Anda di halaman 1dari 29

Tugas Kelompok

Modul Ke Tujuh Belas

Laporan Praktikum Mix Desain Teknologi Beton

Oleh :
ZUHROTUL MUNIROH 3113041093

MOH. QONIEK Y B 3113041094

RAFAEL DANI K 3113041095

HANDARU ALFIANSYAH 3113041096

MOHAMMAD SUPRAYITNO 3113041097

FIKRI MAULANA RIJAL 3113041098

SUWARNI 3113041099

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2014

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
2.1 Rencana Campuran Beton...........................................................................................................3
2.2 Alat dan Bahan Mix Design........................................................................................................16
2.3 Prosedur Pelaksanaan................................................................................................................16
BAB III..............................................................................................................................................17
3.1 Menentukan Kuat Tekan Rencana.........................................................................................17
BAB IV..................................................................................................................................................22
Kesimpulan..........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk
dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu
material paling penting di dalam dunia konstruksi menyangkut kegunaannya sebagai struktur
dari sebuah bangunan. Beton sendiri memiliki banyak nama dan jenisnya bergantung pada
konstruksi apa yang akan dibuat. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai proses
pembuatan Beton khususnya untuk beton Pracetak, dimulai dari pengukuran berat setiap
material penyusun, hingga proses Testing mutu beton sebagai aplikasi dari mata kuliah
Teknologi Beton.

Teknologi pembuatan Beton, dapat dimulai dari menghitung perbandingan antara


Agregat kasar (Kerikil), Agregat halus (Pasir), Semen, dan Air secara teoritis. Setelah di
dapat perbandingan, barulah praktikum dilakukan dengan menimbang setiap material yang
telah dihitung secara teoritis. Setelah proses pengukuran massa, proses pencampuran
material-material dalam mixer dilakukan, sampai pada proses mencetak beton dalam silinder
dan proses perawatan sehingga diharapkan saat melakukan pengujian, mutu beton yang
tercatat sesuai dengan apa yang kami harapkan.

Dengan melakukan praktikum Teknologi Beton ini, diharapkan mahasiswa untuk bisa
menerapkan cara cara membuat beton dan bisa menerapkannya dalam dunia pekerjaan nanti
dengan menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum pengerjaan mix desain beton adalah untuk mengetahui informasi
tentang komposisi dari agregat halus, agregat kasar, semen serta air yang dipergunakan
sebagai pedoman dalam pembuatan beton dengan mutu tertentu, sehingga beton memiliki
kualitas dan kuantitas yang sebaik-baiknya.

1
1.3 Rumusan Masalah

 Berapakah komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu?
 Berapakah komposisi dari agregat kasar yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu?
 Berapakah komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan
mutu tertentu?
 Berapakah komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton dengan
mutu tertentu?

1.4 Manfaat

 Dapat mengetahui komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu
 Dapat mengetahui komposisi dari agregat Kasar yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu
 Dapat mengetahui komposisi dari semen yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu
 Dapat mengetahui komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rencana Campuran Beton

Di indonesia rancangan dengan cara ini dikenal dengan nama cara DOE ( department of
environment ). Di indonesia cara ini dipakai sebagai standar perencanaan oleh department
pekerjaan umum, dan di muat dalam buku standar no. SK. SNI T-15-1990-03 dengan judul
buku “ tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”. Perencanaan dengan cara ini
mengunakan tabel-tabel dan grafik. Langkah-langkah pokok rancangan dapat dijelaskan
sebagai berikut.

a. Penetapan nilai kuat desak beton


Kuat desak beton yang disyaratkan/direncanakan ditentukan dengan kuat desak pada
beton umur 28 hari (fc). Kuat desak beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Di indonesia yang
dimaksud dengan kuat desak beton yang disyaratkan adalah kuat desak beton
karakteristik dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu sebesar 5 persen saja
( artinya 5 persen dari beton yang akan dibuat boleh mempunyai kuat desak kurang
dari kuat desak karakteristik).

b. Penetapan nilai deviasi standar (S)


Deviasi standar ditetapkan berdasarkan atas tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Semakin baik pelaksanaan semakin kecil nilai deviasi
standarnya. Penetapan nilai ini biasanya didasarkan atas hasil pengalaman praktek
pelaksanaan pada waktu yang lalu, untuk pembuatan beton dengan mutu yang sama,
dan mengunakan bahan-bahan dasar yang sama pula.
1) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa
yang lalu, persyaratan jumlah data hasil pengujian minimum adalah 30 buah. Satu
data hasil pengujian kuat desak rata-rata diambil dari pengujian kuat desak dua
silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan pengujian pada umur 28
hari atau umur lain yang ditetapkan.
2) Jika jumlah data hasil pengujian kurang dari 30 benda uji, dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan sesuatu faktor perkalian, seperti pada tabel
17.1 berikut.

