Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu penambangan akan dapat menggunakan metode tambang
terbuka ataupun tambang bawah tanah, dari kedua metode tersebut dalam
melakukan pembongkaran bahan galian ataupun over burden dapat dilakukan
peledakan, karena agar lebih efisien waktu sehingga dapat memproduksi bahan
galian sesuai dengan target produksi yang ditentukan.
Dalam suatu kegiatan peledakan perlu diperhitkan faktor keamanan baik
pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, namun yang paling riskan
terjadinya kecelakaan dalam peledakan adalah tambang bawah tanah karena
dalam melakukan peledakan tambang bawah tanah lebih banyak yang harus
diperhatikan yaitu dari kekuatan lubang bukaan, bidang bebas dan faktor yang
lainnya.
Pada suatu peledakan di tambang bawah tanah bidang bebas hanya 1
berbeda dengan tambang terbuka dimana bidang bebasnya ada 2 sehingg pada
tambang bawah tanah perlu dibuat bidang bebas yang disebut dengan cut hole,
serta pada tambang bawah tanah peledakan dilakukan harus memperhatikan
kekuatan lubang bukaan dimana hasil dari peledakan yang berupa getaran tidak
akan membuat lubang bukaan ambruk dari hal tersebut perhitungan dalam
menentukan geometri peledakan serta lainnya dapat dilakukan menggunakan
metode swedish sehingga akan mengurangi dampak kecelakaan, dan juga dapat
mencapai target produksi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini untuk mengetahui serta dapat memperhatikan
faktor dalam teknik peledakan serta geometri peledakan
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum peledakan ini yaitu sebagai
berikut:

1
2

1. Dapat mengetahui cara penentuan geometri peledakan tambang bawah


tanah menggunakan metode Swedish.
2. Agar dapat mengetahui cara penentuan system perangkain peledakan
dalam tambang bawah tanah.
3. Agar dapat menentukan fragmentasi dari hasil peledakan.

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan
Pada dasarnya tambang bawah tanah merupakan suatu meotde
penambangan dimana penambangan tersebut dilakuakn dibawah permuakaan
tanah, akibat dilakuakan dibawah permukaan tanah maka dalam
pelaksanaannya pun metode penambangan ini tidak berhubungan langsung oleh
udara bebas. Damapak dari tidak berhubungan langsung dengan udara bebas
maka tingkat resiko yang ada pada metode penambangan ini pun cukup besar
dibandingkan dengan penambangan Surface. Dalam tambang bawah tanah ini
salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan tambang bawah tanah yaitu
tunnel atau terowongan dimana terowongan disini digunakan untuk membuat
suatu kemajuan tambang untuk menuju pada lokasi suatu bahan galian berada.
Dalam tambang bawah tanah sedniri terdapat beberapa istilah untuk
setuap bengtukan terowongan yang memiliki fungsi masing – masing.
Diantaranya yaitu shaft. Shaft disini merupakan suatu terowongan ataupun
lubang bukaan dimana pada shaft disini dibuat secara vertikal ataupun dibuat
dengan kondisi miring. Pada dasarnya shaft disini memiliki fungsi untuk
menghubungkan lubang bawah tanah dengan permukaan bumi, selain itu fungsi
lain dari shaft terseut ialah sebagai jalan keluar dan juga jalur masuknya
petugas. Selain shaft terdapat juga tunnel dimana tunnel disini merupakan suatu
lubang bukaan dimana memiliki kondisi yang relatif datar ataupun hampir
mendatar dimana pada tunnel ini merupakan terowongan yang menembus
sebuah bukit ataupun gunung. Berbeda halnya dengan adit, adit merupakan
sebuah terowongan ataupun lubang bukaan dimana adit sendiri memiliki kondisi
sebuah terowongan yang tidak menembus sebuah bukit ataupun sebuah
gunung, sehingga adit sendiri hanya mencapai suatu bahan galian saja tanpa
menembus gunung ataupun bukit. Dalam tambang bawah tanah juga terdapat
drift dimnana drift disini merupakan sebuah lubang bukaan ataupun terowongan
yang dibuat dekat dengan bahan galian yang dituju pada suatu metode
penambangan bawah tanah.

