Anda di halaman 1dari 9

Nama : Amaliya Mata’ul Hayah

NIM : 11171030000053

Kasus DTK Mikrobiologi

A. Data anamnesis yang diperlukan:


 Kronologis kejadian apa yang menyebabkan mata menjadi merah?
 Berenang/ kontak dengan air tergenang: kemungkinan infeksi parasite
 Trauma: Dapat dipikirkan infeksi jamur
 Riwayat kontak alat dan mata (misalnya menggunakan kontak lensa):
Kemungkinan konjungtivits baktrial/ viral
 Terpapar zat yang dapat dicurigai allergen (Ditambah dengan riwayat
alergi sebelumnya): Kemungkinan alergi
 Apa ada sekret yang keluar? Jika ada, bagaimana karakteristik sekretnya?
Warna sekret dapat mengarahkan kemungkinan infeksi mikroorganisme lebih
jelas:
 Warna hijau: kemungkinan infeksi bakteri
 Sekret berwarna bening: kemungkinan infeksi virus
 Sekret mukopurulen: N. gonorrheae
 Apakah pernah mengalami kejadian yang sama?
Beberapa penyakit dengan keluhan mata merah seperti keratitis dan konjungtivitis
dapat bersifat berulang.
 Apakah ada keluhan mata buram (Tajam penglihatan menurun)?
Keluhan mata buram mengindikasikan adanya gangguan pada organ refraksi
(misalnya kornea: keratitis). Pertanyaan ini untuk menegakkan jenis kelainan
mata merah disertai penurunan visus atau tidak, contoh penyakit mata merah visus
tetap adalah blefaritis, konjungtivitis, episkleritis.
 Apakah ada rasa mengganjal pada mata?
Rasa mengganjal pada mata dapat timbul pada erosi kornes, blefaritis, adanya
papil, atau pun folikel pada konjungtiva,
 Riwayat Herpes Zoster (lesi berkelompok pada kulit)?
Memperkirakan kemungkinan herpes zoster ophtalmicus.
 Apakah adanya riwayat yang sama dalam keluarga?
Dalam kasus infeksi, penting untuk mengetahui adakah kemungkinan transmisi
dari orang-orang di sekitarnya, (terutama keluarga), dan pada kasus alergi, dapat
sebagai faktor predisposisi.

B. Hasil pemeriksaan fisik


 Injeksi Konjungtiva (+)
 Konjungtiva Hiperemis,
 Terdapat folikel pada konjungtiva pasien

C. Mengapa dapat terjadi kelainan seperti pf?


Injeksi Konjungtiva (+) dan konjungtiva hiperemis terjadi sebagai akbiat dari pelepasan
mediator inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
Folikel timbul disebabkan pembelahan limfosit immature pada subepithelial germinal
center. Merupakan tanda infeksi yang mengarahkan ke infeksi virus, chlamydia dan tanda
hipersensitivitas pada medikamentosa topical tertentu.

D. Pemeriksaan Mikro apa yang diperlukan


 Pemeriksaan Uji Fluoresen : Untuk melihat erosi kornea
 Scrap Konjungtiva & Swab Konjungtiva
 Pewarnaan gram (sifat gram, morfologi) pada swab konjungtiva
 Pewarnaan giemsa pada swab konjungtiva
 Pewarnaan KOH pada swab konjungtiva
 Uji kepekaan antibiotic: pada infeksi bakteri yang terbukti

E. Bagaimana cara sampling dan sistem transport? Mengapa?


Dilakukan swab konjungtiva pada konjungtiva inferior pasien dengan cotton bud
yang ada pada medium transport UTM (Universal Transported Media). Scrap
Konjungtiva hanya dilakukan oleh dokter spesialis mata. Selama pengiriman, specimen
perlu disimpan dalam container beku secepat mungkin pada suhu -60 oC (es kering) atau
-180oC (nitrogen cair).
Media kultur yang digunakan bergantung pada arah infeksi, pada infeksi jamur
media kulutur yang digunakan adalah sabaroud dextrose agar, sementara pada infeksi
yang mengarah ke bakteri, media kulturnya adalah agar darah dan agar coklat. Untuk
inokulasi selama 24 jam, spesimen perlu berada pada suhu 4oC.

F. Apa yang didapatkan dari hasil warna giemsa?


Badan inklusi Halber Statter-Prowazeck di dalam
sel epitel konjungtiva yang bersifat basophil granul &
terdapat > 1 badan inklusi dalam satu sel.

G. Apakah harus selalu diwarnai giemsa? Mengapa?


Zat warna giemsa digunakan untuk mewarnai jaringan dan digunakan untuk mewarnai
badan inklusi pada infeksi Chlamydia trachomatis.
Pewarnaan Giemsa mewarnai sel leukosit yang dapat berguna dalam menentukan onset
infeksi (akut/kronik), hitung jenis, dan jenis infeksi (virus/bakteri/parasite)
A. Uraikan hasil otoskopi yang didapat!
Otoskopi telinga kiri:
 Sekret purulent (+) Hifa (+).
 Membran timpani tidak dapat dinilai (tertutup sekret)

B. Identifikasi mikroba penyebab!


Dengan hasil otoskopi tampak hifa, kemungkinan mikroba penyebab adalah spesies
jamur (otomikosis)..

