Anda di halaman 1dari 92

Bagaimana merencanakan geometri peledakan,

pemeriksaan kondisi lubang ledak, hambatan pada lubang


ledak, pemeriksaan kondisi lokasi peledakan, dan
perangkaian setiap lubang ledak

1. Memeriksa geometri peledakan


2. Memeriksa kondisi lubang ledak
3. Mengatasi hambatan pada lubang ledak
4. Mengisikan bahan peledak ke dalam lubang ledak
5. Melakukan penyumbatan lubang ledak (stemming)
6. Memeriksa kondisi lokasi peledakan
7. Merangkai setiap lubang ledak
PERSIAPAN PELEDAKAN:

I. Merencanakan geometri peledakan; (Aspek Teknis, K3 dan Lingkungan)

II. Kondisi dan hambatan lubang ledak;

III. Pemeriksaan kondisi lokasi peledakan;

IV. Perangkaian setiap lubang ledak.


BAGIAN I
MERENCANAKAN GEOMETRI
PELEDAKAN; (ASPEK TEKNIS, K3
DAN LINGKUNGAN)
Mengapa Harus D&B?

Assesment of rock masses with reference to excavatability classification system of Franklin et al. (1971).
Kepmen ESDM Nomor 1827 K 30 MEM 2018 hal -62-

Point 7 j ; iii
metode pengeboran dan peledakan (Drilling and blasting) untuk
batuan yang memiliki nilai UCS lebih dari 40 MPa dengan GSI
lebih dari 70 atau kecepatan seismik masa batuan lebih dari 1650
m/s; serta mempertimbangkan reaktivitas batuan, batuan panas
(hot rock/hot ground), bahaya kelistrikan, ground reactivity,
jumlah dan spesifikasi peralatan, geometri dan dimensi pola
peledakan, jenis bahan peledak, fragmentasi hasil peledakan,
rencana pemantauan efek peledakan yang paling kurang terdiri
atas ground vibration, air blast, fly rock, dan fumes;
I. MERENCANAKAN GEOMETRI
PELEDAKAN;

a. Geometri peledakan berdasarkan rencana peledakan


b. Kedalaman dan kemiringan lubang ledak
A. GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN RENCANA
PELEDAKAN

1. Diameter lubang ledak


𝐿
> 60
𝑑

Misal φ= 3 inci
𝐿
Maka > 60 , sehingga
3
L >180 inci =......m?
2. Tinggi jenjang
✓ Kemampuan alat bor
✓ Ukuran mangkok (bucket)
✓ Kestabilan jenjang

Source: B.V Gokhale, 2011


Hubungan variasi diameter lubang ledak dengan tinggi jenjang
(Tamrock, 1988)
3. Burden
4. Spasi
5. Subdrill
6. Kolom Stemming
Geometri Peledakan
Perhitungan Geometri Peledakan
A. Rancangan menurut J.C. Konya
✓ Burden

dimana B = burden (ft), de = diameter bahan peledak (inci), ρe = berat jenis bahan
peledak dan ρr = berat jenis batuan

✓ Spasi
H > 4B maka S = 2B (instantaneous single-row blastholes)
H < 4B maka S = H +2B
3
H > 4B maka S = 1.4B (sequenced single-row blastholes)
H < 4B maka S = H +7B ;
8
✓ Stemming
T = B (batuan massif)
T = 0,7 B (batuan berlapis)
✓ Subdrilling (J) = 0,3B
Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya untuk
keberhasilan peledakan dan ratio H/B (yang dinamakan Stifness Ratio) yang
bervariasi memberikan respon berbeda terhadap fragmentasi, airblast,
flyrock, dan getaran tanah yang hasilnya. Serta aturan lima (Rule of Five)”,
yaitu ketinggian jenjang (dalam feet) “Lima” kali diameter lubang ledaknya
(dalam inci).
B. Rancangan menurut ICI-Explosives

(1) Tinggi jenjang (H): Secara empiris H = 60d – 140d


(2) Burden (B) antar baris; B = 25d – 40d
(3) Spasi antar lubang ledak sepanjang baris (S); S = 1B – 1,5B
(4) Subgrade (J); J = 8d – 12 d
(5) Stemming (T); T = 20d – 30d
(6) Powder Factor (PF) ;
(7) Kedalaman kolom lubang ledak (L) = H + J
(8) Panjang isian utama (PC) = L – T

PF =
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN PELEDAK
Whandak = PC x ρd
Wtotal handak = n x PC x ρd