Tabel 17.1. Faktor perkalian deviasi standar

Jumlah data : 30 25 20 15 <15

3
Faktor perkalian : 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh

3) Nilai deviasi standar dapat juga ditentukan dengan melihat volume beton yang
dibuat, yang dibedakan atas volume kecil, sedang, dan besar dan atas dasar mutu
pelaksanaannya yang dibedakan atas mutu baik sekali, baik, dan cukup, seperti
disajikan pada tabel 17.2 berikut.

Tabel 17.2 Nilai Deviasi Standar (MPa)

4) Jika pelaksanaan tidak mempunyai catatan/pengalaman hasil pengujian beton pada


masa lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (termasuk data hasil pengujian
kurang dari 15 buah), nilai margin dapat langsung diambil 12 Mpa. Tabel 17.3
menyajikan nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan.

Tabel 17.3 nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu
pekerjaan

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan S(Mpa)


Memuaskan 2,8
Sanggat baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa kendali 8,4

5) Penetapan nilai tambah (margin): M jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai
deviasi standar yang dipilih margin (M) dapat dihitung dengan rumus:
M=K.S
Dengan : M = nilai tambah, dalam MPa
K = konstanta yang besarnya=1,64
S = deviasi standar dalam MPa

Jika nilai tambah tidak berdasarkan penetapan deviasi standar, dapat ditetapkan M=12
MPa

4
c. Menetapkan kuat desak rata-rata yang hendak dicapai (direncanakan diperoleh
dengan rumus:
F’cr=F’c+M

Dengan F’cr = kuat desak rata-rata dalam MPa

F’c = kuat desak yang disyaratkan/direncanakan dalam MPa

M = nilai tambah (margin), MPa

d. Penetapan jenis semen


Dalam PBI tahun 1971 dalam PUBI 1982 menyebutkan bahwa di indonesia semen
Portland dibedakan menjadi 5 jenis yaitu I, II, III, IV, dan jenis V. ditinjau dari
kekuatannya semen dibedakan atas semen Portland mutu S-325, S-400, S-475, S-550,
dan mutu S-S. Untuk perencanaan di indonesia umumnya digunakan semen Portland
mutu S-475 dan mutu S-550.

e. Penetapan jenis agregat


Jenis agregat yang akan digunakan ditetapkan apakah akan mengunakan pasir alam
dan krikil alam, ataukah pasir alam dan batu pecah ( crushed agregate )

f. Penetapan faktor air semen


Untuk menetapkan faktor air semen digunakan tabel 17.4 dan grafik 1.1 , caranya
adalah sebagai berikut.
1) Dengan mengetahui jenis semen Portland dan agregat yang akan digunakan. Maka
dengan melihat tabel 17.4 dapat ditentukan harga kekuatan beton dasar yang
diharapkan dapat dicapai untuk umur beton yang dikehendaki dengan faktor air
semen 0,50.
2) Dengan mengunakan grafik 17.1 : ikutilah garis tegak untuk faktor air semen 0,50
ke arah atas hingga memotong garis mendatar yang menunjukkan kekuatan ( kuat
desak ) dasar tadi. Titik potong tersebut merupakan dasar kurva yang dipakai
untuk menentukan faktor air semen beton yang direncanakan.
3) Dengan melalui titik tadi buatlah kurva yang sejajar dengan kurva yang di sebelah
kanan dan atau sebelah kiri titik potong tadi.
4) Tarik garis mendatar yang menunjukkan nilai kuat desak rata-rata yang hendak
dicapai.
5) Tentukan titik potong antara garis kuat desak rata-rata tadi dengan kurva baru.
6) Tarik garis tegak ke bawah melalui titik potong tersebut pada (5) untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan untuk memperoleh kuat desak
rata-rata yang diharapkan tersebut.

5
Tabel 17.4. perkirakan kuat desak beton (N/mm2) dengan faktor air semen 0,50 dan jenis
semen serta agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia.

Kuat desak ( N/mm2)

Jenis semen Jenis agregat kasar Pada umur (hari)

3 7 28 91

Semen Portland Alami koral 20 28 40 48


Batu pecah
S-550 Alami koral 23 32 45 54

Semen Portland Batu pecah 13 18 32 44

S-475 √ √ √ √

6
Grafik 1.1. Grafik hugungan Faktor air semen dengan kuat tekan rata-rata
yang dikehendaki

g. Faktor air semen maksimum


Faktor air semen maksimum dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak ditentukan. Jika
tidak ditetapkan, dapat dilihat pada tabel 17.5.
Jika faktor air semen yang diperoleh pada langkah f lebih kecil dari pada yang di
dapat dalam tabel III.8. yang dipakai adalah yang didapat pada langkah f itu. Tetapi
jika yang di dapat pada langkah f lebih besar, yang dipakai adalah faktor air semen
yang dari tabel 17.5 (harga terkecil).

