Assesment of rock masses with reference to excavatability classification system of Franklin et al. (1971).
Kepmen ESDM Nomor 1827 K 30 MEM 2018 hal -62-
Point 7 j ; iii
metode pengeboran dan peledakan (Drilling and blasting) untuk
batuan yang memiliki nilai UCS lebih dari 40 MPa dengan GSI
lebih dari 70 atau kecepatan seismik masa batuan lebih dari 1650
m/s; serta mempertimbangkan reaktivitas batuan, batuan panas
(hot rock/hot ground), bahaya kelistrikan, ground reactivity,
jumlah dan spesifikasi peralatan, geometri dan dimensi pola
peledakan, jenis bahan peledak, fragmentasi hasil peledakan,
rencana pemantauan efek peledakan yang paling kurang terdiri
atas ground vibration, air blast, fly rock, dan fumes;
I. MERENCANAKAN GEOMETRI
PELEDAKAN;
Misal φ= 3 inci
𝐿
Maka > 60 , sehingga
3
L >180 inci =......m?
2. Tinggi jenjang
✓ Kemampuan alat bor
✓ Ukuran mangkok (bucket)
✓ Kestabilan jenjang
dimana B = burden (ft), de = diameter bahan peledak (inci), ρe = berat jenis bahan
peledak dan ρr = berat jenis batuan
✓ Spasi
H > 4B maka S = 2B (instantaneous single-row blastholes)
H < 4B maka S = H +2B
3
H > 4B maka S = 1.4B (sequenced single-row blastholes)
H < 4B maka S = H +7B ;
8
✓ Stemming
T = B (batuan massif)
T = 0,7 B (batuan berlapis)
✓ Subdrilling (J) = 0,3B
Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya untuk
keberhasilan peledakan dan ratio H/B (yang dinamakan Stifness Ratio) yang
bervariasi memberikan respon berbeda terhadap fragmentasi, airblast,
flyrock, dan getaran tanah yang hasilnya. Serta aturan lima (Rule of Five)”,
yaitu ketinggian jenjang (dalam feet) “Lima” kali diameter lubang ledaknya
(dalam inci).
B. Rancangan menurut ICI-Explosives
PF =
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN PELEDAK
Whandak = PC x ρd
Wtotal handak = n x PC x ρd
Carcep = D2 ρ
1273
CONTOH PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN
m
2
15 m
2,5 m
6m
3m
B I D A N G B E B A S
4m
15 m
3,75 m OHT 3
• Sangat dipengaruhi oleh kondisi, tujuan peledakan, alat yang
digunakan, dan keleluasaan kerja
• Tujuan peledakan bawah tanah, antara lain untuk:
– Pembuatan jalan masuk tambang (dari permukaan bumi),
– Pembuatan jalur ventilasi tambang,
– Penghubung antar level, cross cut, drift, adit, dll
– Produksi
• Secara umum persiapan peledakan hampir sama dengan pada tambang
terbuka
• Penekanan persiapan peledakan di bawah tanah terutama pada
pengamanan batuan disekitar bukaan yang diperkirakan akan jatuh
akibat getaran pengeboran atau aktifitas lain, sehingga membahayakan
operator dan karyawan lain disekitar lokasi tersebut
• Pengeboran lubang ledak ( blasthole drilling )
• Pengisian lubang ledak (charging )
• Peledakan (blasting )
• Ventilasi intensif (ventilation )
• Pengamanan dinding lubang bukaan hasil
peledakan dan penyemenan dinding (scaling and
grouting ) bila diperlukan
• Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling )
• Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru
(setting up of the new round )
1. Siapkan dan gunakan tongkat dengan panjang tertentu (scaling
bar) sebagai alat untuk menjatuhkan batu yang menggantung
pada bagian atap dan dinding kanan-kiri lubang bukaan yang
masih memungkinkan diupayakan untuk dijatuhkan secara
manual.