Sehingga dapat dihitung


PF dengan rumus:
PF = Whandak
BxSxH

Carcep = D2 ρ
1273
CONTOH PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Sebuah perusahaan mendapat proyek memotong tebing batu


berdensitas rata2 =2,3 t/m3 untuk jalan raya. Tinggi jenjang
maksimum 8 m. Karena alat gali-muat yang digunakan kecil,
maka fragmentasi harus sesuai dengan ukuran peralatan
tersebut. Terdapat 2 unit alat bor yang digunakan dengan
mata bor berukuran 3,5 inci dan 5 inci. Bahan peledak yang
dipakai ANFO dgn densitas 0,8 g/cc. Gambarkan rancangan
geometri peledakan dengan d= 3,5 inci dan d = 5 inci bila
volume batuan yang dipindahkan 8000 bcm/peledakan dan
hitung juga PF setiap rancangan tersebut menggunakan:
1. Metode Konya
2. Metode rule of thumb
PENYELESAIAN

Penyelesaian dengan metode Konya untuk d = 3,5 inci


Diketahui:
- d = 3,5 inci = 89 mm
- Bahan peledak ANFO, ∂e = 0,8 g/cc
- Batuan massif, ∂e = 2,3 t/m³ (bank)
- Tinggi jenjang, H = 8 m
Hasil perhitungan sbb:
Metode Konya Metode Trial
Merancang dan menghitung produksi peledakan
H = 60d - 140d = 5,3 - 12,5 m
3 SGe 3 0,8
B = 3,15 x d x =3,15 x 3,5 x = 7,75 ft
SGr 2,3
2,36 m
2,5 m (dibulatkan) B = 25d - 40d = 2 - 3,6 m
Nilai 4B = 4 x 2,5 = 10 m
Untuk mengurangi getaran maka peledakan dengan delay secara berurutan
antar lubang pada tiap baris. Dengan nilai 4B = 10, maka H < 4B, jadi:
- S = (H + 7B)/8 = 3,2 m S = 1B - 1,5B = 2,5 - 3,75 m
- T = B (karena jenis batuan masif) = 2,5 m T = 20d - 30d = 1,8 - 2,7 m
- J = 0,3B = 0,3 x 2,5 = 0,75 m J = 8d - 12d = 0,7 - 1,1 m
- Distribusi fragmentasi dapat diperkirakan
dari Stifness Ratio (H/B) = 8/2,5 = 3,2 2,5
Dari tabel Stifness Ratio diperkirakan distribusi fragmentasi cukup baik
karena H/B = 3,2
- L = H + J = 8 + 0,75 = 8,75 m
2,5
- PC = L - T (panjang kolom lubang ledak) = 6,25 m
- Produksi peledakan, Vp = B x S x H = 63,75 m³ (bank) 8
Menghitung keperluan bahan peledak ANFO 8,75
- Loading density , Ld = (∂e x d² )/1273 = 4,97 kg/m 6,25
- Berat ANFO, We = PC + Ld = 6,25 x 4,97 = 31,04 kg/hole
Menghitung Powder Factor (PF)
= 0,49 kg/m³ (bank) 0,75
Area Peledakan
 Area peledakan adalah lokasi yang akan diledakkan, baik pada tambang terbuka
maupun bawah tanah
 Pada tambang terbuka umumnya mencakup lokasi yang luas. lebar dan panjang total
lokasi peledakan harus diketahui, yaitu dgn mengukur spasi, burden, dan jumlah baris,
shg dapat dihitung luasnya
 Pada tambang bwh. tanah areanya lebih sempit. cara menghitungnya, y.i. luas area
bukaan dikalikan dgn. kemajuan / kedalaman lubang ledaknya
 Luas area peledakan digunakan untuk:
1. Menghitung volume peledakan yang akan tergali
2. Menghitung sisa luas cadangan, yaitu luas lokasi penambangan sesuai ijin yang
dimiliki dikurangi luas area peledakan.
3. Menghitung sisa jumlah (berat atau volume total) cadangan.
4. Point 2 dan 3 diperlukan untuk membuat laporan kemajuan tambang setiap enam
bulan ke pemerintah
48 m

