Anda di halaman 1dari 11

MATERI PRESENTASI 1

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau efektivitas perusahaan dalam
pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva) yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas
merupakan salah satu macam macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan dengan baik.

Jenis-jenis Rasio Aktivitas

Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:

1. Total Assets Turn Over (perputaran aktiva)

Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan
dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19).

Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba
dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata
lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau
diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi
manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.

Total assets turn over dihitung sebagai berikut:

Total assets turn over = penjualan : total aktiva

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)

Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana
modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.

Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas
kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).

Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas
(cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008:335).

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period)
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi
perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa
lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:

Perputaran modal kerja = penjualan : modal kerja bersih = penjualan : aktiva lancar - utang lancar

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk
meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu
besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti
investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi
semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:

Perputaran aktiva tetap = penjualan : aktiva tetap

4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)


Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu
periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334).
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan
indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya
manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan
dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka
sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan.
Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan
dalam kas (Sawir, 2003:15).
Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan (at market)
sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di
gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan
sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah
persediaan akhir dibagi dua.

Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:


Perputaran persediaan (at cost) = harga pokok penjualan : rata-rata persediaan
Perputaran persediaan (at market) = penjualan : persediaan
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah perbandingan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Sudana (2012:22) memberi pandangan bahwa profitabilitas adalah
perbandingan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Kasmir (2015:22) menambahkan bahwa rasio tersebut dapat memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen perusahaan yang dapat ditunjukkan dari laba yang diperoleh dari
penjualan atau dari pendapatan investasi.

Rasio profitabilitas dalam sebuah bisnis memiliki fungsi sebagai berikut:


1.Diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan yang biasa dinilai oleh investor dan kreditur untuk menilai
jumlah laba investasi yang akan diperoleh.
2.Menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan
sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan tersebut.
3.Mengukur efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan yang dilihat dari unsur laporan keuangan.
4.Menghitung atau mengukur keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk satu periode tertentu
5.Menilai posisi laba perusahaan di tahun sebelumnya dan tahun saat ini
6.Menghitung pertumbuhan laba dari waktu ke waktu
7.Menilai jumlah dari laba bersih sesudah pajak dengan modal

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas dan Contoh Perhitungannya :


1.Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin laba kotor merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba melalui persentase laba kotor dari penjualan. Laba kotor ini akan mengungkapkan
seberapa besar laba yang diperoleh suatu perusahaan dengan mempertimbangkan biaya yang ditimbulkan untuk
memproduksi produk atau jasanya. Semakin besar batas laba kotor, menunjukkan semakin baik/efisien kegiatan
operasional perusahaan. Hal tersebut karena menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah dari penjualan
itu sendiri yang berguna untuk audit operasional.
Dari pengertian diatas maka rumus yang berlaku untuk Marjin Laba Kotor adalah:
Marjin Laba Kotor = (Laba Kotor : Pendapatan Penjualan) x 100%
Contoh:
Marjin Laba Kotor adalah jika pada perusahaan A memiliki laba kotor Rp100.000.000. Total pendapatan
perusahaan A adalah Rp120.000.000. Maka besaran Marjin Laba Kotornya adalah
Marjin Laba Kotor = (100.000.000 : 120.000.000) x 100 % = 83,33%

2.Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Marjin laba bersih (net profit margin) atau biasa juga disebut profit margin ratio merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh
dari penjualan. Artinya rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi marjin
laba bersih menunjukkan semakin baik operasi suatu perusahaan.
Berikut rumus perhitungan Marjin laba bersih:
Marjin Laba Bersih = (Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan) x 100%
Contoh :
Perusahaan A mendapat pendapatan bersih atas penjualan suatu produk adalah sebesar Rp100.000.000. Laba
bersihnya setelah pajak adalah Rp10.000.000. Maka marjin laba bersihnya bisa dihitung sebagai berikut.
Marjin Laba Bersih = (10.000.000 : 100.000.000) x 100% = 10%

3.Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)


Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio) merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan
persentase keuntungan yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau total aset.
Rasio ini akan menunjukkan efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase
rasio ini.
Rumus rasio pengembalian aset adalah sebagai berikut.
Rasio Pengembalian Aset = (Laba Bersih : Total Aset) x 100%
Contoh :
Perusahaan A memiliki laba bersih sebesar Rp200.000.000 dan total aset Rp50.000.000. Maka perhitungan
rasio pengembalian asetnya adalah,
Rasio Pengembalian Aset = (200.000.000 : 50.000.000) x 100% = 40%