3
4

Sumber : Ghazali, 2016


Gambar 2.1
Tambang Bawah Tanah

2.2 Geometri Peledakan Underground Blasting


Geometri peledakan merupakan sebuah cara ataupun metode dalam
peledakan yang digunakan untuk memperhitungkan kegiatan peledakan yang
akan dilakukan, dimana pada dasarnya geometri peledakan ditujukan untuk
mengontrol dan juga memprediksikan proses peledakan dimana hal ini dilakukan
untutk menjaga agar proses peledakan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Para ahli telah menguji perhitungan geometri ini, dimana pendapat para ahli ini
telah banyak dikemukakan di dunia diantaranya, Anderson (1952), R.L. Ash
(1963), Konya (1972), Langefors (1978), Foldesi (1980) Olofsson (1990), dan
juga Rustan (1990).
Dalam memtunkan geometri suatu perledakan haruslah diperhitungkan
terlebih dahulu dengan baik dan benar agar didapatkan sebuah hasil dari
peledakan yang optimal. Dimana geometri itu deniri merupakan salah satu faktor
yang sanagt penting dalam kegiatan peledakan dimana dalam penentuan
geometri peledakan tersebut dapat ditentukan berdasarkan dari target ataupun
juga kebutuhan produksi. Selain itu faktor – faktor yang penting untuk di
perhatikan ialah sebagai berikut ini :
1. Kondisi formasi batuan yang tedapat dilapangan
2. Besar dari diameter lubang bor yang dipergunakan
3. Jarak antara burden dan juga spasi yang dipergunakan
4. Jenis dari bahan peledak yang dipergunakan.
Dalam peledakan yangd ilakukan pada tambang bawah tanah terdapat
perbedaan dalam segi tujuan dilakukannya sebuah peledakan. Dimana dalam

3
5

peledakan yang dilakukan pada permukaan bertujuan unutk mendapatkan


ataupun membuat jenjang sedangkan dalam peledakan yang dilakukan pada
bawah tanah bertujuan untuk membuat kemajuan dari tambang bawah tanah
tersebut. selain itu dalam tambang bawah tanah perbedaan utama dengan
tambang terbuka yaitu arah ledak yang dituju. Pada tamabg terbuka arah
ledakan lebih mengarah pada satu bidang bebas, sednagkan pada tambang
bawah tanah peledakan dilakukan dengan mengarahkan pada satu bidang
bebas yang dibuat empty hole. Dalam peledakan yang dilakukan pada tambang
bawah tanah sendiri terdapat beberapa jenis geometri yang digolongkan sesuai
dengan desain yang digunakan dalam tambang bawah tanah tersebut.
2.2.1 Guidelines
Merupakan desain dari geometri peledakan tambang bawah tanah yang
mana pada jenis geometri peledakan ini dalam proses perancangannya terdiri
atas floor hole, wall hole, stoping hole, dan juga roof hole. Dalam geometri
seperti ini mengacu terhadap danyak dan juga besarnya diameter empty hole
yang memiliki fungsi sebagai bidang bebas.

Sumber : documents.tips
Gambar 2.2
Bagian – Bagian Lubang Tambang Bawah Tanah
2.2.2. Empety Hole
Merupakan desain dari geometri peledakan tambang bawah tanah yang
mana dilakukan dengan cara pemilihan diameter yang ditententukan tergantung
oleh tingkat dari kemajuan terowongan sesuai dengan kebutuhan. Yang mana
jika semakin besar kemajuan terowongan yang akan dibuat makan akan semakin
besar pula diameter lubang yang digunakan. Dan begitu pula sebaliknya.