m
2

15 m
2,5 m

6m
3m
B I D A N G B E B A S
4m

15 m Terbuka Arah kemajuan lubang


3m
KETERANGAN :
LUAS & VOLUME AREA
YANG AKAN DILEDAKKAN
LUBANG LEDAK

15 m

3,75 m OHT 3
• Sangat dipengaruhi oleh kondisi, tujuan peledakan, alat yang
digunakan, dan keleluasaan kerja
• Tujuan peledakan bawah tanah, antara lain untuk:
– Pembuatan jalan masuk tambang (dari permukaan bumi),
– Pembuatan jalur ventilasi tambang,
– Penghubung antar level, cross cut, drift, adit, dll
– Produksi
• Secara umum persiapan peledakan hampir sama dengan pada tambang
terbuka
• Penekanan persiapan peledakan di bawah tanah terutama pada
pengamanan batuan disekitar bukaan yang diperkirakan akan jatuh
akibat getaran pengeboran atau aktifitas lain, sehingga membahayakan
operator dan karyawan lain disekitar lokasi tersebut
• Pengeboran lubang ledak ( blasthole drilling )
• Pengisian lubang ledak (charging )
• Peledakan (blasting )
• Ventilasi intensif (ventilation )
• Pengamanan dinding lubang bukaan hasil
peledakan dan penyemenan dinding (scaling and
grouting ) bila diperlukan
• Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling )
• Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru
(setting up of the new round )
1. Siapkan dan gunakan tongkat dengan panjang tertentu (scaling
bar) sebagai alat untuk menjatuhkan batu yang menggantung
pada bagian atap dan dinding kanan-kiri lubang bukaan yang
masih memungkinkan diupayakan untuk dijatuhkan secara
manual.
2. Seandainya terdapat bagian atap atau dinding lubang bukaan
yang perlu penyemenan (grouting) atau pemasangan baut
batuan (rock bolt) untuk memperkuat stabilitasnya, segera
laporkan ke Supervisor atau Pengelola Peledakan untuk ditindak
lanjuti agar siklus pembuatan terowongan atau yang lainnya
tidak terhambat.
3. Lakukan pemeriksaan akhir untuk seluruh atap dan dinding,
setelah yakin tidak ada batu yang menggantung, laporkan
hasilnya ke Supervisor bahwa kondisi lubang bukaan hasil
peledakan aman.
1. Gunakan scaling bar yang ringan dan
kuat serta panjangnya cukup
menjangkau atap.
2. Apabila atap terowongan tinggi, bisa
berdiri di atas alat gali dengan meminta
ijin kpd operatornya terlebih dahulu
3. Diperlukan minimal dua orang yang
mengerjakan scaling, 1 org memeriksa
batu menggantung menggunakan
scaling bar dan seorang lagi
mengawasinya.
4. Batu menggantung yang akan
dijatuhkan harus berada sekitar 3 - 4 m
di depan orang yang mengerjakan
scaling atau pada posisi yang
diperkirakan aman bila batu terjatuh
5. Pandangan selalu ke atas
➢ Pada tambang terbuka titik
lubang bor dapat ditandai oleh
batu yang besarnya cukup
mudah diamati dan disemprot
cat warna menyolok (merah) a b
➢ Jarak lubang bor sesuai dengan c d
ukuran spasi, burden, dan pola 1. Letakkan projektor pola pengeboran di atas
pengeborannya tripod atau kendaraan bawah tanah.
2. Tentukan dua titik sebagai acuan pada
➢ Pada tambang bwh tanah titik permuka kerja ( a dan b).
bor dapat langsung dicat pada
dinding yang akan dibor, atau 3. Pola pengeboran untuk satu siklus (round)
gunakan alat sorot seperti pada diproyeksikan pada permuka kerja dengan
gambar di samping mengacu pada dua titik tersebut di atas (c).
4. Bayangan titik-titik pola pengeboran yang
➢ Posisi titik lubang bor nampak di permuka kerja kemudian
disesuaikan dengan rancangan difokuskan agar nampak jelas, kemudian
pola pengeboran di bwh tanah titik-titik tersebut dicat dan siap dilakukan
pengeboran ( d ).
BAGIAN II
KONDISI DAN HAMBATAN LUBANG
LEDAK
1. Ada tidaknya air di dalam lubang ledak
2. Kedalaman lubang ledak, spasi, dan
burden
3. Adanya penghambat di dalam lubang
ledak
4. Rongga dan retakan di dalam lubang
ledak
5. Menutup rongga dalam lubang ledak
6. Hot hole dan Reactive Ground
 Jatuhkan batu kecil ke dalam lubang, apabila ada
airnya akan terdengar suara gema benda jatuh ke air
 Cara mengeluarkan air dari dalam lubang ledak:
– Gunakan kompresor untuk menekan air keluar
– Gunakan pompa isap
 Bila air mengalir kembali ke dalam lubang, maka:
– Gunakan cartridge bahan peledak atau emulsi sepanjang
kolom lubang ledak yg berair, atau
– Gunakan selubung plastik untuk ANFO sepanjang kolom
lubang ledak yg berair
 Alat yang digunakan adalah:
– meteran yang panjangnya cukup, atau
– tongkat bambu yang diberi skala untuk lubang yang
pendek
 Bila kedalaman tdk sesuai dgn rencana,
maka:
– bila terlalu dalam, isilah dengan bahan untuk stemming
kemudian dipadatkan sampai kedalamannya berkurang
dan sesuai dengan yang direncanakan
– bila kurang dalam, harus dilakukan pengeboran ulang
agar sesuai dengan kedalaman lubang yang
direncanakan
 Ukur dan catat kedalaman
lubang, spasi dan burden
 Ukur atau estimasi ketebalan
retakan / backbreak sepanjang
collar
 Gunakan tongkat bambu untuk mendorong material penyumbat
lubang, atau
 Gunakan besi pemukul/pemberat yang diikatkan ke tali
kemudian turunkan ke dalam lubang dan pukulkan berulang kali
ke penyumbat dgn cara menaik-turunkan talinya

