Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Oogenesis,Pubertas Folikulo genesis Ovulasi dan


Sikus Estrus
Nama : Adetia Martin Sanjaya
NIM : 1802101010206
Mata Kuliah: Fisiologi Reproduksi
Kelas/Ruang: 6/8

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Oogenesis,Pubertas Folikulo genesis Ovulasi dan Sikus Estrus dalam rangka untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi

saya menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan saya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi saya.

Akhir kata saya berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan saya sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya saya
mengucapkan banyak terima kasih.
Pembahasan
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses sangat dinamis yang berlangsung dalam ovarium. Dalam
proses ini oosit melewati berbagai fase yang mirip pada semua ikan yang berbeda spesies
(Yön et al., 2008). Rendahnya tingkat oogenesis dipengaruhi oleh aktivitas gen heat shock
yang berkaitan dengan reproduksi dan fekunditas, yaitu Hsp83. Hsp83 berperan penting
dalam proses oogenesis maupun spermatogenesis. Gen Hsp83 mengatur jalur molekuler
oogenesis melalui proteinprotein yang dihasilkannya. Selain itu, RNA Hsp83 merupakan
komponen dari posterior polar plasm. Penurunan tingkat spermatogenesis juga dapat
berakibat pada penurunan kemampuan kawin hingga sterilitas pada jantan (Demerec dan Kaufman,
1996; Pedersen dkk., 2011).

Pubertas
Perkembangan folikel ditandai dengan adanya gelombang pertumbuhan folikel. Satu
gelombang didefinisikan sebagai suatu proses pertumbuhan folikel yang sinkron dari
beberapa folikel kecil. Dari kelompok folikel kecil tersebut, salah satu diantaranya akan
terseleksi dan tumbuh menjadi folikel dominan, sedang folikel lainnya akan terhenti
pertumbuhannya dan menuju atresi. Setelah mencapai ukuran maksimal, folikel dominan
juga akan mengalami atresi dan regresi. Atresi dari folikel dominan akan menyebabkan
pertumbuhan gelombang folikel baru. Selama periode siklus estrus terjadi 2 hingga 3
gelombang folikel. Pada gelombang yang kedua, folikel dominannya akan menjadi folikel
anovulatory sedangkan folikel dominan dari gelombang ke-3 akan mengalami ovulasi.
Gelombang pertumbuhan folikel terjadi bukan hanya selama siklus estrus, namun juga telah
terjadi sebelum pubertas, selama kebuntingan, dan selama periode post partus (Siregar,
2010).

hewan memotong domba jantan atau betina berumur kurang lebih 7 bulan (Suharto dan
Layla, 2005). Terkhusus pada domba betina, umur kurang lebih 6-8 bulan telah mencapai
dewasa kelamin tetapi belum mencapai dewasa tubuh (Ngadiyono et al., 2009). Umur
tersebut dapat disebut juga sebagai pubertas awal yang Pengaruh Keberadaan Corpus
Luteum terhadap Kualitas dan Tingkat Maturasi Oosit Domba Lokal Umur Pubertas... (Rini
Widyastuti,. et al) 84 ditandai dengan telah terjadinya perkembangan folikel dan terbentuk
folikel antral pada ovarium (Senger, 2005). Ovarium yang diperoleh dari domba umur muda
dapat digunakan sumber oosit untuk produksi embrio secara in vitro, dalam hal ini oosit
yang diperoleh memiliki potensi untuk berkembang menjadi oosit yang matang (Hafez and
Hafez, 2000; Senger, 2005)
Folikulogenesis dan Ovulasi
Fertilitas merupakan kemampuan organ reproduksi untuk bekerja optimal dalam
menjalankan fungsi fertilisasi. Pada betina, fertilitas berkaitan erat dengan folikulogenesis
yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan folikel yang terjadi di ovarium (Leung dan
Adashi, 2004). Beberapa faktor dapat memengaruhi folikulogenesis seperti integrasi sinyal
ekstraovarian dan intrafolikuler (Webb et al, 2003), endokrinologi (Paris et al, 2009),
perkembangan gonad, serta kondisi nutrisi (Chavatte-Palmer et al, 2014). Oleh karena itu,
pengendalian folikulogenesis dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah
terjadinya fertilisasi dan dapat digunakan sebagai salah satu metode kontrasepsi.

Ovulasi merupakan proses keluarnya telur ke rongga ovari atau rongga perut setelah
pecahnya folikel oosit, dan pemijahan merupakan proses keluarnya telur dari dalam tubuh
induk (rongga ovari) ke lingkungan. Dalam habitat alaminya, ovulasi dan pemijahan ikan
akan terjadi secara alami setelah adanya stimulasi yang berasal dari faktor lingkungan
seperti suhu, fotoperiode, salinitas, pasang surut, dan beberapa faktor lainnya (Keys &
Crocos, 2006; Mylonas et al., 2010).