4.Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity Ratio)


Rasio pengembalian ekuitas (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut. Rasio ini dihitung dari penghasilan
perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan, sebagaimana rumus yang
berlaku yaitu:
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Contoh :
Laporan keuangan perusahaan A menunjukkan laba bersih setelah pajak adalah sebesar Rp200.000.000. Total
ekuitas para pemegang saham adalah sebanyak Rp300.000.000. Maka rasio pengembalian ekuitasnya adalah
sebesar
ROE = (200.000.000 : 300.000.000) x 100% = 66,67%

5.Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales Ratio)


Rasio Pengembalian Penjualan (ROS) merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan
perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan sejenisnya
sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini akan menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh.
ROS = (Laba Sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%
Contoh :
Perusahaan A menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp200.000.000 dengan nilai penjualan
produk sebesar Rp800.000.000. Maka rasio pengembalian penjualan dari perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut.
ROS = (200.000.000 : 800.000.000) x 100% = 25%

6.Pengembalian Modal yang Digunakan (Return on Capital Employed)


Pengembalian modal yang digunakan (ROCE) adalah rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan
perusahaan dari modal yang dipakai. Modal yang dimaksud ialah ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban
tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban lancar. Perhitungan ini akan mencerminkan efisiensi dan
profitabilitas modal atau investasi dari perusahaan bersangkutan. Perlu diperhatikan pula bahwa laba sebelum
pajak dan bunga merupakan laba yang tidak memasukkan beban bunga dan pajak penghasilan atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah Earning Before Interest Tax.
ROCE = Laba Operasi Bersih : (Total Aset – Kewajiban)
Contoh :
Perusahaan dibidang manufaktur memiliki aset Rp500.000.000 dengan kewajiban sebesar Rp200.000.000. Pada
tahun tersebut, perusahaan itu berhasil memperoleh laba operasi bersih sebesar Rp400.000.000. Maka
Pengembalian Modal yang digunakannya adalah,
ROCE = 400.000.000 : (500.000.000 – 200.000.000) = 1,3 kali

7.Return on Investment (ROI)


Return on Investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak
terhadap total aktiva. ROI ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan.
ROI = ((Laba Atas Investasi – Investasi Awal) : Investasi) x 100%
Contoh :

Perusahaan A melakukan investasi sebesar Rp600.000.000 pada sebuah usaha perdagangan. Usaha tersebut
mendapat penjualan sebesar 1000 barang. Dari penjualan itu, perusahaan mendapat keuntungan sebesar
Rp800.000.000
Maka perhitungan Return on Investmentnya adalah
ROI = ((800.000.000 – 600.000.000) : 600.000.000) x 100% = 33,33%

8.Earning Per Share (EPS)


Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam
menghasilkan laba untuk perusahaan. Biasanya pemegang saham akan sangat memperhatikan EPS karena
menjadi indikator keberhasilan perusahaan.
EPS = (Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham) : Jumlah Saham yang Beredar

Contoh :
Perusahaan A memiliki saham yang beredar sejumlah 100.000 lembar pada tahun 2018. Laba bersih setelah
pajak adalah Rp500.000.000. Perusahaan tersebut kemudian memutuskan untuk membagikan 10% dividen atau
di angka Rp50.000.000 kepada pemegang saham. Maka EPS atau laba per lembar sahamnya adalah,
EPS = (500.000.000 – 50.000.000) : 100.000 = 4.500
Maka laba per lembar saham perusahaan A adalah sebesar Rp4.500

MATERI PRESENTASI 2

Secara umum, kebangkrutan adalah ketidakmampuan usaha atau bisnis untuk membayar kembali utang-utang
dari kreditur mereka. Ketidakmampuan membayar utang mereka disebabkan oleh beberapa faktor. Faktanya,
tidak ada siapapun yang mau menyatakan bahwa bisnis mereka bangkrut. Sulit untuk menerima bahwa bisnis
Anda tidak akan lagi beroperasi karena kebangkrutan.
Terutama untuk pebisnis startup, mereka harus belajar dari bisnis lain yang pernah mengajukan kebangkrutan
untuk menghindari nasib yang sama. Dapat dipahami bahwa bisnis startup harus bekerja lebih keras daripada
bisnis yang sudah mapan untuk bertahan hidup. Namun, hanya dengan kerja keras tidaklah cukup. Penting
untuk membuat sistem yang dapat membantu membuat bisnis lebih berkelanjutan. Dan sebenarnya, ada banyak
cara untuk mencegah kebangkrutan bisnis.

