BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Sumber: Faisal.2015
Gambar 2.1
Geometri Peledakan
Untuk bagian-bagian pada gambar 2.1 terdapat dibawah ini:
1. B = Burden
2. J = Subdrilling
3. S = Spacing (spasi)
4. T = Steaming
5. H = Kedalaman Lubang Bor
6. PC = Isian Utama
7. B’ = Burden semu
8. L = Tinggi Jenjang
Dalam suatu kegiatan peledakan tidak bisa dipungkiri terdapatnya faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan peledakan, dimana faktor-faktor
2
3
tersebut sangat berperan penting untuk dapat membuat keputusan pada saat
akan melakukan kegiatan peledakan.
Pada dasarnya pemilihan yang dilakukan untuk ukuran dari lubang bor
yang akan digunakan, diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari
kegiatan peledakan, dengan kata lain pemilihan untuk ukuran lubang bor ini
tergantung pada meningkatnya jumlah produksi pada tambang. Untuk dapat
mengontrol desain dimana memiliki hasil fragmentasi yang seragam, memiliki
diameter lubang bor dengan ukuran 0,5 – 10 dari ketinggian jenjang.
D = 5 – 10 K...................................(Rumus 2.1)
Keterangan:
D = diameter pada lubang bornya dalam satuan mm
K = ketinggian Jenjang dalam satuan meter
Burden adalah suatu besaran nilai jakar yang diukur dari garis bidang
bebas (free face) terdekat menuju pada lubang ledak. Garis yang diukur dari
bidang bebas (free face) menuju lubang ledak tidak diukur miring melainkan
tegak lurus dengan garis bidang bebasnya (free face). Bidang bebas atau free
face sendiri memiliki definisi sebagai media tampung untuk pemindahan batuan
atau bahan galian yang telah diledakan.
B = 25 – 40 de...............................(Rumus 2.2)
Dimana jarak burden dapat dihitung apabila batuan serta bahan peledak
diketahui berdasarkan pernyataan dari Konya, yaitu:
Keterangan:
B = 3.15 de
√3 SGe .........................(Rumus 2.3)
SGr
B = Burden (ft)
De = diameter lubang bor atau lubang ledak (in)
Sge = Spesific gravity bahan peledak
SGr = Spesific grabity batuan
Spasi merupakan jarak antara lubang bor satu dengan lubang bor yang
lainnya dalam satu row atau baris. Dimana spasi ini berkisar antara 1,1 – 1,4
burden. Pada spasi ini apabila lebih pendek dari burden akan mengakibatkan
steaming ejection yang prematur, hal tersebut akan mengakibatkan gas yang
dihasilkan dari ledakan akan dihembuskan ke atmosfer, dimana akan dibarengi
oleh noise dan air blast, sedangkan apabila spasi terlalu panjang dibandingkan
3
4
dengan burden, maka hasil fragmentasi dari proses peledakan tersebut tidak
akan seragam atau menghasilkan hasil yang sempurna. Konya mengemukakan
persamaan spasi yang berdasarkan sistem penundaan waktu peledakan yaitu
a. Instantaneous single row blass holes, dimana memiliki persamaan
L + 2B
S = .............................(Rumus 2.4)
3
Pada persamaan ini nilai dari L < 4B dimana L = tinggi jenjang.
Sedangkan untuk persamaan yang nilai L > 4B yaitu:
S = 2B....................................(Rumus 2.5)
b. Sequanced single row bblass holes, dimana memiliki persamaan
L + 7B
S = .............................(Rumus 2.4)
8
Pada persamaan ini nilai dari L < 4B dimana L = tinggi jenjang.