Siklus Estrus
Siklus reproduksi pada hewan primata umumnya dan manusia khususnya, dikenal dengan
siklus menstruasi. Siklus ini erat hubungannya dengan perkembangan folikel telur dan
endometrium uterus. Siklus ini dikendalikan oleh hormon-hormon reproduksi yang
dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis dan ovarium . Siklus reproduksi yang lain dan identik
dengan hewan mamalia primata juga terjadi pada hewan mamalia nonprimata yang dikenal
dengan siklus estrus. Siklus ini juga memiliki empat fase yaitu : diestrus, proestrus, estrus
dan metetrus (postestrus). Pada fase estrus terjadi ovulasi dan pada fase ini juga terjadi
puncak birahi pada hewan betina dan siap menerima hewan jantan untuk kopulasi. Selain
fase estrus, hewan betina tidak mau melayani hewan jantan untuk kopulasi (Rugh, 1968).
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa
perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan alat kelamin bagian luar. Tingkah laku
betina agak lain dengan kebiasaannya, misalnya menjadi sedikit gelisah, memperdengarkan
suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam saja. Alat kelamin betina luar mulai
memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah di daerah itu.
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus berahi, karena dalam fase ini hewan betina
memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula
hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Ciri khas dari estrus adalah
terjadinya kopulasi (Partodiharjo, 1982). Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang
terjadi segera setelah estrus selesai. Gejala yang dapat dilihat dari luar tidak terlihat nyata,
namun pada umumnya masih didapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus
ialah bahwa meskipun gejala estrus masih dapat dilihat tetapi hewan betina telah menolak
pejantan untuk aktivitas kopulasi. Serviks telah menutup, kelenjar- kelenjar serviks merubah
sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebagai sumbat
lumen serviks (Partodiharjo, 1982). Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai
dengan tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi
tenang. Dari periode permulaan diestrus, endometrium masih mempelihatkan kegiatan,
yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan
banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase
diestrus kegiatan-kegiatan endometrium ini berdegenerasi yang akhirnya hanya tinggal
kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode permulaan diestrus, corpus
hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan hemorhagik ini tumbuh sel-sel kuning
yang disebut luteum. Diestrus adalah fase yang terlama diantara fase-fase yang terdapat
dalam siklus berahi (Partodiharjo, 1982).
Penutup
Kesimpulan

Oogenesis merupakan proses sangat dinamis yang berlangsung dalam ovarium.


Perkembangan folikel ditandai dengan adanya gelombang pertumbuhan folikel. Satu
gelombang didefinisikan sebagai suatu proses pertumbuhan folikel yang sinkron dari
beberapa folikel kecil. Gelombang pertumbuhan folikel terjadi bukan hanya selama siklus
estrus, namun juga telah terjadi sebelum pubertas. fertilitas berkaitan erat dengan
folikulogenesis yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan folikel yang terjadi di
ovariumOvulasi merupakan proses keluarnya telur ke rongga ovari atau rongga perut
setelah pecahnya folikel oosit, dan pemijahan merupakan proses keluarnya telur dari dalam
tubuh induk (rongga ovari) ke lingkungan. Siklus ini juga memiliki empat fase yaitu : diestrus,
proestrus, estrus dan metetrus (postestrus).
DAFTAR PUSTAKA
Huda.N.K.,Sumarmin.R., dan Adha.Y. (2017). Pengaruh ekstrak sambiloto (andrographis paniculata
nees.) Terhadap siklus estrus mencit (mus musculus l. Swiss webster). Eksakta,18(2) : 69-76.

Hafizuddin., Siregar.T.N., dan Akmal.M. (2012). Hormon dan perannya dalam dinamika folikuler pada hewan
domestik. JESBIO,1(1) :21-24.

Nur.B., Permana.A., Priyadi.A., Mustofa.S.Z., dan Murniasih.S. (2017). Induksi ovulasi dan pemijahan ikan
agamysis (agamyxis albomaculatus) menggunakan hormon yang berbeda. Jurnal Riset Akuakultur,
12(2):169—177.

Ramadhani.S.A., Supriatna.I., Karja.N.W.K., dan Winarto.A.(2017). Pengendalian folikulogenesis ovarium


dengan pemberian ekstrak biji kapas.JURNAL SAIN VETERINER,35(1):71-80.

Sumawati.I., Corebima.A.D., dan Zubaidah.S.(2016). Fekunditas dan waktu perkembangan d. Melanogaster


strain wildtype, white, dan ebony pada lingkungan bersuhu tinggi dan pemanfaatannya sebagai
sumber belajar perkuliahan genetika. Jurnal Pendidikan,1(5):814-821.

Widyastuti.R., Syamsunarno,M.R.A.A., Yusuf.A., Ridlo.M.R., dan Prastowo.S.(2018). Pengaruh keberadaan


corpus luteum terhadap kualitas dan tingkat maturasi oosit domba lokal umur pubertas awal
secara in vitro.Agriped,18(2):83-89

Anda mungkin juga menyukai