3
6

D = d√ n.................................................. (2.1)
Dimana` :
D : Besar Diamater khayal
d : Diameter Empety Hole
n : Jumlah Lubang
Pada proses penghitungan burden yang terletak pada kotak pertama
apabila menggunakan empety hole maka untuk penggunaan diamternya ialah
menggunakan diamter empety hole itu sendiri, tetapai apabila penggunaannya
lebih dari satu empety hole maka diameter yang digunakan ialah diameter
khayal.
2.2.3 Cut hole
Dalam suatu keberhasilan dalam suatu keguatan peledakan sanagtla
dipengearuhi oelh cut hole. Dimana cut hoel perlu diperhitungkan untuk
mendapatkan hasil dari peledakan yang optimal. Biasanaya dalam cut hole
lubang ledak dengan empty hole memiliki < 1,5 kali diameter empty hole.
1. Desain Square I
Penentuan posisi lubang ledak dari kotak awal dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut.
a1 = 1,5 D.................................................(2.2)
W1 = d √ 2 ................................................(2.3)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (mm)
D = diameter imajiner/khayal (mm)
W = jarak lubang ledak yang satu dengan yang lainnya (mm)
Parameter perhitungan dalam menentukan jumlah bahan peledak (Q)
serta konsentrasi pengisian bahan peledak, perhitungannya yaitu:
(ho) = a........................................................(2.4)
Q = lc (H – ho)...........................................(2.5)
Dimana:
Q = jumlah pengisian bahan peledak (kg)
Ic = konsentrasi pengisian dari bahan peledak (kg/m)
H = kedalaman dari lubang ledak (m)

3
7

2. Desian Square II
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak kedua dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B1 = W1....................................................(2.6)
a2 = 1,5 W1..............................................(2.7)
W2 = 1,5 W1 √ 2 .......................................(2.8)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak
(m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Untuk penentuan Q dan L pada kotak kedua dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
(ho) = 0,5 x B..............................................(2.9)
Q = lc (H – ho).......................................(2.10)
Dimana:
Q = jumlah dari pengisian bahan peledak (kg)
lc = konsentrasi dari pengisian bahan peledak (kg/m)
H = kealaman pada lubang ledak (m)
3. Desain Square III
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak ketiga dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B2 = W2..................................................(2.11)
A3 = 1,5 W2............................................(2.12)
W3 = 1,5 W2 √ 2 .....................................(2.13)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Penentuan nilai Q dan L sama dengan kotak kedua.
4. Desain Square IV
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak keempat dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B3 = W3..................................................(2.14)

3
8

A4 = 1,5 W3............................................(2.15)
W4 = 1,5 W3 √ 2 .....................................(2.16)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Apabila pada jarak antara lubang ledak terlalu besar dari burden (B)
dimana berdasarkan rumus tersebut akan sama dengan W. Hal tersebut akan
diperoleh cut holes yang lebih besar dibandingkan dengan burden yang terdapat
pada stoping, maka dari itu burden yang terdapat pada cut holes dan juga dari
perhitungan pada jumlah bahan peledak yang akan digunakan harus diatur
terlebih dahulu agar didapatkan burden dan juga jumlah dari bahan peledak yang
digunakan sesuai dengan stoping holes. Dengan persamaan berikut:
hb = 1/3 H...............................................(2.17)
Qb = lb x hb..............................................(2.18)
lb = 0,5 x lb............................................(2.19)
ho = 0,5 x B............................................(2.20)
hc = H – hb – ho......................................(2.21)
Qc = lc x hc..............................................(2.22)
Qtot = Qc + Qc...........................................(2.23)
Dimana:
lb = Charge concentration bottom (kg/m)
hb = Height bottom charge (m)
Qb = bahan peledak yang digunakan bottom charge (kg)
lc = Column charge (kg/m)
hc = Height column charge (m)
Qc = bahan peledak yang digunakan pada column charge (kg)