 Apabila cara-cara di atas tidak berhasil perlu dibor ulang


perlahan-lahan
 Gunakan kaca (atau kaca jam tangan) yang diarahkan
ke dalam lubang dan dengan pantulan sinar matahari
diharapkan dapat terlihat ada-tidaknya rongga.
 Cek data log-bor dari Juru Bor yang memberikan
informasi adanya kenaikan penetrasi mendadak pada
kedalaman tertentu.
 Bila cara di atas tdk memungkinkan, maka:
– perhatikan kecepatan kenaikan bahan peledak,
– bila dirasakan lambat, harus dihentikan, kemudian isikan
material stemming secukupnya
 Apabila rongga berada diantara kolom “isian utama”, maka:
– isikan dahulu bahan peledak sampai batas bawah rongga,
– isi rongga oleh material stemming sampai diperkirakan tertutup,
– lanjutkan dengan pengisian bahan peledak sesuai rencana
 Apabila rongga terdapat di bagian dasar lubang, maka :
– tuangkan dahulu material stemming sampai rongga diperkirakan
tertutup,
– masukkan primer dan lanjutkan dengan pengisian bahan peledak
sesuai rencana.
– untuk meyakinkan bahwa isian bahan peledak terinisiasi seluruhnya
disarankan menggunakan primer yang dibuat bersama sumbu ledak.
– apabila bahan utk stemming terbatas, gunakan karton atau karung
kemasan bhn peledak sebagai penutup rongga
Rongga Dalam Lubang Ledak
HOT HOLE DAN REACTIVE
GROUND
Hot hole/ lubang panas:
1. Pemanasan Panas bumi
2. Geothermal gradients
3. Pembakaran lapisan batubara
4. Oksidasi sulfida
5. Pengisian semen pada stope
6. Peningkatan suhu pada permukaan tanah
yang diakibatkan oleh radiasi matahari
Draeger UCF 3200
Thermal Imaging Camera And
Temperature Gun
Thermocouple
(Infreared Term.)
Tanah reaktif adalah batuan sulfida (terutama besi dan
tembaga sulfida) yang mengalami reaksi eksotermis
spontan setelah kontak dengan nitrat (ammonium nitrat).
Indikator keberadaan tanah reaktif adalah sebagai berikut:
1. Adanya batuan sulfida (normalnya lebih dari 1%).
2. Adanya sedimen sulfida hitam.
3. Sulfida dalam batuan mineral.
4. Adanya garam putih atau kuning diatas batu.
5. Kondisi asam, ditunjukkan oleh warna air yang mengalir, biasanya
berwarna kuning-merah coklat.
6. Korosi yang signifikan dari rock bolt, safety mesh dan peralatan
lainnya yang terkait dengan operasi penambangan.
7. Pembakaran spontan dari lapisan tanah penutup atau batuan sisa
baik di disposal atau di pit, terutama yang terkena udara.
8. Bau tajam belerang dioksida yang disebabkan oleh reaksi oksidasi
sulfida alami.
9. Kenaikan suhu lubang ledak.
10. Kenaikan suhu tanah.
 Apabila ditemukan indikasi hot hole, maka:
– Beri tanda, untuk didiskusikan kepadata atasan,
– Psycal barier (product)
– No-sleep blast (product)
– Jika memungkinkan diisi, lakukan pengisian terahir
– Jika tidak memungkinkan, ambil langkah safety (No-Charging)

 Apabila ditemukan indikasi reactive ground, maka:


– Beri tanda, untuk didiskusikan kepadata atasan,
– Penggunaan Inhibiter (product)
– Psycal barrier
– No-Sleep blast (product)
– Jika tidak memungkinkan, ambil langkah safety (No-charging)
Dryton Mine- New South Wales Australia-2010

Reactive Ground Incident in


July 2010
7:20 am shot firers discover
ejection from hole N17
Observations were: Steam,
smoke, white and yellow
substance around collar
Beberapa Kejadian Reactive Ground (Orica M.S)
Mt. Leyshon 1992 - Emulsion in a shot which had been
sleeping for several months detonated.

Collinsville Coal 1995 - Holes containing a TES emulsion


(HEF) caught fire.

Collinsville Coal 1998 - A hole loaded with Sawdust/ANFO


detonated prematurely.

Sons of Gwalia 1998 - Several holes at Jacoletti pit


started smoking within 20 minutes of being loaded with
heavy ANFO.

