Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses industri yang melibatkan adanya reaksi kimia memerlukan peranan
ilmu kimia yang memberi dasar untuk mengatur agar suatu proses industri
dapat menghasilkan bahan industri sebanyak-banyaknya dalam waktu
sesingkat-singkatnya. Disisi lain, terdapat reaksi kimia yang dikehendaki
berjalan lambat, misalnya bagaimana agar buah tidak cepat membusuk,
memperlambat proses pembusukan makanan dan bagaimana memperlambat
perkaratan logam.
Masalah diatas adalah permasalahan bagaimana mempercepat suatu reaksi
berlangsung dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam ilmu kimia
dikenal dengan nama laju reaksi yaitu cepat lambatnya suatu reaksi itu
berlangsung atau perubahan konsentrasi pereaksi persatuan waktu. Untuk
mempercepat laju reaksi, dalam ilmu kimia dikenal dengan adanya teori
tumbukan yaitu mengenai percepatan tumbukan antar molekul, konsentrasi
yaitu banyaknya kandungan zat. Luas permukaan yaitu berupa serbuk dengan
penampang luas yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, suhu yaitu
semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula reaksi berlangsung dan yang
terakhir adalah katalisator yaitu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi
tanpa mengalami perubahan yang berarti dan tidak kekal.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dalam perubahan laju reaksi. Sebagai contoh
perubahan suhu dalam laju reaksi. Pada percobaan ini diselidiki apakah
dengan bertambahnya suhu laju reaksi suatu campuran akan ikut meningkat
atau sebaliknya begitu pula dengan bertambahnya konsentrasi.
2

1.2 Tujuan
− Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
− Mengetahui ketergantungan laju reaksi terhadap teori tumbukan
− Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Cepat lambatnya suatui reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi
untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan,
seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan
waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi
itu berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan sebagai berikut.
perubahan konsentrasi
Laju reaksi =
satuan waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak
langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa
setelah penggal-penggal waktu tertentu.
Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi
hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:
Pereaksi (reaktan) hasil reaksi (produk)
Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
berkurangnya jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya
jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai
konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi
menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat
hasil reaksi setiap satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam
satuan mol.dm-3.det-1 atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas,
merupakan satuan konsentrasi larutan.
Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia. Dengan cara
fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu
berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi
campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi
4

cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan


reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu tertentu,
kemudian konsentrasinya ditentukan dngan metode analisis kimia.
Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur
konsentrasi salah pereaksi atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu
selama reaksi berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat
dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campran reaksi lalu
menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :

CH3COOC2H5 + H2O CH3COOH + C2H5OH


Etil asetat Asam asetat etanol

Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asma asetat yang terbentuk
dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara
yang lebih umum ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara
kontinyu salah satu perubahan fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi
yang membebaskan gas, alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang
terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan warna, alat dirancang agar dapat
mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai perubahan
jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.
Gambar diatas memperlihatkan bagan suatu alat yang dapat mengukur perubahan
tekanan pada suatu reaksi gas, seperti penguraian dinitrogen pentaoksida
membentuk nitrogen dioksida dan oksigen.
2N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g)
reaksi itu disertai pertambahan jumlah mol gas, yang menyebabkan pertambahan
tekanan, yang dapat dibaca pada manometer. Semakin banyak N2O5 yang terurai
semakin besar tekanan. Bila reaksi dilangsungkan pada volume dan suhu tetap,
maka pertambahan tekanan dapat dikaitkan dengan pertambahan jumlah mol.
Dengan demikian laju penguraian N2O5 itu dapat ditentukan.
Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata
yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan
5

laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan
melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat merupkan gradient dari kurva antara waktu
dengan perubahan konsentrasi pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu,
terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor perkalian terhadap
konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan demikian, laju
reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :
Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Konsentrasi
Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap
satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin sering
terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk
menghasilkan tumbukan efektif semakin besar dan reaksi berlangsung lebih
cepat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dalam persamaan
matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi.
Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan
reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen,
campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu
sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang-
bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua fase.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion
dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu zat
maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan
makin cepat reaksi itu berlangsung.
Temperatur
6

Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju
reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar 100C
akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan laju reaksi
ini disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin cepatnya
molekul-molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan
terjadinya tabrakan antar molekul. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan
tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi
pengaktifan kinetik.
Perumusan laju reaksi sebagai berikut:
t −t 0
Vt = V0 .2 10

Dimana:
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal
Katalisator
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai
ternyata tidak berubah. Misalnya pada peruraian kalium klorat untuk
menghasilkan gas oksigen.
2KClO3 (s) 2KCl(s) + 3O2

Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan
penambahan kristal MnO2 kedalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung
dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai
ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2
disebut sebagai katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat
dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi
setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam jumlah
yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya
7

reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih
rendah dari pada jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa
katalisator berperan dalam menurunkan energi aktivasi.
Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga
letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin
besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.
Teori tumbukan
Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan
teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan
menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki
energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Tumbukan yang menghasilkan
reaksi, kita sebut tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki oleh
partikel pereaksi sehingga menghasilkan tumbukan efektif disebut energi
pengaktifan (Ea = energi aktivasi). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
tumbukan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah partikel atau konsentrasi,
2. Temperatur
3. Luas permukaan
4. Menambah katalisator

PERSAMAAN LAJU REAKSI


Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan
menurun dengan bertambahnya waktu. Hal itu berari ada hubungan antara
konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi. Umumnya laju reaksi
tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi. Pernyataan ini dikenal
sebagai hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi .
Secara umum untuk reaksi pA + qB rC
V = K[A]m[B]n
dengan, V = Laju reaksi (mol dm-3 det-1)
8

K = tetapan laju reaksi


m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
[A] = Konsentrasi awal A (mol dm-3)
[B] = Konsentrasi awal B (mol dm-3)
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi.
Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh
konsentrasi pereaksi, tetapi hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (K).
Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut orde atau
tingkat pereaksi. Pada reaksi diatas berorde X terhadap A dan berorde Y terhadap
B, orde reaksi keseluruhan X+Y. Jadi, jika disebut orde reaksi maka yang
dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan sebagai
besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :
a. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu
tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan
juga seperti gambar grafik berikut :

[X]
b. Orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih
besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :
9

[X]
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9
kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :

[X]

d. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

[X]

[X]
10

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
− Enlemeyer
− Gelas kimia 50 mL
− Gelas ukur 50 mL
− Hot plate
− Stopwacth
− Termometer
3.1.2 Bahan
− Kertas
− Larutan HCl 1 M
− Larutan HCl 2 M
− Larutan Na2S2O3 0,1 M
− Larutan Na2S2O3 0,2 M

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pengaruh Konsentrasi
– Disiapkan 1 gelas kimia
– Dimasukkan 2 ml larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia
– Disiapkan kertas putih yang dibri tanda X sesuai dengan ukuran gelas
kimia.
– Diletakkan gelas kimia yang berisi Na2S2O3 0,1 M diatas kertas putih
yang telah diberi tanda silang.
– Dimasukkan 3 ml larutan HCl 1 M pada larutan Na2S2O3 0,1 M.
– Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl hingga
tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.
− Langkah yang sama untuk HCl 2 M terhadap larutan Na2S2O3 0,2 M.
11

3.2.2 Pengaruh Suhu


– Disiapkan 1 gelas kimia
– Dimasukkan 2 ml larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia
– Disiapkan kertas putih yang dibri tanda X sesuai dengan ukuran gelas
kimia.
– Larutan dipanaskan pada hot plate hingga suhu mencapai 40oC
kemudian diletakkan gelas kimia yang berisi Na2S2O3 0,1 M diatas
kertas putih yang telah diberi tanda silang.
– Dimasukkan 3 ml larutan HCl 1 M pada larutan Na2S2O3 0,1 M.
– Dicatat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl hingga
tanda silang tidak terlihat lagi dari atas.
– Langkah yang sama untuk HCl 2 M terhadap larutan Na2S2O3 0,2 M.
12