Tabel 17.5. jumlah semen minimum dan nilai f.a.s. maksimum

Jumlah semen Nilai f.a.s.


Jenis konstruksi min./m3 beton maksimum
kg
Beton dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh
kondensasi atau uap-uap korosif 325 0
beton di luar bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60
matahari langsung
b. terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung
beton yang masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti-ganti
b. mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah 375 0,52
atau air tanah
beton yang kontinu berhubungan dengan air
a. air tawar 275 0,57
b. air laut 375 0,52

h. Menentukan slump
Harga slump dapat ditentukan sebelumnya atau tidak ditentukan. Penetapan nilai
slump dilakukan dengan mempertimbangkan atas dasar pelaksanaan pembuatan, cara
mengangkut (alat yang digunakan), penuangan (pencetakan), pendapatan, maupun
jenis strukturnya. Cara pengangkutan aduk beton dengan mengunakan pipa yang
dipompa dengan tekanan, membuhtukan nilai slump yang tinggi; sedang pemadatan
yang membutuhkan alat getar (triller) dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak
kecil.

7
Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 17.6 berikut.

Tabel 17.6 penetapan nilai slump

Nilai slump (cm)


Pemakaian beton
maksimu minimum
m

Dinding, pelat fondasi, dan telapak 12,5 5


bertulang fondasi telapak tidak bertulang
dan struktur
di bawah tanah
Pelat, balok, kolom, dan dinding
Pengerasan jalan 9,0 2,5
Pembetonan masal
15,0 7,5

7,5 5

7,5 2,5

i. Menetapkan ukuran agregat maksimum


Untuk menetapkan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil
dari ketentuan-ketentuan berikut:
1) Jarak bersih minimum antar baja tulangan atau berkas baja tulangan, atau tendon
pra-tegang dikalikan tiga perempat.
2) Sepertiga kali tebal pelat
3) Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan

j. Menetapkan kadar air bebas atau banyaknya air yang diperlukan per meter
kubik beton
Untuk menetapkan banyaknya air yang diperlukan untuk setiap meter kubik beton,
dapat dicari dengan mengunakan tabel 17.7 dengan cara sebagai berikut.

8
1) Jika agregat halus dan agregat kasar yang digunakan dari jenis yang sama,
misalnya pasir alam dan kerikil alam atau pasir dari batu pecah dan kerikil dari
batu pecah, maka dengan melihat besar butir maksimum dan slump yang
digunakan dapat ditentukan banyaknya air yang diperlukan ( perhatikan tabel 17.7
) misalnya dengan butir maksimum 40 mm dan slump yang digunakan yang
diperlukan adalah 160 liter per meter kubik beton.

2) Jika agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda (alami
dan batu pecah), banyaknya air yang diperlukan ditentukan dengan mengunakan
rumus:
A=0,67 Wf +0,33 Wc
Dengan: A = banyaknya air yang dibutuhkan ( liter ) per meter kubik beton
Wf = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat halus
Wc = banyaknya air yang dibutuhkan menurut agregat kasar
Misalnya contoh di atas tadi (a) mengunakan agregat halus berupa pasir alam dan
agregat kasar mengunakan batu pecah, air yang diperlukan untuk satu meter kubik
beton adalah
A=(0,67 x 160) liter + (0,33 x 190) liter.

Tabel 17.7. perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton

Besar ukuran Jenis batuan Slump (mm)


Maks. Kerikil
0-10 10-30 30-60 60-180
(mm)

10 Alami 50 180 205 225


Batu pecah
20 Alami 180 205 230 250
Batu pecah 35 160 180 195
40 Alami
Batu pecah 170 190 210 225

15 140 160 175

155 175 190 205

k. Menetapkan berat semen yang diperlukan


Untuk menentukan kadar semen yang diperlukan yaitu dengan berbagai kadar air
bebas yang telah ditentukan pada (j) dengan faktor air semen “yang dipilih

l. Kadar semen maksimum


Jika kadar semen maksimum tidak ditetapkan, dapat diabaikan

9
m. Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ini disyaratkan, untuk menghindarkan beton dari
kerusakan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh lingkungan khusus, misalnya
lingkungan korosif, air payau, air laut, dan sebagainya.
Kebutuhan semen minimum dapat ditetapkan dengan tabel 17.8, tabel 17.9,
atau tabel 17.10.

