Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama yang sangat besar

pengaruhnya terhadap kemajuan perusahaan. Sumber daya manusia adalah unsur

yang sangat menentukan dalam aktivitas suatu perusahaan. Manajemen harus

memberi perhatian penting terhadap SDM karena tanpa adanya SDM pihak

manajemen tidak dapat melakukan usaha dalam meningkatkan produktivitas.1

Kualitas SDM dengan memperhatikan karyawan terutama segala

kebutuhannya dalam pencapaian hasil atau output yang maksimal dan berkualitas.

Seperti masalah-masalah yang muncul baik secara internal maupun eksternal

karena hal ini akan mempengaruhi cara karyawan dalam bekerja. 2 Salah satu

masalah yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja terkait dengan kesehatan

dan gizi terutama pada pekerja wanita adalah anemia 3. Hasil Riset Kesehatan

Dasar menunjukkan peningkatan prevalensi anemia pada wanita usia produktif

(15-54 tahun) pada tahun 2007 hingga tahun 2013 yaitu 19,7% di tahun 2007 dan

meningkat sebesar 23,9% di tahun 20134.

Kadar hemoglobin dapat digunakan sebagai parameter yang menandakan

keadaan anemia5. Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin di bawah nilai

normal 12,0 mg/dl pada perempuan dewasa6 . Kelompok yang rentan terhadap

anemia adalah tenaga kerja wanita. Kurangnya asupan zat gizi merupakan faktor

yang mengakibatkan terjadinya anemia pada pekerja wanita, selain itu menstruasi
yang dialami wanita usia subur setiap bulan juga berpengaruh terhadap kadar

hemoglobin dan produktivitas pada pekerja7.

Anemia yang terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat menimbulkan

dampak bagi kesehatan dan performa kerja seperti kelelahan dan penurunan

kapasitas kerja. Wanita dengan keadaan anemia, produktivitasnya lebih rendah

jika dibandingkan dengan wanita yang tidak anemia karena dapat terjadi

penurunan kapasitas kerja pada penderita anemia, artinya semakin rendah kadar

hemoglobin maka akan menurunya produktivitas kerja8. Penelitian yang dilakukan

oleh Pertiwi (2013) mengemukakan bahwa adanya hubungan yang signifikan

antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita.9

PT. Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Pangkalan Kerinci adalah

perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan pulp dan kertas.

Berdasarkan hasil MCU (Medical Check Up) dengan dokter K3 di PT. RAPP

Pangkalan Kerinci didapatkan bahwa 20 % karyawati yang bekerja di bagian

perkantoran atau office memiliki kadar Hb rendah. Berdasarkan pemeriksaan

hematologi didapatkan hasil bahwa anemia yang terjadi pada karyawati cenderung

mengarah kepada anemia ringan dengan hemoglobin rata-rata yaitu sebesar 9,5

mg/dL.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk

mengangkat masalah tentang sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP

Pangkalan Kerinci.

1.1.1 Tujuan kegiatan


Adapun tujuan dari kegiatan ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan

khusus, antara lain

1.1.2 Tujuan umum

Tujuan umum kegiatan ini adalah sosialisasi anemia pada karyawati

PT.RAPP Pangkalan Kerinci.

1.1.3 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah tentang penyakit pada karyawati PT.RAPP

Pangkalan Kerinci.

2. Diketahuinya prioritas masalah pada penyakit akibat hubungan kerja pada

karyawati PT.RAPP Pangkalan Kerinci.

3. Diperoleh beberapa penyebab timbulnya masalah belum adanya sosialisasi

anemia pada karyawati PT RAPP Pangkalan Kerinci.

4. Diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah belum adanya

sosialisasi anemia pada karyawati PT RAPP Pangkalan Kerinci

5. Dilaksanakannya pemecahan masalah belum adanya sosialisasi anemia

pada karyawati PT RAPP Pangkalan Kerinci

6. Dilakukan check mengenai pelaksanaan pemecahan masalah belum adanya

sosialisasi anemia pada karyawati PT RAPP Pangkalan Kerinci.


7. Didapatkannya sebuah action terkait dengan pemecahan masalah belum

adanya sosialisasi anemia pada karyawati PT RAPP Pangkalan Kerinci.

1.2 Manfaat kegiatan

Adapun manfaat dari kegiatan sosialisasi anemia terhadap performna kerja

pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci adalah :

1. Karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci

Menambah wawasan dan pengetahuan karyawati mengenai anemia agar

dapat menerapkan pola hidup sehat untuk menjaga dan meningkatkan

performa kerja karyawati.

2. Perusahaan

Menambah wawasan mengenai anemia terhadap performa kerja sebagai

upaya untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.

3. Dokter muda

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis terkait Ilmu Kesehatan

Masyarakat - Kedokteran Komunitas, menambah pengetahuan. mengenai

penyakit akibat hubungan kerja, menambah pengetahuan mengenai

anemia dengan performa kerja dan cara pencegahannya sehingga bisa

diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui

upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.10 Kesehatan kerja

menurut International Labour Organization (ILO), kesehatan kerja harus

mengarahkan pada promosi dan pemeliharaan derajat kesehatan yang paling tinggi

secara fisik, mental, dan social yang baik dari para tenaga kerja dalam semua jenis

pekerjaan dan jabatan.11

Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No. 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain:12

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan


efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional

Kesehatan dan keselamatan kerja pada era globalisasi merupakan salah satu

persyaratan yang harus dipenuhi oleh seluruh industri. Beban ini sangat besar

mengingat status kesehatan dan gizi tenaga kerja pada umumnya kurang

memperoleh perhatian, sehingga dapat menurunkan produktivitas serta biaya

produksi yang kurang efisien. Selain itu, gizi kerja yang kurang memadai

berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja bagi tenaga kerja yang berisiko.
Upaya meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja harus meliputi usaha

promotif, preventif, kuratif dan rahbilitatif. Salah satu upaya penting dalam

promotif adalah penyelenggaraan gizi kerja.

Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan tenaga kerja untuk melakukan suatu

pekerjaan sesuai dengan jenisnya sehingga tercapai tingkat produktivitas dan

efisiensi kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan kerja erat kaitannya dengan gizi

kerja. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal, mutlak diperlukan zat gizi

yang diperoleh dari makanan dengan jumlah gizi secukupnya setiap hari. Dengan

keadaan gizi yang baik, maka akan dihasilkan ketahanan fisik yang baik dan pada

akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Permasalahan gizi kerja yang

paling banyak dialami oleh pekerja adalah anemia.

2.4 Anemia

2.4.1 Definisi dan Etiologi

Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke

jaringan perifer.15 Parameter yang dipakai untuk menunjukkan penurunan massa

eritrosit ialah kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Nilai normal

hemoglobin individu berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin dan

kehamilan.

Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan eritrosit disumsum

tulang, perdarahan, proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya

(hemolisis) dan anemia dengan penyebab yang tidak diketahui.15 Klasifikasi

anemia berdasarkan morfologi eritrosit dengan melihat indeks eritrosit dibagi

menjadi tiga yaitu :


1. Anemia mikrositik hipokrom

Anemia, thalassemia mayor, anemia penyakit kronik.

2. Anemia normositik normokrom

Anemia pasca perdarahan akut, anemia aplastik, anemia hemolitik

didapat, anemia penyakit kronik.

3. Anemia makrositik

Anemia defisiensi asam folat, defisiensi B12, anemia hipotiroidisme.

2.5 Anemia

2.5.1 Definisi dan Klasifikasi

Anemia (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk proses eritropoesis akibat cadangan besi kosong yang

akhirnya mengakibatkan turunnya produksi dari hemoglobin. Derajat defisiensi

besi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan16 :

1. Deplesi besi : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk

eritropoesis belum terganggu.

2. Eritropoesis defisiensi besi : cadangan besi kosong, tetapi belum

timbul anemia secara laboratorik.

3. Anemia : cadangan besi kosong disertai anemia.

2.5.2 Etiologi

Anemia dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi (intake),

gangguan penyerapan, serta kehilangan besi akibat perdarahan 16:


1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun

a. Saluran cerna : peptic ulcer, obat OAINS, kanker lambung,

hemoroid, infestasi cacing tambang.

b. Saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia.

c. Saluran kemih : hematuria.

d. Saluran napas : hemoptoe.

2. Faktor nutrisi : kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau

kualitas besi yang kurang baik dalam makanan (makanan tinggi serat,

rendah vitamin C, dan rendah daging).

3. Kebutuhan besi meningkat : prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhan.

4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, colitis kronik.

2.5.3 Gejala anemia

1. Gejala umum

Gejala umum anemia dapat dijumpai apabila kadar hemoglobin turun

dibawah 7-8 g/dl. Gejala ini dapat berupa badan lemah, lesu, lelah, mata

berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia karena penurunan

kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan-lahan, sindrom anemia sering tidak

muncul secara berarti dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar

hemoglobin terjadi lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi

tubuh yang dapat berjalan dengan baik. Anemia bersifat simtomatik jika hb telah

turun dibawah 7g/dl. Pada pemeriksaan fisik diteukan pasien yang pucat terutama

pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.16


2. Gejala khas Anemia Defisiensi Besi

1. koilonychias yaitu kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis

vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.

2. atrofi papil lidah yaitu permukaan lidah menjadi licin dan menkilap

karena papil lidah menghilang

3. stomatitis angularis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut

(tampak bercak putih)

4. disfagia yaitu nyeri menelan

5. atrofi mukosa gaster

6. pica yaitu keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim seperti

tanah liat, es, lem, dll.

2.5.3 Pemeriksaan Laboratorium

1. Kadar Hb dan indeks eritrosit menurun : didapatkan anemia hipokrom

mikrositer dengan penurunan kadar hb mulai dari ringan sampai berat.

MCV dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada anemia

defisiensi besi dan thalassemia mayor. MCHC menurun pada defisiensi

yang lebih berat dan berlangsung lama.

2. konsentrasi besi serum menurun pada ADB dan TIBC meningkat

Untuk kriteria diagnosis ADB, kadar besi serum menurun < 50 µg/dl,

TIBC meningkat > 350 µg/dl dan saturasi transferrin < 15%.
2.5.4 Diagnosis

Penegakkan diagnosis ADB harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisik disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat 3 tahap untuk

menegakkan diagnosis ADB. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia

dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematocrit. Tahap kedua adalah

memastikan adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan

penyebab defisiensi besi yang terjadi.

2.5.5 Terapi

Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi.

1. Terapi Besi Oral

Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama karena lebih efektif,

murah dan aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous sulfat. Dosis

anjuran 3x200 mg. setiap 200 mg mengandung 66 mg besi elemental.

Pemberian sulfas ferosus 3x200 mg memberikan absorpsi besi 50 mg per

hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal

2. Terapi besi parenteral

Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mempunyai risiko lebih besar

dan harga yang lebih mahal.

3. Pengobatan lain

- Diet : diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang

berasal dari protein hewani

- Vitamin c : 3x100 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi


- Transfuse darah : jarang dilakukan.

2.5 Anemia pada Karyawati

Karyawait merupakan modal dasar pembangunan dan mereka harus

mampu bersaing diantara sesama karyawati atau diantara kelompoknya.