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pengaruh konsentrasi
Konsentrasi larutan Kosentrasi larutan
No Waktu (sekon)
Na2S2O3 HCl
1. 0,1 M 1M 217
2. 0,1 M 2M 726
3. 0,2 M 2M 184

4.1.2 Pengaruh suhu 400C


Konsentrasi larutan Kosentrasi larutan
No Waktu (sekon)
Na2S2O3 HCl
1. 0,1 M 1M 23
2. 0,1 M 2M 31
3. 0,2 M 2M 26

4.2 Reaksi
Na2S2O3 + 2HCl → 2 NaCl + S + SO2 + H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi

Persamaan laju reaksi


X
[Na2S2O3]y
13

0,304=2x

x= 2log 0,304

x=

x=-1,7
X
[Na2S2O3]y

3,86=2y

y= 2log 3,86

y=

y= 1,9

orde reaksi x=-1,7


orde reaksi y=-1,9
orde reaksi total
x + y = (-1,7) + 1,9 = 0,2
14

konstanta laju reaksi (k)

X
[Na2S2O3]y
0,0046= k [HCl]x[Na2S2O3]y
0,0046= k (1)(0,0126)

k= 0,365
jadi persamaan laju reaksi

X
[Na2S2O3]y

= 0,365 [HCl]-1,7[Na2S2O3]1,9

4.3.1 Pengaruh Suhu 40oC

Persamaan laju reaksi


X
[Na2S2O3]y

0,74=[2]x

x= 2log 0,74
15

x=

X= -0,43
X
[Na2S2O3]y

1,1875=[2]y

y = 2log 1,1875

y=

y = 0,25

orde reaksi x = -0,43


orde reaksi y = 0,25
orde reaksi total
x + y = (-0,43) + 0,25 = -0,18

konstanta laju reaksi

X
[Na2S2O3]y

0,043 = k [1]-0,43[0,1]0,25

0,043 = k (1)(0,562)

k = 0,076
16

jadi persamaan reaksi


X
[Na2S2O3]y
= 0,076[HCl]-0,043[Na2S2O3]0,25

4.4 Pembahasan
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau dapat
juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per
satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakn dalam mol per liter. Orde reaksi
adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya
reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
laju reaksinya.tumbukan efektif merupakan tumbukan yang menghasilkan
reaksi, dan energi minimum yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung
disebut energi aktifasi(Ea).
Dalam percobaan laju reaksi ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
yaitu:
Konsentrasi
Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam
setiap satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin
sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan
untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar dan reaksi berlangsung
lebih cepat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dalam
persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan
laju reaksi.
Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan
reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen,
campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat
17

berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan


satu sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada
bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari
kedua fase.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau ion-
ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu
zat maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan
bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.
Temperatur
Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju
reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar
100C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan
laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin
cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak, sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul. Energi yang diperlukan
untuk menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu
reaksi disebut energi pengaktifan kinetik.
Perumusan laju reaksi sebagai berikut:
t −t 0
Vt = V0 .2 10

Dimana:
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal
Katalisator
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai
ternyata tidak berubah
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan
terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi
18

berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh
kembali dalam jumlah yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan
cara mengubah jalannya reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari pada jalur reaksi yang biasa
ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan dalam menurunkan
energi aktivasi.
Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga
letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin
besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.
Teori tumbukan
Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan
teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan
menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang memiliki
energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Orde reaksi juga bisa dikatakan
sebagai besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :
1. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu
tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan
juga seperti gambar grafik berikut :

[X]
19

2. Orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya
jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika
konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31
atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :

[X]

3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika
laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau
9 kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :

[X]

4. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

[X]
20

[X]