Mengapa Bisnis Bisa Bangkrut?


Kurangnya kapitalisasi dana. Kurangnya dana dapat menyebabkan bisnis gulung tikar. Beroperasi di luar
kemampuan bukanlah cara menjalankan bisnis dengan benar. Operasi bisnis dapat terhenti tanpa dana yang
memadai.
Kurangnya inovasi. Pengusaha diharapkan untuk menciptakan produk atau layanan yang membantu membuat
hidup konsumen lebih mudah. Di saat-saat ketika segala sesuatu berjalan dinamis, bisnis yang gagal mengikuti
tren dan permintaan pasar yang berubah-ubah bisa menyebabkan kebangkrutan.
Menempatkan kepercayaan pada orang yang salah. Mempekerjakan orang yang tepat untuk bisnis Anda dapat
membuat kemajuan yang signifikan. Tentunya, karyawan Anda dapat membantu membuat bisnis berkembang.
Jadi, pekerjakan orang yang dapat menambah nilai bagi perusahaan. Jika Anda menaruh kepercayaan pada
orang yang salah, mereka hanya akan menyeret bisnis Anda kepada kebangkrutan.
Pengelolaan dana yang salah. Beberapa bisnis menghabiskan lebih banyak pengeluaran daripada yang mereka
hasilkan. Pengeluaran yang tidak direncanakan dan salah urus dana dapat menyebabkan bisnis Anda tenggelam.
Terlalu banyak berutang. Meminjam dana dari kreditur seperti bank dan lembaga pemberi pinjaman adalah hal
biasa. Namun, meminjam terlalu banyak dana dan lupa menilai apakah Anda dapat membayar kembali atau
tidak adalah kesalahan besar. Anda mungkin menggunakan pinjaman bisnis Anda untuk mendanai kegiatan
operasional bisnis Anda. Tetapi, tanpa proyeksi penjualan yang tepat, Anda mungkin tidak dapat membayar
utang tepat waktu.
Kesalahan-kesalahan ini tentunya bisa Anda hindari. Dengan perencanaan yang cermat serta penerapan prinsip-
prinsip bisnis yang ketat akan mengurangi risiko kegagalan atau kebangkrutan bisnis.

