BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Pada dasarnya tambang bawah tanah merupakan suatu meotde
penambangan dimana penambangan tersebut dilakuakn dibawah permuakaan
tanah, akibat dilakuakan dibawah permukaan tanah maka dalam
pelaksanaannya pun metode penambangan ini tidak berhubungan langsung oleh
udara bebas. Damapak dari tidak berhubungan langsung dengan udara bebas
maka tingkat resiko yang ada pada metode penambangan ini pun cukup besar
dibandingkan dengan penambangan Surface. Dalam tambang bawah tanah ini
salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan tambang bawah tanah yaitu
tunnel atau terowongan dimana terowongan disini digunakan untuk membuat
suatu kemajuan tambang untuk menuju pada lokasi suatu bahan galian berada.
Dalam tambang bawah tanah sedniri terdapat beberapa istilah untuk
setuap bengtukan terowongan yang memiliki fungsi masing – masing.
Diantaranya yaitu shaft. Shaft disini merupakan suatu terowongan ataupun
lubang bukaan dimana pada shaft disini dibuat secara vertikal ataupun dibuat
dengan kondisi miring. Pada dasarnya shaft disini memiliki fungsi untuk
menghubungkan lubang bawah tanah dengan permukaan bumi, selain itu fungsi
lain dari shaft terseut ialah sebagai jalan keluar dan juga jalur masuknya
petugas. Selain shaft terdapat juga tunnel dimana tunnel disini merupakan suatu
lubang bukaan dimana memiliki kondisi yang relatif datar ataupun hampir
mendatar dimana pada tunnel ini merupakan terowongan yang menembus
sebuah bukit ataupun gunung. Berbeda halnya dengan adit, adit merupakan
sebuah terowongan ataupun lubang bukaan dimana adit sendiri memiliki kondisi
sebuah terowongan yang tidak menembus sebuah bukit ataupun sebuah
gunung, sehingga adit sendiri hanya mencapai suatu bahan galian saja tanpa
menembus gunung ataupun bukit. Dalam tambang bawah tanah juga terdapat
drift dimnana drift disini merupakan sebuah lubang bukaan ataupun terowongan
yang dibuat dekat dengan bahan galian yang dituju pada suatu metode
penambangan bawah tanah.
3
4
3
5
Sumber : documents.tips
Gambar 2.2
Bagian – Bagian Lubang Tambang Bawah Tanah
2.2.2. Empety Hole
Merupakan desain dari geometri peledakan tambang bawah tanah yang
mana dilakukan dengan cara pemilihan diameter yang ditententukan tergantung
oleh tingkat dari kemajuan terowongan sesuai dengan kebutuhan. Yang mana
jika semakin besar kemajuan terowongan yang akan dibuat makan akan semakin
besar pula diameter lubang yang digunakan. Dan begitu pula sebaliknya.
3
6
D = d√ n.................................................. (2.1)
Dimana` :
D : Besar Diamater khayal
d : Diameter Empety Hole
n : Jumlah Lubang
Pada proses penghitungan burden yang terletak pada kotak pertama
apabila menggunakan empety hole maka untuk penggunaan diamternya ialah
menggunakan diamter empety hole itu sendiri, tetapai apabila penggunaannya
lebih dari satu empety hole maka diameter yang digunakan ialah diameter
khayal.
2.2.3 Cut hole
Dalam suatu keberhasilan dalam suatu keguatan peledakan sanagtla
dipengearuhi oelh cut hole. Dimana cut hoel perlu diperhitungkan untuk
mendapatkan hasil dari peledakan yang optimal. Biasanaya dalam cut hole
lubang ledak dengan empty hole memiliki < 1,5 kali diameter empty hole.