Tabel 17.8. kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan


lingkungan khusus.

Semen Minimum
(kg/m3 beton)
Jenis Pembetonan
beton di dalam ruang bangunan
275
a. Beton keliling non korosif 235
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan
oleh kondensasi atau uap korosif
Beton di luar ruang bangunan
325
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
325
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali Lihat tabel 8a
dari tanah beton yang selalu
berhubungan dengan air
tawar/payau/laut

Tabel 17.9 kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air

Kandungan semen min.

Beton berhubungan Tipe semen Ukuran maksimum

10
dengan Agregat (mm)

40 20

Air tawar Semua tipe I-V 280 300

Air payau Tipe I + pozolan 340 380


(15%-40%) atau
semen Portland
pozolan

Tipe II atau V

Tipe II atau V 290 330

Air laut 330 370

Tabel 17.10 . kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan


dengan air tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi sulfat SO3 dalam Kandungan


(SO3) dalam tanah air tanah
(g/l) semen min.
Total SO3 dalam
(kg/m3)
SO3 Campuran
Jenis semen Ukuran maks.
% Air: tanah
Agr. (mm)
2:1 (g/l)
40 20 10

<0,2 <0,1 <0,3 Tipe I dg atau 280 300 350


tanpa pozolan
( 15%-40%)

Tipe I tanpa
0,2-0,5 1,0-1,9 0,3-1,2 pozolan tipe I 290 330 380
dengan pozolan
(15%-40%) atau
semen Portland
pozolan

tipe II atau V

11
Tipe I dengan
pozolan (15%-
40%) atau semen
Portland pozolan 250 290 430
tipe II atau V
0,5-1,0 1,9-3,1 1,2-2,5
Tipe II atau V
340 380 430
Tipe II atau V dan
lapisan pelindung

290 330 380

1,0-2,0 3,1-5,6 2,5-5,0 330 370 420

>2,0 >5,6 2,5-5,0 330 370 420

n. Faktor air semen yang disesuaikan


Jika kadar semen berubah karena lebih kecil dari pada kadar semen minimum yang
ditetapkan atau lebih besar dari pada kadar semen maksimum yang disyaratkan, faktor
air semen harus diperhitungkan kembali menurut kadar semen yang berlaku.

o. Susunan besar butir agregat halus


Jika besar butir agregat halus yang akan digunakan sudah dianalisis menurut standar
SI, susunan besar butir pasir dapat dibandingkan dengan syarat-syarat susunan besar
butir pasir dalam tabel, termasuk daerah (zone) mana zone: 1, zone 2, zone 3, atau
zone 4.

p. Presentasi agregat halus


Untuk menentukan persentasi agregat halus ( lebih halus dari 4,8 mm) digunakan
grafik 1.2 . Dengan diketahuinya besar butir maksimum agregat (i), slump yang
direncanakan (h), faktor air semen (n), dan daerah susunan butir (o), maka persentase
pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik 1.2 tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
jumlah persen pasir ini adalah seluruh agregat ( butiran ) yang lebih halus dari 4,8 mm.
agregat kasar yang dipakai di indonesia sering kali masih mengandung butiran lebih
halus dari 4,8 mm dalam jumlah yang lebih besar dari 5 persen. Dalam hal ini, maka
agregat halus yang diperlukan masih harus dikurangi.

12
Grafik 1.2 a grafik hubungan presentase agregat halus dengan factor air
semen untuk ukuran agregat maksimum 20 mm

Grafik 1.2 b grafuk hubungan presentase agregat halus dengan factor


air semen untuk ukuran agregak maksimum 40mm

q. Berat jenis relatif agregat


Berat jenis relatif agregat adalah berat jenis agregat gabungan antara agregat halus dan
agregat kasar. Untuk agregat-agregat yang sudah diketahui berat jenisnya. Maka berat
jenis relatif agregat dapat dihitung dengan mengunakan rumus:
BJ rel agr = A/100 x BJ.AH + B/100x BJ.AK dengan
Bjrel.gr= berat jenis relatif ( campuran ) agregat
BJ.AH = berat jenis agregat

13
BJ.AK = berat jenis agregat kasar
A = persentase agregat halus terhadap agregat relatif ( campuran )
B = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran (relatif)

Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
( pengujian ) di laboratorium terhadap agregat yang akan digunakan. Jika belum
diketahui agregat mana yang akan digunakan, dapat ditentukan berat jenis relatif
agregat = 2,50 gr/cm3 untuk agregat alami, dan 2,60 untuk agregat batu pecah. Harga-
harga yang diperoleh kemudian dibetulkan jika agregat yang akan dipakai sudah
ditetapkan dan diuji berat jenisnya.