Sedangkan untuk persamaan yang nilai L > 4B yaitu:
S = 1,4 B................................(Rumus 2.5)
Subdrilling, yang merupakan tambahan kedalaman yang secara sengaja
pada lantai jenjang, yang berfungsi untuk dapat mengurangi tonjolan pada
lantainya saat peledakan telah dilakukan. Pada kedalaman subdrill ini terlalu
dalam, akan mengakibatkan excessive ground vibration, sedangkan apabila
terlalu dangkal dapat mengakibatkan tonjolan pada lantai jenjangnya, dimana
didapatkan persamaan subdrilling dengan burden yaitu
J = (0,2 – 0,4) x B.........................(Rumus 2.6)
Adapun rumus yang dikemukakan oleh C.J. Konya yaitu:
J = Kj x B......................................(Rumus 2.7)
Keterangan:
J = Streaming (T)
B = Burden
Kj = Sub Drilling ratio yaitu 0,2 – 0,4
Steaming, yang merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menutup
lubang ledak agar dapat mengurung gas ledakan, dimana material penutup yang
diletakan pada bagian atas dari isian utama, yaitu bahan peledak. Dimana
ukuran dari steaming ini tergantung jarak dari burden dimana memiliki
persamaan:
S = (0,7 – 1) x B.............................(Rumus 2.8)
4
5
Keterangan:
S = Steaming
B = Burden
5
6
Serta didapatkan pula rumus untuk menghitung berat (ton) pada setiap
lubang bor yaitu sebagai berikut:
W = V x ρ.....................................(Rumus 2.13)
Keterangan:
V = Volume (m3)
B = Burden (m)
S = Spasi (m)
H = Ketinggian jenjang (m)
W = Berat atau bobot batuan (ton)
Ρ = Density batuan (ton/m3)
Pada geometri peledakan ini ada yang disebut dengan Decking (Deck
Loading dimana suatu usaha untuk pembagian kolom isian dari bahan peledak
yang dapat menjadi beberapa kolom, dimana dengan cara atau usaha ini kolom
isian dapat diisi dengan material seperti steaming atau material pengisi lainnya.
Tujuan dari decking ini yaitu untuk dapat mengurangi getaran ataupun untuk
mengurangi berat dari bahan peledak pada tiap delay yang jarak dari antar
decking ini minimal 6 x diameter lubang bor.
6
7
primer atau dapat juga lebih besar dari primer, yang biasanya lebih besar
2 x diameter primer tersebut.
3. Posisi dari primer, pada dasarnya posisi primer terletak pada 3 baigan
didalam lubang ledak, yaitu top priming, middle priming, dan bottom
priming, dimana syarat dari primer harus mempunyai daya ledakan yang
lebih besar dari 80 kbar, hampir sama dengan diameter dari kolom ANFO,
dan panjang yang mencukupi guna mendapatkan hasil VOD yang stabil.
Sumber: Faisal.2015
Gambar 2.2
Posisi Priming pada Lubang Ledak
7
8
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Diketahui :
Kb std = 27
KSstd = 1.2
KJstd = 0.4
KTstd = 1.0
ρeANFO = 0.82 gr/cc (poured ANFO)
VOD ANFO = 12000 fps
Ρe std = 0.85 gr/cc
ρr = 2.7 ton/m3
ρr std = 2.9 ton/m3
De = 5 inch
H = 13,1 m
Ditanyakan :
Hitung geometri peledakan berdasarkan rumus R. L. Ash! Hitunglah
powder factor!
2. PT. MLT mentargetkan 25.000 ton gamping/hari. Dilakukan peledakan 3
kali sehari. Diketahui tinggi jenjang 10,1 m dengan lebar 20 m, kemiringan
jenjang 70°. Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO dengan VOD =
11482 fps dan SGe 0.82 gr/cc. SGr batuan = 2.7 ton/m3. Hitung powder
factor jika diketahui stiffness ratio 3! Kerjakan dalam C.J Konya dan R.L
Ash.
3. Untuk mencapai target produksi batubara 2 juta ton per tahun. PT.
Bengkulu perlu mengupas overburden berupa sandstone sebanyak 7 juta
BCM. Densitas OB rata – rata 2.2 ton/m3 dan bahan peledak yang akan
digunakan adalah ANFO dengan densitas 0.85 gr/cc. Dengan
menggunakan alat bor dengan diameter 7 + 7/8 inch dan tinggi jenjang
13,1 m. Hitung seluruh parameter geometri peledakan, jumlah bahan
8
9
peledak total, powder factor dengan bench tegak. Dalam C.J Konya dan
R.L Ash! Tentukan jumlah lubang ledak perhari jika dalam sehari
dilakukan satu kali peledakan.