Karyawati dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerjanya

secara maksimal tetapi di satu sisi mereka diharuskan untuk tidak melupakan

kodratnya sebagai wanita. Sesuai dengan kodratnya, maka karyawati akan

mengalami haid, hami dan menyusui bayi. Kondisi ini haruslah mendapatkan

perhatian dan perawatan kesehatan yang baik. Dengan kondisi kesehatan yang

baik maka akan memberi dampak yang baik tidak saja bagi wanita pekerja dan

keluarganya saja tetapi juga akan memberikan dampak yang bagus bagi kinerja

perusahaan tempat mereka bekerja.

Karyawati memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan pekerja laki-

laki. Perbedaan ini terlihat sangat jelas dalam karakteristik fisik dan psikisnya

sehingga pekerja wanita perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Perbedaan

yang jelas terlihat pada pekerja wanita adalah :

1. Kekuatan fisik wanita rata-rata 50 – 65% dari pria

2. Kapasitas vital wanita 11% lebih kecil dari pria

3. Kadar Hb wanita 20% lebih rendah dari pria

4. Keseimbangan hormonal baik kualitas dan kuantitas berbeda

5. Pekerja wanita umumnya adalah wanita usia subur yang setiap

bulannya mendapat menstruasi dan kemungkinan mengalami

kehamilan dan menyusui.


Keadaan kurang gizi pada pekerja umumnya disebabkan karena mereka tidak

sarapan pagi, makan tidak teratur, serta makan makanan yang tidak mengandung

zat-zat gizi yang memadai. Keadaan tersebut disebabkan bukan saja karena

rendahnya penghasilan pekerja tetapi juga karena rendahnya pengetahuan mereka

terhadap kesehatan dan gizi khususnya.

Anemia gizi merupakan masalah gizi utama yang terdapat di Indonesia

terutama defisiensi zat besi yang paling umum dijumpai. Prevalensi anemia gizi di

Indonesia berkisar antara 50% hingga 70% pada wanita hamil dan 30% hingga

40% pada wanita dewasa. Penelitian yang dilakukan terhadap pekerja wanita pada

salah satu pabrik textile di Surakarta Jawa Tengah didapatkan prevalensi anemia

sebesar 55,32%. Dalam penelitian tersebut juga didapatkan penyebab utama

anemia adalah kurangnya asupan zat besi atau tidak terpenuhinya kebutuhan zat

besi yang dianjurkan.

Anemia pada pekerja wanita merupakan suatu parameter yang sensitive di

bidang kesehatan karena keadaan ini mudah diukur dan gejalanya jelas seperti

pucat, lemas, mudah capek, pusing, berdebar-debar dan menurunnya prestasi

kerja. Mengingat pekereja wanita berfungsi ganda maka anemia pada pekerja

wanita akan memberikan dampak sebagai berikut :

1. Gangguan terhadap proses reproduksi

Anemia pada kehamilan akan memberikan risiko yang sangat berat tidak

saja pada anak yang dikandung tetapi juga pada ibunya sendiri. pada

kehamilan dengan anemia maka akan mengakibatkan kematian ibu baik

oleh komplikasi ke jantung maupun perdarahan. Pada bayinya sendiri

akan dapat mengakibatkan kelahiran premature BBLR (Berat Badan


Lahir Rendah) dan akan dapat berdampak terjadinya gangguan kognitif

akibat gangguan pembuluh sel otak.

2. Menurunnya Produktivitas kerja

Penurunan produktivitas kerja disebabkan oleh dua hal yaitu

berkurangnya enzim-enzim yang mengandung besi yang merupakan

kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi serta

menurunnyak kadar hemoglobin darah. Akibar dari kedua hal ini maka

metabolisme energi di otot akan terganggu pembentukan ATP serta

terjadi penumpukan asam laktat sehingga mengakibatkan kelelahan.

Penurunan produktivitas kerja akan berdampak terhadap penurunan

pendapatan pekerja wanita tersebut sehingga akan berdampak terhadap

penurunan derajat kesejahteraan keluarganya. Terhadap perusahaan juga

akan berdampak terjadinya penurunan produksi dengan segala risiko

akibat penurunan produksi tersebut

3. Menurunnya daya tahan tubuh

Besi mengandung peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon

kekebalan sel oleh limfosi T akan terganggu akibat berkurangnya

pembentukan sel-sel tersebut yang disebabkan oleh berkurangnya sintesa

DNA. Berkurangnya sintesa DNA disebabkan oleh gangguan enzim

reductase ribonucleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.

Sel darah putih juga tidak dapat bekerja efektif saat tubuh kekurangan

besi. Enzim lain yang berfungsi sebagai kekebalan yaitu

mieloperoksidase fungsinya juga terganggu akibat berkurangnya zat besi.

Protein pengikat besi yaitu transferin dan laktoferin yang dapat mencegah
terjadinya infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme.

Transferin dan laktoferin tersebut juga tidak dapat berfungsi dengan baik

apabila terjadi kekurangan zat besi. Dengan demikian kekurangan zat

besi dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit

4. Meningkatnya kecelakaan kerja

Kekurangan zat besi akan berpengaruh terhadap turunnya konsentrasi,

daya ingat dan kemampuan belajar. Pekerja wanita dengan peran

gandanya disamping sebagai pekerja, dia juga sebagai ibu rumah tangga

sehingga waktu bekerjanya akan panjang dengan akibat terhambatnya

pemulihan kesegaran jasmaninya. Keadaan akan diperberat apabila

terjadi anemia sehingga akan meningkatkan kejadian kecelakaan kerja.