Cara Menghindari Kebangkrutan Bisnis


Dapatkan bantuan dari orang yang berkompeten (Pakar Bisnis, dan lainnya). Tidak cukup mempekerjakan
seseorang untuk membantu Anda mengelola bisnis Anda. Pekerjakan orang yang benar-benar berkompeten dan
dapat membuat bisnis Anda berkembang. Orang yang tepat dapat meminimalisir risiko kebangkrutan bisnis
serta meningkatkan kinerja operasi bisnis.
Tinjau dan Kendalikan pengeluaran Anda. Pengeluaran yang dirasa tidak penting dan efektif harus dikurangi.
Karena jenis pengeluaran ini adalah jenis pengeluaran yang tidak akan menambah nilai bagi perusahaan Anda.
Contohnya seperti biaya berlangganan akun streaming musik dan keanggotaan gym sebenarnya tidak
diperlukan untuk kegiatan operasional bisnis Anda dan harus dihentikan. Tinjau keuangan Anda dan kurangi
pengeluaran yang tidak perlu untuk operasi harian bisnis Anda.
Jual aset yang tidak lagi Anda butuhkan. Apakah Anda memiliki aset atau peralatan yang tidak digunakan
dalam kurang lebih lima tahun? Jual semuanya. Gunakan hasil penjualan aset tersebut untuk membayar utang
Anda. Anda bisa “membersihkan” aset yang tidak digunakan dan Anda bisa menggantinya dengan aset yang
lebih bermanfaat bagi kegiatan operasional bisnis.
Prioritaskan pembayaran utang. Selalu prioritaskan membayar utang Anda. Selalu sisihkan dana untuk
pembayaran kepada kreditur. Dunia bisnis adalah tentang kepercayaan. Kreditur meminjamkan uang untuk
kegiatan bisnis Anda karena mereka percaya Anda akan membayarnya kembali. Namun, Anda akan merusak
kepercayaan mereka jika Anda gagal membayarnya kembali.
Restrukturisasi utang. Carilah saran dari beberapa profesional di dunia bisnis ketika Anda hendak
merestrukturisasi utang. Restrukturisasi utang adalah suatu proses di mana ketentuan utang diubah untuk
memberikan kemudahan kepada debitur dalam membayar kembali utangnya. Anda dapat meminta untuk
memperpanjang periode pembayaran atau merestrukturisasi jumlah pokok utang. Dan tentunya ini akan
tergantung pada persetujuan kreditur. Setelah Anda menyetujui persyaratan-persyaratan yang sudah disepakati,
diharapkan Anda akhirnya dapat membayar utang dengan lancar.
Konsisten dengan rencana bisnis Anda. Ingat rencana bisnis yang Anda buat pada awal ingin membuka bisnis?
Perhatikan baik-baik rencana bisnis yang anda buat. Karena hal tersebut yang mengamankan dana awal Anda
dan merupakan dokumen yang menjabarkan visi dan tujuan bisnis. Jika Anda belum atau lupa dalam
meninjaunya, maka tidak ada kata terlambat! Selalu pertahankan rencana bisnis yang – sebisa mungkin – selalu
diperbarui dan sepenuhnya berkomitmen untuk pencapaiannya.Rencana bisnis sangat penting untuk tata kelola
dan keberhasilan bisnis. Umumnya, rencana bisnis yang tepat mencakup rencana penjualan dan pemasaran,
rencana operasi, anggaran biaya modal, dan proyeksi arus kas. Jika kondisi bisnis Anda berubah (Laba yang
bisnis Anda hasilkan menurun, misalnya), maka Anda harus selalu memastikan rencana bisnis Anda
mencerminkan kondisi bisnis Anda saat ini. Ini akan memungkinkan Anda melakukan proyeksi keuangan yang
tepat dan memitigasi utang dan kebangkrutan sebaik mungkin.
Apapun masalah yang bisnis Anda alami, hadapi itu! Ketika masalah muncul dalam bisnis Anda, menutup mata
dan berharap masalah tersebut entah bagaimana akan hilang dengan sendirinya tampak seperti pilihan yang
mudah. Tetapi kenyataannya adalah bahwa mengabaikan masalah sangat jarang menghasilkan hasil yang baik.
Sebaliknya, itu cenderung membuat segalanya menjadi lebih buruk. Jika jalan di depan tiba-tiba tampak berbatu
dan tidak mulus, tetap hadapi dan atasi masalahnya! Coba bersikap terbuka dan jujur dengan tim Anda.
Diskusikan dan buat rencana untuk mencari solusi atas permasalahn bisnis Anda. Apakah itu dengan
meningkatkan arus kas Anda, menyesuaikan ekspektasi laba Anda, atau yang lainnya. Jika segala sesuatunya
terlihat sangat buruk, sekali lagi pertimbangkan untuk berbicara dengan pakar bisnis yang dapat memberi tahu
Anda tentang tindakan terbaik yang harus diambil. Ingat, Anda tidak bisa menjalankan bisnis dan memecahkan
berbagai masalah yang datang seorang diri.

Model Univariat
Model univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan digunakan untuk mengkaji hubungan antara
rasio keuangan tertentu dengan kebangkrutan suatu perusahaan.
Model ini dikembangkan oleh William Beaver yang mulanya meneliti 29 rasio keuangan perusahaan selama
lima tahun dengan menggunakan sample perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Dari hasil penelitian
tersebut, Beaver menemukan enam rasio keuangan yang dianggap mempunyai daya pembeda (discriminating
power) yang sangat baik yang dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio
keuangan tersebut adalah:
1. Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi, dan amortisasi terhadap total kewajiban (net income before
depreciation, depletion, & amortization to total liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya
arus kas dari kegiatan operasi yang tersedia untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Semakin
besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
besar risiko bagi perusahaan.

2. Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets)


Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
3. Total utang terhadap total aktiva (total debt to total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan, dimana hasil pengukurannya
menunjukkan besarnya pendanaan utang yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan. Semakin
besar rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
kecil risiko bagi perusahaan.
4. Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan
struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
5. Aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current assets to current liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan
besarnya aktiva lancar yang tersedia untuk dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan.
6. Kas, surat-surat berharga, piutang usaha terhadap beban-beban operasi tidak termasuk depresiasi, deplesi,
dan amortisasi (cash, marketable securities, account receivable to operating expenses excluding depreciation,
depletion, & amortization)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan
tersedianya alat likuiditas untuk dapat memenuhi beban-beban operasi tunai perusahaan. Semakin besar rasio
ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko
bagi perusahaan.
Model Multivariat
Model multivariat merupakan suatu model yang mengkombinasikan beberapa rasio keuangan secara bersama-
sama (simultan) memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Dalam model Multivariat ini, terdiri dari:
1. Model Z-Score
Model Z-Score merupakan salah satu model multivariat telah dikembangkan oleh Edward Altman. Model ini
dikembangkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Altman yang memilih sampel beberapa
perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang sehat pada ukuran dan industri yang sama. Dari hasil penelitian
Altman menemukan lima rasio keuangan yang dianggap paling baik membedakan perusahaan yang sehat dan
bangkrut. Kelima rasio keuangan tersebut adalah:
a) Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets = X1)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan
struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
b) Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
Rasio ini menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
penggunaan laba ditahan untuk membiayai aktiva perusahaan.
c) Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before interest and taxes to total assets =
X3)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.
d) Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban (market value of equity to book value of liabilities = X4)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan serta penilaian terhadap profitabilitas,
dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur pendanaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva
perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil
rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
e) Penjualan terhadap total aktiva (sales to total assets = X5)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat
produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.

KETENTUAN DAN RISIKO KEUANGAN

Pemberian pinjaman meliputi beberapa aspek. Pada waktu nasabah mendekati bank,ada beberapa tahap
yang akan dilalui oleh nasabah tersebut meliputi evaluasi oleh bank,Penyusunan perjanjian simpan pinjam
seperti penentuan tingkat bunga, Penentuanbeberapa batasan yang bertujuan melindungi kepentingan
pemberi pinjaman (bank) danmonitoring

oleh pihak bank.

Sumber informasi yang bisa diperoleh untuk membantu pengambilan keputusanpinjaman ini ini antara lain :1.
Nasabah yang akan menginginkan pinjaman. Informasi ini meliputi informasi laporankeuangan masa lalu,
informasi proyeksi keuangan, deskripsi aset yang dijadikan jaminan, dan detail perencanaan bisnis dan
pengalaman manajemen,2. File pihak pemberi dana. Jika perusahaan sudah menjadi nasabah bank,
bankmempunyai file nasabah dan informasi masa lalu nasabah dalam kaitannya denganbank bisa dianalisis.
Bahkan jika perusahaan masih baru (calon nasabah), informasimengenai perusahaan- perusahaan lain yang
lain serupa (satu industri) bisadigunakan sebagai perbandingan.3. Asosiasi bisnis. Asosiasi bisnis bisa
memberikan informasi mengenai perilaku dankondisi anggota-anggotanya. Informasi tersebut bisa digunakan
untuk mengevaluasisuatu perusahaan.4. Informasi pihak eksternal. Pada beberapa negara maju informasi
eksternal tersediadan bisa diperoleh relatif mudah. Sebagai contoh Dun & Bradstreet (perusahaan pe-rating
Amerika Serikat) menyediakan informasi mengenai perusahaan kecil.Perusahaan pe-rating lain seperti
Standard & Poors memberi rangking surat-suratberharga dengan nilai-nilai seperti AAA (untuk yang paling
rendah risikonya).Informasi5. Informasi Pasar Modal. Beberapa informasi dari pasar modal seperti harga
saham,volume penjualan bisa dipakai sebagai informasi tambahan dalam analisis pinjaman. Laporan dari
perusahaan broker bisa memberi informasi mengenai kualitasmanajemen dan perkembangan-perkembangan
masa mendatang.6. Laporan Industri dan Ekonomi secara Umum. Laporan asosiasi perdagangan,peramalan
ekonomi yang dibuat oleh ekonom, laporan dari lembaga-lembagapemerintah, laporan dari Biro Pusat
Statistik mengenai uang beredar, pendapatan nasional, dan insflasi bisa dipakai untuk menganalisis pinjaman.

Anda mungkin juga menyukai