2.2.4 Stoping Hole


Merupakan desain dari geometri peledakan tambang bawah tanah yang
dilakukan setelah adanya desai cut hole yang telah dihitung, yang mana sisa
dari geometri tunnel yang terdiri sebagai berikut ini :
1. Floor holes
2. Wall holes

3
9

3. Roof holes
4. Stoping holes
Dengan perhitungan specific charge yang merupakan perbandingan
antara jumlah handak yang digunakan dengan volume batuan yang ditargetkan
untuk diperoleh yang mana secara matematis dapat di artikan sebagai berikut ini
Berat handak
Specific Charge = .......................(2.24)
Voleme batuan yang terbatas

2.3 Fragmentasi
Fragmentasi merupakan suatu batuan ataupun ukuran batuan dari
sebuah hasil peledakan yang merupakan bagian yang tergolong sangat penting
dimana ukuran fragmentasi yang direncaakan perlu disesuaikan dengan
kemudahan yang dilakukan dalam suatu proses berikut ini :
1. Pemuatan
2. Pengangkutan
3. Pengolahan
Dan untuk mendapatkan hasil fragmentasi sesuai dengan yang
dibutuhkan beberapa hal yang dibutuhkan ialah keserasian dalam specific
charge yang digunakan denganurutan delay yang ada.
Tabel 2.1
Hubungan Specific Charge dengan Fragmentasi
Specific Charge (kg/m3) Fragmentasi
0,24 1
0,30 ½
0,40 (1/2)3
0,50 (1/2,5)3
0,60 (1/3)3
0,70 (1/4)3
0,85 (1/5)3
1,0 (1/6)3
Sumber: Persson et all.2001

3
10

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Pada tambang bawah yang akan melakukan blasting agar dapat
membuat cross cut 20 m, dimana memiliki ukuran abutment tinggi 10 m
dan lebar 8 m, panjang alat bor yang digunakan 3,5 m dengan persen
kemajuan 85%. Jenis handak yang digunakan untuk cut hole, stopping,
dan floor adalah dynamex dengan diameter 38 mm, sedangkan untuk
wall dan roof menggunakan emulate 150 in paper catridgee dengan
diameter 32 mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan handak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali peledakan yang dilakukan
c. Berapa ukuran fragmentasinya.
2. Pada tambang bawah tanah untuk pembuatan cross cut dengan
peledakan dimana panjang terowongannya 25 m, kedalaman lubang
ledak tiap peledakan 3 m dan asumsi persen kemajuan terowongan 94%.
Handak yang digunakan pada cut hole, stoping hole, dan floor hole
adalah emulate 150 in paper catridge dengan diameter 36 mm,
sedangkan handak yang digunakan pada wall dan roof adalah emulate
150 in plastic tube dengan diameter 33 mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung handak yang digunakan untuk menyeledaikan cross cut
apabila ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasinya, dan berapa kali peledakan yang
dilakukan.

3.2 Pembahasan
1. Diketahui :
Cross Cut : 20 m

10
11

Tinggi : 10 m
Lebar :8m
H : 3,5 m
% Kemajaun : 85 %
Dynamex : 38 mm
Emulate : 32 mm
Ditanyakan :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan handak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali peledakan yang dilakukan
c. Berapa ukuran fragmentasinya
Jawab :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
 Square 1
Untuk mendapatkan diameter pada square 1 maka dapat di plot pada
gambar 3.1 dimana data yang di plot adalah H dan % kemajuan.
D = d => 76 mm ( berdasarkan grafik di plot)

Gambar 3.1
Grafik Hubungan Kemajuan Tambang dengan Hole Depth
Untuk mendapatkan perhitungan a yang akan digunakan maka dapat
dilihat pada gambar 3.2