2.6. Hubungan Anemia dengan Performa Kerja

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin

di dalam sel darah merah atau kadar hemoglobin di dalam sel darah merah kurang

dikarenakan adanya kelainan dalam pembentukan sel, perdarahan atau gabungan

keduanya. Anemia merupakan masalah global yang dimiliki hampir seluruh

negara, baik negara maju ataupun negara berkembang.17

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia

terutama bagi kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Berdasarkan penelitian

World Health Organization (WHO) tahun 2005, secara global 1,62 miliar orang

atau sekitar 24,8% terkena anemia, dengan prevalensi pada wanita usia produktif

sebesar 30,2%.18 Anemia pada WUS dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah,

penurunan kapasitas dan produktivitas kerja. Wanita penderita anemia transportasi


oksigen dan terganggunya fungsi otot dikaitkan dengan defisit zat besi (Fe)

(Briawan, 2014, berdasarkan data RISKESDAS dari tahun 2007 hingga tahun

2013 jumlah penderita anemia mengalami peningkatan, proporsi anemia pada

penduduk perempuan (15 – 54 tahun) di Indonesia sebesar 19,7% di tahun 2007

dan di tahun 2013 meningkat sebesar 23,9%.4

Menurut Ganong bahwa kadar hemoglobin yang tinggi akan meningkatkan

kemampuan sistem peredaran darah dan pernafasan untuk mendistribusikan

oksigen ke otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan tubuh

dari efek bekerja.19 Semakin tinggi kadar hemoglobin maka semakin baik pula

produktivitas kerja.20

Dampak seorang wanita dewasa yang menderita anemia akan

menyebabkan kebugaran tubuh dan daya tahan tubuh menurun sehingga semakin

mudah sakit, tidak dapat berkonsentrasi, tidak bersemangat, maka akan lamban
21
dalam bekerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Menurut Pertiwi

mengemukakan bahwa terdapat adanya hubungan antara kadar hemoglobin

dengan produktivitas kerja pada tenaga kerja wanita bagian produksi industri

rumah tangga Lia Garmen Boyolali.9

Banyak faktor yang berperan dalam menentukan produktivitas kerja

diantaranya adalah kecukupan zat gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja

tenaga kerja karena adanya kecukupan dan penyebaran kalori yang seimbang

selama bekerja. Kekurangan konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar

minimum umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas dan

produktivitas kerja.22
BAB III
SOSIALISASI ANEMIA PADA KARYAWATI PT. RAPP

PANGKALAN KERINCI

3.1 Deskripsi keadaan

PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) merupakan suatu

perusahaan swasta yang bergerak dibidang pembuatan pulp dan kertas. PT RAPP

memiliki berbagai departemen yang mempekerjakan karyawan dan karyawati.

Berdasarkan hasil medical check up rutin yang telah dilakukan di klinik PT.

RAPP diketahui bahwa sebagian besar karyawati bagian kantor mengalami

anemia.

3.2 Plan

Kegiatan plan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni hingga 5 Juli 2019 di

PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

3.2.1 Identifikasi masalah

Proses identifikasi masalah diperoleh menggunakan hasil data medical

check up pekerja di klinik PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

Penentuan masalah berdasarkan penyuluhan kesehatan dan keselamatan

kerja mengenai sosialisasi anemia pada karyawatiPT. RAPP Pangkalan Kerinci,

seperti yang ditampilkan pada tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1 Identifikasi masalah


Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based
 Masalah anemia dan Belum adanya sosialisasi  Dari hasil MCU (Medical
fatigue yang anemia pada karyawati Check Up) di PT. RAPP
mempengaruhi PT. RAPP Pangkalan Pangkalan Kerinci
produktivitas kerja Kerinci. didapatkan hasil sebanyak
karyawati PT. RAPP 20 % karyawati yang
Pangkalan Kerinci. bekerja di bagian kantor
mengalami anemia ringan
dan dari hasil pemeriksaan
hematologi didapatkan
bahwa anemia yang
diderita adalah anemia
defisiensi besi.

Belum adanya upaya  Dari hasil wawancara


sosialisasi tentang dokter K3 di PT. RAPP
fatique PT. RAPP terdapat faktor resiko yang
Pangkalan Kerinci menyebabkan fatique
sebanyak 5% pada
pekerja shift malam
dikarenakan istirahat pada
siang hari yang kurang

3.2.2 Penentuan prioritas masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang

menggunakan dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi,

kemampuan anggota mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3) yaitu :

1. Urgensi atau kepentingan


- nilai 1 tidak penting

- nilai 2 penting

- nilai 3 sangat penting

2. Solusi

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan mengubah

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

- nilai 1 tinggi

- nilai 2 sedang

- nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor

dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu masalah

dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas masalah

untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penetuan prioritas masalah dibuat ke

dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut:


Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada karyawati bagian office PT.

RAPP Pangkalan Kerinci.

Kriteria Masalah
No Masalah Total Rank
Urgensi Solusi Kemampuan Biaya
Mengubah
1 Belum adanya
sosialisasi anemia pada
karyawatiPT. RAPP 3 1 1 2 6 I
Pangkalan Kerinci

Belum adanya upaya


penanggulangan dalam
2 mengatasi fatique pada
pekerja di PT. RAPP 3 1 1 1 3 II
Pangkalan Kerinci.

3.2.3 Analisa penyebab masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi diatas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu man, method,

material, dan market yang diperoleh melalui data medical check up di PT. RAPP

Pangkalan Kerinci. Adapun analisis masalah dijelaskan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Analisa penyebab masalah


Masalah Penyebab masalah Evidence Based
Belum adanya  Man  Dari wawancara
sosialisasi anemia Kurangnya petugas yang dengan Dokter K3
pada karyawatiPT. melakukan pencegahan yang baru dr.
RAPP Pangkalan dan penanggulangan Achmad Gozali
Kerinci anemia pada karyawati mengatakan baru
bagian office PT. RAPP ditemukan
Pangkalan Kerinci. karyawati dengan
anemia defisiensi
besi di PT
Pangkalan Kerinci
serta petugas K3
yan berjumlah 6
orang

 Method  Dari wawamcara


Belum adanya kebijakan dengan dokter K3
mengenai pencegahan dan di PT.RAPP belum
penanggulangan anemia adanya kebijakan
pada karyawati bagian mengenai
office PT. RAPP pencegahan dan
Pangkalan Kerinci penanggulangan
anemia pada
karyawati bagian
office PT. RAPP
Pangkalan Kerinci.

