Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan
balita di negara berkembang dengan perkiraan 3 sampai 5 milyar kasus per tahun,
serta 18 juta kematian anak tiap tahun berkaitan dengan diare akut.1 Sekitar 80%
kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lainnya adalah kekurangan
gizi dan infeksi yang serius.2,3
Pengertian diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau
lebih dalam satu hari. Diare bisa juga diartikan sebagai pengeluaran tinja abnormal
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.1,2 Menurut DEPKES, diare dapat
dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat.2 Penyebab diare bisa karena psikis,
faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enternal maupun parenteral. Faktor
infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare.3
Dalam menangani masalah diare, selain faktor penyebab juga perlu
diperhatikan masalah sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi,
status gizi, sosial ekonomi, dan budaya sangat berpengaruh dan saling berkaitan.3
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit kurang dari normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Pada diare dapat terjadi anemia defisiensi besi tahap awal (Anemia normokrom
normositik) dan jika terjadi lebih lanjut dapat terjadi anemia hiprokromik mikrositik
karena asupan yang berkurang (akibat anak sakit, sehingga nafsu makan menurun),
pengeluaran yang meningkat (akibat diare atau muntahnya), kebutuhan yang
meningkat karena anak sakit, terutama bila disertai panas sehingga metabolisme
tubuh meningkat), penyerapan usus berkurang akibat terganggunya struktur usus
(pengrusakan vili, epitel dan mukosa usus oleh kuman penyebab diare) 2,3,5,6.

1
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut
dehidrasi ringan sedang dan anemia normositik normokromik dengan tujuan untuk
mengetahui cara menegakkan diagnosa dan mengelola penderita sehingga dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Anemia
normositik normokromik sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah
diberikan dengan kepustakaan yang ada, sehingga dapat dijadikan media belajar yang
baik bagi mahasiswa.

C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui
komplikasi yang terjadi pada penderita Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan
Anemia normositik normokromik.

2
BAB II
PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Daines Duta Pradana
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 bulan
Alamat : Jl. W.R. Supratman X no.13, RT 01/12, Gisik Drono,
Semarang Barat
Masuk RSDK : 16 Juni 2005
Keluar RSDK : 20 Juni 2005
No CM : 5104904
Nama Ayah : Tn Wahyu Dani
Umur : 23 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny Nurul Aini
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Mahasiswi

B. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 16 Juni 2005 pukul 23.15
WIB di bangsal C1LII.
 Keluhan utama : Mencret
 Riwayat Penyakit Sekarang :
- Kurang lebih delapan jam sebelum masuk rumah sakit, anak mencret
satu kali sebanyak ¼ cangkir, cair, warna kuning, ampas ada, tidak
ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot, kembung.
Muntah sebanyak empat kali @ 1 sdm, isi seperti apa yang dimakan

3
dan diminum, tidak nyemprot. Anak tidak panas, tidak kejang, tidak
batuk, tidak pilek.
- Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, anak panas, tidak
menggigil, tidak kejang, mencret tiga kali, @ ¼ cangkir, cair, sedikit
ampas, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot, kembung,
muntah sekali sebanyak 1 sdm, isi seperti apa yang dimakan dan
diminum. Anak makin lemah, tampak kehausan dan rewel, kencing
jumlah dan frekuensinya berkurang dari biasanya. Kemudian dibawa
ke UGD RSDK. Kencing terakhir ½ jam yang lalu di UGD, jumlah
sedikit, warna kuning.
- Riwayat perubahan pemberian susu disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Saat usia 2 bulan anak pernah mencret diobati di Poliklinik RSDK,
kemudian sembuh.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
 Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai wiraswasta, dengan usaha rental mobil.
Ibu penderita masih kuliah. Penghasilan rata-rata ± Rp 1.000.000,00.
Menanggung 1 orang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan
ditanggung ayah penderita.
Kesan Sosial Ekonomi : cukup.
 Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas lebih dari 4 kali, TT dua kali,
penyakit kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama
kehamilan vitamin dan tablet tambah darah.
 Riwayat Kelahiran dan Kehamilan Ibu Penderita

No Kehamilan dan Persalinan Umur


1. Laki-laki, aterm, spontan, bidan, BBL : 3200 3 bulan
g, PB : 50 cm

4
 Riwayat Postnatal
Periksa di Puskesmas, anak dalam keadaan sehat.
 Riwayat Keluarga Berencana
Saat ini ibu penderita belum mengikuti program KB.
 Riwayat Imunisasi
BCG : 1x ( 0 bulan ), scar (+)
DPT : 2x (2,3 bulan )
Polio : 2x (0,2 bulan )
Campak : belum
Hepatitis B: 1x (3 bulan )
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur.
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3200 gram, panjang badan lahir 50 cm, berat badan
sekarang 5800 gram, panjang badan sekarang 62 cm, lingkar kepala 43
cm (mesosefal).
Perkembangan :
Senyum : 2 bulan
Miring : 3 bulan
Tengkurap : -
Duduk : -
Gigi keluar : -
Merangkak : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Sekolah : belum sekolah
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan umur
 Riwayat makan dan minum :
ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang.

