Anda di halaman 1dari 6

Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat

IV pada Pasien Geriatri

Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri


Dwi Jayanti Tri Lestari1, Dian Revita Sari2, Paulus Dwi Mahdi3, Rani Himayani4
1,2
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3,4
Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Rumah Sakit Abdul Moeloek, Provinsi Lampung

Abstrak
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju
kornea pada daerah interpalpebra. Pterigium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Pterigium tersebar di
seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Seorang wanita 67 tahun, pasien geriatri datang
dengan keluhan penglihatan mata kiri terasa mengganjal sejak + 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah: 120/80 mmHg; frekuensi nadi: 84 x/menit; frekuensi nafas: 24 x/menit suhu:36,6°C; Sistem Kardiovaskular
dalam batas normal, sistem respirasi dalam batas normal, Kulit dalam batas normal, ekstremitas dalam batas normal.
pemeriksaan oftalmologi, VOD : 6/60, VOS 1/60. Pada mata kiri ditemukan selaput berbentuk segitiga dari arah nasal
mencapai pupil berwarna putih kemerahan, tidak ditemukan adanya injeksi konjungtiva ataupun injeksi siliar, kornea
jernih dan lensa jernih. Pasien didiagnosis pterigium derajat IV pada mata sebelah kiri. Pengobatan definitif pada pasien
pterigium derajat IV adalah operatif.

Kata kunci: Geriatri, Konjungtiva, Pterigium

Abstract
Pterygium is a triangular fibrovaskular tissue that grows from conjunctiva to the cornea in interpalpebra area. Pterygium
grows like wings on the conjunctiva bulbi. Pterygium spread all over the world, but most in the hot and dry climate. A
woman 67-years, geriatric patient comes with left eye vision was scothced, since 6 months ago. For physical examination
was found: blood pressure: 120/80 mmHg; pulse frequency: 84 x/min; breath frequency: 24 x/ min; temperature: 36.6 ° C
and Cardiovascular system, respiratory system, Leather also limb within normal limits. Ophthalmological examination,
VOD: 6/60, VOS 1/60 . In the left eye found a triangular membrane from nasal to pupil which the colour is reddish white,
there were no conjunctiva injection or ciliary injection, it has clear cornea and the lens is crystal clear. Patients diagnosed
with Oculi Sinistra (OS) pterygium grade IV. Definitive treatment for patients with pterygium grade IV is an operative.

Keywords: Conjunctiva, Geriatric ,Pterygium

Korespondensi : Dwi Jayanti Tri Lestari, alamat Jl. H. Endro Suratmin Bintara III No. 1 B Sukarame, Bandar Lampung, HP
081369276193, e-mail dwijayantitril@gmail.com

Latar Belakang
Pterigium adalah kelainan pada fenomena iritatif akibat pengeringan dan
konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular lingkungan dengan banyak angin karena sering
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan terdapat pada orang yang sebagian besar
invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada hidupnya berada di lingkungan yang berangin,
celah kelopak bagian nasal ataupun temporal penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir.
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota
Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di keluarga dengan pterigium dan berdasarkan
bagian sentral atau di daerah kornea.1 penelitian menunjukkan riwayat keluarga
Hingga saat ini etiologi pasti pterigium dengan pterigium, kemungkinan diturunkan
masih belum diketahui secara pasti. Beberapa autosom dominan.3.4
faktor resiko pterigium antara lain adalah Pterigium bisa terjadi pada laki-laki dua
paparan ultraviolet, mikro trauma kronis pada kali lebih banyak dibandingkan wanita. Kejadian
mata, infeksi mikroba atau virus. Selain itu berulang lebih sering pada umur muda daripada
beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal umur tua. Jarang sekali orang menderita
film baik secara kuantitas maupun kualitas, pterigium umurnya di bawah 20 tahun.
konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin A Terjadinya pterigium sangat
juga berpotensi timbulnya pterigium. 1,2 berhubungan erat dengan paparan sinar
Selain itu ada juga yang mengatakan matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh
bahwa etiologi pterigium merupakan suatu udara yang kering, inflamasi, dan paparan
Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 20
Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri

terhadap angin dan debu atau iritan yang lain. Seorang Wanita, Ny. R, 67 tahun, datang
UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor ke Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi
supressor gene p53 yang terdapat pada stem sel Lampung dengan keluhan penglihatan mata kiri
basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin terasa mengganjal, Keluhan ini dirasakan sejak +
seperti TGF-β dan VEGF (vascular endothelial 6 bulan yang lalu. Namun keluhan dirasakan
growth factor) menyebabkan regulasi semakin lama semakin berat dan mengganggu
kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis. aktivitas pasien.
Akibatnya terjadi perubahan degenerasi Awalnya pasien mengeluhkan mata
kolagen dan terlihat jaringan subepitelial sebelah kiri terasa perih, gatal, kemerahan,
fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva namun sejak 3 bulan yang lalu, pandangan mata
mengalami degenerasi elastoid (degenerasi kiri mulai terasa kabur. Pasien tidak pernah
basofilik) dan proliferasi jaringan granulasi mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansi Anggota keluarga lain pun tidak ada yang
propia yang akhirnya menembus kornea. memiliki keluhan serupa seperti pasien.
Kerusakan kornea terdapat pada lapisan Pada pemeriksaan Status Generalis,
membran Bowman yang disebabkan oleh didapatkan: Keadaan umum baik, Kesadaran
pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering compos mentis, Nadi : 84x/menit, RR :
disertai dengan inflamasi ringan. Kerusakan 24x/menit, Suhu : 36,6 ° C, TD : 120/80 mmHg,
membran Bowman ini akan mengeluarkan Sistem Kardiovaskular dalam batas normal,
substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan sistem respirasi dalam batas normal, Kulit dalam
pterigium. Epitel dapat normal, tebal atau tipis batas normal, ekstremitas dalam batas normal.
dan kadang terjadi displasia. Pada pemeriksaan oftalmologi, VOD :
Limbal stem cell adalah sumber 6/60, VOS 1/60. Pada mata kiri ditemukan
regenerasi epitel kornea. Pada keadaan selaput berbentuk segitiga dari arah nasal
defisiensi limbal stem cell, terjadi mencapai pupil berwarna putih kemerahan,
konjungtivalisasi pada permukaan kornea. tidak ditemukan adanya injeksi konjungtiva
Gejala dari defisiensi limbal adalah ataupun injeksi siliar, didapatkan kornea jernih,
pertumbuhan konjungtiva ke kornea, kamera okuli anterior bening dengan kedalaman
vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan cukup,iris berwarna coklat, pupil bulat, lensa
membran basement dan pertumbuhan jaringan jernih dan sistem kanalis lakrimalis dalam batas
fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada normal.
pterigium dan oleh karena itu banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa pterigium merupakan Pembahasan
manifestasi dari defisiensi atau disfungsi Konjungtiva merupakan membran
localized interpalpebral limbal stem cell. mukosa yang transparan dan tipis yang
Pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik membungkus permukaan posterior kelopak
dari kolagen serta proliferasi fibrovaskuler yang mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
ditutupi oleh epitel. anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Pada pemeriksaan histopatologi daerah Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada
kolagen abnormal yang mengalami degenerasi tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan)
elastolik tersebut ditemukan basofilia dengan dan dengan epitel kornea dilimbus. Sedangkan
menggunakan pewarnaan hematoxylin dan Pterigium berasal dari bahasa Yunani yaitu
eosin, Pemusnahan lapisan Bowman oleh “Pteron” yang artinya sayap (wing). Pterigium
jaringan fibrovascular sangat khas. Epitel didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan
diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin fibrovaskuler pada konjungtiva dan tumbuh
acanthotic, hiperkeratotik, atau bahkan menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya
displastik dan sering menunjukkan area bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk
hiperplasia dari sel goblet. segitiga dengan kepala/apex menghadap ke
sentral kornea dan basis menghadap lipatan
Kasus semilunar pada cantus.

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 21


Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri

Gambar 1. Pemeriksaan Fisik Mata Kiri pasien

Prevalensi kejadian pterigium akan 3) Derajat III : jika pterigium sudah melebihi
meningkat dengan umur, terutama dekade ke 2 derajat II tetapi tidak melebihi pinggiran
dan 3 kehidupan. Insiden tinggi pada umur pupil mata dalam keadaan cahaya normal
antara 20-49 tahun. Pterigium rekuren sering (diameter pupil sekitar 3-4 mm).
terjadi pada umur muda dibandingkan dengan 4) Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium
umur tua. Laki-laki 4 kali lebih berisiko daripada sudah melewati pupil sehingga mengganggu
perempuan dan berhubungan dengan merokok, penglihatan.
pendidikan rendah dan riwayat paparan Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterigium
lingkungan di luar rumah.4 dibagi menjadi yaitu:
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan 1) Pterigium progresif : tebal dan vaskular
fisik maka didapatkan diagnosis pasien yaitu dengan beberapa infiltrat di kornea di
Pterigium Nasalis derajat IV pada mata kiri. depan kepala pterigium (disebut cap dari
Dengan diagnosis banding Pterigium Grade III; pterigium)
Pseudopterigium dan; Pinguecula. 2) Pterigium regresif : tipis, atrofi, sedikit
Diagnosis dapat ditegakkan tanpa harus vaskular. Akhirnya menjadi bentuk
dilakukan pemeriksaan lanjut. Bila dari hasil membran, tetapi tidak pernah hilang.
anamnesis didapatkan faktor risiko dan paparan
yang mendukung terjadinya pterigium serta Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah
pemeriksaan fisik mendapatkan gambaran episklera di pterigium dan harus diperiksa
selaput putih pada kornea, maka sudah dapat dengan slit lamp pterigium dibagi 3 yaitu:
didiagnosis pterigium.6,7 1) T1 (atrofi) : pembuluh darah episkleral jelas
Berdasarkan stadium pterigium dibagi terlihat
menjadi 4 derajat yaitu: 2) T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral
1) Derajat I : jika pterigium hanya terbatas pada sebagian terlihat
limbus kornea 3) T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah tidak
2) Derajat II : jika pterigium sudah melewati jelas. 6,7
limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih
dari 2 mm melewati kornea.

