Gauss-
Seidel, nilai-nilai variable terkini akan digunakan dalam solusi persamaan berikutnya.
Pada akhir setiap iterasi, nilai-nilai variable terkini yng diperoleh diuji keakurasiannya
terhadap nilai-nilai variable pada iterasi sebelumnya. Bila semua perubahan variabel-
variable berada dalam nilai akurasi nyata yang diinginkan, maka solusi konvergen,
kalau tidak tidak maka iterasi berikutnya masih perlu dilakukan.
Menurut Suryapratomo ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam
menggunakan metode iterasi Gauss Seidel. Beberapa catatan tersebut antara lain :
1. Proses iterasi efisien jika tebakan dekat dengan nilai sejatinya.
Tebakan yang baik bisa dibuat jika fenomena fisiknya telah dipahami.
2. Proses iterasi bisa konvergen (menuju nilai sejatinya) atau sebaliknya.
 Untuk menjaga konvergensi, pastikan persamaan iterasi disusun dari matriks
dominan diagonal.
 Artinya, nilai mutlak kebanyakan elemen diagonal (aii) lebih besar daripada
elemen lainnya (aij).
 Matriks [A] dalam SPL [A][X]=[B] dikatakan dominan diagonal jika :
n
a ii   a ij untuk semua baris  i
j 1
j i
n
a ii   a ij untuk sedikitnya 1 baris  i
j 1
j i

 Untungnya, kebanyakan sistem fisik biasanya memberikan SPL yang dominan


diagonalnya.

C. Langkah – langkah Penyelesaian Metode Gauss-Seidel


Berikut ini merupakan langkah-langkah penyelesaian dari Metode Gauss-Seidel
sebagai berikut :
1. Tentukan nilai awal x20, x30,.., xn0 selanjutnya dilakukan iterasi seperti

persamaan (1) sehingga diperoleh nilai x11, x21, x31, xn1

Masukkan nilai x11, x30,.., xn0 ke persamaan (2) sehingga diperoleh nilai x21
Masukkan nilai x11 , x21, .., xn1 ke persamaan (3) sehingga diperoleh nilai x31
2. Demikian seterusnya sampai didapatkan nilai xn1
3. Hitung error x11, x21, x3 1,..., xn 1

4. Kalau x11, x21, x31, xn1  , maka iterasi berhenti dengan x11, x21, x31 ,xn11

merupakan penyelesaian persamaan. Sedangkan kalau x12, x22, x32 ,xn2 > 

maka iterasi berlanjut ke iterasi kedua dengan menghitung x13, x23, x33, xn2
5. Iterasi terus berlanjut sampai diperoleh kondisi x1n, x2n, x3n, xnn   , dengan

x1n, x2n, x3n ,xnn merupakan penyelesaian persamaan.

D. Contoh Soal pada Bidang Hidrologi


Suatu jaringan pipa sebagaimana ditunjukkan pada gambar mengalirkan air dari
resevoir kiri ke resevoir kanan dengan menggunakan pompa A dan B. Pipa C dan D
dalam posisi horizontal. Ada beda ketinggian antara titik 4 dan 5. Diberikan data
sebagai berikut :
Persamaan penentu untuk aliran dalam jaringan adalah:

𝑄𝐸 = 𝑄𝐶 + 𝑄𝐷.........................................................(1)

𝑝2 = 𝛼𝐴 − 𝛽𝐴𝑄𝐶2 ...................................................(2)

𝑝3 = 𝛼𝐵 − 𝛽𝐵𝑄𝐷2 ...................................................(3)

𝑄 𝐶 2 𝐿𝐶
2.31(𝑝4 – 𝑝2 ) + 8.69 ∙ 10-4 = 0 ……..……….(4)
𝐷𝐶 5

𝑄 2 𝐿𝐷
2.31(𝑝4 – 𝑝3 ) + 8.69 ∙ 10−4 𝐷𝐷 = 0 ....................(5)
𝐷5

𝑄 𝐸 2 𝐿𝐸
70 − 2.31𝑝 + 8.69 ∙ 10−4 = 0 .......................(6)
𝐷𝐸 5
Carilah nilai 𝑄𝐶,𝑄𝐷,𝑄𝐸,𝑝2,𝑝3 dan 𝑝4 dari enam persamaan penentu di atas dengan

metode iterasi Gauss-Seidel. Gunakan nilai awal 𝑄𝐶 = 𝑄𝐷 = 100 dengan galat 10−3.