5
Sejak lahir sampai sekarang anak diberi susu formula bayi frisian flag,
karena ASI tidak lancar, diberikan kurang lebih 4 x sehari @ 2 sendok
takar dalam 60 cc air,habis.
Buah, sayuran dan makanan padat serta lauknya belum diberikan karena
penderita masih berusia 3 bulan.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 16 Juni 2005 pukul 23.30 WIB
♂, 3 bulan , BB: 5,8 kg, PB : 62 cm
BB koreksi = 100% – 7,5% = 92,5%
100
= 92,5 x 5,8 = 6,27 kg

Keadaan Umum : sadar, kurang aktif, tampak kehausan dan rewel, tanda
dehidrasi (+)
Tanda Vital : N : 134 x / menit, isi dan tegangan cukup
RR : 32 x / menit, reguler
t : 37,5°C (sudah diberi paracetamol)
Status Internus
Kepala : mesosefal , LK = 43 cm
UUB : cekung (+)
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali lambat (+)
Mata : cekung (+), air mata berkurang, conjungtiva palpebra
anemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung : sekret (-), nafas cuping (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : bibir kering (+), selaput lendir kering (+), sianosis (-)
Gigi : belum tumbuh
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-/-)

6
Dada :
Paru : Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD: Vesikuler
ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial
Linea Medio Clavicular Sinistra
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop
(-).
Abdomen : Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : turgor kulit kembali lambat
Hepar tidak teraba
Lien :S0
Genital :♂, dalam batas normal
Kelenjar : pembesaran kelenjar (-)
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis –/– –/–
Akral dingin –/– –/–
Anemis –/– –/–
Oedem –/– –/–
Capillary refill <2” < 2”
Anus : ekskoriasi (-)

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin : (pada tanggal 16 Juni 2005)
Hb : 10,70 g % MCV: 82,10 fl (92-121)

7
Ht : 32,20 % MCH: 27,30 g (31-37)
Leukosit : 12.700 /mm3 MCHC: 33,30 g/dl (29-36)
Trombosit : 352.000 /mm3
Eritrosit : 3.000.000/mm3
Kesan : Anemia normositik normokromik

Kimia darah
Glukosa sewaktu : 99 mg/dL
Elektrolit :
Na :140 mmol/l
K :5,9 mmol/l
Cl :115 mmol/l
Ca :2,48 mmol/l
Kesan : hiperkalemi

Preparat darah hapus:


Hitung jenis : E2/B1/St/Sg/L24/M2
Stadium eritropetik : poikilositosis(-), anisositosis (-), sel burr (-)
krenasi (-), central pallor > 1/3
Stadium granulopoetik: hipersegmentasi (+), hipergranulasi (-),
vakuolisasi (+)
Stadium trombopoetik : bentuk normal, tersebar rata, clump cell (-)
Kesan : sistem eritropoetik :anemia normositik normokromik
sistem granulopoetik : infeksi virus
sistem trombopoetik : dalam batas normal

Urin :
Makroskopis : warna kuning, jernih, tidak berbuih, jumlah cukup.

Feses :
- Makroskopis : warna kuning, cair, lendir(-), darah (-), ampas (+),

8
bau asam (-)
- Mikroskopis : telur cacing : -
Amoeba : -
Sisa pencernaan protein : +
Lemak : +
KH : +
Pemeriksaan lain : Sudan III : ++
Bakteri :+
Jamur :-
lekosit :-
eritrosit :-
Clinitest : +

E. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
♂, umur 3 bulan, BB = 5800 kg, PB = 62 cm, t = 37 °C
5,8 – 6
WAZ = = -2
1,00
62 – 61,1
HAZ = = 0,35
2,60
5,8 – 6,2
WHZ = = - 0,57
0,7

Kesan : Gizi baik

F. KEBUTUHAN CAIRAN, KALORI, PROTEIN


♂, umur 3 bulan, BB = 5800 kg, PB = 62 cm, t = 37,5C,
BB koreksi = 100% – 7,5% = 92,5%
100
= 92,5 x 5,8 = 6,27 kg

9
Kebutuhan Cairan Kalori Protein
24 jam 674,025 627 12,54
Infus KAEN 3 B
960 103,68 -
960/40/10 tetes/menit
8x 60 cc LLM 480 317,44 8,448
Total 1440 421,12 8,448
AKG (%) 230,95% 382,84% 72,83%

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
DD :
- Faktor Psikis
- Faktor Konstitusi
- Faktor Makanan
- Faktor Infeksi : Parenteral
Enteral
2. Anemia normositik normokromik
DD :
- Infeksi
- Perdarahan
- Penyakit kronis
- Defisiensi Fe

H. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
2. Anemia normositik normokromik

10
I. DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1. Diare Akut Dehidrasi 16-6-2005
Ringan Sedang
2. Anemia Normositik 16-6-2005
Normokromik

J. RENCANA PEMECAHAN MASALAH


1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Dx : Subjektif :-
Objektif :-
Tx : Infus KAEN 3B 960 / 40 / 10 tetes/menit
Injeksi Ampisillin 3 x 200mg iv
Peroral :
- Parasetamol syrup 3 x ½ cth (kalau perlu)
- Excelase 3 x ¼ tab
- Lacbon 3 x ¼ tab
- Vitamin B komplek 3 x ½ tab
- Oralit 100 cc tiap mencret
Diet : 8 x 60 cc LLM
ASI ad libitum
Mx : Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi, frekuensi, volume
dan konsistensi diare, akseptabilitas diet
Ex : - Memberitahukan kepada orang tua mengenai keadaan anak dan
tindakan yang akan dilakukan.
- Memberi oralit 100 cc setiap kali mencret.
- Menjelaskan agar ibu memberikan oralit sedikit demi sedikit
sampai habis, apabila anak muntah maka dihentikan dahulu +
10 menit lalu dilanjutkan lagi.