11
12

Gambar 3.2
Grafik Hubungan Jarak Lubang Ledak dengan Diameter Empty Hole
Setelah di plot pada gambar 3.2 sehingga mendapatkan rumus untuk
mencari a (jarak antar lubang)
a1 = 1,5 d
= 1,5 x 76 mm
= 114 mm
w1 = a1 √2
= 114 mm x √2
= 161,2 mm
 Square 2
b1 = w1
= 161,2 mm
a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 161,2 mm
= 241,8 mm
w2 = 1,5 W1 √2
= 1,5 x 161,2 mm √2
= 341,96 mm
 Square 3
b2 = w2
= 341,96 mm
a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 341,96 mm
= 512,94 mm

12
13

w3 = 1,5 x W2 √2
= 1,5 x 341,96 mm √2
= 725,41 mm
 Square 4
b3 = w3
= 725,41 mm
a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 725,41 mm
= 1088,12 mm
w4 = 1,5 x w3 √2
= 1,5 x 725,41 √2
= 1538,83 mm
Untuk dapat menghitung geometri yang lainnya seperti pada tabel 3.1
maka lakukan plot pada gambar 3.3 dan gambar 3.4 dimana data yang
digunakan adalah jenis handak yang digunakan sehingga mendapatkan nilai
burden dan lb.

Gambar 3.3
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak

13
14

Gambar 3.4
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak
Setelah melakukan plot maka mendapatkan nilai burden dan lb maka
dapat dimasukan pada tabel 3.1 untuk mendapatkan geometri peledakan.
Tabel 3.1
Geometri Peledakan
Height Charge Concentration
Part Of The Burden Spacing Bottom Stemming
Round (m) (m) Charge Bottom Column (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 1 1,1 0,99 1,4 1,4 0,2
0,77 0,84 0,5 0,95 0,38 0,38
Wall

Roof 0,77 0,84 0,5 0,95 0,28 0,38


Stopping
Upwards 1 1,1 1,4 1,4 0,7 0,5
Horizontal 1 1,1 1,4 1,4 0,7 0,5
Downwards 1 1,2 1,4 1,4 0,7 0,5

14
15

Gambar 3.5
Geometri Peledakan
Setelah menggambarkan geometri peledakan maka akan mendapatkan
jumlah lubang yang digunakan sehingga nantinya dapat menghitung bahan

15
16

peledak yang digunakan dalam satu kali peledaka, untuk perhitungan bahan
peledaka yang digunakan terdapat pada point b.
b. Kebutuhan bahan peledak
 Square 1
h0 =a
= 114 mm = 0,114 m
Ic = 0,24 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.6)

Gambar 3.6
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H – h0 )
= 0,24 kg/m (2,98 m – 0,114 m)
= 0,72 kg
 Square 2
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,161 m
= 0,081 m
Ic = 0,17 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.7)

Gambar 3.7
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )

16
17

= 0,17 kg/m (2,98 m – 0,081 m )


= 0,49 kg
 Square 3
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,342 m
= 0,17 m
Ic = 0,4 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.8)

Gambar 3.8
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,4 kg/m (2,98 m – 0,17 m )
= 1,12 kt
 Square 4
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,72 m
= 0,36 meter
Ic = 0,83 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.9)

Gambar 3.9
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,83 kg/m (2,98 m – 0,36 m )
= 2,17 kg

17
18

 Floor
Qb = lb x hb
= 1,4 kg/m x 0,99 m
= 1,39 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,99 m – 0,2
= 1,79 m
Qc = Ic x hc
= 1,4 kg/m x 1,79 m
= 2,51 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,39 kg + 2,51 kg
= 3,9 kg
 Wall
Qb = lb x hb
= 0,95 kg/m x 0,5 m
= 0,48 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,5 m – 0,38 m
= 2,1 m
Qc = Ic x hc
= 0,38 kg/m x 2,1 m
= 0,8 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,48 kg + 0,8 kg
= 1,28 kg
 Roof
Qb = lb x hb
= 0,95 kg/m x 0,5 m
= 0,48 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,5 m – 0,38 m
= 2,1 m
Qc = Ic x hc