Pada percobaan pertama dilakukan pencampuran larutan 0.1M Na2S2O3 2


mL dengan 1M HCl 3 mL, ternyata tanda silang yang ada dikertas hilang pada
hitungan ke-217 detik, dimana pada saat itu campuran pun berubah menjadi
keruh. Pada percobaan kedua, dilakukan pencampuran larutan 0.1M Na2S2O3 2
mL denag 2M HCl 3 mL, ternyata pada percobaan kedua ini waktu yang
dibutuhkan oleh tanda silang untuk hilang (tidak terlihat) lagi. Lebih lama dari
percobaan pertama, yaitu 726 detik. Hal ini seharusnya lebih cepat dari
percobaan pertama, karena konsentrasi larutan HCl ditambah menjadi 2M.
dimana seperti kita ketahui bahwa semakin besar konsentrasi maka laju
reaksinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan karena larutan yang
konsentrasinya besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan denagn larutan yang konsentrasinya kecil (encer), sehingga
lebih mudah dan lebih sering bertumbukan. Pada percobaan ketiga,
pencampuran larutan 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3 mL memerlukan
waktu yang lebih cepat daripada percobaan ke-1 dan ke-2 sebelumnya, dimana
waktu yang diperlukan agar tanda silang tak terlihat lagi adalah 184 detik. Hal
ini dikarenakan bertambahnya konsentrasi Na2S2O3 menjadi 2M. Dari data
diatas dapat dilihat bahwa konsentrasi terbesar terdapat pada percobaan
ketiga,sehingga pada percobaan ketiga waktu yang diperlukan adalah yang
paling cepat. Hal in membuktikan bahwa semakin besar (pekat) konsentrasi
maka semakin cepat laju reaksinya.
Pada percobaan ke-4 berdasarkan pengaruh temperature pencampuran
0.1M Na 2S2O3 2 mL dengan 1M HCl 3mL, dimana Na2S2O3 dipanaskan
hingga 400C, ternyata waktu untuk hilangnya kertas adalah 23 detik. Pada
21

percobaan ke-5 pencampuran antara 0.1M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3


mL didapatkan waktunya adalah 31 detik. Dari hasil pengamatan pada
percobaan ke-4 dan ke-5 diketahui telah terjadi kesalahan percobaan.
Seharusnya waktu yang diperlukan pada pecobaan ke-4 lebih lama dari
percobaan ke-5, karena jumlah konsentrasi pada percobaan ke-4 lebih kecil
daripada percobaaan ke-5. selain itu juga karena terjadinya penambahan
temperature pada Na2S2O3. Kesalahan ini terjadinya kemungkinan karena
lambatnya praktikan dalam memasang stopwatch atau juga karena turunnya
temperature lebih dulu sebelum dicampurkan dengan larutan HCl. Pada
percobaan ke-6, pencampuran antara 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3
mL, ternyata waktu yang dibutuhkan agar tanda silang tak telihat lagi adalah
26 detik. Berdasarkan hasil pengamatan, waktu pada percobaan ke-6 jauh
lebih cepat dari percobaan ke-5. hal ini dikarenakan karena konsentrasi
Na2S2O3 ditambah hingga 0.2M dengan temperature 400C. dimana seperti kita
ketahui bahwa semakin tinggi temperature maka semakin cepat laju reaksinya.
Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu akan menyebabkan
makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga memungkinkan
terjadi tabrakan antar molekul. Dari ke-6 pecobaan yang telah dilkuakan dapat
dibuktikan bahwa konsentrasi dan suhu mempengaruhi suatu laju reaksi.
Fungsi dari Na2S2O3 dan HCl adalah sebagai pereaksi, yang dalam
percobaan ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperature. Pada saat
Na2S2O3 dan HCl dengan konsentrasi yang berlainan (bervariasi) direaksikan
maka akan terjadi suatu reaksi yang memerlukan waktu untuk menentukan
laju reaksi dari masing-masing percobaan. Dengan begitu akan memperoleh
orde reaksi, harga K, dan persamaan laju reaksinya. Prinsip percobaan pada
laju reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan konsentrasi terhadap waktu.
Hal ini dapat dilihat pada percobaan Na2S2O3 0.1M dan 0.2M dengan larutan
HCl 1M dan 2M. dari setiap campuran yang berbeda konsentrasinya memilki
laju reaksi yang berbeda.
Pemanasan pada percobaan ini dilakukan pada temperature 400C
dikarenakan temperature tersebut merupakan ketetapan yang apabila suhu atau
22