 Material  Dari observasi


Belum tersedia media belum dijumpai
informasi berupa media informasi
standing banner mengenai
mengenai cara pencegahan dan
pencegahan dan penanggulangan
penanggulangan anemia anemia pada
pada karyawati bagian karyawati bagian
office PT. RAPP office PT. RAPP
Pangkalan Kerinci. Pangkalan Kerinci.

 Market
Kurangnya pengetahuan  Wawancara dengan
karyawati terkait anemia beberapa karyawati
pada karyawati bagian di PT.RAPP belum
office PT. RAPP mengetahui
Pangkalan Kerinci. mengenai anemia
pada karyawati
bagian office PT.
RAPP Pangkalan
Kerinci.
Masalah Penyebab Masalah Evidence Based
3.2.4 Fishbone Ishikawa anaysis

Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan Fishbone Ishikawa pada gambar 3.1.
 Material  Man
Kurangnya petugas yang melakukan
Belum tersedia media informasi berupa
pencegahan dan penanggulangan
standing banner mengenai cara
anemia pada karyawati bagian office
pencegahan dan penanggulangan anemia
PT. RAPP Pangkalan Kerinci.
pada karyawati bagian office PT. RAPP
Pangkalan Kerinci.
ya sosialisasi pencegahan dan penanggulangan anemia pada karyawati bagian office di PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

 Market  Method
Kurangnya pengetahuan karyawati terkait anemia Belum adanya kebijakan mengenai
pada karyawati bagian office PT. RAPP Pangkalan pencegahan dan penanggulangan anemia
Kerinci. pada karyawati bagian office PT.
RAPP Pangkalan Kerinci
3.2.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah melakukan analisis penyebab masalah direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat

pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Strategi, Alternatif Pemecahan Masalah dan Plan of Action

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan


Masalah Pemecahan Waktu a
Masalah Kegiatan
1.  Man
Kurangnya Merekomendasik Tecapai perubahan Karyawati PT. Dokter Jangka Pendek
petugas yang an penambahan perilaku pemenuhan bagian RAPP muda Diterimanya rekomendasi
melakukan petugas yang gizi zat besi pada office PT. Pangkala IKM-KK penambahan petugas yang
pencegahan dan ditunjuk untuk karyawati PT. RAPP RAPP n FK UR ditunjuk untuk melakukan
penanggulangan melakukan Pangkalan Kerinci. Pangkalan Kerinci / sosialisasi anemia pada
anemia pada sosialisasi Kerinci. Tanggal 9 karyawatiPT. RAPP
karyawati anemia pada Juli 2019 Pangkalan Kerinci.
bagian office karyawati PT.
PT. RAPP RAPP Pangkalan Jangka Panjang
Pangkalan Kerinci petugas yang bertanggung
Kerinci. jawab untuk sosialisasi
anemia pada karyawatiPT.
RAPP Pangkalan Kerinci.
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksan Kriteria Keberhasilan
Masalah Pemecahan Waktu a
Masalah Kegiatan
2.  Method
Belum adanya Merekomendasik Dibuatnya kebijakan Karyawati PT. Dokter Jangka pendek
kebijakan an untuk mengenai PT. RAPP RAPP muda Diterimanya rekomendasi
mengenai dibuatnya penanggulangan Pangkalan Pangkala IKM-KK untuk dibentuknya
pencegahan dan kebijakan anemia pada Kerinci. n FK UR kebijakan mengenai
penanggulangan mengenai karyawatiPT. RAPP Kerinci / pencegahan dan
anemia pada pencegahan dan Pangkalan Kerinci. Tanggal penanggulangan anemia
karyawatiPT. penanggulangan 12 Juli pada karyawatiPT. RAPP
RAPP Pangkalan anemia pada 2019 Pangkalan Kerinci.
Kerinci. karyawatiPT.
RAPP Pangkalan Jangka panjang
Kerinci. Terbentuknya kebijakan
mengenai pencegahan dan
penanggulangan anemia
pada karyawatiPT. RAPP
Pangkalan Kerinci.

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan


Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan
Masalah
3.  Material
Belum tersedia Menyediakan Tersedianya media Karyawati PT. Dokter Jangka Pendek
media informasi media informasi informasi berupa PT. RAPP RAPP Muda Diserahkannya standing
berupa standing berupa standing standing banner Pangkalan Pangkala IKM-KK banner sebagai media
banner mengenai banner yang mengenai cara Kerinci. n FK UR informasi yang
anemia pada edukatif mengenai pencegahan dan Kerinci / mendukung pelaksanaan
karyawatiPT. penanggulangan penanggulangan Tanggal 9 upaya sosialisasi anemia
RAPP Pangkalan anemia pada anemia pada Juli 2019 pada karyawatiPT.
Kerinci. karyawatiPT. karyawatiPT. RAPP Pangkalan
RAPP Pangkalan RAPP Pangkalan Kerinci.
Kerinci. Kerinci.