18
19

= 0,28 kg/m x 2,1 m


= 0,59 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,48 kg + 0,59 kg
= 1,07 kg
 Stopping (Upwards, Downwards, dan Horizontal)
Qb = lb x hb
= 1,4 kg/m x 0,99 m
= 1,39 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,99 m – 0,5 m
= 1,49 m
Qc = Ic x hc
= 0,7 kg/m x 1,49 m
= 1,04 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,39 kg + 1,04 kg
= 2,43 kg
Square I = 0,72 kg x 4 = 2,88 kg
Square II = 0,49 kg x 4 = 1,96 kg
Square III = 1,12 kg x 4 = 4,48 kg
Square IV = 2,17kg x 4 = 8,68 kg
Floor = 3,9 kg x 6 = 23,4 kg
Wall = 1,28 kg x 22 = 28,16 kg
Roof = 1,07 kg x 21 = 22,47 kg
Stopping = 2,43 kg x 44 = 106,92 kg
198,95 kg
Luas Abutment
π r2
A = ( 8 x 10 ) m2 + ( )
2
3.14 x 4 2
= 80 m2 + ( )
2
= 105,12 m2
Volume Cross Cut

19
20

VA = Luas abutment x panjang cross cut


= 105,12 m2 x 20 m
= 2102,4 m3
VB = Luas abutment x kedalaman lubang bor
= 105,12 m2 x 2,98 m
= 447,36 m3
Kebutuhan peledakan
VA 2102,4 m 3
= = 4,7 = 5 kali peledakan
VB 447,36 m 3
c. Mencari fragmentasi
Spesific Charge (SC)
Berat bahan peledak (kg)
SC =
Volume m 3
198,92 kg/m
=
313,26 m 3
= 0,66 kg/m3
Fragmentasi = 0,0244 m3

2. Diketahui :
Cross Cut : 25 m
Tinggi :4m
Lebar :8m
H :3m
Persen Kemajaun : 94 %
Emulate paper : 36 mm
Emulate plastic tube : 33 mm
Ditanya :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut jika
ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya, dan berapa kali harus
dilakukan peledakan.
Jawab :

20
21

a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)


 Square 1
Untuk mendapatkan diameter pada square 1 maka dapat di plot
pada gambar 3.10 dimana data yang di plot adalah H dan %
kemajuan.
D = d => 102 mm ( berdasarkan grafik di plot)

Gambar 3.10
Grafik Hubungan Kemajuan Tambang dengan Hole Depth
Untuk mendapatkan perhitungan yang akan digunakan maka dapat
dilihat pada gambar 3.11

Gambar 3.11
Grafik Hubungan Jarak Lubang Ledak dengan Diameter Empty Hole
Setelah di plot pada gambar 3.11 sehingga mendapatkan rumus untuk
mencari a (jarak antar lubang)
a1 = 1,5 d
= 1,5 x 102 mm
= 153 mm

21
22

w1 = a1 √2
= 153 mm x √2
= 216,37 mm
 Square 2
b1 = w1
= 216,37 mm
a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 216,37 mm
= 324,56 mm
w2 = 1,5 W1 √2
= 1,5 x 216,37 mm √2
= 459 mm
 Square 3
b2 = w2
= 459 mm
a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 459 mm
= 688,5 mm
w3 = 1,5 x W2 √2
= 1,5 x 459 mm √2
= 973,69 mm
 Square 4
b3 = w3
= 973,69 mm
a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 973,69 mm
= 1460,54 mm
w4 = 1,5 x w3 √2
= 1,5 x 973,69 mm √2
= 2065,51 mm
Untuk dapat menghitung geometri yang lainnya seperti pada tabel 3.2
maka lakukan plot pada gambar 3.12 dan gambar 3.13 dimana data yang

22
23

digunakan adalah jenis handak yang digunakan sehingga mendapatkan nilai


burden dan lb.