1. Desain Square I
Penentuan posisi lubang ledak dari kotak awal dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut.
a1 = 1,5 D.................................................(2.2)
W1 = d √ 2 ................................................(2.3)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (mm)
D = diameter imajiner/khayal (mm)
W = jarak lubang ledak yang satu dengan yang lainnya (mm)
Parameter perhitungan dalam menentukan jumlah bahan peledak (Q)
serta konsentrasi pengisian bahan peledak, perhitungannya yaitu:
(ho) = a........................................................(2.4)
Q = lc (H – ho)...........................................(2.5)
Dimana:
Q = jumlah pengisian bahan peledak (kg)
Ic = konsentrasi pengisian dari bahan peledak (kg/m)
H = kedalaman dari lubang ledak (m)
3
7
2. Desian Square II
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak kedua dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B1 = W1....................................................(2.6)
a2 = 1,5 W1..............................................(2.7)
W2 = 1,5 W1 √ 2 .......................................(2.8)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak
(m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Untuk penentuan Q dan L pada kotak kedua dapat menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
(ho) = 0,5 x B..............................................(2.9)
Q = lc (H – ho).......................................(2.10)
Dimana:
Q = jumlah dari pengisian bahan peledak (kg)
lc = konsentrasi dari pengisian bahan peledak (kg/m)
H = kealaman pada lubang ledak (m)
3. Desain Square III
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak ketiga dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B2 = W2..................................................(2.11)
A3 = 1,5 W2............................................(2.12)
W3 = 1,5 W2 √ 2 .....................................(2.13)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Penentuan nilai Q dan L sama dengan kotak kedua.
4. Desain Square IV
Penentuan Posisi dari lubang pada kotak keempat dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
B3 = W3..................................................(2.14)
3
8
A4 = 1,5 W3............................................(2.15)
W4 = 1,5 W3 √ 2 .....................................(2.16)
Dimana:
a = C – C jarak pusat empty hole dengan pusat lubang ledak (m)
W = jarak antar lubang ledaknya (m)
B = Burden (m)
Apabila pada jarak antara lubang ledak terlalu besar dari burden (B)
dimana berdasarkan rumus tersebut akan sama dengan W. Hal tersebut akan
diperoleh cut holes yang lebih besar dibandingkan dengan burden yang terdapat
pada stoping, maka dari itu burden yang terdapat pada cut holes dan juga dari
perhitungan pada jumlah bahan peledak yang akan digunakan harus diatur
terlebih dahulu agar didapatkan burden dan juga jumlah dari bahan peledak yang
digunakan sesuai dengan stoping holes. Dengan persamaan berikut:
hb = 1/3 H...............................................(2.17)
Qb = lb x hb..............................................(2.18)
lb = 0,5 x lb............................................(2.19)
ho = 0,5 x B............................................(2.20)
hc = H – hb – ho......................................(2.21)
Qc = lc x hc..............................................(2.22)
Qtot = Qc + Qc...........................................(2.23)
Dimana:
lb = Charge concentration bottom (kg/m)
hb = Height bottom charge (m)
Qb = bahan peledak yang digunakan bottom charge (kg)
lc = Column charge (kg/m)
hc = Height column charge (m)
Qc = bahan peledak yang digunakan pada column charge (kg)
3
9
3. Roof holes
4. Stoping holes
Dengan perhitungan specific charge yang merupakan perbandingan
antara jumlah handak yang digunakan dengan volume batuan yang ditargetkan
untuk diperoleh yang mana secara matematis dapat di artikan sebagai berikut ini
Berat handak
Specific Charge = .......................(2.24)
Voleme batuan yang terbatas
2.3 Fragmentasi
Fragmentasi merupakan suatu batuan ataupun ukuran batuan dari
sebuah hasil peledakan yang merupakan bagian yang tergolong sangat penting
dimana ukuran fragmentasi yang direncaakan perlu disesuaikan dengan
kemudahan yang dilakukan dalam suatu proses berikut ini :
1. Pemuatan
2. Pengangkutan
3. Pengolahan
Dan untuk mendapatkan hasil fragmentasi sesuai dengan yang
dibutuhkan beberapa hal yang dibutuhkan ialah keserasian dalam specific
charge yang digunakan denganurutan delay yang ada.