C. Bagaimana cara pengambilan dan pengiriman specimen?


Cara oengambilan specimen adalah dnegan melakukan swab telinga pada sekret dan
bagian yang tampak hifa di meatus acusticus externus, kemudian specimen sperlu segera
dikirim dnegan maksimal pengiriman 2 jam. Specimen perlu disimpan dalam suhu 4oC.

D. Sebut dan Jelaskan berbagai uji mikrobiologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi spesies!
 Uji mikrobiologi:
o Pewarnaan KOH atau PAS atau LPCB: untuk menilai morfologi dari
spesiem jamur yang menginfeksi
 Kultur mikroorganisme pada sabaroud dextrose agar: gambaran kehitaman
menunjukan spesies jamur Aspergillus sp.

E. Bagaimana pathogenesis dan terapi yang diberikan?


 Pathogenesis:
o Spora dari jamur masuk ke telinga (karena higenitas yang kurang baik) 
Spora berubah menjadi hifa  memicu respon inflamasi pelepasan
mediator inflamasi (histamine) gatal pada telinga
 Terapi:
o Cuci telinga menggunakan H2O2 3% atau larutan asam asetat 2% dalam
alkohol,
o obat anti jamur topical (salep) :nistatin dan klotrimazol.

A. Apakah spesimen yang dikirim ke lab mikrobiologi?


Swab kornea

B. Bagaimana teknik mengambil spesimennya?


 Pasien diberikan anastesi (proparacaine)
 Swab pada bagian ulkus kornea dengan menggunakan cotton bud
 Spesimen diletakkan di agar (nutrient agar atau agar darah) untuk kultur

C. Pemeriksaan apa saja yang diminta?


 Uji fluorescein
 Oftalmoskopi (menilai retina pada penderita DM)
 Pewarnaan gram
 Kultur mikroorganisme
 Uji Resistensi dan Sensitivitas antibiotic

D. Apakah spesies yang paling mungkin? Jelaskan Jawaban Anda!


Pseudomonas sp, karena pada hasil kultur didapatkan: pada nutrient agar terdapat koloni
berwana hijau dengan pewarnaan gram nampak bakteri gram negative berbentuk basil

E. Jelaskan Patogenesis yang mungkin terjadi!


Pasien DM: penurunan fungsi imun  rentan terhadap infeksi  Pseudomonas sp.
menempel pada sel epitel kornea  melepaskan toksin dan menginvasi sel tubuh sel
epitel kornea rusak terjadi inflamasi (keratitis) mengganggu jalur refraksi cahaya
penurunan penglihatan (buram)

A. Anamnesis yang penting ditanyakan pada ibu? Jelaskan alasannya!


 Apakah adanya riwayat keluar nana (sekret mukopurulen), berbau, gatal, dan
terkadang nyeri kemaluan ketika mengandung dan saat melahirkan?
 Apakah suami pernah memiliki keluhan kencing nanah?
 Adakah riwayat berganti partner seksual?
 Apakah suami memiliki riwayat berganti pasangan seksual?
 Bagaimana cara melahirkan anaknya (pervaginam?CS?)?
Pertanyaan terkait penyakit menular seksual, terutama gonore selama kehamilan dan
melahirkan perlu ditanyakan karena adanya kemungkinan anak terinfeksi gonore
(Oftalmia neonatorum) dengan transmisi akibat kelahiran pervaginam (jalur lahir).

B. Bagaimana pengambilan spesimen dan sistem transportnya?


Swab konjungtiva pada bagian sekret, kemudian menggunakan media transport Amies.
Kultur dan inkubasi perlu diperhatikan karen bakteri bersifat anaerob pengiriman.

C. Apakah fase infeksi yang terjadi? Jelaskan!


Pasien mendeita konjungtivitis gonore infantum (pasien berusia 10 hari) dan sedang
berada dalam masa supuratif yaitu pengeluaran sekret mukopurulen dan ditemui rsepon
inflamasi, mata merah, dan berair. Masa inkubasi terjadi pada 12 jam pertama sampai 5
hari pasien.

D. Apakah media spesifik yang digunakan dan mengapa harus spesifik?


Media spesifik kultu adalah Agar coklat atau Agar Mueller Hinto. Hal ini dibutuhkan
karena Neisseria gonorrhoeae merupakan fastidious bacteria dan membutuhkan nutrisi
tinggi.

Sumber referensi:

1. Rijal N. Giemsa Stain: Principle, Procedure and Results. Accessed from


microbeonline.com
2. Calgary Laboratory Services. Critical Eye Specimen Collection. Accessed from
calgarylabservices.com
3. Ilyas S & Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata, 4th ed. Badan Penerbit FKUI; 2012.
4. Bowling, B. Kanski’s Clinical Opthalmology 8th Edition.2016. Elsevier: USA.
5. Soepardi EA, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher, 7th ed. Badan Penerbit FKUI 2017.
6. McGowan KL. Chapter 114: Specimen Collection, Transport, and Processing:
Mycology. Accessed from asmscience.org
7. Dart JKG and Seal DV. Pathogenesis and Therapy of Pseudomonas aeruginosa
Keratitis. Journal Eye London (1988).
8. The College of Optometrists. Opthalmia neonatorum. Accessed from college-
optometrists.org.
9. Armour P, et al. Transportation of Specimens for Neisseria gonorrhoeae Culture.
Accessed from aphl.org published in 2014.

Anda mungkin juga menyukai