Gambar 3.12
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak

Gambar 3.13
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak

23
24

Setelah melakukan plot maka mendapatkan nilai burden dan lb maka


dapat dimasukan pada tabel 3.2 untuk mendapatkan geometri peledakan.
Tabel 3.2
Geometri Peledakan
Height Charge Concentration
Part Of The Burden Spacing Bottom Stemming
Round (m) (m) Charge Bottom Column (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 0,95 1,04 1 1,22 1,22 0,19
0,78 0,86 0,5 1.04 0,42 0,39
Wall

Roof 0,78 0,86 0,5 1,04 0,31 0,39


Stopping
Upwards 0,95 1,04 1 1,22 0,61 0,48
Horizontal 0,95 1,04 1 1,22 0,61 0,48
Downwards 0,95 1,14 1 1,22 0,61 0,48

Gambar 3.14
Geometri Peledakan
Setelah menggambarkan geometri peledakan maka akan mendapatkan
jumlah lubang yang digunakan sehingga nantinya dapat menghitung bahan
peledak yang digunakan dalam satu kali peledaka, untuk perhitungan bahan
peledaka yang digunakan terdapat pada point b.

24
25

b. Kebutuhan bahan peledak


 Square 1
h0 =a
= 153 mm
Ic = 0,33 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.15)

Gambar 3.15
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H – h0 )
= 0,33 kg/m (3 m – 0,153 m)
= 0,94 kg
 Square 2
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 216,37 mm
= 108,18 m
Ic = 0,25 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.16)

Gambar 3.16
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,25 kg/m (2,98 m – 0,11 m )

25
26

= 0,72 kg
 Square 3
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 459 mm
= 229,5 mm
Ic = 0,52 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.17)

Gambar 3.17
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,52 kg/m (3 m – 0,23 m )
= 1,44 kg
 Square 4
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 973,69 mm
= 486,8 mm
Ic = 1,13 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.18)

Gambar 3.18
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 1,13 kg/m (3 m – 0,49 m )
= 2,84 kg

26
27

 Floor
Qb = lb x hb
= 1,22 kg/m x 1 m
= 1,22 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 1 m – 0,19 m
= 1,81 m
Qc = Ic x hc
= 1,22 kg/m x 1,81 m
= 2,21 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,22 kg + 2,21 kg
= 3,43 kg
 Wall
Qb = lb x hb
= 1,04 kg/m x 0,5 m
= 0,52 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,39 m
= 2,11 m
Qc = Ic x hc
= 0,42 kg/m x 2,11 m
= 0,89 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,52 kg + 0,89 kg
= 1,41 kg
 Roof
Qb = lb x hb
= 1,04 kg/m x 0,5 m
= 0,52 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,39 m
= 2,11 m
Qc = Ic x hc

27
28

= 0,31 kg/m x 2,11 m


= 0,65 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,52 kg + 0,65 kg
= 1,17 kg
 Stopping (Upwards, Downwards, dan Horizontal)
Qb = lb x hb
= 1,22 kg/m x 1 m
= 1,22 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 1 m – 0,48 m
= 1,52 m
Qc = Ic x hc
= 0,61 kg/m x 1,52 m
= 0,93 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,22 kg + 0,93 kg
= 2,15 kg
Square I = 0,94 kg x 4 = 3,76 kg
Square II = 0,72 kg x 4 = 2,88 kg
Square III = 1,44 kg x 4 = 5,76 kg
Square IV = 2,84 kg x 4 = 11,36 kg
Floor = 3,43 kg x 7 = 24,01 kg
Wall = 1,41 kg x 8 = 11,28 kg
Roof = 1,17 kg x 21 = 24,57 kg
Stopping = 2,15 kg x 19 = 40,85 kg
124,47 kg
c. Berapa kali peledakan dan Fragmentasi
Luas Abutment
π r2
VB = ( 4 m x 8 m ) m2 + ( )x h
2
3.14 x 4 2
= (32 m2 + ( ))x 3 m
2
= 171,6 m3