Tabel 2.1
Hubungan Specific Charge dengan Fragmentasi
Specific Charge (kg/m3) Fragmentasi
0,24 1
0,30 ½
0,40 (1/2)3
0,50 (1/2,5)3
0,60 (1/3)3
0,70 (1/4)3
0,85 (1/5)3
1,0 (1/6)3
Sumber: Persson et all.2001
3
10
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Pada tambang bawah yang akan melakukan blasting agar dapat
membuat cross cut 20 m, dimana memiliki ukuran abutment tinggi 10 m
dan lebar 8 m, panjang alat bor yang digunakan 3,5 m dengan persen
kemajuan 85%. Jenis handak yang digunakan untuk cut hole, stopping,
dan floor adalah dynamex dengan diameter 38 mm, sedangkan untuk
wall dan roof menggunakan emulate 150 in paper catridgee dengan
diameter 32 mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan handak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali peledakan yang dilakukan
c. Berapa ukuran fragmentasinya.
2. Pada tambang bawah tanah untuk pembuatan cross cut dengan
peledakan dimana panjang terowongannya 25 m, kedalaman lubang
ledak tiap peledakan 3 m dan asumsi persen kemajuan terowongan 94%.
Handak yang digunakan pada cut hole, stoping hole, dan floor hole
adalah emulate 150 in paper catridge dengan diameter 36 mm,
sedangkan handak yang digunakan pada wall dan roof adalah emulate
150 in plastic tube dengan diameter 33 mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung handak yang digunakan untuk menyeledaikan cross cut
apabila ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasinya, dan berapa kali peledakan yang
dilakukan.
3.2 Pembahasan
1. Diketahui :
Cross Cut : 20 m
10
11
Tinggi : 10 m
Lebar :8m
H : 3,5 m
% Kemajaun : 85 %
Dynamex : 38 mm
Emulate : 32 mm
Ditanyakan :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan handak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali peledakan yang dilakukan
c. Berapa ukuran fragmentasinya
Jawab :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
Square 1
Untuk mendapatkan diameter pada square 1 maka dapat di plot pada
gambar 3.1 dimana data yang di plot adalah H dan % kemajuan.
D = d => 76 mm ( berdasarkan grafik di plot)
Gambar 3.1
Grafik Hubungan Kemajuan Tambang dengan Hole Depth
Untuk mendapatkan perhitungan a yang akan digunakan maka dapat
dilihat pada gambar 3.2
11
12
Gambar 3.2
Grafik Hubungan Jarak Lubang Ledak dengan Diameter Empty Hole
Setelah di plot pada gambar 3.2 sehingga mendapatkan rumus untuk
mencari a (jarak antar lubang)
a1 = 1,5 d
= 1,5 x 76 mm
= 114 mm
w1 = a1 √2
= 114 mm x √2
= 161,2 mm
Square 2
b1 = w1
= 161,2 mm
a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 161,2 mm
= 241,8 mm
w2 = 1,5 W1 √2
= 1,5 x 161,2 mm √2
= 341,96 mm
Square 3
b2 = w2
= 341,96 mm
a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 341,96 mm
= 512,94 mm
12
13
w3 = 1,5 x W2 √2
= 1,5 x 341,96 mm √2
= 725,41 mm
Square 4
b3 = w3
= 725,41 mm
a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 725,41 mm
= 1088,12 mm
w4 = 1,5 x w3 √2
= 1,5 x 725,41 √2
= 1538,83 mm
Untuk dapat menghitung geometri yang lainnya seperti pada tabel 3.1
maka lakukan plot pada gambar 3.3 dan gambar 3.4 dimana data yang
digunakan adalah jenis handak yang digunakan sehingga mendapatkan nilai
burden dan lb.
Gambar 3.3
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak
13
14
Gambar 3.4
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak
Setelah melakukan plot maka mendapatkan nilai burden dan lb maka
dapat dimasukan pada tabel 3.1 untuk mendapatkan geometri peledakan.