tempratur tersebut diturunkan akan membuat laju reaksi lambat dan apabila
temperature tersebut dinaikkan akan membuat laju reaksi menjadi cepat.
Sehingga hal ini akan membuat Na2S2O3 menguap. Dengan begitu
menguapnya Na2S2O3 maka HCl tidak akan bisa bereaksi karena Na2S2O3 nya
tela habis menguap. Tentunya hal ini tidak dapat menentukan laju reaksi suatu
reaksi kimia. Sehingga pada temperature 400C inilah yang digunakan sebagai
pembanding antara suhu yang lebih rendah (temperature kamar).
Pada percobaan kali ini konsentrasi zat dibuat berbeda adalah untuk
menghasilkan suatu laju reaksi yang berbeda pula. Sehingga dapat
membandingkan laju reaksi suatu reaksi kimia satu sama lain baik yang
dipengaruhi oleh konsentrasi maupun temperature terhadap laju reaksi.
Dengan bertambahnya suatu konsentrasi zat maka laju reaksinya akan
semakin cepat pula, sehingga waktu yan diperlukan pun lebih sedikit
dibandingkan dengan kecilnya konsentrasi suatu zat. Karena zat yang
konsentrasinya kecil atau rendah mengandung jumlah pertikel yang lebih
sedikit, sehingga partikel-patkelnya lebih renggang disbanding zat yang
konsentrasina besar. Partikel yang susunannya lebih renggang akan jarang
bertumbukan sehingga kemungkinan terjadi reaksi kecil.
Dapat dilihat perbedaan antara larutan yang dipanaskan dan lautan yang
tidak dipanaskan atau anatara yang dipengaruhi oleh konsentrasi atau
temperature. Pada larutan yang tidak dipanaskan (dipengaruhi konsentrasi),
reaksi larutan berlangsung lambat dan laju reaksinya pun lebih kecil,
sebaliknya pada larutan yang dipanaskan (dipengaruhi oleh temperature),
reaksi larutan berlangsung dengan cepat dan laju reaksinya pun lebih besar.
Dalam melakukan percobaan laju reaksi terdapat berbagai kesalahan yang
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
− Kurang teliti dalam melakukan perhitungan waktu yang menggunakan
stopwatch.
− Saat memanaskan larutan tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan
− Tidak dilakukan pengadukan saat mencampurkan larutan.
23

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan,
konsentrasi, suhu, tekanan, dan katalis.
− Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia, dan
dapat ditentukan dengan mengukur laju berkurangnya salah satu pereaksi
atau laju terbentuknya suatu produk.
– Berdasarkan teori tumbukan, kelajuan reaksi bergantung pada:
∗ Frekuensi tumbukan
∗ Energi partikel pereaksi
∗ Arah tumbukan

5.2 Saran
diharapkan dalam melakukan praktikum laju reaksi janga hanya
mengganakan larutan Na2S2O3 dan HCl, tapi juga menggunakan larutan H2SO4
agar dapat dibandingkan laju reaksinya.
24

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Kleinfelter, Wood A. 1999.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga


Priyatna, Amien.2001.Kimia Universitas.Bandung:Teknokimia
Respah.1989.Dasar-dasar Ilmu Kimia.Jakarta:Rineka Cipta
Team Penyusun.2010.PenuntunPraktikum Kimia Dasar 1.Samarinda: Universitas
Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai