Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam
pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas
merupakan salah satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik.
Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan
dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba
dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata
lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau
diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi
manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana
modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas
kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).
Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas
(cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008:335).
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period)
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi
perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa
lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:
Perputaran modal kerja = penjualan : modal kerja bersih = penjualan : aktiva lancar - utang lancar
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk
meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu
besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti
investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi
semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Perusahaan A melakukan investasi sebesar Rp600.000.000 pada sebuah usaha perdagangan. Usaha tersebut
mendapat penjualan sebesar 1000 barang. Dari penjualan itu, perusahaan mendapat keuntungan sebesar
Rp800.000.000
Maka perhitungan Return on Investmentnya adalah
ROI = ((800.000.000 – 600.000.000) : 600.000.000) x 100% = 33,33%
Contoh :
Perusahaan A memiliki saham yang beredar sejumlah 100.000 lembar pada tahun 2018. Laba bersih setelah
pajak adalah Rp500.000.000. Perusahaan tersebut kemudian memutuskan untuk membagikan 10% dividen atau
di angka Rp50.000.000 kepada pemegang saham. Maka EPS atau laba per lembar sahamnya adalah,
EPS = (500.000.000 – 50.000.000) : 100.000 = 4.500
Maka laba per lembar saham perusahaan A adalah sebesar Rp4.500
MATERI PRESENTASI 2
Secara umum, kebangkrutan adalah ketidakmampuan usaha atau bisnis untuk membayar kembali utang-utang
dari kreditur mereka. Ketidakmampuan membayar utang mereka disebabkan oleh beberapa faktor. Faktanya,
tidak ada siapapun yang mau menyatakan bahwa bisnis mereka bangkrut. Sulit untuk menerima bahwa bisnis
Anda tidak akan lagi beroperasi karena kebangkrutan.
Terutama untuk pebisnis startup, mereka harus belajar dari bisnis lain yang pernah mengajukan kebangkrutan
untuk menghindari nasib yang sama. Dapat dipahami bahwa bisnis startup harus bekerja lebih keras daripada
bisnis yang sudah mapan untuk bertahan hidup. Namun, hanya dengan kerja keras tidaklah cukup. Penting
untuk membuat sistem yang dapat membantu membuat bisnis lebih berkelanjutan. Dan sebenarnya, ada banyak
cara untuk mencegah kebangkrutan bisnis.
Model Univariat
Model univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan digunakan untuk mengkaji hubungan antara
rasio keuangan tertentu dengan kebangkrutan suatu perusahaan.
Model ini dikembangkan oleh William Beaver yang mulanya meneliti 29 rasio keuangan perusahaan selama
lima tahun dengan menggunakan sample perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Dari hasil penelitian
tersebut, Beaver menemukan enam rasio keuangan yang dianggap mempunyai daya pembeda (discriminating
power) yang sangat baik yang dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio
keuangan tersebut adalah:
1. Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi, dan amortisasi terhadap total kewajiban (net income before
depreciation, depletion, & amortization to total liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya
arus kas dari kegiatan operasi yang tersedia untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Semakin
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
besar risiko bagi perusahaan.
Pemberian pinjaman meliputi beberapa aspek. Pada waktu nasabah mendekati bank,ada beberapa tahap
yang akan dilalui oleh nasabah tersebut meliputi evaluasi oleh bank,Penyusunan perjanjian simpan pinjam
seperti penentuan tingkat bunga, Penentuanbeberapa batasan yang bertujuan melindungi kepentingan
pemberi pinjaman (bank) danmonitoring
Sumber informasi yang bisa diperoleh untuk membantu pengambilan keputusanpinjaman ini ini antara lain :1.
Nasabah yang akan menginginkan pinjaman. Informasi ini meliputi informasi laporankeuangan masa lalu,
informasi proyeksi keuangan, deskripsi aset yang dijadikan jaminan, dan detail perencanaan bisnis dan
pengalaman manajemen,2. File pihak pemberi dana. Jika perusahaan sudah menjadi nasabah bank,
bankmempunyai file nasabah dan informasi masa lalu nasabah dalam kaitannya denganbank bisa dianalisis.
Bahkan jika perusahaan masih baru (calon nasabah), informasimengenai perusahaan- perusahaan lain yang
lain serupa (satu industri) bisadigunakan sebagai perbandingan.3. Asosiasi bisnis. Asosiasi bisnis bisa
memberikan informasi mengenai perilaku dankondisi anggota-anggotanya. Informasi tersebut bisa digunakan
untuk mengevaluasisuatu perusahaan.4. Informasi pihak eksternal. Pada beberapa negara maju informasi
eksternal tersediadan bisa diperoleh relatif mudah. Sebagai contoh Dun & Bradstreet (perusahaan pe-rating
Amerika Serikat) menyediakan informasi mengenai perusahaan kecil.Perusahaan pe-rating lain seperti
Standard & Poors memberi rangking surat-suratberharga dengan nilai-nilai seperti AAA (untuk yang paling
rendah risikonya).Informasi5. Informasi Pasar Modal. Beberapa informasi dari pasar modal seperti harga
saham,volume penjualan bisa dipakai sebagai informasi tambahan dalam analisis pinjaman. Laporan dari
perusahaan broker bisa memberi informasi mengenai kualitasmanajemen dan perkembangan-perkembangan
masa mendatang.6. Laporan Industri dan Ekonomi secara Umum. Laporan asosiasi perdagangan,peramalan
ekonomi yang dibuat oleh ekonom, laporan dari lembaga-lembagapemerintah, laporan dari Biro Pusat
Statistik mengenai uang beredar, pendapatan nasional, dan insflasi bisa dipakai untuk menganalisis pinjaman.