Jangka Panjang
Diharapkan pekerja
dapat melakukan
perubahan pola makan
dan cakupan gizi untuk
mengurangi anemia pada
karyawatiPT. RAPP
Pangkalan Kerinci.
No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan
Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan
Masalah

4.  Market
Kurangnya Melaksanakan Meningkatkan Karyawati PT. Dokter Jangka Pendek
pengetahuan penyuluhan pengetahuan di PT. RAPP Muda Dilakukannnya
karyawati terkait mengenai karyawati dalam RAPP Pangkala IKM-KK sosialisasi mengenai
sosialisasi pencegahan dan pencegahan dan Pangkalan n FK UR anemia pada
pencegahan dan penanggulangan penanggulangan Kerinci. Kerinci / karyawatiPT. RAPP
penanggulangan anemia pada dampak anemia Tanggal 9 Pangkalan Kerinci.
anemia pada karyawatiPT. sehingga Juli 2019
karyawatiPT. RAPP Pangkalan diharapkan terjadi Jangka Panjang
RAPP Pangkalan Kerinci. peningkatan Dapat
Kerinci. performa dan mengimplementasikan
produktivitas kerja mengenai cara
pada karyawati PT. pencegahan dan
RAPP Pangkalan penanggulangan anemia
Kerinci. pada karyawatiPT. RAPP
Pangkalan Kerinci.
3.2.6 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam

sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

1. Merekomendasikan kepada karyawati untuk menunjuk petugas yang bertanggung jawab

terhadap pencegahan dan penanggulangan anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan

Kerinci.

2. Merekomendasikan untuk dibuatnya kebijakan mengenai pencegahan dan

penanggulangan anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

3. Menyediakan media informasi berupa video dan standing banner yang edukatif mengenai

penanggulangan anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

4. Melaksanakan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanggulangan anemia pada

karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

3.3 Do

Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of Action (PoA).

Pelaksanaan sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci dapat di

lihat pada Tabel 3.5 berikut:


Tabel 3.5 Do kegiatan

No Kegiatan Keterangan
1. Merekomendasikan penambahan petugas yang Terlaksana sesuai PoA
ditunjuk untuk melakukan sosialisasi anemia
pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

2. Merekomendasikan untuk dibentuknya kebijakan Terlaksana sesuai PoA


mengenai pencegahan anemia PT. RAPP Pangkalan
Kerinci.

3. Menyediakan media informasi berupa video dan Terlaksana sesuai PoA


standing banner yang edukatif mengenai anemia
pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

4 Melaksanakan penyuluhan mengenai anemia pada Terlaksana sesuai PoA


karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

3.4 Check

Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana keadaan

sesudah intervensi.

Tabel 3.7 Check dalam kegiatan

Deskripsi keadaan
Deskripsi keadaan sebelum Deskripsi keadaan
No sebelum intervensi
intervensi sesudah intervensi
1. Kurangnya petugas yang Merekomendasikan Diterimanya rekomendasi
melakukan pencegahan dan penambahan petugas yang penambahan petugas
penanggulangan anemia ditunjuk untuk melakukan yang ditunjuk untuk
pada karyawati bagian sosialisasi anemia pada melakukan sosialisasi
office PT. RAPP karyawati PT. RAPP anemia pada
Pangkalan Kerinci. Pangkalan Kerinci karyawatiPT. RAPP
Pangkalan Kerinci.

2 Belum adanya kebijakan Merekomendasikan untuk Diterimanya rekomendasi


mengenai pencegahan dan dibuatnya kebijakan untuk dibentuknya
penanggulangan anemia mengenai pencegahan dan kebijakan mengenai
pada karyawatiPT. RAPP penanggulangan anemia pada pencegahan dan
Pangkalan Kerinci. karyawatiPT. RAPP penanggulangan anemia
Pangkalan Kerinci. pada karyawatiPT. RAPP
Pangkalan Kerinci.
3 Belum tersedianya media Memberikan standing banner Tersedianya standing
informasi berupa standing yang edukatif mengenai banner yang edukatif
banner yang edukatif pencegahan anemia pada mengenai pencegahan
mengenai pencegahan anemia karyawati PT. RAPP Pangkalan anemia pada karyawati PT.
pada karyawati PT. RAPP Kerinci. RAPP Pangkalan Kerinci.
Pangkalan Kerinci.

4. Kurangnya pengetahuan Melaksanakan sosialisasi Karyawati PT. RAPP sudah


sebelum sosialiasi anemia pencegahan anemia pada memiliki pengetahuan
pada karyawati PT. RAPP karyawati PT. RAPP Pangkalan terkait pencegahan anemia
Pangkalan Kerinci. Kerinci. pada karyawati PT. RAPP
Pangkalan Kerinci.

Action

Alternatif pemecahan masalah pada makalah ini berupa sosialisasi, memberikan standing

banner edukatif yang dapat dijadikan standarisasi untuk pencegahan anemia pada karyawati PT.

RAPP Pangkalan Kerinci, ditinjau dari indikator jangka pendek yang sudah tercapai, serta jangka

panjang yang belum dapat dinilai karena memerlukan waktu untuk menilai keberhasilannya

sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut oleh pihak PT. RAPP Pangkalan Kerinci.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melakukan upaya pencegahan dan penanganan

anemia pada karyawati yang bekerja di PT RAPP Pangkalan Kerinci terkait dengan

produktivitas kerja. Berdasarkan hasil MCU diagnostik anemia dan wawancara dengan dokter

OHS, Dokter Muda IKM-KK menemukan 20 % pekerja mengalami anemia defisiensi besi.

Pekerja juga belum mengetahui cara pencegahan dan penanganan anemia. Kemudian belum

adanya media informasi mengenai hal tersebut serta belum adanya kebijakan yang bertanggung

jawab terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ( anemia ) pada karyawati office PT.

RAPP Pangkalan Kerinci.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah (man), kurangnya petugas yang melakukan

pencegahan dan penanggulangan anemia pada karyawati bagian office PT. RAPP Pangkalan

Kerinci. Berdasarkan hasil medical check up dan wawancara pada dokter K3 yang baru (dr.

Achmad Gozali), Dokter Muda IKM-KK menilai bahwa penting menambah petugas yang

bertanggung jawab untuk melakukan sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan

Kerinci.