2. Seandainya terdapat bagian atap atau dinding lubang bukaan
yang perlu penyemenan (grouting) atau pemasangan baut
batuan (rock bolt) untuk memperkuat stabilitasnya, segera
laporkan ke Supervisor atau Pengelola Peledakan untuk ditindak
lanjuti agar siklus pembuatan terowongan atau yang lainnya
tidak terhambat.
3. Lakukan pemeriksaan akhir untuk seluruh atap dan dinding,
setelah yakin tidak ada batu yang menggantung, laporkan
hasilnya ke Supervisor bahwa kondisi lubang bukaan hasil
peledakan aman.
1. Gunakan scaling bar yang ringan dan
kuat serta panjangnya cukup
menjangkau atap.
2. Apabila atap terowongan tinggi, bisa
berdiri di atas alat gali dengan meminta
ijin kpd operatornya terlebih dahulu
3. Diperlukan minimal dua orang yang
mengerjakan scaling, 1 org memeriksa
batu menggantung menggunakan
scaling bar dan seorang lagi
mengawasinya.
4. Batu menggantung yang akan
dijatuhkan harus berada sekitar 3 - 4 m
di depan orang yang mengerjakan
scaling atau pada posisi yang
diperkirakan aman bila batu terjatuh
5. Pandangan selalu ke atas
➢ Pada tambang terbuka titik
lubang bor dapat ditandai oleh
batu yang besarnya cukup
mudah diamati dan disemprot
cat warna menyolok (merah) a b
➢ Jarak lubang bor sesuai dengan c d
ukuran spasi, burden, dan pola 1. Letakkan projektor pola pengeboran di atas
pengeborannya tripod atau kendaraan bawah tanah.
2. Tentukan dua titik sebagai acuan pada
➢ Pada tambang bwh tanah titik permuka kerja ( a dan b).
bor dapat langsung dicat pada
dinding yang akan dibor, atau 3. Pola pengeboran untuk satu siklus (round)
gunakan alat sorot seperti pada diproyeksikan pada permuka kerja dengan
gambar di samping mengacu pada dua titik tersebut di atas (c).
4. Bayangan titik-titik pola pengeboran yang
➢ Posisi titik lubang bor nampak di permuka kerja kemudian
disesuaikan dengan rancangan difokuskan agar nampak jelas, kemudian
pola pengeboran di bwh tanah titik-titik tersebut dicat dan siap dilakukan
pengeboran ( d ).
BAGIAN II
KONDISI DAN HAMBATAN LUBANG
LEDAK
1. Ada tidaknya air di dalam lubang ledak
2. Kedalaman lubang ledak, spasi, dan
burden
3. Adanya penghambat di dalam lubang
ledak
4. Rongga dan retakan di dalam lubang
ledak
5. Menutup rongga dalam lubang ledak
6. Hot hole dan Reactive Ground
Jatuhkan batu kecil ke dalam lubang, apabila ada
airnya akan terdengar suara gema benda jatuh ke air
Cara mengeluarkan air dari dalam lubang ledak:
– Gunakan kompresor untuk menekan air keluar
– Gunakan pompa isap
Bila air mengalir kembali ke dalam lubang, maka:
– Gunakan cartridge bahan peledak atau emulsi sepanjang
kolom lubang ledak yg berair, atau
– Gunakan selubung plastik untuk ANFO sepanjang kolom
lubang ledak yg berair
Alat yang digunakan adalah:
– meteran yang panjangnya cukup, atau
– tongkat bambu yang diberi skala untuk lubang yang
pendek
Bila kedalaman tdk sesuai dgn rencana,
maka:
– bila terlalu dalam, isilah dengan bahan untuk stemming
kemudian dipadatkan sampai kedalamannya berkurang
dan sesuai dengan yang direncanakan
– bila kurang dalam, harus dilakukan pengeboran ulang
agar sesuai dengan kedalaman lubang yang
direncanakan
Ukur dan catat kedalaman
lubang, spasi dan burden
Ukur atau estimasi ketebalan
retakan / backbreak sepanjang
collar
Gunakan tongkat bambu untuk mendorong material penyumbat
lubang, atau
Gunakan besi pemukul/pemberat yang diikatkan ke tali
kemudian turunkan ke dalam lubang dan pukulkan berulang kali
ke penyumbat dgn cara menaik-turunkan talinya
PT.Trumix Beton (andesit), Bogor, Jawa Barat Tambang batubara Bukit Baiduri, Samarinda
Tambang batubara KPC, Sangata, Kaltim oleh PT. Dahana
MELAKUKAN PENYUMBATAN
LUBANG LEDAK (STEMMING)
Material stemming yang baik berupa krikil atau batu split berukuran 0,5
– 1 cm, agar setelah dimampatkan/dipadatkan butirannya akan saling
mengunci. Dengan dmk diharapkan stemming ejection tidak terjadi.