r. Berat jenis beton


Berat jenis beton dapat ditentukan berdasarkan data berat jenis agregat relatif
( campuran ) dari langkah (q) dan kebutuhan air pengaduk untuk setiap meter kubik
bton yang telah ditetapkan pada langkah (j), dengan mengunakan grafik 1.3
Cara pengunaan grafik grafik 1.3 adalah sebagai berikut.
1) Buat garis vertikal melalui titik harga kadar air bebas yang telah ditentukan.
2) Ikuti kurva yang sesuai dengan harga berat jenis relatif hingga memotong garis
vertikal pada (1)
3) Jika dalam grafik belum ada garis kurva harga berat jenis relatif yang ditentukan,
dibuat kurva baru yang sesuai dengan harga berat jenis relatif itu, yang sesuai
dengan garis kurva terdekat. Kurva itu akan memotong garis vertikal harga kadar
air bebas.
4) Tarik garis mendatar melalui titik potong itu. Garis itu menunjukkan nilai berat
jenis beton.

Grafik 1.3 grafik hubungan berat jenis beton dengan kadar air bebas

14
s. Menentukan kebutuhan agregat gabungan
Kebutuhan agregat gabungan ditentukan dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
BAg = B.Jb-BS-BA dengan
BAg = berat agregat gabungan
BJb = berat jenis beton
BS = berat semen
BA = berat air

t. Menentukan agregat halus


Agregat halus yang diperlukan untuk setiap meter kubik beton adalah hasil kali jumlah
agregat gabungan yang didapat pada langkah (s) dengan persentase kadar pasir yang di
dapat pada langkah (p) setelah dikoreksi dengan fraksi halus yang terdapat dalam
agregat kasar.

u. Kadar agregat kasar


Kadar agregat kasar dapat di hitung dengan cara mengurangi kadar agregat gabungan
dengan kebutuhan agregat halus. Jadi, hasil langkah (s) dikurangi hasil langkah (t).
Dari langkah-langkah tersebut di atas (langkah a s/d u) sudah dapat diketahui susunan
bahan-bahan untuk satu meter kubik beton. Meskipun demikian, masih ada satu
langkah lagi yang perlu dilakukan yaitu koreksi terhadap penggunaan air sehubungan
dengan kondisi agregat. Rancangan campuran beton dihitung berdasarkan atas agregat
dalam keadaan jenuh kering muka (SSD). Di musim hujan, biasanya agregat terlalu
basah sehingga dengan penggunaan air dilakukan menurut hasil penghitungan tadi,
beton menjadi terlalu cair. Sebaliknya di musim kemarau agregat menjadi terlalu
kering yang mengakibatkan beton yang dihasilkan menjadi terlalu kaku ( kental). Oleh
karena itu, perbandingan campuran yang telah didapatkan harus selalu dikoreksi
terhadap kadar air dalam agregat, dan hendaklah dilakukan paling sedikit satu kali
dalam sehari.
Jika agregat dalam keadaan basah, perhitungan koreksi dilakukan dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
a. Kadar semen tetap = A
b. Air =B-(Cm-Ca) x C/10-(Dm-Da) x D/100
c. Agregat halus/pasir = C+(Cm+Ca)x C/100
d. Kerikil/batu pecah = D + (Dm-Da) x D/100
dengan
A= kadar semen yang ditentukan (kg/m3)
B= kadar air yang ditentukan (liter/m3)
C= kadar pasir yang ditentukan (kg/m3)
D= kadar kerikil/batu pecah yang ditentukan (%)
DM= kadar air kerikil/batu pecah alam saat pengadukan beton (%)

Demikian secara teoritis sudah dapat diketahui susunan bahan-bahan untuk beton.
Langkah berikutnya adalah menguji apakah hasil perhitungan itu jika dilaksanakan
dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang direncanakan. Caranya adalah
15
dengan membuat campuran uji ( trial mix ) untuk mengetahui berapa slump dan
kuat desak yang dihasilkan dari beton dengan komposisi campuran yang telah
ditemukan tersebut. Jika harga-harga yang didapat sesuai dengan harga-harga yang
diharapkan campuran perlu dibetulkan. Jika slump terlalu tinggi/rendah, kadar air
perlu dikurangi/ditambah demikian juga kadar semennya harus disesuaikan karena
faktor air semen harus dijaga agar tetap/tidak berubah. Jika kekuatan beton terlalu
tinggi/rendah, faktor air semen dapat/harus ditambah/dikurangi sesuai grafik 1.1.
angka-angka yang didapat pada langkah a sampai dengan u kemudian dimasukan
ke dalam tabel 17.11 dan tabel 17.12 (formulir) berikut.