Berdasarkan pedoman K3 oleh ILO melalui modul pedoman pelatihan para pekerja di

katakan bahwa sebuah kebijakan K3 yang baik akan memberikan panduan yang jelas dan dapat

diikuti akan mengurangi kecelakaan dan kasus-kasus akibat kerja. Jadi, salah satu hal yang

paling penting untuk memutuskan dan menulis kebijakan tersebut adalah sebuah tim yang

bertanggung tanggung terhadap kebijakan tersebut. Menulis kebijaksanaan akan melibatkan

tugas dan tanggung jawab kepada anggota. Untuk memilih staff yang bijaksana, dapat

menggunakan pedoman yang terdiri dari: Kompetensi melalui perekrutan, pelatihan, dan
dukungan penasehat; Kontrol/pengendalian mengamankan komitmen, pengawasan, dan

instruksi; Kerjasama antara individu atau kelompok; dan Komunikasi berupa lisan, tertulis, dan

visual. Kebijakan pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi para pekerja, pekerja tidak harus

dilihat sebagai pengamat saja dalam K3. Mereka juga bertanggung jawab untuk melindungi

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mereka sendiri di tempat kerja sehingga mereka perlu

mengambil bagian dalam memastikan fungsinya kebijakan K3. Untuk melakukan ini pekerja

perlu menyadari dan memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan, standard praktek-

praktek yang relevan dengan pekerjaan mereka.10 Harapan dari alternatif pemecahan masalah

(man) diharapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap tugas sosialisasi anemia

padakaryawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci serta mengevaluasi outputnya.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah (method), Dokter Muda IKM-KK

merekomendasikan kepada PT RAPP agar membuat kebijakan mengenai pencegahan dan

pengendalian anemia pada karyawati office PT. RAPP Pangkalan Kerinci, untuk segera

menetapkan kebijakan pencegahan dan pengendalian anemia dengan mengajukan permintaan

tablet besi kepada dinas kesehatan untuk dapat diberikan pada karyawati office PT. RAPP setiap

bulanya. Hal ini sesuai dengan buku pedoman K3 oleh International Labor Organization (ILO)

yang mengatakan bahwa pada suatu lingkungan kerja diperlukan suatu penetapan kebijakan K3

dilakukan melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan

perwakilan dari pekerja, 10 Harapan dari aklternatif pemecahan masalah (method) dengan adanya

kebijakan tersebut dapat mengurangi terjadinya anemia pada karyawati dan dapat meningkatkan

produktivitas perusahaan.

Kendala pada pembentukan kebijakan ini karena belum adanya perhatian khusus dari PT.

RAPP terhadap karyawati office PT. RAPP Pangkalan Kerinci yang mengalami anemia dan juga
terdapatnya keterbatasan waktu Dokter Muda IKM-KK sehingga hanya dapat melakukan

pengambilan data MCU dan mempelajari tentang sosialisasi pencegahan dan pengendalian stres,

dengan harapan dapat dibuatnya kebijakan

Adapun alternatif pemecahan masalah (material) belum tersedia media informasi berupa

wawancara dengan dokter K3 dan standing banner mengenai cara pencegahan dan pengendalian

anemia terhadap performa kerja pada pekerja karyawati office PT. RAPP Pangkalan Kerinci

maka, Dokter Muda IKM-KK telah menyelenggarakan sosialisasi mengenai anemia,

memberikan quiz seputar anemia dan juga Dokter Muda IKM-KK menyerahkan standing

banner kepada dokter K3 PT. RAPP Pangkalan Kerinci yang berisi. tentang pengertian anemia,

nilai normal, gejala, c ara pencegahan dan penanganan. Hasil wawancara dengan dokter OHS di

PT RAPP, didapatkan hasil bahwa belum pernah dilakukan sosialisasi dengan menggunakan

media informasi berupa media informatif seperti standing banner terkait pencegahan dan

pengendalian anemia pada karyawati office PT.RAPP Pangkalan Kerinci. 23

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2018) menunjukan

banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja pada karyawati seperti status gizi dan

anemia, anemia merupakan masalah gizi yang dapat menyebabkan kelelahandan penurunan

kapasitas kerja serta produktivitas tenaga kerja.. 24 Penelitian Dita, Agil, Anita (2016) yang

dilakukan terhadap karyawati penyadap karet di PDP Gunung Pasang Jember menunjukkan

bahwa pengetahuan anemia yang masih rendah mempengaruhi hasil sadapan karet hingga 5 %

dari hasil maksimalnya..25

Standing banner yang diberikan kepada pihak K3 PT. RAPP yang berisi cara mengatasi

anemia seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi, konsumsi vitamin C untuk

membatu penyerapan zat besi, hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
bersaan dengan kopi dan teh karena mengadung senyawa tannin, vitat dan pilifenol yang dapat

menghabat penyerapan zat besi dalam tubuh dan lakukan aktivitas fisik sesuai dengan

rekomendasi kementerian kesehatan republik Indonesia, diharapkan dapat menjadi pengingat

bagi para karyawati office PT. RAPP terhadap cara pencegahan dan mengatasi anemia.24

Adapun media informasi yang digunakan dalam penyuluhan adalah media elektronik

berupa presentasi dengan menggunakan powerpoint. Media informasi ini penting karena menjadi

salah satu sumber pengetahuan dasar tentang upaya pencegahan dan pengendalian anemia

terhadap performa kerja pada karyawati office PT. RAPP Pangkalan Kerinci. Sosialisasi yang

diberikan berisi tentang definisi anemia, jenis-jenis, penyebab, gejala dan dampak dari anemia

serta cara pengelolaan anemia, hubungan anemia dengan performa kerja sehingga melalui media

informasi ini, dapat meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap pencegahan dan pengendalian

anemia terhadap performa kerja.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah kurangnya (market) pengetahuan karyawati

terkait sosialisasi pencegahan dan penanggulangan anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan

Kerinci, maka Dokter Muda IKM-KK melakukan sosialisasi anemia pada karyawati PT RAPP

Pangkalan Kerinci. Saat dilakukan sosialisasi anemia pada karyawati didapatkan antusias

karyawati dalam mengikuti kegiatan sosialisasi sehingga diharapkan karyawati mampu

mengetahui cara mencegah dan menanggulangi anemia serta mengetahui dampak anemia

terhadap performa kerja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan kegiatan PDCA yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

berupa:

1. Kepada dokter K3 untuk memberikan sosialisasi yang terjadwal mengenai anemia pada

karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

2. Prioritas masalah pada makalah ini belum adanya sosialisasi anemia pada karyawati PT.

RAPP Pangkalan Kerinci.

3. Penyebab timbulnya masalah belum adanya sosialisasi dan media edukatif terkait anemia

pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci..

4. Alternatif pemecahan masalah yaitu mengadakan sosialisasi anemia pada karyawati PT.

RAPP Pangkalan Kerinci.memberikan media informasi berupa standing banner yang

mendukung pelaksanaan upaya pencegahan anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan

Kerinci..

5. Pemecahan masalah terlaksananya sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP

Pangkalan Kerinci..

6. Check dalam kegiatan sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci

telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2019 yaitu memberikan standing banner dan

karyawati mendapatkan pengetahuan terkait pencegahan anemia.


7. Action berupa sosialisasi dan memberikan standing banner yang edukatif mengenai

anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci

5.2 Saran

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Kepada dokter K3 untuk memberikan sosialisasi yang terjadwal mengenai anemia pada

karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

2. Kepada karyawati untuk selalu menerapkan cara mencegah anemia sesuai dengan standing

banner yang telah tersedia di PT.RAPP Pangkalan Kerinci.

3. Kepada PT. RAPP Pangkalan Kerinci untuk bekerjasama dengan dinas kesehatan provinsi

riau untuk penyediaan obat anemia.

4. Kepada dokter muda angkatan selanjutnya, diharapkan dapat melaksanakan kegiatan lanjutan

mengenai evaluasi setelah sosialisasi anemia pada karyawati PT. RAPP Pangkalan Kerinci.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wuisan, Argo B. Pengaruh Stres terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT (Persero) Angkasa
Pura I Bandara Sam Ratulangi Manado. Jurnal Ilmu Administrasi. 2007. Vol.3, No.2. h.128-
132.

2. HarrismaOW, witjaksono AD.Pengaruh stres kerja terhadap produktivitas kerja melalui


kepuasan kerja, Universita Negeri Surabaya. 2013. Vol.1, No.2. h.650.

3. Sihombing M, Riyadina W. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Pekerja


Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2009;19.

4. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Diakses melalui http://www. depkes.
go. id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-
2014.pdf. Pada Senin.01-07-2019;1.

5. Citrakesumasari AG. Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta: Kalika. 2012.

6. World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity. World Health Organization; 2011.

7. Khatun T, Alamin A, Saleh F, Hossain M, Hoque A, Ali L. Anemia among garment factory
workers in Bangladesh. Middle-East Journal of Scientific Research. 2013;16(4):502-7.

8. Widiastuti, S. & Dieny, F. F. Faktor determinan produktivitas kerja pada pekerja wanita. J.
Gizi Indones. (The Indones. J. Nutr. 4, 28–37 (2016).

9. Pertiwi AP. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas
Kerja pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

10. International Labour Organization. Keselamatan dan kesehatan kerja - sarana untuk
produktivitas. SCORE. 2013.

11. Triyono MB, Ismara KI, slamet, hargiyarto P, Solikhin M, Yuniarti M, dkk. Buku ajar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Universitas Negeri Yogyakarta. 2014. h.12-29.

12. Dasar-dasar kesehatan dan keselamatan kerja. Prenada Media. Edisi 1. Jakarta: 2016. p.19-
22.

13. Organisasi Perburuhan Internasional. Hidup Saya, Pekerjaan Saya, Pekerjaan Yang
Aman. Jakarta: 2008.
14. Sarafino, E. P. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Sixth Edition. USA: The
College of New Jersey. 2008.

15. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

16. Ani, LS. Buku Saku Anemia. Jakarta: EGC Adriani, M & Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar
Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

17. Fitri L. Hubungan Pola Makan Dengan Anemia Pada Pekerja Wanita di PT. Indah Kiat
PULP And Paper (IKPP) Tbk. Perawang. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan. 2016 Oct 29;1(3):152-7.

18. World Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005: WHO global
database on anaemia.

19. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22. Jakarta: EGC. 2003.
20. Tarwaka, SHB., & Lilik, S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas.
Surakarta: Uniba Press.

21. Almatsier S, Gizi PD. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003
22. Aziiza F. Analisis aktivitas fisik, konsumsi pangan, dan status gizi dengan produktivitas
kerja pekerja wanita di industri konveksi [skripsi]. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat
dan Sumber Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian. 2008.

23. Margiati, Lulus. Anemia: Latarbetakang Penyebab dan Alternatif Pemecahannya.


Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Th XII. No 3, hal 71-76. 1999.

24. Putri D, Faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja pekerja wanita
penyadap karet di PDP gunung pasang Jember. Universitas Jember.2016.

25. Khasanah, Hubungan antara kadar hemoglobin dan status gizi dengan produktivitas pekerja
wanita dibagian percetakan dan pengemasan di UD X Sidoarjo.Surabaya. Universitas
Airlangga.2018.

26. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan republic Indonesia. Situasi kesehatan
kerja.Jakarta.2015.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai