Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehubungan dengan kelemahan teori behavioristik yang telah dikemukakan
sebelumnya, banyak para ahli dan pemikir pendidkan yang kurang puas terhadap
ungkapan para behavioris bahwa belajar hanya sekedar hubungan antara stimulus dan
respon. Menurut mereka perilaku seseorang selalu didasari oleh kognitif, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana perilaku itu terjadi. Istilah kognitif
sendiri walau banyak dipopulerkan oleh Piagnet dengan teori perkembangan
kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan oleh Wilhelm Wundt (Bapak Psikologi).
Menurut Wundt kognitif adalah sebuah proses aktif dan kreatif yang bertujuan
membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran
adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan dalam
memori (DiVesta, 198-).
Akibat kuatnya pengaruh behavioristik pada dunia pembelajaran,
perubahan dari behavioristik ke kognitivisme bukanlah perubahan yang linier, lurus
dan serta merta. Terjadi apa yang disebut dengan revolusi kognitif. Revolusi kognitif
(cognitive revolusion), adalah nama gerakan intelektual yang terjadi pada tahun 1950-
an. Saat itu terjadi komunikasi dan riset antardisiplin yang intensif, yang esensinya
tidak menyetujui penerapan konsep behavioristik yang mengabaikan proses mental
atau piiran itu. Komunikasi intens itumelibatkan sejumlah ahli psikologi, antropologi
dan linguistik. Revolusi kognitif mencapai puncaknya pada tahun 1980 an. Dengan
publikasi-publikasi dengan sejumlah filosofis antara lain Dannil Dannet dan ahli-ahli
kecerdasan buatan (artificial intelligence) seperti Douglas Hofstdter.
Ada lima landasan pokok yng melandasi revolusi kognitif ini seperti
dinyatakan oleh Steven Pinker (2002), yaitu 1) Dunia mental (pikiran)dapat dibumikan
pada dunia fisis melalui konsep-konsep tentang informasi, komputasi dan umpan
balik. 2) Pikiran tidak mungkin seperti papan tulis kosong karena papan tulis kosong
tidak dapat berbuat apa-apa. 3) Suatu rentang yang tidak terbatas menyangkut
perilaku dapat dibangkitkan oleh program-program gabungan tertentu didalam
pikiran. 4) Mekanisme mental universal dapat menjadi dasar timbulnya berbagai
macam variasi tindakan lintas budaya. 5) Pikiran adalah suatu sistem kompleks yang
tersusun dari bagian-bagian yang saling berinteraksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian teori belajar kognitivisme?
2. Apa tujuan pembelajaran teori kognitivisme ?
3. Apa saja teori-teori belajar berbasis kognitivisme ?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian teori belajar kognitivisme.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan teori kognitivisme dalam pembelajaran.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja teori-teori belajar berbasis
kognitivisme.

Anda mungkin juga menyukai