Tabel 17.11 formulir rancangan campuran beton menurut BS formulir rancangan


campuran beton (menurut standar pekerjaan umum)

No Uraian Tabel/grafik Nilai


.
1. Kuat desak yang disyaratkan Ditetapkan …….Mpa
2. Deviasi standar (S) Diketahui …….Mpa
3. Nilai tambah/margin M …….Mpa
4. Kuat desak rata-rata yang hendak
dicapai (f’cr) 1+3 …….Mpa
5. Jenis semen Ditetapkan …….
6. Jenis agregat kasar Ditetapkan …….
Jenis agregat halus Ditetapkan …….
7. Faktor air semen Tabel 17.1 ……
Grafik 1.1
8. Faktor air semen maksimum Ditetapkan …….
9. Slump Ditetapkan …….mm
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan …….mm
11. Kadar air bebas Tabel 7 …….kg/m3
12. Kadar semen 11:8
13. Kadar semen maksimum Ditetapkan
14. Kadar semen minimum Ditetapkan/PBI
15. F.a.s yang disesuaikan …….
16. Susunan besar butir agregat Grafik Zone….
17. Persen bahan<4,8 mm Grafik …….%
18. Berat jenis rel atif agregat …….kg/m3

16
19. Berat jenis beton Grafik 1.3 …….kg/m3
20. Kadar agregat gabungan 19-12-11 …….kg/m3
21. Kadar agregat halus …….kg/m3
22. Kadar agregat kasar …….kg/m3

Tabel 17.12 . formulir kesimpulan hasil rancangan

Volume Berat total Air Semen Agregat Agregat kasar


(m3) (kg) (kg/lt) (kg) halus (kg)
(kg)
1m3
1 adukan
(….m3)

2.2 Alat dan Bahan Mix Design

Alat dan bahan yang harus disiapkan untuk perencanaan campuran :

 Cetakan-cetakan silinder
 Bahan – bahan yang akan dicampur : Semen, kerikil, air, pasir (sesuai jumlah dalam
perhitungan sebelumnya)
 Alat slump test
 Besi rojokan
 Molen untuk pengaduk beton.
 Sekop

17
2.3 Prosedur Pelaksanaan

1. Ayak bahan material pengisi beton untuk memastikan pasir dan kerikil tidak
bercampur.

2. Cetakan beton diolesi oli dan baut –bautnya dirapatkan.

3. Mesin molen dijalankan. Memasukkan dulu air secukupnya untuk membasahi


permukaan ketel mesin.

4. Lalu masukan kerikil, lalu pasir, lalu semen, baru air, biarkan sampai homogen betul
campurannya, bila kurang encer kita tambah lagi air secukupnya, lalu campuran beton
dituang kedalam bak dan di aduk – aduk dan siap untuk dimasukkan cetakan.

18
BAB III
Analisa data

3.1 Menentukan Kuat Tekan Rencana

Rancangan campuran beton dengan mutu K250

Jenis semen yang digunakan S-550

Agregat halus alami, agregat kasar berupa batu pecah.

Faktor air semen maksimum ditetapkan 0,60.

Slump ditetapkan setinggi antara 60 mm - 180 mm.

Ukuran agregat maksimum ditetapkan 20 mm.

Susunan besar butir agregat halus masuk dalam zone 4.

Agregat halus yang digunakan merupakan gabungan antara agregat A dengan


berat jenis SSD=2.82, kadar air 0.54%. sedang agregat B dengan berat jenis SSD=
2.76 , penyerapan 0.41 % , kadar air rerata adalah 0.04 %

Agregat kasar berat jenis SSD 2,67 %, resapan air adalah 3.04%, dan kadar air
0.58%.

Cara perhitungan

1. Kuat desak karakteristik


Kuat desak karakteristik sudah ditetapkan 25 Mpa untuk umur 28 hari.
2. Deviasi standar
Deviasi standar ditentukan dari besarnya volume beton yang akan dibuat, dari tabel nilai
S dapat diambil 85 kg/cm2 (dapat diterima) perhatikan tabel 17.2.

19
3. Nilai tambah (margin)
Tidak ada karena belum pernah melakukan pengujian sebelumnya
4. Kekuatan rata-rata yang hendak dicapai
Kekuatan rata-rata yang hendak dicapai sebesar =(25 + 8.5 ) Mpa=31 Mpa
5. Jenis semen ditetapkan S-550
6. Jenis agregat halus dan agregat kasar
Jenis agregat halus alami, agregat kasar batu pecah.