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 22


Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri

Gambar 2. Stadium Pterigium.6

Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan keluhan pasien seperti mata merah, gatal, mata
bahkan sering tanpa keluhan sama sekali. sering berair, ganguan penglihatan. Selain itu
Beberapa keluhan yang sering dialami pasien perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata
seperti mata sering berair dan tampak merah, merah berulang, riwayat banyak bekerja di luar
merasa seperti ada benda asing, dapat timbul ruangan pada daerah dengan pajanan sinar
astigmatisme akibat kornea tertarik, pada mathari yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan
pterigium lanjut stadium 3 dan 4 dapat riwayat trauma sebelumnya.
menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam Pada Pemeriksaan fisik mata, inspeksi
penglihatan menurun. Pterigium memiliki tiga pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular
bagian : pada permukaan konjuntiva. Pterigium dapat
a. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, memberikan gambaran yang vaskular dan tebal
terdiri atas zona abu-abu pada kornea tetapi ada juga pterigium yang avaskuler dan
yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. flat. Perigium paling sering ditemukan pada
Area ini menginvasi dan menghancurkan konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea
lapisan Bowman pada kornea. Garis zat nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterigium
besi (iron line/Stocker’s line) dapat dilihat pada daerah temporal. Pemeriksaan tambahan
pada bagian anterior kepala. Area ini juga yang dapat dilakukan pada pterigium adalah
merupakan area kornea yang kering. topografi kornea untuk menilai seberapa besar
b. Bagian whitish.Terletak langsung setelah komplikasi berupa astigmatisme ireguler yang
cap, merupakan sebuah lapisan vesikuler disebabkan oleh pterigium.
tipis yang menginvasi kornea seperti Pada pasien ini didapatkan mata sebelah
halnya kepala. kiri terasa perih, gatal, kemerahan dan terasa
c. Bagian badan atau ekor, merupakan mengganjal dan semakin lama pandangan
bagian yang mobile (dapat bergerak), menjadi kabur dan pemeriksaan fisik pada mata
lembut, merupakan area vesikuler pada kiri ditemukan selaput berbentuk segitiga dari
konjungtiva bulbi dan merupakan area arah nasal mencapai pupil berwarna putih
paling ujung. Badan ini menjadi tanda kemerahan menandakan bahwa pterigium pada
khas yang paling penting untuk pasien ini telah memasuki grade IV .7
dilakukannya koreksi pembedahan. 6 Diagnosis banding pterigium adalah
pinguekula dan pseudopterigium. Pinguekula
Penegakan diagnosis pada pterigium merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi
umumnya pada anamnnesis didapatkan adanya yang ditemukan pada orangtua, terutama yang

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 23


Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri

matanya sering mendapatkan rangsangan sinar penyembuhan tukak kornea, sehingga


matahari, debu, dan angin panas. Yang konjungtiva menutupi kornea. Pseudopterigium
membedakan pterigium dengan pinguekula juga sering dilaporkan sebagai dampak sekunder
adalah bentuk nodul, terdiri atas jaringan penyakit peradangan pada
hyaline dan jaringan elastic kuning, jarang kornea.Pseudopterigium dapat ditemukan
bertumbuh besar, tetapi sering meradang. dibagian apapun pada kornea dan biasanya
Pseudopterigium merupakan perlekatan berbentuk oblieq. Sedangkan pterigium
konjungtiva dengan kornea yang cacat.Sering ditemukan secara horizontal pada posisi jam 3
pseudopterigium ini terjadi pada proses atau jam 9.