Penyelesaian:
Untuk menjawab pertanyaan di atas maka persamaan penentu di atas perlu disusun
kembali sebagai berikut :

P2 = αA − βA QC2
P3 = αB − βB Q D2
1 𝑄 𝐸 2 𝐿𝐸
𝑃4 = 2.31 (8.69 . 10−4 + 70) dari persamaan (6)
𝐷𝐸 5

𝐷𝐶 5
𝑄𝐶 = √2.31 (𝑃2 − 𝑃4 ).
8.69 . 10−4 . 𝐿𝐶

𝐷𝐷5
𝑄𝐶 = √2.31 (𝑃3 − 𝑃4 ).
8.69 . 10−4 . 𝐿𝐷

𝑄𝐸 = 𝑄𝐶 + 𝑄𝐷

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai dari tabel ke dalam persamaan di atas maka


diperoleh:

𝑝2 =156.6−0.00752𝑄𝐶2

𝑝3 = 117.1 − 0.00427𝑄𝐷2

1 𝑄 2 145
𝑃4 = 2.31 (8.69 . 10−4 (2.469)
𝐸 . −4𝑄 2+30.3
5 + 70) = 5.95∙10

(1.278)5
𝑄𝐶 = √2.31 (𝑃2 − 𝑃4 ). 8.69 . = 8.51 . √(𝑃2 − 𝑃4 )
10−4 .125

(2.067)5
𝑄𝐶 = √2.31 (𝑃2 − 𝑃4 ). 8.69 . = 28.33 . √(𝑃3 − 𝑃4 )
10−4 .125

𝑄𝐸 = 𝑄𝐶 + 𝑄 𝐷

Sistem persamaan diatas sulit untuk diselesaikan secara analitik karena memuat kuadrat
dan akar. Metode numerik sangat bermanfaat dalam hal ini. Dari sistem persamaan
tersebut, dilakukan iterasi Gauss-Seidel. Dikerjakan dengan excel maupun dengan
program, diperoleh hasil akhir:

𝑝2 = 81.400

𝑝3 = 74.400

𝑝4 = 54.100

𝑄𝐶 = 44.464

𝑄𝐷 = 127.642

𝑄𝐸 = 172.107

E. Contoh Soal pada Bidang Struktur


Diketahui panas beberapa titik pada plat baja yaitu pada sisi luar. Bila
ditentukan bahwa aliran panas bergerak secara laminar dan panas pada sebuah titik
adalah rata – rata panas dari 4 titik tetangganya, maka dapat dihitung panas pada titik
T1 dan T2 sebagai berikut:

Persamaan panas pada titik T1 dan T2 dapat dihitung dengan:


1
T1 = 4 (25 + 0 + 25 + T2 )
1
T2 = 4 (25 + T1 + 25 + 100)

Sistem persamaan linier dari permasalahan di atas adalah: 4 T1 – T2 = 50


Iterasi Gauss-Seidel -T1 + 4 T2 = 150
Penyelesaian dengan menggunakan iterasi Gauss – Seidel, terlebih dahulu ditentukan
nilai pendekatan awal T1 = 0 dan T2 = 0 dan fungsi pengubahnya adalah :
1
T1 = 4 (50 + T2 )
1
T2 = 4 (150 + T1)

Diperoleh hasil perhitungan untuk toleransi eror 0,0001 sebagai berikut :

iterasi x1 x2 e1 e2

0 0 0 - -
1 12,5 40,625 12,5 40,625
2 22,65625 43,16406 10,15625 2,539063
3 23,29102 43,32275 0,634766 0,158691
4 23,33069 43,33267 0,039673 0,009918
5 23,33317 43,33329 0,00248 0,00062
6 23,33332 43,33333 0,000155 3.87E-05
7 23,33333 43,33333 9.69E-06 2.42E-06
(Atmika, 2016)Daftar Pustaka

Atmika, I. A. (2016). Metode Numerik. 1-98.


Suryopratomo, K. (t.thn.). Metode Iterasi Gauss Seidel : Penyelesaian Sistem Persamaan
Linier.
Fatimah, R., Atmojo, T., & Karina, W. (t.thn.). Telaah Metode Iterasi Gauss Seidel.
Zainudin, A. (2014). Penyelesaian Persamaan Linear Simultan.

Anda mungkin juga menyukai