Bila tak ada dapat digunakan serbuk bor (cutting)
Lubang vertikal disumbat menggunakan penyumbat kayu atau alat
khusus utk itu
Menurut Kepmen 1827/K/30/MEM/2018
Poin J :
Peledakan tidur
Peledakan tidur (sleep blast) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) tidak boleh menggunakan detonator di permukaan lubangledak;
2) dilakukan pengamanan terhadap daerah peledakan tidur; atau
3) apabila terjadi peledakan tidur yang tidak direncanakan karena masalah tertentu, KTT
harus melapor kepada KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Secara teknis waktu tidur dpt dilakukan dengan memperhatikan jenis bhn peledak dan
mengacu pada spesifikasi dari pabrik pembuatnya.
Contoh waktu tidur bahan peledak seri “Titan 4000” dari Nitro Nobel seperti terlihat
pada tabel di bawah.
BAGIAN IV
PERANGKAIAN LUBANG LEDAK
Beberapa hal yang harus diperhatikan dlm penyambungan:
⚫ Arus listrik yang harus dicegah disebut arus liar (stray current) dan
arus statis (static current) yang bisa muncul dari dalam bumi atau dari
udara
⚫ Sambungan legwire dengan connecting wire di dalam lubang harus
diisolasi dengan baik dan kuat
⚫ Penyambungan rangkaian antar lubang harus dilaksanakan
secepatnya.
⚫ Ujung kawat harus selalu tersambung, baik legwire secara terpisah
maupun ujung kawat dari rangkaian yang akan disambung ke kawat
utama (lead wire).
⚫ Rangkaian harus dibuat rapih dan efektif. Upayakan agar kawat tidak
kusut.
⚫ Sebelum rangkaian disambung ke kawat utama, tahanan listrik dan
kesinambungan arus dari rangkaian harus diukur dengan
blastohmeter (BOM). Tahanan listrik rangkai harus sesuai dengan
perhitungan teoritis dgn toleransi ± 10% dianggap baik.
⚫ Secara terpisah “kawat utama” harus diukur juga tahanannya.
⚫ Pemegang kunci BM dan pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang
yang benar-benar mengerti, cukup berpengalaman dan memiliki Kartu
Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
a. b. c. (d) (e)
Langkah-langkah penyambungan:
1. Rapatkan sepasang kawat terbuka
2. Lengkungkan sepasang kawat
tersebut sekitar separuh dari
bagian kawat terbuka
3. Putar lengkungan kawat sebanyak
tiga kali
4. Letakkan sambungan di atas tanah
dan usahakan bagian yang terbuka
tidak menyentuh tanah. Caranya
bisa dengan melipat bagian yang
terselubung kemudian letakkan di
atas tanah (d) atau letakkan Quarry batugamping semen Bosowa,
sambungan di atas sebuah batu (e) Makassar
⚫ Jenis rangkaian adalah seri,
paralel, dan gabungan (paralel Leg wire
Connecting wire
Kawat utama
dalam seri atau seri dalam
paralel)
⚫ Penerapan rangkaian pada
peledakan listrik antara lain :
– Rangkaian seri diterapkan RTS = R1 + R2 + R3 + ... + Rn
pada peledakan kecil dgn jml
detonator kurang dari 40 biji Imin seri = 1,5 Amp/rangkaian
atau maksimum 50 detonator
– Rangkaian paralel-seri dan V=IR
seri-paralel dipakai pada
peledakan dgn jml detonator
cukup banyak atau lebih dari
50 biji.