4. PT. Minimoy mencoba mencapai target produksi batubara 2 juta ton per
tahun dan perlu mengupas OB sebanyak 7 juta BCM (SR 3.5:1). Densitas
OB hasil pengujian rata – rata 2.5 ton/m3 dan bahan peledak yang akan
digunakan adalah ANFO dengan densitas 0.85 gr/cc. Alat bor yang dimiliki
Tamrock Type Drilltech D25K yang mampu membuat lubang berdiameter
4 inch. Fragmentasi hasil peledakan hasrus baik, artinya sesuai dengan
mangkok shovel dengan airblast, flyrock serta getaran kurang. Alat muat
yang dipakai jenis Shovel Cat 5320B yang mampu menjangkau sampai
16,1 m. Hitunglah seluruh parameter geometri peledakan, jumlah bahan
peledak total dan powder factor. Dalam C.J Konya dan R.L Ash!
5. Untuk mencapai target produksi batu gamping sebanyak 2 juta ton per
tahun, PT. MMA melakukan kegiatan peledakan pada batu gamping.
Densitas gamping rata – rata 2.6 ton/m 3 dengan densitas standar 2.7
ton/m3 dan bahan peledak yang akan digunakan adalah ANFO dengan
densitas 0.85 gr/cc. Dengan menggunakan alat bor berdiameter 3.5 inch
dan tinggi jenjang 11,1 m, hitung seluruh parameter geometri peledakan,
jumlah bahan peledak total, power factor dengan bench tegak.
Kerjakan dalam C.J Konya dan R.L Ash!
Diketahui crushing plant recovery sebesar 90%, blasting recovery
sebesar 95%.
Tentukan jumlah lubang ledak perhari jika dalam sehari dilakukan
dua kali peledakan. (Jumlah hari kerja dalam satu bulan 25 hari).
9
10
3.2 Pembahasan
1. Diketahui :
Kb std = 27
KSstd = 1.2
KJstd = 0.4
KTstd = 1.0
ρeANFO = 0.82 gr/cc (Poured ANFO)
VOD ANFO = 12000 fps
Ρe std = 0.85 gr/cc
ρr = 2.7 ton/m3
ρr std = 2.9 ton/m3
De = 5 inch
H = 13,1 m
Ditanya : Hitung geometri peledakan dan powder factor berdasarkan
rumus R.L Ash!
Dijawab :
R.L Ash
a. Burden
KB x De
B=
12
KB = KBstd x AF1 x AF2
AF1¿
√
3 Sge.Vod2
SGeSTD.VoDSTD2
AF2=
√
3 SgrSTD
SGr
KB = 27 x
√
3 0 . 82.12 000²
0 .8 5.12687,5 ²
x
√
3 2, 9
2,7
= 26.32 m
26 .7138 x 5
B = x 0.3048 = 3.34 m
12
b. Spasi
Spasi (S) = KSstd x B
10
11
= 1.2 x 3.34 m
= 4.01 m
c. Subdrilling
Subdrilling = KJstd x B
= 0.4 x 3.34 m
= 1.34 m
d. Stemming
Stemmung = KTstd x B
= 1 x 3.34 m
= 3.34 m
e. PC
PC = (H + J) - T
= (13,1 + 1.34) – 3.34
= 11,1 m
f. LD
LD = 0.508 x de2 x SGe
= 0.508 x 52 x 0.82
= 10.41 kg/m
g. W Handak
W Handak = LD x PC
= 10.41 kg/m x 11,1 m
= 115,55 kg
h. Volume
Volume =BxSxH
= 3.34 m x 4.01 m x 13,1 m
= 175,45 BCM
i. PF
WHandak
PF =
Perolehan Material (V)
115,55 Kg/BCM
=
175,45 BCM
= 0.66 kg/BCM
11
12
2. Diketahui :
Target Produksi = 25.000 Ton Gamping/Hari
Peledakan = 3x sehari
Tinggi Jenjang = 10,1 m
Lebar Jenjang = 20 m
Kemiringan Jenjang = 700
ρeANFO = 0.82 gr/cc (Poured ANFO)
VOD ANFO = 11482 fps
ρr = 2.7 ton/m3
Stiffnes Ratio =3
Ditanya : Hitung geometri peledakan dan powder factor berdasarkan
rumus R.L Ash dan C.J Konya!