11
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alat-
alat makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum menyuapi
anak dan menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci
bersih atau direbus dahulu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti
rewel, kehausan, mata cekung, menangis tidak keluar air mata,
bibir kering. Bila anak diare disertai muntah berulang, anak
tampak kehausan sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit atau
poliklinik terdekat (penting bila setelah pulang dari RSDK anak
sakit lagi
- Menganjurkan untuk memberikan makanan yang bersih dan
jangan sampai memberikan makanan yang basi pada anak.
- Menganjurkan menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan
pribadi conohnya tidak membuang sampah sembarangan, buang
air besar di jamban, mencuci tangan sebelum menyuapi anak atau
setelah membuang kotoran.
2. Anemia Normositik Normokromik
Dx : Subjektif :-
Objektif : Serum Feritin, SI, TIBC
Tx : Perbaikan gizi
Mx : Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda anemia, acceptabilitas
makanan
Ex : Menjelaskan pada orang tua penderita agar memberikan ASI
kepada anaknya.
Memberi penyuluhan pada orangtua penderita tentang manfaat
pemberian terhadap keberhasilan terapi.

12
K. BAGAN PERMASALAHAN

Lingkungan Perilaku
- perumahan Agent
- higiene sanitasi

Infeksi enteral Anemia


Diagnosis
HOST ♂, 3 bulan
Diare daya tahan  Kuratif

Dehidrasi

Intervensi :
Asuh
- Promotif
Asih
- Preventif
Asah

Tumbuh Kembang Optimal

L.LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH (29 juni 2005 pukul 16.00 WIB)


1. Keadaan Rumah
Status rumah : rumah milik nenek penderita

13
Ukuran : 6 x 12 m, tidak ada halaman
Teras rumah : ada
Dinding rumah : tembok
Lantai rumah : keramik
Ruangan : ruang tamu ukuran 3 x 3 m2, ruang keluarga ukuran 3 x 3
m2, 2 ruang tidur ukuran 3 x 3 m2, dapur ukuran 3 x 3 m2,
kamar mandi ukuran 1,5 x 2 m2, tempat mencuci ukuran 3
x 3 m2, gudang ukuran 3 x 3 m2.
Ventilasi : di ruang tamu dan kamar tidur ada jendela kaca yang dapat
dibuka.
Pencahayaan : pencahayaan di seluruh rumah cukup.
Sumber air : sumur artesis, lancar
Kebersihan : cukup
Tempat sampah : di samping rumah, tidak tertutup dan setiap hari diambil
oleh tukang sampah.

2. Kebiasaan Sehari-hari
Ayah penderita bekerja sebagai wiraswasta, ibu tidak bekerja. Makanan dan
minuman dimasak dulu sebelum dimakan serta biasa cuci tangan sebelum
makan. Alat makan dicuci bersih dengan air sumur artesis dan sabun cuci
piring. Mandi di kamar mandi sendiri 2 x sehari dengan sabun. Pakaian kotor
dicuci tiap hari. Rumah disapu 1 kali sehari. Sampah dibuang di tempat sampah
di depan rumah yang setiap hari diambil oleh tukang sampah. Bila ada anggota
keluarga yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas.

3. Lingkungan
Rumah penderita terletak di kelurahan Bongsari. Rumah saling berdempetan
dengan tetangga, memiliki halaman, memiliki teras yang ditutupi dengan lantai

14
keramik, selokan di depan rumah mengalir lancar. Jalan di depan rumah ditutupi
paving block, kondisi lingkungan sekitar rumah cukup bersih.
Rumah penderita berdinding tembok, jendela terdapat di ruang tamu dan ruang
tidur, dan di tempat cuci ada atap yang terbuka sehingga ventilasi dan
pencahayaan cukup. Penghuni rumah ada 6 orang : nenek, 2 paman, bapak, ibu
dan anak.
Gambar 1. Denah Rumah
3m 3m

Ruang tamu Ruang tidur


3m

Kamar
mandi &
WC

Ruang Ruang tidur 3m


keluarga

Gudang Ruang cuci


3m

Dapur

4. Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan Rumah


Tanggal 29 Juni 2005 pukul 19.00 WIB
♂, 3 bulan, BB: 5,85 kg, PB : 62 cm

15
Keluhan : mencret (-)
Kesan Umum : sadar, cukup aktif, tidak rewel, tanda dehidrasi (-).
Tanda Vital :
Nadi : 120 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 30 x/menit
Suhu : 37°C
Status Internus
Kepala : mesosefal , LK = 43 cm
UUB : cekung (-)
Rambut : hitam, tmudah dipilah.
Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali cepat
Mata : cekung (-), air mata (+), conjungtiva palpebra anemis (-),
sklera ikterik (-)
Hidung : sekret (-), nafas cuping (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : bibir kering (-), selaput lendir kering (-), sianosis (-)
Gigi : tumbuh
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-/-)
Dada :
Paru : Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD: Vesikuler
ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial
Linea Medio Clavicular Sinistra
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop
(-).

16
Abdomen : Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : turgor kulit kembali cepat
Hepar tidak teraba
S0
Genital : ♂, dalam batas normal
Kelenjar : pembesaran kelenjar (-)
Ekstremitas : superior inferior
Sianosis –/– –/–
Akral dingin –/– –/–
Anemis –/– –/–
Capillary refill <2” < 2”

17
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS

1. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG


Definisi diare yaitu perubahan konsistensi berak lembek cair sampai cair
(1)
dengan frekuensi 3-5 kali atau lebih (seminar rehidrasi nasional III tahun 1982) .
Dikatakan diare akut apabila diare tersebut berlangsung kurang dari 14 hari dan diare
kronik apabila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

Dalam menentukan diagnosis, maka gejala-gejala klinik dari penyakit diare


dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu : (1)

1. Aspek muntah dan berak


2. Apek etiologi
3. Aspek dehidrasi dan asidosis
4. Aspek komplikasi dehidrasi

1. Aspek muntah dan berak


Muntah dan berak merupakan gejala utama gastroenteritis yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah akan
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan tubuh secara oral, keadaan ini akan
mempercepat dehidrasi dan timbulnya asidosis.