Tabel 3.1
Geometri Peledakan
Height Charge Concentration
Part Of The Burden Spacing Bottom Stemming
Round (m) (m) Charge Bottom Column (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 1 1,1 0,99 1,4 1,4 0,2
0,77 0,84 0,5 0,95 0,38 0,38
Wall
14
15
Gambar 3.5
Geometri Peledakan
Setelah menggambarkan geometri peledakan maka akan mendapatkan
jumlah lubang yang digunakan sehingga nantinya dapat menghitung bahan
15
16
peledak yang digunakan dalam satu kali peledaka, untuk perhitungan bahan
peledaka yang digunakan terdapat pada point b.
b. Kebutuhan bahan peledak
Square 1
h0 =a
= 114 mm = 0,114 m
Ic = 0,24 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.6)
Gambar 3.6
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H – h0 )
= 0,24 kg/m (2,98 m – 0,114 m)
= 0,72 kg
Square 2
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,161 m
= 0,081 m
Ic = 0,17 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.7)
Gambar 3.7
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
16
17
Gambar 3.8
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,4 kg/m (2,98 m – 0,17 m )
= 1,12 kt
Square 4
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,72 m
= 0,36 meter
Ic = 0,83 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.9)
Gambar 3.9
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,83 kg/m (2,98 m – 0,36 m )
= 2,17 kg
17
18
Floor
Qb = lb x hb
= 1,4 kg/m x 0,99 m
= 1,39 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,99 m – 0,2
= 1,79 m
Qc = Ic x hc
= 1,4 kg/m x 1,79 m
= 2,51 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,39 kg + 2,51 kg
= 3,9 kg
Wall
Qb = lb x hb
= 0,95 kg/m x 0,5 m
= 0,48 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,5 m – 0,38 m
= 2,1 m
Qc = Ic x hc
= 0,38 kg/m x 2,1 m
= 0,8 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,48 kg + 0,8 kg
= 1,28 kg
Roof
Qb = lb x hb
= 0,95 kg/m x 0,5 m
= 0,48 kg
hc = H – hb – ho
= 2,98 m – 0,5 m – 0,38 m
= 2,1 m
Qc = Ic x hc
18
19
19
20
2. Diketahui :
Cross Cut : 25 m
Tinggi :4m
Lebar :8m
H :3m
Persen Kemajaun : 94 %
Emulate paper : 36 mm
Emulate plastic tube : 33 mm
Ditanya :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut jika
ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya, dan berapa kali harus
dilakukan peledakan.
Jawab :
20
21
Gambar 3.10
Grafik Hubungan Kemajuan Tambang dengan Hole Depth
Untuk mendapatkan perhitungan yang akan digunakan maka dapat
dilihat pada gambar 3.11
Gambar 3.11
Grafik Hubungan Jarak Lubang Ledak dengan Diameter Empty Hole
Setelah di plot pada gambar 3.11 sehingga mendapatkan rumus untuk
mencari a (jarak antar lubang)
a1 = 1,5 d
= 1,5 x 102 mm
= 153 mm
21
22
w1 = a1 √2
= 153 mm x √2
= 216,37 mm
Square 2
b1 = w1
= 216,37 mm
a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 216,37 mm
= 324,56 mm
w2 = 1,5 W1 √2
= 1,5 x 216,37 mm √2
= 459 mm
Square 3
b2 = w2
= 459 mm
a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 459 mm
= 688,5 mm
w3 = 1,5 x W2 √2
= 1,5 x 459 mm √2
= 973,69 mm
Square 4
b3 = w3
= 973,69 mm
a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 973,69 mm
= 1460,54 mm
w4 = 1,5 x w3 √2
= 1,5 x 973,69 mm √2
= 2065,51 mm
Untuk dapat menghitung geometri yang lainnya seperti pada tabel 3.2
maka lakukan plot pada gambar 3.12 dan gambar 3.13 dimana data yang
22
23
Gambar 3.12
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak
Gambar 3.13
Grafik Hubungan Burden dengan Konsentrasi Handak
23
24
Gambar 3.14
Geometri Peledakan
Setelah menggambarkan geometri peledakan maka akan mendapatkan
jumlah lubang yang digunakan sehingga nantinya dapat menghitung bahan
peledak yang digunakan dalam satu kali peledaka, untuk perhitungan bahan
peledaka yang digunakan terdapat pada point b.