28
29

Volume Cross Cut


VA = Luas abutment x panjang cross cut
= 57,2 m2 x 25 m
= 1430 m3
Kebutuhan peledakan
VA 1430 m 3
= = 8,33 = 9 kali peledakan
VB 171,6 m 3
c. Mencari fragmentasi
Spesific Charge (SC)
Berat bahan peledak (kg)
SC =
Volume m 3
124,47 kg/m
=
171,6 m 3
= 0,72 kg/m3
Fragmentasi = 0,015 m3

29
30

BAB IV
ANALISA

Pada abutment 1 yang memiliki target produksi yaitu cross cut sepanjang
20 m yang volumenya 2102,4 m3 perlu dilakukan 5 kali peledakan untuk
mencapai target produksi, dimana dalam satu kali peledakan yang meledakan
seluas 105,12 m2 dan volume yang didapat 447,36 m3 memerlukan bahan
peledak 198,95 kg dengan ukuran fragmentasi yang didapat 0,0244 m3 sehingga
untuk mencapai target produksi 2102,4 m3 maka memerlukan bahan peledak
sebanyak 994,75 kg.
Pada abutment 2 yang memiliki target produksi yaitu cross cut sepanjang
25 m yang volumenya 1430 m3 perlu dilakukan 9 kali peledakan untuk mencapai
target produksi, dimana dalam satu kali peledakan yang meledakan seluas 57,2
m2 dan volume yang didapat 171,6 m3 memerlukan bahan peledak 124,47 kg
dengan ukuran fragmentasi yang didapat 0,015 m3 sehingga untuk mencapai
target produksi 1430 m3 maka memerlukan bahan peledak sebanyak 1120,23 kg.
Untuk meledakan bagian floor memerlukan bahan peledak yang lebih
banyak dibandingkan dengan roof dan wall karena pada bagian floor adanya
beban pada bagian atas sehingga bahan peledak yang diperlukan lebih banyak
agar energi yang diperlukan cukup memberikan gelombang ledak pada bagian
atas sedangkan untuk roof dan wall tidak adanya beban sehingga bahan peledak
yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan floor.

30
31

BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum kali dapat diambil beberapa kesimpulan yatiu:


1. Geometri peledakan dengan berdasarkan metode Swedish dapat
dilakukan dengan penentuan dari pembuatan geometri tersebut yang
dapat dilakukan dengan pendesaian pada guidelines, yang kemudian
dapat menentukan nilai untuk pembuatan empty hole, cut hole, serta
stoping hole (upwards, horizontal, dan downwards) yang mana telah
ditentukan untuk pembuatannya dengan metode Swedish.
2. Sebelum melakukan perangkaian listrik untuk peledakan, harus
ditentukan terlebih dahulu posisi dari lubang ledak atau geometri
peledakan yang akan digunakan, dimana hal tersebut dibuat berdasarkan
dari karakteristik batuan yang akan diberaikan. Setelah didapatkan maka
dapat dilakukan perangkaian listrik sesuai dengan geometri yang telah
didapatkan, sehingga delay yang akan digunakan akan mempengaruhi
fragmentasi pada batuan hasil dari peledakan yang dilakukan.
3. Untuk menentukan fragmentasi yang merupakan distribusi ukuran hasil
peledakan dapat dengan menentukan keserasian antara specific charge
yang digunakan dengan delay time yang dilakukan, hal tersebut akan
berpengaruh pada distribusi ukuran yang didapatkan hasil dari peledakan
yang dilakukan.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Guftafsson, R. 1973, Swedish Blasting Technique, SPI, Gothenburg,


Sweden.

2. Fandy. 2015, “Peledakan pada Terowongan”. Id.scribd.com. Diakses pada


tanggal 17 Desember 2018.

3. Maulana, G. 2017. “Geometri Peledakan Underground Swedish”.


Id.scribd.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2018.

32
33

33

Anda mungkin juga menyukai