Dijawab :
C.J Konya
a. Burden
L
SR =
B
L
Burden (B) =
SR
10,1 m 3.37 m
= = = 10.925 ft
3 0.3048
Burden = 3.15 x De
√
3 SGe
SGr
B
De =
3 .15
√
3 SGe
SGr
10.925 ft
=
3 .15
√
3 0.82
2.7
= 4,9 inch
b. Spasi
L + 7B
Spasi (S) =
8
10 ,1 + 7 (3.37)
=
8
12
13
= 4.2 m
c. Subdrilling
Subdrilling = KJ x B
= 0.3 x 3.17 m
= 0.95 m
d. Stemming
Stemmung = KT x B
= 0,8 x 3.17 m
= 2,54 m
e. PC
PC = (H + J) - T
= (10.1 + 0,95) – 2,54
= 8.51 m
f. LD
LD = 0.508 x de2 x SGe
= 0.508 x 4,92 x 0.82
= 10 Kg/m
g. W Handak
W Handak = LD x PC
= 10 Kg/m x 8.51 m
= 85,1 Kg
h. PF
WHandak
PF =
Perolehan Material (V)
85,1 Kg/BCM
=
129,35
= 0.66 Kg/BCM
= 0.24 Kg/Ton
Untuk hasil keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 3.1
Data Ash dan Konya
1 2 3 4 5
ash ko ash Kon Ash kony ash Kony ash Kony
ny ya a a a
a
B 3,34 - 1,86 3,37 5,2 5,51 2,56 5,37 1,77 2,31
13
14
14
15
BAB IV
ANALISA
15
16
lebih sedikit dan juga tidak perlu memperhatikan fragmentasi karena hanya untuk
mengupas OB.
PT Minimoy melakukan penambangan batubara dimana untuk
mendapatkan batubara memerlukan pengupasan OB sebanyak 7 juta BCM maka
melakukan pendekatan dengan RL Ash dan CJ Konya. Dimana untuk RL Ash
mendapatkan burden 2,52 m, spasi 3,58 m, stemming 1,29 m, subdrilling 0,51 m,
loading density 6,91 kg/m, powder factor 0,69 kg/BCM, jumlah lubang bor 53.
Dengan cara CJ Konya mendapatkan burden 5,37 m, spasi 6,71 m, stemming
3,76 m, subdrilling 1,1 m, loading density 6,91 kg/m, powder factor 0,16 kg/BCM,
jumlah lubang bor 14. Sehingga dari pendekatan diatas geometri peledakan yang
digunakan dapat menggunakan CJ Konya karena PF nya 0,16 kg/BCM dan
lubang bor sedikit sehingga lebih ekonomis, untuk melihat fragmentasi dari CJ
Konya maupun RL Ash tidak dapat mengetahuinya.
Pada PT MMA memiliki target produksi batu gamping 2 juta BCM dimana
pendekatan geometri peledakan dengan RL Ash dan CJ Konya. Dimana untuk
RL Ash mendapatkan burden 1,77 m, spasi 1,95 m, stemming 1,77 m, subdrilling
0,71 m, loading density 5,29 kg/m, powder factor 1,39 kg/BCM, jumlah lubang
bor 40. Dengan cara CJ Konya mendapatkan burden 2,31 m, spasi 3,4 m,
stemming 2,31 m, subdrilling 0,92 m, loading density 5,29 kg/m, powder factor
0,69 kg/BCM, jumlah lubang bor 18. Dan juga adanya blasting recovery (95%)
dan crusher plant recovery (90%) sehingga akan dapat mengetahui hasil ledakan
yang lolos dari mesin crusher dimana RL Ash yang lolos sebanyak18,29 ton dan
untuk CJ konya sebanyak 193,8 ton, dari hasil diatas CJ Konya lebih banyak
yang lolos, tetapi dari CJ Konya lebih ekonomis sehingga pendekatan awal lebih
baik menggunakan CJ Konya dan nantinya dapat melakukan pembuatan geomtri
yang baik apabila adanya suatu patokan geometri awal.
16
17
BAB V
KESIMPULAN
17
18
DAFTAR PUSTAKA
18