– Rangkaian paralel digunakan
pada aplikasi khusus,
biasanya pada tambang
bawah tanah. 1 1 1 1 1
= + + + ... +
⚫ Kontinuitas rangkaian seri dpt R TP R1 R 2 R 3 Rn
diuji secara akurat
Imin paralel = 0,5 Amp;
⚫ Pengujian kontinuitas rangk
paralel akan akurat bila yakin Itotal = 0,5 x detonator
bahwa setiap detonator
berfungsi V=IR
Paralel-seri (series in parallel)
Blasting Machine
Rangkaian peledakan
Seri-paralel (parallels in serie)
Blasting Machine
Rangkaian peledakan
Paralel -Seri (series in parallel)
Diketahui R setiap detonator listrik 1,6 Ω, R connecting wire 8 Ω, dan R
lead wire (firing cable) 5 Ω.
Apabila 50 detonator dirancang 5 baris seri dengan 10 detonator per
baris, hitung potensial (voltage) yang dibutuhkan !!
3 2 1 0 1 2 3
4 3 2 1 2 3 4
5 4 3 2 3 4 5
Hinged connector
Hinged-greased connector
(Orica)
Proses penyambungan
detonator elektronik
◼ Hanya dapat diterapkan pada bbrp lubang ledak, maks
sekitar 20 lubang, karena keterbatasan teknis dan
pertimbangan aspek keselamatan kerja
◼ Minimal panjang yang keluar dari lubang ledak sekitar 60
cm, karena kecepatan rambat sumbu api 60 cm/menit
◼ Penyambung yang digunakan bisa Multiple Fuse Ignitor
(MFI), Plastic Ignitor Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan
Slotted Connectors
◼ Bentuk setiap jenis penyambung tersebut di atas dapat
dilihat pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
◼ Sumbu api sudah dihubungkan dengan detonator biasa
◼ Bila peledakan setiap lubang dibedakan interval waktunya,
sumbu api harus dipotong dgn panjang berbeda
◼ Untuk peledakan beberapa lubang sekaligus, rangkai sumbu
api dengan PIC menggunakan salah satu konektor, yaitu
Multiple Fuse Ignitor (MFI), Bean-hole Connectors, atau
Slotted Connectors.
◼ Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak
memakai PIC dan konektor, maka penyulutan sumbu api
harus dilakukan oleh minimal 2 orang Juru Ledak yang salah
seorang diantaranya berperan sebagai Pengawas.
◼ Pelaku penyulutan hanya diijinkan kepada Juru Ledak yang
cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan
(KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
Sumbu api
MFI
1
Cara menghubungkan beberapa
sumbu api ke dalam MFI
2
MFI
Lubang ledak
Sumbu api dari lubang ledak ke MFI 3
1 Sumbu api utama atau penyuplai
pembakaran. Sumbu api ini bisa
disulut bergantian sesuai nomor
Contoh penggunaan MFI pada peledakan
urutnya atau sekaligus bersamaan bawah tanah (pembuatan terowongan)
◆ Aman dari resiko arus liar dan frekuensi radio
◆ Tidak sensitif terhadap panas dan benturan, baik di dalam lubang
maupun di permukaan
◆ Waktu tunda lebih presisi dan bervariasi dibanding detonator
listrik
◆ Tidak bersuara
◆ Tidak terpengaruh adanya symphatetic detonation
◆ Tidak ada pengaruh negatif terhadap bahan peledak di dalam
lubang ledak
◆ Jumlah lubang ledak banyak, bisa di atas 500 lubang
◆ Tahan terhadap air bertekanan tinggi
◆ Lentur dan tidak mudah patah walaupun pada musim dingin
OHT 38
◆ Uraian tentang perlengkapan untuk sistem peledakan nonel terdapat
pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN
◆ Tie-in sumbu nonel adalah penyambungan sumbu nonel di permukaan
(surface / trunkline) dgn di dalam lubang (in-hole / downline). Karena
sumbu nonel dipermukaan dan di dalam lubang terdapat delay
detonators, maka disebut surface / trunkline delay dan in-hole /
downline delay.
◆ Perhatikan arah datangnya gelombang inisiasi yang menuju rangkaian
◆ Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus
diletakkan dekat dengan lubang ledak
◆ Disepanjang control line terdapat minimal 4 ikatkan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline dan 3 sumbu nonel
tunda trunkline yang terdiri dari pengikatan 1 sumbu control line
“datang” dengan 1 sumbu nonel cabang dan 1 sumbu control line
“pergi”.
◆ Pada sumbu nonel cabang hanya terdapat 3 ikatan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline, 1 sumbu nonel
OHT 39 tunda trunkline “datang”, dan 1 sumbu nonel tunda trunkline “pergi”.
Arah gelombang
masuk ke rangkaian Spasi
(IP) Blok pengikat sumbu
(bunch block) Control line
293 310 327 344 361 378 395 412 429 436
59 76 93 110 127 144 161 178 195 212
234 251 268 285 302 319 336 353 370 387
17 34 51 68 85 102 119 136 153
175 192 209 226 243 260 277 294 311 328
bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
42 ms ke arah
Waktu tunda permukaan diagonal Waktu tunda dalam lubang
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
17 ms sebagai
- Menggunakan
control-line di depan
PRIMADET 175 ms
OHT 41
Free Face
334 434 534 634 734 834 934 1034 1051
309 409 509 609 709 809 909 1009 1026
284 384 484 584 684 784 884 984 1001
259 359 459 559 659 759 859 959 976
134 234 334 434 534 634 734 834 851
217 317 417 517 617 717 817 917 1017
192 292 392 492 592 692 792 892 992
167 267 367 467 567 667 767 867 967
142 242 342 442 542 642 742 842 942
17 117 217 317 417 517 617 717 817
200 300 400 500 600 700 800 900 1000
175 275 375 475 575 675 775 875 975
150 250 350 450 550 650 750 850 950
125 225 325 425 525 625 725 825 925
bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
Waktu tunda permukaan 17 ms ke arah Waktu tunda dalam lubang
diagonal
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
100 ms sebagai - Menggunakan
control-line di depan PRIMADET 125 - 200 ms
Contoh Design A
Surface Delay
Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design A
Contoh Design B
Surface Delay
Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design B1
Jawaban Design B2
Jawaban Design B3
Contoh Design C
Surface Delay
Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design C
Label waktu
tunda
Trunkline
Tampak samping
J-Hook J-Hook
(a)
Arah tarikan
sumbu nonel
Ultrasonic seal
Mulut lubang
ledak
1. Kaitkan J-Hooks ke trunkline
Trunkline detcord (a)
2. Genggam ikatan J Hooks dan
(b) trunkline detcord, kmd tarik
perlahan-lahan sumbu nonel ke
arah luar agar tdk kendur (b)
3. Atur posisi ikatan J Hooks dgn
menggesernya sepanjang trunkline
(c)
detcord ( c )
Hanging wall
Sumbu nonel
Kayu penopang
trunkline
Dinding samping
Dinding samping Detonator
pemicu
Trunkline
Ikatkan trunkline ke kayu
Lantai Tarik sumbu nonel dari penopang agar kencang
Dilarang memasang dalam lubang agar kencang dan tidak menyentuh dasar
detonator sebelum seluruh Detonator sebagai dan ikatkan ke trunkline
penyambungan rangkaian di pemicu ledak ke arah
permuka kerja selesai permuka kerja
riku
s be
h
k
Ara
Lubang
ledak
rang ledak
pele kaian
an
dak
men mbang
uju
MS Connector
lo
h ge
Ara
Bentangan sambungan Simpul bunga
sumbu ledak cengkeh
Posisi MS-
connector
DRC
DRC