Gambar 3. Pinguekula.6

Gambar 4. Pseudopterigium.6

Pengobatan definitif pada pasien dengan juga diberikan pengobatan secara


pterigium grade IV adalah dengan melakukan medikamentosa yaitu obat tetes mata
tindakan operasi.8 Indikasi Operasi pterigium kombinasi antibiotic dan steroid 2-3 tetes 3 kali
yaitu: (1)Pterigium yang menjalar ke kornea sehari serta lubrikan/airmata buatan/topical
sampai lebih 3 mm dari limbus, (2)Pterigium lubricating drops 1-2 tetes/4jam.9,10
mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus Untuk pasien direncanakan operasi
dan tepi pupil, (3)Pterigium yang sering seminggu kemudian. Tidak ada medikamentosa
memberikan keluhan mata merah, berair dan spesifik untuk pterigium. Pada pengobatan
silau karena astigmatismus, dan (4) Kosmetika medikamentosa didasarkan untuk mengurangi
terutama untuk penderita wanita. gejala yang muncul, sehingga diberikan obat
Pasien tidak dirawat inap, pasien antiinflamasi dan antibiotik jika diperlukan.
melakukan rawat jalan sampai menunggu Tujuan pengobatan medikamentosa adalah
jadwal operasi. Pasien diminta untuk mulai untuk mengurangi peradangan, sedangkan
menggunakan kaca mata berwarna hitam tindakan bedah dilakukan pada pterigium yang
apabila beraktivitas di luar rumah untuk melebihi derajat 2. Tindakan bedah pada pasien
melindungi mata dari paparan sinar ultraviolet, ini dilakukan pada mata kiri karena visus mata
debu maupun udara kering. Selain itu pasien kiri pasien telah terganggu dan pterigium sudah
Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 24
Dwi Jayanti Tri Lestari, Dian Revita Sari, Paulus Dwi Mahdi & Rani Himayani| Pterigium Derajat IV pada Pasien Geriatri

menutupi aksis optikal (grade IV).11-13 anamnesa positif terhadap faktor risiko dan
Simpulan paparan serta pemeriksaan fisik yang cukup
Pterigium ialah pertumbuhan untuk membuat suatu diagnosa pterigium.
fibrovaskular konjungtiva yang bersifat Pengobatan definitif pada pasien dengan
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan terdapat pterigium grade IV adalah dengan melakukan
pada celah kelopak bagian nasal ataupun tindakan operasi. Tidak ada pengobatan
temporal konjungtiva yang meluas ke daerah medikamentosa yang spesifik untuk pterigium.
kornea. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan

Daftar Pustaka
1. Voughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi
Ke-17. Jakarta : EGC. 2010. Ophtalmology. 2010;12(2):1-3
2. Liang QF, Xu L, Jin XY, You QS, Yang XH, Cui 10. Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss,
TT. Epidemiology of Pterygium in Aged Rural Jayne S. Clinical Approach to Depositions
Population of Beijing, China. Chinese Medical and Degenerations of the Conjungtiva,
Journal. 2012; 14(4):2-5. Cornea, and Sclera. In: External Disease and
3. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Cornea. San Fransisco : American Academy
Edisi Pertama. Bagian Ilmi Penyakit Mata FK of Ophtalmology. 2008.hlm.8-13.
UGM: Yogyakarta.2005. 11. Chandra DW. Effectiveness of
4. Laszuarni. Prevalensi Pterigium di Kabupaten subconjunctival mitomycin-C compared
Langkat [Tesis]. Medan; Universitas with subconjunctival triamcinolon
Sumatera Utara; 2009. acetonide on the recurrence of progresive
5. Lang, Gerhad K. Conjungtiva. In : primary pterygium which underwent Mc
Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. New Reynolds method. Berkala llmu
York : Thieme Stutgart. 2000 Kedokteran.2007;39(4):186-91
6. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 12. Gazzard G, Saw S-M, Farook M, Koh D,
2008. Jakarta: FK UI. Wijaya D. Pterygium in Indonesia:
7. Efstathios T. Pathogenetic Mechanism and prevalence, severity and risk factors. British
Treatment Options for Ophthalmic Journal of Ophthalmology. 2002; 86(12):
Pterygium: Trends and Perspectives 1341–6.
(Review). International Journal of Melecular 13. Sharma KA, Wali V, Pandita A. Cornea
Medicine. 2009;13(2):1-10. Conjungtival Auto Grafting in Pterigium
8. Jerome PF. Pterygium. E-medicine Journal. Surgery. Postgraduate Department of
2011;12(4):1-3. Opthalmology, Govt. Medical College,
9. Solomon A.S. Pterygium. British Journal Jammu. 2004;12(1):1-3.

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 25

Anda mungkin juga menyukai