7. Faktor air semen

Gunakan grafik 1.1 untuk menentukan harga kekuatan beton dasar yang diharapkan
dapat dicapai, dengan semen S-550 dan agregat kasar batu pecah. Dari tabel tersebut
didapat harga pada beton umur 28 hari dan f.a.s 0,50 kekuatan desak= 37 N/mm2.
Kemudian lihat grafik 1.1: ikutilah garis tegak untuk f.a.s 0,50 ke arah atas sampai
memotong garis mendatar yang menunjukkan kekuatan desak dasar tadi (= 45 Mpa ).
Buat kurva melalui titik potong tadi. Tentukan titik potong antara kurva baru tersebut
dengan kuat desak rata-rata yang hendak dicapai (33.5 Mpa ). Dari titik potong tadi tarik
garis tegak ke bawah, maka didapat harga f.a.s yang dicari =0,535.
8. Faktor air semen maksimum
Untuk beton yang terlindung dari hujan dan terik matahari, ditentukan f.a.s maksimum
0,60.
9. Slump
Tinggi slump ditentukan antara 60 mm – 180 mm.
10. Ukuran agregat maksimum
Ukuran agregat maksimum ditentukan 20 mm.
11. Kadar air bebas
Untuk menentukan nilai kadar air bebas, periksa tabel 17.7 untuk agregat gabungan,
alami atau batu pecah. Untuk agregat gabungan antara pasir alami dan kerikil (batu
pecah), maka kadar air bebas harus diperhitungkan antara 195 – 225 kg/ m3. Nilai slump
30 mm – 60 mm dan baris maksimum agregat 40 mm dipakai sebagai dasar
penghitungan.
Rumus yang digunakan A=2/3 Wf + 1/3 Wc
Dengan A= jumlah air yang diperlukan/m3 beton;
Wf= perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wc= perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.
Jadi, A= (2/3 x 195 + 1/3 x 225) kg/m3= 205 kg/m3
12. Kadar semen
Kadar semen = 205 : 0.535 = 383.18 kg/m3

13. Kadar semen maksimum


Kadar semen maksimum tidak ditentukan, jadi dapat diabaikan..
14. Kadar semen minimum

20
Dengan melihat tabel 17.5 , maka pada konstruksi yang dimaksud harus menggunakan
semen minimum 275 kg/m3. Karena kadar semen yang diperoleh sebanyak 384.18
kg/m3, maka yang digunakan adalah 383.18 kg/m3 tersebut.
15. Faktor air semen yang disesuaikan
Karena kadar semen minimum sudah terpenuhi, maka faktor air semen tidak berubah.
16. Susunan besar butir agregat halus
Pasir gabungan yang termasuk zone 4.
17. Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm
Harga persen agregat lebih halus dari 4,8 mm dicari pada grafik 1.2.b untuk kelompok
butir agregat maksimum 20 mm pada nilai slump 60 mm – 180 mm, dan nilai faktor air
semen 0,535. Untuk agregat halus zone 4, diperolehharga 31%.
18. Berat jenis relatif agregat
Berat jenis relatif agregat adalah berat jenis agregat gabungan antara agregat halus dan
agregat kasar. Karena agregat halus sendiri sudah merupakan gabungan dari dua jenis
agregat halus, maka terlebih dahulu dicari berat jenis relatif agregat halus yang
merupakan gabungan tersebut. Sesudah itu baru dicari berat jenis agregat gabungan
antara agregat halus dan kasar.
Dengan demikian perhitungannya menjadi sebagai berikut.
Berat jenis agregat kasar = 2,67.
Jadi, berat jenis relatif agregat = (0,31 x 2,82) + (0,69 x 2,67) = 2,7.
19. Berat jenis beton
Berat jenis beton diperoleh dengan grafik 1.3), dengan cara membuat grafik baru yang
sesuai dengan nilai berat jenis relatif agregat gabungan, yaitu 2,7. Titik potong grafik
baru tadi dengan garis tegak yang menunjukkan kadar air bebas 170 kg/m3
menunjukkan nilai berat jenis 2.410 kg/m3.
20. Kadar agregat gabungan
Kadar agregat gabungan = berat jenis beton – kadar semen – kadar air
= 2.410 -383.18 – 205 = 1821.82 kg/m3
21. Kadar agregat halus
Kadar agregat halus = 0,31 x 1821.82 kg/m3 = 564.76 kg/m3
22. Kadar agregat kasar
Kadar agregat kasar = (1821.82 – 564.76 ) kg/m3 = 1257.06 kg/m3.