Pada diare penting sekali diketahui secara anamnesis dan pemeriksaan


tentang kualitas dan kuantitas tinja ,diantaranya: konsistensi, warna, disertai darah
dan atau lendir, bau, berbuih, jumlah, disertai nyemprot, dan frekuensinya.

Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan penderita 8 jam sebelum masuk
rumah sakit mencret 4 kali, @ 1/4 cangkir, warna kuning, cair, ampas (+), bau asam
(-), nyemprot (+), , tidak ada darah, tidak ada lendir dan ada muntah 4 kali @ ¼
cangkir, muntah seperti yang diminum.

2. Aspek etiologi

18
Etiologi pada diare terdiri dari beberapa faktor, yaitu faktor psikis, makanan,
konstitusi dan infeksi (enteral dan parenteral) (6,8).

Pada faktor psikis, keadaan depresi atau stress emosional yang lainnya,
melalui susunan syaraf vegetatif dapat mengganggu saluran cerna dengan
meningkatnya peristalstik usus sehingga terjadi diare. Diare karena faktor psikis
jarang pada bayi dan anak kecil, sehingga kemungkinan diare karena faktor psikis
(6,8)
pada penderita ini sangat kecil .

Faktor makanan, misalnya makanan kadaluwarsa, makanan basi, makanan


yang mengandung racun, perubahan susunan makanan yang mendadak dan alergi
(6,8)
terhadap makanan . Diare yang disebabkan faktor makanan pada bayi biasanya
disebabkan oleh alergi terhadap protein susu sapi dengan insiden berkisar 0,3-8 %
(10)
. Gejala alergi ini seringkali dijumpai pada usia 6 bulan pertama, 68% gejala alergi
muncul setelah 1 bulan minum susu sapi. Manifestasi klinis alergi pada bayi sering
mengenai tiga sistem organ, yaitu kulit berupa urtikaria atau dermatitis atopik,
saluran napas dapat berupa hidung tersumbat, rinitis dan batuk berulang. Pada
saluran cerna berupa muntah, konstipasi, diare dan berak berdarah. Dari anamnesis,
diare karena faktor makanan diantaranya makan makanan basi (susu formula) dan
perubahan makanan yang mendadak pada penderita ini dapat disingkirkan. Pada
kasus ini diare kemungkinan disebabkan karena alergi protein susu sebab ada riwayat
pemberian susu formula tanpa ASI yang diberikan sejak lahir. Pada kasus ini
manifestasi alergi yang muncul hanya pada saluran cerna berupa diare, tidak
dijumpai manifestasi alergi pada kulit dan saluran napas. Adanya suatu alergi
makanan menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan suatu
pertumbuhan kuman.

Faktor konstitusi yaitu kondisi saluran cerna yang dijumpai pada keadaan
intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan intoleransi protein. Malabsorbsi
merupakan gangguan transportasi mukosa yang abnormal yang disebabkan oleh satu
atau lebih substansi spesifik yang akan menyebabkan ekskresi feses dari nutrisi yang
dicerna. Malabsorbsi dapat terjadi pada penyakit gangguan pancreas, empedu dan
gangguan usus (seperti kerusakan mukosa usus, gangguan motilitas usus, perubahan

19
ekologi bakteri usus, tindakan post operatif usus) . Di samping itu malabsorbsi dapat
terjadi karena gangguan metabolisme kongenital, malnutrisi, defisiensi imunitas dan
(6,8)
faktor emosi . Pemeriksaan laboratorium pada penderita ini didapatkan sudan III
positif 1 dan pada pemeriksaan diwaktu yang berbeda sudan III positif 2, sehingga
kemungkinan terjadi malabsorbsi lemak. Pada pasien ini, malabsorbsi lemak
mungkin terjadi kronik akibat gangguan motilitas usus, kerusakan / atrofi mukosa
usus halus (vili) sehingga enzim lipase berkurang atau adanya gangguan pada sistem
limfe usus.

Faktor infeksi merupakan penyebab yang paling sering, baik infeksi bakteri
gram negatif dan gram positif, virus dan parasit. Infeksi dapat berupa infeksi enteral
dan parenteral. Infeksi enteral merupakan infeksi di usus yang dapat disebabkan oleh
virus (terbanyak ialah rota virus), bakteri (shigella, vibrio cholera, ETEC, EIEC,
salmonella) dan parasit (amuba, giardia dan cacing).Virus menyebabkan 50% dari
(1,2,3)
kasus diare pada anak berumur 6-24 bulan . Infeksi parenteral merupakan infeksi
diluar usus yang memacu aktivitas saraf parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi
saluran cerna berupa peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa infeksi
yang sering disertai diare adalah infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, campak
dan lain-lain (3,11).

Pada kasus ini diare akut mengarah pada faktor infeksi enteral karena virus.
Hal ini dapat diketahui dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

a. Anamnesis :

- ada panas yang didahului mencret

- tidak ada batuk , pilek

b. Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan Umum : sadar

- Tanda Vital : suhu 37,50C (setelah diberi paracetamol)

- Status Praesens:

20
Telinga : discharge (-)

Hidung : sekret (-)

Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), vaskular injeksi (-),

Granulasi (-)

Leher : simetris, pembesaran nnll (-)

c. Pemeriksaan penunjang

- pemeriksaan darah : lekositosis (-)

- pemeriksaan feses : bakteri (+), lekosit(-), eritrosit (-),clini test (+), sudan III
(+)

Penyebab dari infeksi parenteral ini mengarah ke virus .hal ini dapat
diketahuidari anamnesis didapatkan demam ringan dan muntah yang disertai dengan
mulainya tinja cair yang sering, dari perjalanan penyakitnya selama dirawat muntah
dan demam khas mereda selama hari kedua sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan
preparat darah tepi didapatkan adanya gambaran infeksi virus. Beberapa jenis virus
seperti Rotavirus, berkembangbiak dalam epitel villi usus halus, menyebabkan
kerusakan epitel dan pemendekan villi. Hilangnya sel- sel villi yang secara normal
mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk
kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan
elektrolit.Gangguan fungsi absorbsi akibat kerusakan mukosa usus ini menyebabkan
sindroma malabsorbsi ditandai dengan adanya malabsorbsi karbohidrat, lemak dan
protein, hal ini terbukti dari pemeriksaan feses didapatkan adanya sisa-sisa
pencernaan protein,lemak dan karbohidrat Kerusakan villi dapat juga dihubungkan
dengan hilangnya enzim dissakaridase menyebabkan berkurangnya absorbsi
disakarida terutama laktosa, hal ini terbukti dari pemeriksaan feses clini test
(+),warna coklat, >1/2 % menunjukkan adanya intoleransi gula ringan.Dari
pemeriksaan feses juga didapatkan hasil Sudan III (++) yang menunjukkan adanya
globul lemak yang besar dengan ukuran 1-8 mikron dan jumlah lebih dari 100 /
lapangan pandang, keadaan ini disebut malabsorbsi lemak ringan.

21
3. Aspek dehidrasi dan asidosis
Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak dari cairan yang
masuk. Untuk mempermudah penilaian klinis, maka derajat dehidrasi dibagi menjadi
3 menurut WHO (1992).

Gejala dehidrasi menurut kriteria WHO 1992 adalah sebagai berikut:(1)


DEHIDRASI
DEHIDRASI TANPA TANDA
GEJALA RINGAN-
BERAT DEHIDRASI
SEDANG
* LESU,
KEADAAN * GELISAH,
LUNGLAI, ATAU BAIK, SADAR
UMUM LEKAS MARAH
TIDAK SADAR
SANGAT
MATA NORMAL CEKUNG
CEKUNG DAN
KERING
BERKURANG /
TIDAK ADA AIR MATA ADA
TIDAK ADA
SANGAT
MULUT & LIDAH BASAH KERING
KERING
* MALAS * HAUS, INGIN
RASA HAUS MINUM BAIK,
MINUM, TIDAK MINUM BANYAK
TIDAK HAUS
BISA MINUM
* KEMBALI KEMBALI * KEMBALI
SANGAT TURGOR CEPAT LAMBAT
LAMBAT

Penilaian untuk dehidrasi ringan-sedang atau berat adalah bila ditemukan satu
tanda * ditambah satu atau lebih tanda lainnya.
Dari anamnesis didapatkan tanda-tanda dehidrasi sebelum masuk rumah
sakit, seperti anak lemas dan kurang aktif, rewel, tampak kehausan,kencing
berkurang. Pada pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan keadaan umum anak rewel,
mata cekung, air mata berkurang, mulut kering, dan turgor kulit kembali lambat.
Maka menurut kriteria WHO, penderita ini digolongkan sebagai dehidrasi ringan
sedang.
Diare dengan dehidrasi biasanya diikuti oleh asidosis metabolik yang timbul
karena :

a. Pengeluaran bikarbonat bersama-sama tinja, akan menaikkan konsentrasi ion


H+ sehingga menyebabkan pH turun.

22
b. Dehidrasi menyebabkan gejala syok sehingga filtrasi glomerulus akan
berkurang, ini menyebabkan konsentrasi asam residual, sehingga menambah
keasaman.

Pada kondisi asidosis tubuh akan kelebihan H 2O dan CO2. Kelebihan CO2
akan dikeluarkan melalui mekanisme paru-paru sehingga berarti secara
kompensatorik tubuh mengadakan pernapasan dengan amplitudo dan frekuensi yang
bertambah. Ini disebut pernapasan Kuszmaul. Tetapi pada penderita yang keadaan
umumnya jelek, dimana otot-otot pernapasan sulit dirangsang, walalupun ada
asidosis pernapasan Kuszmaul tidak timbul. (5,8)
4. Aspek komplikasi
Akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
komplikasi karena dehidrasi dan asidosis antara lain : hipokalemi, kejang, syok,
gagal ginjal dan malnutrisi. Komplikasi tersebut biasanya terjadi pada diare kronik
(8)
dan atau dehidrasi berat .Pada penderita ini dalam perjalanan penyakitnya tidak
ditemukan adanya tanda-tanda syok, yaitu takikardi, isi dan tegangan nadi kecil,
oliguria, akral dingin dan pucat. Selain itu tidak didapatkan adanya tanda-tanda
hipokalemi yaitu perut kembung.

II. ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK

Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin,


hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai standar normal sesuai umur dan jenis
kelamin.(9,11) Keluhan anemia pada umumnya yaitu pucat, pusing, palpitasi, mudah
lelah, mudah tersinggung dan kreativitas kurang. Menurut etiologi dan fisiologi
anemi dibagi menjadi empat golongan yaitu anemia aplastik, anemia hemolitik,
anemia perdarahan dan anemia defisiensi.(9,11)
Pada penderita ini, didapatkan anemia normositik normokromik, keluhan
yang mendukung ke arah anemia tidak ada, sedangkan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai adanya konjungtiva palpebra anemis, dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb=10,70gr/dl (N= 13,1 gr/dl), Ht= 32,2 %, MCV= 82,10 fl (N= 90±7
fl), MCHC= 33,30 gr/dl (N=33±2 gr/dl).

23
Etiologi yang paling mungkin dari kasus ini adalah anemia defisiensi besi
tahap awal, karena pada saat bayi lahir langsung diberikan susu formula sehingga
ketika diberikan ASI bayi menjadi bingung puting dan merasa sudah kenyang dengan
susu formula sehingga bayi tidak mau minum ASI. Kandungan besi dalam ASI
dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat besi sampai umur 4-6 tahun dan besi ASI
dapat diserap dengan baik oleh bayi sedangkan pada susu formula kandungan zat
besi lebih rendah dibandingkan ASI. Anemia defisiensi besi bisa disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya:
1. Persedian zat besi yang tidak adekuat (Bayi Berat Lahir Rendah, bayi
prematur, bayi yang lahir dari ibu anemia defisiensi besi), dan masukan zat
besi kurang adekuat.
2. Absorbsi zat besi kurang, pada malabsorbsi (KKP, enteritis), kelainan saluran
cerna.
3. Kebutuhan zat besi yang meningkat (masa pertumbuhan, infeksi kronis,
infeksi akut berulang).
4. Kehilangan darah (perdarahan akut/kronis, infestasi cacing) (12,13).
Selain itu adanya diare menyebabkan asupan makan berkurang, yang berarti
pemenuhan kebutuhan besi bagi tubuh berkurang. Tetapi pada pasien ini belum
dapat dipastikan karena belum dilakukan pemeriksaan serum iron (SI), Total Iron
Binding Complemen (TIBC) dan ferritin untuk menentukan anemia defisiensi besi
(9,12,13)
.

III. GIZI BAIK

Cara interpretasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badan terhadap


panjang badan, berat badan terhadap umur, dan panjang badan terhadap umur
menurut baku WHO-NCHS dan Z-score (15).

Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS

BB/U TB/U BB/TB


Gizi Baik 80-100 >95 90-110
KEP Ringan 70-80 90-95 80-90

24
KEP Sedang 60-70 85-90 70-80
KEP Berat <60 <85 <70
Dari penderita diperoleh data: seorang anak laki-laki , usia 3 bulan dengan
BB = 5,8 kg, PB = 62 cm
Berat badan koreksi ( akibat DADRS ) = 100 x 5,8= 6,27 kg
92,5
Status gizi menurut NCHS
 BB/U = 5,8/6,0  100% = 96,6 %
 TB/U = 62/61,1  100% = 101,4 %
 BB/TB = 5,8/6,2  100% = 93,5 %
Kesan : gizi baik
Status gizi menurut z-score
5,8 – 6
WAZ = = -2
1,00
62 – 61,1
HAZ = = 0,35
2,60
5,8 – 6,2
WHZ = = - 0,57
0,7

Kesan: gizi baik

B. PENGELOLAAN
I. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Dasar pengelolaan diare yang dipakai adalah rumusan 5-D, yaitu :


(1) Dehidrasi, (2) Diagnosa, (3) Dietetik, (4) Drugs (pengobatan kausal) dan (5)
Defisiensi Disakharidase (5).
Akhir-akhir ini digunakan pedoman pengelolaan penderita diare yang meliputi empat
aspek, yaitu (5)
a. Aspek Rehidrasi
b. Aspek Refeeding
c. Aspek Medikamentosa

25
d. Aspek Edukasi

Aspek Rehidrasi
Menurut WHO pengelolaan penderita dengan dehidrasi ringan sedang,
dianjurkan dengan rencana B yang pada prinsipnya menggunakan rehidrasi oral.
Rencana pengobatan B adalah sebagai berikut:
Jumlah oralit (ml) yang diperlukan dalam 3 jam pertama dihitung dengan cara :
berat badan (kg) dikalikan 75 cc. Bila berat badan anak tidak diketahui jumlah cairan
yang diberikan sesuai dengan umur menurut tabel berikut.:
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Setelah tiga jam periksa lagi keadaan anak dengan bagan penilaian dehidrasi,
kemudian pilih rencana yang sesuai. Jika diteruskan rencana B, diberikan makan
sedikit-sedikit , bila anak masih minum ASI , berikan ASI.
Pada penderita ini diberikan cairan rumatan harian secara intravena, yaitu
KAEN 3B 960/40/10 tetes/menit, oralit 50 cc tiap mencret, ditambah dengan 8 x 60
cc LLM dan ASI ad libitum. Pemberian cairan intravena sebenarnya belum mutlak
pada penderita diare dehidrasi ringan-sedang murni, tetapi agaknya hal ini untuk
menghindari kemungkinan terjadinya dehidrasi yang lebih berat dan mengatasi
kekhawatiran keluarga pasien. Kebutuhan cairan sebagian diberikan melalui infus,
sebagian lagi per-oral, dan secara keseluruhan memenuhi kebutuhannya, karena
jumlah cairan yang masuk adalah 230,95 %.