24
25
Gambar 3.15
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H – h0 )
= 0,33 kg/m (3 m – 0,153 m)
= 0,94 kg
Square 2
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 216,37 mm
= 108,18 m
Ic = 0,25 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.16)
Gambar 3.16
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,25 kg/m (2,98 m – 0,11 m )
25
26
= 0,72 kg
Square 3
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 459 mm
= 229,5 mm
Ic = 0,52 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.17)
Gambar 3.17
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 0,52 kg/m (3 m – 0,23 m )
= 1,44 kg
Square 4
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 973,69 mm
= 486,8 mm
Ic = 1,13 kg/m (nilai lc didapat pada gambar 3.18)
Gambar 3.18
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak
Q = Ic ( H-h0 )
= 1,13 kg/m (3 m – 0,49 m )
= 2,84 kg
26
27
Floor
Qb = lb x hb
= 1,22 kg/m x 1 m
= 1,22 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 1 m – 0,19 m
= 1,81 m
Qc = Ic x hc
= 1,22 kg/m x 1,81 m
= 2,21 kg
Qtot = Qb + Qc
= 1,22 kg + 2,21 kg
= 3,43 kg
Wall
Qb = lb x hb
= 1,04 kg/m x 0,5 m
= 0,52 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,39 m
= 2,11 m
Qc = Ic x hc
= 0,42 kg/m x 2,11 m
= 0,89 kg
Qtot = Qb + Qc
= 0,52 kg + 0,89 kg
= 1,41 kg
Roof
Qb = lb x hb
= 1,04 kg/m x 0,5 m
= 0,52 kg
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,39 m
= 2,11 m
Qc = Ic x hc
27
28
28
29
29
30
BAB IV
ANALISA
Pada abutment 1 yang memiliki target produksi yaitu cross cut sepanjang
20 m yang volumenya 2102,4 m3 perlu dilakukan 5 kali peledakan untuk
mencapai target produksi, dimana dalam satu kali peledakan yang meledakan
seluas 105,12 m2 dan volume yang didapat 447,36 m3 memerlukan bahan
peledak 198,95 kg dengan ukuran fragmentasi yang didapat 0,0244 m3 sehingga
untuk mencapai target produksi 2102,4 m3 maka memerlukan bahan peledak
sebanyak 994,75 kg.
Pada abutment 2 yang memiliki target produksi yaitu cross cut sepanjang
25 m yang volumenya 1430 m3 perlu dilakukan 9 kali peledakan untuk mencapai
target produksi, dimana dalam satu kali peledakan yang meledakan seluas 57,2
m2 dan volume yang didapat 171,6 m3 memerlukan bahan peledak 124,47 kg
dengan ukuran fragmentasi yang didapat 0,015 m3 sehingga untuk mencapai
target produksi 1430 m3 maka memerlukan bahan peledak sebanyak 1120,23 kg.
Untuk meledakan bagian floor memerlukan bahan peledak yang lebih
banyak dibandingkan dengan roof dan wall karena pada bagian floor adanya
beban pada bagian atas sehingga bahan peledak yang diperlukan lebih banyak
agar energi yang diperlukan cukup memberikan gelombang ledak pada bagian
atas sedangkan untuk roof dan wall tidak adanya beban sehingga bahan peledak
yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan floor.
30
31
BAB V
KESIMPULAN
31
32
DAFTAR PUSTAKA
32
33
33