Century Zinc 1998 - AN spilt on the bench started to burn


several days after the shot was fired.
BAGIAN III
PEMERIKSAAN KONDISI LOKASI
PELEDAKAN
KONDISI LOKASI PELEDAKAN
A. Identifikasi Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
Adapun sumber-sumber bahaya akibat kondisi tidak aman di lokasi
peledakan sebagai berikut:
1. Kontaminasi bahan kimia
2. Paparan panas matahari
3. Tumpahan bahan kimia
4. Arus liar (stray current) atau sambaran petir
5. Tertimpa batuan
6. Munculnya air tambang
Di samping bahaya akibat kondisi tidak aman terdapat pula
beberapa bahaya yang terjadi setelah dan selama peledakan
berlangsung, yaitu:

1. Batu Terbang (Fly rock)


2. Getaran tanah (ground vibration)
3. Gas Hasil Peledakan
Gas hasil peledakan dapat berupa fume dan smoke. Fume adalah
gas atau asap hasil peledakan yang beracun, yaitu nitrogen
monoksida (NO), Nitrogen Oksida (NO2) dan Karbon Monoksida
(CO). Sedangkan smoke merupakan gas yang tidak beracun
(non-toxic), yaitu uap air (H2O), Karbondioksida (CO2) dan
Nitrogen (N2).
4. Ledakan Udara (Air blast)
5. Kebisingan (Noise)
6. Pengecekan hasil peledakan
B. Pelaporan Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
Berita acara peledakan merupakan suatu dokumen penting bagi
perusahaan yang paling tidak berfungsi sebagai bukti:
1. Kepemilikan bahan peledak yang sah secara hukum.
2. Penggunaan bahan peledak yang sah sesuai kebutuhan
produksi.
3. Pelaksanaan peledakan aman dan terkendali.
4. Personil Juru Ledak telah dibekali Kartu Izin Meledakkan (KIM).
C. Penanganan Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
1. Pengendalian Batu Terbang
2. Pengendalian Bahaya Getaran
3. Pengendalian Gas Peledakan
4. Pengendalian Ledakan Udara dan Kebisingan
5. Pengendalian Kontaminasi Kimia
6. Pengendalian paparan panas matahari
7. Pengendalian tumpahan bahan kimia
8. Penghindaran arus liar dan sambaran petir
Untuk menghindari arus liar dilakukan antara lain:
a. Mengganti detonator listrik dengan detonator non-listrik (nonel) atau
detonator elektronik.
b. Menggabungkan ujung dua kabel detonator listrik pada saat penyimpanan di
dalam gudang detonator. Melakukan penyimpanan detonator listrik di dalam peti
kayu dan di kunci saat pengangkutan dari gudang bahan peledak ke lokasi
peledakan.
c. Dilarang membawa korek api, handphone, radio komunikasi, merokok atau
membuat nyala api di lokasi peledakan.
9. Pengendalian saat pengecekan hasil peledakan
10. Pengendalian tertimpa batuan
11. Pengendalian air tambang
MENGISIKAN BAHAN PELEDAK
KE DALAM LUBANG LEDAK
Lubang ledak berdiameter “kecil” berukuran <50 mm (2”) dan “sedang”
antara 50 – 100 mm (2” – 4”)
Bisa dilakukan secara manual atau alat mekanis
Dengan cara manual, bahan peledak (biasanya ANFO) dituang langsung
ke dalam lubang ledak menggunakan tempat sederhana, misalnya ember
plastik, yang telah ditetapkan volumenya
Penuangan sedikit demi sedikit diiringi dengan pengukuran ketinggiannya
menggunakan selang plastik atau tongkat berskala sampai batas yang telah
direncanakan
Bila ANFO dituang ke dalam lubang ledak yang berair, maka harus
diproteksi oleh selubung plastik yang cukup kuat
Pada tambang bawah tanah biasanya menggunakan bahan peledak
cartridge yang dituang menggunakan alat mekanis khusus.
PT.Indocement, Cibinong, Bogor, Jawa Barat Semen Bosowa, Makassar

PT.Trumix Beton (andesit), Bogor, Jawa Barat Tambang batubara Bukit Baiduri, Samarinda
Tambang batubara KPC, Sangata, Kaltim oleh PT. Dahana
MELAKUKAN PENYUMBATAN
LUBANG LEDAK (STEMMING)
Material stemming yang baik berupa krikil atau batu split berukuran 0,5
– 1 cm, agar setelah dimampatkan/dipadatkan butirannya akan saling
mengunci. Dengan dmk diharapkan stemming ejection tidak terjadi.
Bila tak ada dapat digunakan serbuk bor (cutting)
Lubang vertikal disumbat menggunakan penyumbat kayu atau alat
khusus utk itu
Menurut Kepmen 1827/K/30/MEM/2018
Poin J :
Peledakan tidur
Peledakan tidur (sleep blast) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) tidak boleh menggunakan detonator di permukaan lubangledak;
2) dilakukan pengamanan terhadap daerah peledakan tidur; atau
3) apabila terjadi peledakan tidur yang tidak direncanakan karena masalah tertentu, KTT
harus melapor kepada KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Secara teknis waktu tidur dpt dilakukan dengan memperhatikan jenis bhn peledak dan
mengacu pada spesifikasi dari pabrik pembuatnya.
Contoh waktu tidur bahan peledak seri “Titan 4000” dari Nitro Nobel seperti terlihat
pada tabel di bawah.
BAGIAN IV
PERANGKAIAN LUBANG LEDAK
Beberapa hal yang harus diperhatikan dlm penyambungan:
⚫ Arus listrik yang harus dicegah disebut arus liar (stray current) dan
arus statis (static current) yang bisa muncul dari dalam bumi atau dari
udara
⚫ Sambungan legwire dengan connecting wire di dalam lubang harus
diisolasi dengan baik dan kuat
⚫ Penyambungan rangkaian antar lubang harus dilaksanakan
secepatnya.
⚫ Ujung kawat harus selalu tersambung, baik legwire secara terpisah
maupun ujung kawat dari rangkaian yang akan disambung ke kawat
utama (lead wire).
⚫ Rangkaian harus dibuat rapih dan efektif. Upayakan agar kawat tidak
kusut.
⚫ Sebelum rangkaian disambung ke kawat utama, tahanan listrik dan
kesinambungan arus dari rangkaian harus diukur dengan
blastohmeter (BOM). Tahanan listrik rangkai harus sesuai dengan
perhitungan teoritis dgn toleransi ± 10% dianggap baik.
⚫ Secara terpisah “kawat utama” harus diukur juga tahanannya.
⚫ Pemegang kunci BM dan pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang
yang benar-benar mengerti, cukup berpengalaman dan memiliki Kartu
Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
a. b. c. (d) (e)

Langkah-langkah penyambungan:
1. Rapatkan sepasang kawat terbuka
2. Lengkungkan sepasang kawat
tersebut sekitar separuh dari
bagian kawat terbuka
3. Putar lengkungan kawat sebanyak
tiga kali
4. Letakkan sambungan di atas tanah
dan usahakan bagian yang terbuka
tidak menyentuh tanah. Caranya
bisa dengan melipat bagian yang
terselubung kemudian letakkan di
atas tanah (d) atau letakkan Quarry batugamping semen Bosowa,
sambungan di atas sebuah batu (e) Makassar
⚫ Jenis rangkaian adalah seri,
paralel, dan gabungan (paralel Leg wire
Connecting wire
Kawat utama
dalam seri atau seri dalam
paralel)
⚫ Penerapan rangkaian pada
peledakan listrik antara lain :
– Rangkaian seri diterapkan RTS = R1 + R2 + R3 + ... + Rn
pada peledakan kecil dgn jml
detonator kurang dari 40 biji Imin seri = 1,5 Amp/rangkaian
atau maksimum 50 detonator
– Rangkaian paralel-seri dan V=IR
seri-paralel dipakai pada
peledakan dgn jml detonator
cukup banyak atau lebih dari
50 biji.
– Rangkaian paralel digunakan
pada aplikasi khusus,
biasanya pada tambang
bawah tanah. 1 1 1 1 1
= + + + ... +
⚫ Kontinuitas rangkaian seri dpt R TP R1 R 2 R 3 Rn
diuji secara akurat
Imin paralel = 0,5 Amp;
⚫ Pengujian kontinuitas rangk
paralel akan akurat bila yakin Itotal = 0,5 x  detonator
bahwa setiap detonator
berfungsi V=IR
Paralel-seri (series in parallel)

Blasting Machine

Rangkaian peledakan
Seri-paralel (parallels in serie)

Blasting Machine

Rangkaian peledakan
Paralel -Seri (series in parallel)
Diketahui R setiap detonator listrik 1,6 Ω, R connecting wire 8 Ω, dan R
lead wire (firing cable) 5 Ω.
Apabila 50 detonator dirancang 5 baris seri dengan 10 detonator per
baris, hitung potensial (voltage) yang dibutuhkan !!

RS = 1,6x10= 16 Ω/baris I = 1,5x5= 7,5 Amp


RGRUP = 16/5 = 3,2 Ω Potensial = 7,5x16,2= 121,5 Volts
RT = 3,2+8+5 = 16,2 Ω
Seri-Paralel (parallels in serie)
Diketahui R setiap detonator listrik 1,6 Ω, R connecting wire 8 Ω, dan R
lead wire (firing cable) 5 Ω.
Apabila 50 detonator dirancang 5 grup paralel dihubungkan seri dengan
10 detonator per grup, hitung potensial (voltage) yang dibutuhkan !!