Jumlah cairan pada dehidrasi ringan sedang anak umur < 2 tahun dengan
berat badan antara 3-10 kg.
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Dehidrasi ringan 50 100 25 175
Dehidrasi sedang 75 100 25 200
Dehidrasi berat 125 100 25 250

26
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, selain dari infus juga tetap diberikan ASI
karena dengan pemberian ASI akan memperpendek masa diare, mempunyai nilai gizi
tinggi dan mudah dicerna, serta mengandung SigA sebagai factor proteksi yang
melindungi permukaan usus bayi terhadap invasi mikroorganisme patogen dan
protein asing, ditambah susu LLM 8 x 60 cc dan pemberian oralit tiap mencret bila
anak mau minum.

Aspek Refeeding

Refeeding supaya berhasil sebaiknya memenuhi persyaratan :

1. Penderita tidak jatuh lagi dalam keadaan dehidrasi atau asidosis akibat
kekurangan cairan, kalori / nutrien tertentu.
2. Agar tidak terjadi uremia akibat protein tubuh yang terpaksa diuraikan
3. Agar tidak terjadi diare kembali yang disebabkan intoleransi terhadap makanan

Penderita berusia 1 bulan disarankan belum mendapatkan makanan


pendamping ASI dan dianjurkan tetap diberikan ASI. Pada kasus ini anak dengan
berat badan koreksi 6,27 kg, pemberian diet yang dilakukan adalah 8 x 60 cc LLM
dan ASI. Hal ini Pemberian susu rendah laktosa ini tetap diberikan dengan
pertimbangan adanya intoleransi laktosa karena adanya kerusakan mukosa usus,
sehingga mencegah memburuknya diare. Pada kasus ini penderita mendapatkan ASI
tetapi tidak lancar, dan ketika terjadi diare, disarankan untuk tetap memberikan ASI,
karena daya penyerapan zat gizi ASI sangat tinggi dapat membantu meningkatkan
imunitas tubuh (1).
Selama perawatan, minuman yang diberikan habis. Pemenuhan kebutuhan
kalori pada hari pertama adalah 111 %. Pemenuhan kebutuhan protein adalah
118,65 %. Kebutuhan kalori pada anak ini sudah tercukupi karena ditambah dengan
ASI ad libitum.

Aspek Medikamentosa
Pada penderita ini selain terjadi intoleransi laktosa juga terjadi intoleransi lemak
dan dilihat dari hasil laboratorium feses kesan pemeriksaan sudan III (++), sehingga
pasien diberikan susu rendah lemak. Pasien ini juga diberikan lacbon dan excelase

27
untuk mengatasi intoleransi lemak, serta vitamin B kompleks yang berfungsi sebagai
roboransia yang meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan.

Aspek Edukasi
Keluarga, terutama ibu penderita mendapatkan pengarahan tentang diare,
tanda-tanda dehidrasi, pencegahan diare serta pemberian nutrisi pada penderita
selama perawatan, ibu diikutsertakan untuk merawat anaknya dan mengetahui cara
pembuatan cairan rehidrasi oral agar ibu dapat membuat sendiri di rumah. Ibu
diharapkan dapat memberikan pertolongan pertama dirumah apabila anak menderita
diare. Misalnya dengan memberikan oralit atau larutan gula garam. Bila tidak ada
perubahan atau memburuk, diharapkan cepat dibawa ke sarana kesehatan terdekat.
Orang tua diharapkan menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air
kecil/besar dan sebelum makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan
minum yang bersih, pengolahan makanan yang bersih, mengingat sumber
penularannya melalui fekal oral.
2. ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK
Tidak ada indikasi rawat bagi penderita dengan anemia, kecuali jika kadar Hb
kurang dari 7 gr% atau kadar Hb kurang dari normal disertai tanda keganasan, tanda
gagal jantung atau disertai penyakit penyerta. Pada penderita ini tidak didapatkan
adanya tanda-tanda tersebut diatas, sehingga tidak ada indikasi rawat inap atas
anemia yang diderita. Pada penderita ini belum perlu diberikan pengobatan kausatif,
namun sangat penting edukasi tentang kepada ibu penderita untuk memberikan ASI
mengingat manfaatnya dan memotivasi ibu untuk mencegah anemia guna
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Suplementasi besi dapat diberikan bila
telah dipastikan defisiensi besi sebagai penyebab anemianya dan bila sudah tidak
terdapat infeksi akut (11).
C. SARAN
Saran yang diberikan kepada orang tua sewaktu anak akan pulang adalah :
1. Orang tua agar memberikan oralit bila terjadi diare dan kontrol ke poliklinik
RSDK setelah seminggu pulang.

28
1. Menganjurkan kepada ibu agar anak tetap dicoba untuk diberikan ASI, semau
anak dan jangan diberikan makanan pendamping ASI apabila belum usia 4-6
bulan.
2. Bila masih diare, disarankan untuk mengganti susu sapi dengan susu kedelai.
3. Memberikan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang dapat memenuhi
kebutuhan sesuai umur anak.
4. Menganjurkan untuk melengkapi imunisasi dasar untuk mencegah timbulnya
penyakit terutama penyakit infeksi.
5. Menganjurkan agar membawa anak ke posyandu / puskesmas setiap bulan secara
teratur agar dapat memantau kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak.
6. Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah buang air kecil/besar dan sebelum
makan, air minum dimasak, persiapan alat makan dan minum yang bersih,
pengolahan makanan yang bersih untuk mencegah terjadinya diare.