Dari langkah 1 sampai dengan langkah 22, kita dapatkan susunan campuran beton
teoritis untuk setiap 1 m3, sebagai berikut:
 Semen Portland (S-550) = 383.18 kg

21
 Air seluruhnya = 205 kg
 Agregat halus = 564.76 kg
 Agregat kasar = 1257.06 kg

Untuk mendapatkan campuran sebenarnya, yaitu yang akan kita pakai sebagai
campuran uji (untuk membuat benda uji), angka-angka teoritis tersebut perlu
dikoreksi dengan memperhitungkan banyaknya air bebas yang terdapat dalam
agregat, atau air yang masih dibutuhkan oleh masing-masing agregat yang dipakai.
Dalam contoh tersebut, air yang terdapat dalam :
 Pasir = 546.76 + {(0.41-0.04) x (546.76:100} = 562.6753
 Kerikil = 1257.06+{(3.04-0.58) x (1257.06:100)} = 1226.133 kg

Jadi, banyaknya air yang diperlukan setiap 1 m3 adalah sebesar =


20 5– (562.6753 – 1226.133) = 238.013244 kg (= 240 kg)
Jadi dalam pelaksanaan pembuatan benda uji diperlukan bahan-bahan untuk setiap
1 m3 beton sebagai berikut :
 Air = 240 kg *semen Portland = 383 kg * pasir = 562.67 * kerikil = 1226.13 kg.

22
23
Tabel/grafik
N
Uraian perhitunga Nilai Satuan
o
n

1 Kuat tekan karakteristik Ditetapkan 250 kg/cm2

2 Deviasi standar Diketahui 85 kg/cm2

3 Nilai tambah (margin)      

4 Kekuatan rata2 yang hendak dicapai   335 kg/cm2

semen normal
5 Jenis semen Ditetapkan S-550/S-475  

Jenis
agrega
6 t Kasar Ditetapkan Batu pecah  

    Halus Ditetapkan Alami  

7 FAS bebas Grafik 1 0,535  

8 FAS maks Ditetapkan 0,6  

9 Slump Ditetapkan 60-180  

10 Ukuran agregat maks Ditetapkan 20 mm

11 Kadar Air Bebas tabel 3 205 kg/m3

12 Kadar Semen 11:7 383,18 kg/m3

13 Kadar semen max Ditetapkan 383,18 kg/m3

14 Kadar semen min Ditetapkan 275 kg/m3

15 Faktor air yang disesuaikan -  

16 Susunan besar butir agregat halus grafik 3-6 Zona 4  

17 Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm   31 %

18 Berat jenis agregat (SSD gabungan)   2,7 t/m3

24
19 Berat jenis beton grafik 16 2410 kg/m3

20 Kadar aregat gabungan 19-(12+11) 1821,82 kg/m3

21 Kadar agregat halus 20*17 564,76 kg/m3

22 Kadar agregat kasar 20-21 1257,06 kg/m3

Proporsi Campuran

Banyak Bahan Semen (kg) Ag.halus (kg) Ag.Kasar (kg)

Tiap m3 dgn teliti skg 383,18 564,76 1257,06

Perbandingan 1 1,47 3,28

Bahan Terkoreksi

Penyerapan air
kg/m3 Kadar air (%) Terkoreksi
Bahan (%)

Semen 383,18 - - 383,18

Air 205 - - 238,0132443

Pasir 564,76 0,41 0,04 562,6753229

Batu pecah/ kerikil 1257,06 3,04 0,58 1226,133863

BAB IV

Kesimpulan

Dari hasil percobaan rencana campuran (Mix Design) harus dikorelasikan dengan

hasil uji tekan yang telah dilakukan, sebab kita dapat mengetahui apakah beton dengan mutu

K-250 hasil praktikum kami sudah memenuhi syarat atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari hasil

25
sampel uji yang memiliki rata-rata kuat tekan 272.0808 kg/cm2 dan hanya 3 dari 30 sampel

uji yang kuat tekannya tidak mencapai kuat tekan yang direncanakan.

Chart Title
350

300

250
Kuat tekan (kg/cm2)

200

150

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35
nomer sampel

26
DAFTAR PUSTAKA

http://alan-sipil-struktur-ubb.blogspot.com/p/mutu-beton.html

http://eprints.undip.ac.id/34148/6/1655_chapter_II.pdf

http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html

https://www.academia.edu/3636945/BAHAN_KULIAH_TEKNOLOGI_BETON

http://www.researchgate.net/publication/26844024_CONCRETE_MIX_DESIGN_OPTIMIZ
ED_APPROACH

Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Beton Jurusan Teknis Sipil ITS Surabaya

SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh
Departemen Pekerjaan Umum.

27

Anda mungkin juga menyukai