RP = 1,6/10= 0,16 Ω/grup IMin = 0,5x10= 5 Amp


RGRUP = 5x0,16 = 0,8 Ω Potensial = 5x13,8= 69 Volts
RT = 0,8+8+5 = 13,8 Ω
Contoh Soal
⚫ Terdapat 30 lubang ledak yang dirangkai secara seri-
paralel, dirancang dengan 3 grup paralel dihubungkan
secara seri dengan 10 detonator per grup. Tahanan
setiap detonator 1½ Ω, total tahanan kawat
penyambung 4 Ω dan tahanan kawat utama 10 Ω.
Berapa voltage yang diperlukan.

⚫ Terdapat 45 lubang ledak yang dirangkai secara


paralel-seri dirancang dengan 3 grup seri dihubungkan
secara paralel dengan 15 detonator per grup. Tahanan
setiap detonator 1½ Ω, total tahanan kawat
penyambung 4 Ω dan tahanan kawat utama 10 Ω.
Berapa voltage yang diperlukan.
bidang bebas

3 2 1 0 1 2 3

4 3 2 1 2 3 4

5 4 3 2 3 4 5

• Nomor menunjukkan urutan peledakan (berapa ms ?)


• Tanda panah menunjukkan arah lemparan hasil peledakan
• Bagaimana susunan/pola waktu tunda untuk peledakan
antar baris (inter row pattern)?
OHT 34
TIE UP DETONATOR
ELEKTRONIK
Harness
Leg wire

Hinged connector

Hinged-greased connector
(Orica)
Proses penyambungan
detonator elektronik
◼ Hanya dapat diterapkan pada bbrp lubang ledak, maks
sekitar 20 lubang, karena keterbatasan teknis dan
pertimbangan aspek keselamatan kerja
◼ Minimal panjang yang keluar dari lubang ledak sekitar 60
cm, karena kecepatan rambat sumbu api 60 cm/menit
◼ Penyambung yang digunakan bisa Multiple Fuse Ignitor
(MFI), Plastic Ignitor Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan
Slotted Connectors
◼ Bentuk setiap jenis penyambung tersebut di atas dapat
dilihat pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
◼ Sumbu api sudah dihubungkan dengan detonator biasa
◼ Bila peledakan setiap lubang dibedakan interval waktunya,
sumbu api harus dipotong dgn panjang berbeda
◼ Untuk peledakan beberapa lubang sekaligus, rangkai sumbu
api dengan PIC menggunakan salah satu konektor, yaitu
Multiple Fuse Ignitor (MFI), Bean-hole Connectors, atau
Slotted Connectors.
◼ Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak
memakai PIC dan konektor, maka penyulutan sumbu api
harus dilakukan oleh minimal 2 orang Juru Ledak yang salah
seorang diantaranya berperan sebagai Pengawas.
◼ Pelaku penyulutan hanya diijinkan kepada Juru Ledak yang
cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan
(KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
Sumbu api

MFI
1
Cara menghubungkan beberapa
sumbu api ke dalam MFI
2
MFI
Lubang ledak
Sumbu api dari lubang ledak ke MFI 3
1 Sumbu api utama atau penyuplai
pembakaran. Sumbu api ini bisa
disulut bergantian sesuai nomor
Contoh penggunaan MFI pada peledakan
urutnya atau sekaligus bersamaan bawah tanah (pembuatan terowongan)
◆ Aman dari resiko arus liar dan frekuensi radio
◆ Tidak sensitif terhadap panas dan benturan, baik di dalam lubang
maupun di permukaan
◆ Waktu tunda lebih presisi dan bervariasi dibanding detonator
listrik
◆ Tidak bersuara
◆ Tidak terpengaruh adanya symphatetic detonation
◆ Tidak ada pengaruh negatif terhadap bahan peledak di dalam
lubang ledak
◆ Jumlah lubang ledak banyak, bisa di atas 500 lubang
◆ Tahan terhadap air bertekanan tinggi
◆ Lentur dan tidak mudah patah walaupun pada musim dingin
OHT 38
◆ Uraian tentang perlengkapan untuk sistem peledakan nonel terdapat
pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN
◆ Tie-in sumbu nonel adalah penyambungan sumbu nonel di permukaan
(surface / trunkline) dgn di dalam lubang (in-hole / downline). Karena
sumbu nonel dipermukaan dan di dalam lubang terdapat delay
detonators, maka disebut surface / trunkline delay dan in-hole /
downline delay.
◆ Perhatikan arah datangnya gelombang inisiasi yang menuju rangkaian
◆ Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus
diletakkan dekat dengan lubang ledak
◆ Disepanjang control line terdapat minimal 4 ikatkan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline dan 3 sumbu nonel
tunda trunkline yang terdiri dari pengikatan 1 sumbu control line
“datang” dengan 1 sumbu nonel cabang dan 1 sumbu control line
“pergi”.
◆ Pada sumbu nonel cabang hanya terdapat 3 ikatan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline, 1 sumbu nonel
OHT 39 tunda trunkline “datang”, dan 1 sumbu nonel tunda trunkline “pergi”.
Arah gelombang
masuk ke rangkaian Spasi
(IP) Blok pengikat sumbu
(bunch block) Control line