PROGNOSIS

Prognosis penderita diare akut dehidrasi ringan sedang pada umumnya baik,
bila rehidrasi berhasil serta ditunjang dengan refeeding dan penanganan faktor
penyebab.
Pada kasus ini pasien dengan diagnosis awal diare akut dehidrasi ringan
sedang, anemia normositik normokromik dan gizi baik, telah dilakukan rehidrasi dan
dehidrasi dapat diatasi 4 jam kemudian. Diet yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan bayi usia 3 bulan dan harus mendapat perhatian dan diberikan edukasi
terhadap keluarga terutama ibu untuk telaten memberikan ASI pada anak dengan
jumlah cukup. Sehingga prognosis untuk penderita ini adalah prognosis untuk
kehidupan ad bonam, untuk penyakit ad bonam dan untuk fungsi ad bonam.

BAB IV
RINGKASAN

29
Seorang bayi laki-laki datang ke RSDK diantar orang tua dengan keluhan
utama mencret. 8 jam sebelum masuk rumah sakit bayi mencret sebanyak 4 kali, @¼
cangkir, warna kuning, cair, ampas (+), bau asam (-), buih (-), lendir (-), darah (-),
nyemprot (+). Kulit sekitar anus merah (-), perut kembung (-). Panas (+), kejang (-),
pilek (-), batuk (-), muntah (+),kencing jumlah berkurang. Bayi tampak lemah,
rewel, tampak kehausan bila diberi minum dan bila menangis masih keluar air mata
tetapi berkurang. Kemudian bayi dibawa ke UGD RSDK.
Di UGD RSDK bayi didiagnosa sebagai Diare Akut Dehidrasi Ringan
Sedang dan sudah diberikan cairan infus. Kencing terakhir ½ jam yang lalu di UGD
RSDK,jumlah  50cc, warna kuning jernih.
Pada pemeriksaan fisik bayi laki-laki ,umur3 bulan, berat badan 5,8 kg,
panjang badan 62 cm. Kesan umum bayi sadar, kurang aktif, rewel, tampak
kehausan, ada tanda dehidrasi, tidak sesak nafas, terpasang infus. Pada pemeriksaan,
kepala didapatkan ubun-ubun besar cekung, mata cekung, mulut kering, turgor kulit
kembali lambat.
Pada pemeriksaan abdomen datar, turgor kembali lambat, bising usus (+)
meningkat. Pemeriksaan tinja ditemukan Sudan III (++) dan Clini test (+) dari
pemeriksaan laboratorium darah diperoleh kesan anemia normositik normokromik.
Penderita didiagnosis diare akut dehidrasi ringan sedang, anemia normositik
normokromik, dan gizi baik, dirawat di bangsal gastroenterologi selama 5 hari.
Dalam perjalanan penyakit, penderita didiagnosa diare akut tanpa tanda dehidrasi
karena infeksi virus enteral. Selama dirawat mendapatkan pengelolaan baik
medikamentosa, dietetik maupun keperawatan.
Prognosis pada penderita ini adalah ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA
Sudigbia I. Pengantar diare akut anak. Semarang : Badan penerbit FK UNDIP, 1991.
Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik
anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK
UNDIP, 1989.

30
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985 : 283 – 311
Suroto ed. Buku ajar diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Ditjen PPN dan PLP,
1990.
Direktur Jendral PPM & PLP. Buku Ajar Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1990: 1- 25
Kandun I Nyoman, Upaya Pencegahan Diare Ditinjau Dari Aspek Kesehatan
Masyarakat. Kongres Nasional II BKGAI. Bandung : Departemen Kesehatan RI ;
2003 : 40-1.
Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk, editor. Pedoman
Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang; 1997:
149-178
8. Suharyono. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;1998: 152-4.

Hartantyo I, et al. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Semarang: Bagian Ilmu


Kesehatan Anak FK UNDIP;1997: 149-57.
Partawihardja IS. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan awal.
Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September 1991,
Badan penerbit Universitas Diponegoro, 1991 : 1- 28
Keputusan Menteri Kesehatan RI NO : 920/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang
Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah lima tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riedel BD, Ghisan FK. Acute diarrhea. In : Walker WA, Durie PR,
Hamilton JR, Smith JA, ed; Pediatric gastrointestinal disease, Vol. 1, 2 nd
ed.Missouri : Mosby, 1996; 251-60

31
2. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman ( PPM, dan PLP ). Buku Ajar Diare. Depkes RI, 1999 :
3-4,23
3. Sudigbia I. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan
awal. Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September
1991,: Badan penerbit FK UNDIP, 1991: 1-28
4. Roy CC, Sylverman A. Pediatric Clinical Gastroenterology 4 th ed.
Missouri : Mosby, 1995 ; 216-38
5. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk,
editor. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang;
1997: 149-57
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.
7. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman
pelayanan medik anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989.
8. Susanto JC. Anemi defisiensi besi. Sub Bagian Gizi FK UNDIP / RS.
Dr. Karyadi Semarang

DAFTAR PUSTAKA

9. Riedel BD, Ghisan FK. Acute diarrhea. In : Walker WA, Durie PR,
Hamilton JR, Smith JA, ed; Pediatric gastrointestinal disease, Vol. 1, 2 nd
ed.Missouri : Mosby, 1996; 251-60

32
10. Depkes RI, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman ( PPM, dan PLP ). Buku Ajar Diare. Depkes RI, 1999 :
3-4,23
11. Sudigbia I. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan
awal. Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September
1991,: Badan penerbit FK UNDIP, 1991: 1-28
12. Roy CC, Sylverman A. Pediatric Clinical Gastroenterology 4 th ed.
Missouri : Mosby, 1995 ; 216-38
13. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk,
editor. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang;
1997: 149-57
14. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.
15. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman
pelayanan medik anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989.
16. Susanto JC. Anemi defisiensi besi. Sub Bagian Gizi FK UNDIP / RS.
Dr. Karyadi Semarang

33
34

Anda mungkin juga menyukai