2 sumbu nonel tunda


permukaan (trunkline delay)
dilengkapi J-Hook, yaitu
sebagai control line dan
Burden
sumbu nonel cabang

2 sumbu nonel waktu tunda


dalam lubang (downline
delay) tanpa J-Hook
118 135 152 169 186 203 220 237 254 271

293 310 327 344 361 378 395 412 429 436
59 76 93 110 127 144 161 178 195 212

234 251 268 285 302 319 336 353 370 387
17 34 51 68 85 102 119 136 153

175 192 209 226 243 260 277 294 311 328

bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
42 ms ke arah
Waktu tunda permukaan diagonal Waktu tunda dalam lubang
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
17 ms sebagai
- Menggunakan
control-line di depan
PRIMADET 175 ms
OHT 41
Free Face
334 434 534 634 734 834 934 1034 1051
309 409 509 609 709 809 909 1009 1026
284 384 484 584 684 784 884 984 1001
259 359 459 559 659 759 859 959 976
134 234 334 434 534 634 734 834 851
217 317 417 517 617 717 817 917 1017
192 292 392 492 592 692 792 892 992
167 267 367 467 567 667 767 867 967
142 242 342 442 542 642 742 842 942
17 117 217 317 417 517 617 717 817
200 300 400 500 600 700 800 900 1000
175 275 375 475 575 675 775 875 975
150 250 350 450 550 650 750 850 950
125 225 325 425 525 625 725 825 925

100 200 300 400 500 600 700 800

bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
Waktu tunda permukaan 17 ms ke arah Waktu tunda dalam lubang
diagonal
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
100 ms sebagai - Menggunakan
control-line di depan PRIMADET 125 - 200 ms
Contoh Design A

Surface Delay

Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design A
Contoh Design B

Surface Delay

Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design B1
Jawaban Design B2
Jawaban Design B3
Contoh Design C

Surface Delay

Tugas :
• Tentukan titik inisiasi
• Tentukan Delay
• Gambar sesuai arah Lemparan
• Gambar Sudut Inisiasi
Jawaban Design C
Label waktu
tunda

Trunkline

Tampak samping
J-Hook J-Hook

(a)
Arah tarikan
sumbu nonel

Ultrasonic seal

Mulut lubang
ledak
1. Kaitkan J-Hooks ke trunkline
Trunkline detcord (a)
2. Genggam ikatan J Hooks dan
(b) trunkline detcord, kmd tarik
perlahan-lahan sumbu nonel ke
arah luar agar tdk kendur (b)
3. Atur posisi ikatan J Hooks dgn
menggesernya sepanjang trunkline
(c)
detcord ( c )
Hanging wall

Sumbu nonel

Kayu penopang
trunkline

Dinding samping
Dinding samping Detonator
pemicu

Trunkline
Ikatkan trunkline ke kayu
Lantai Tarik sumbu nonel dari penopang agar kencang
Dilarang memasang dalam lubang agar kencang dan tidak menyentuh dasar
detonator sebelum seluruh Detonator sebagai dan ikatkan ke trunkline
penyambungan rangkaian di pemicu ledak ke arah
permuka kerja selesai permuka kerja

Pembuatan terowongan Pembuatan sumuran


(tunneling) (shaft sinking)
• Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah diberikan
dalam petunjuk pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN
• Jarak antar lubang tertentu agar tidak terjadi sympathetic detonation.
• Dilarang memotong sumbu ledak menggunakan alat dari besi.
• Pada waktu memotong sumbu ledak sebaiknya tidak digenggam
apalagi dililitkan di tangan.
• Hindari adanya rangkaian sumbu ledak yang saling menyilang atau
saling menumpang sehingga bersentuhan.
• Untuk mengurangi airblast dan noise pada peledakan tambang terbuka,
sebaiknya seluruh sumbu ledak dipermukaan ditutupi oleh material,
misalnya serbuk bor (cutting).
• Sambungan antara sumbu ledak utama dan sumbu ledak cabang, baik
yang masuk ke dalam lubang ledak maupun antar baris, harus benar-
benar baik dan harus membentuk sudut lebih besar dari 90.
• Pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang yang benar-benar
mengerti, cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan
(KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
Sambungan ikat bunga Sambungan ikat bunga cengkeh dgn Simpul mati untuk memper-
cengkeh ujung diseloitip kearah downline panjang trunkline
bari menu ang
tnya
b
ju
leda gelom

riku
s be
h
k
Ara

Arah gelombang ledak


Sumbu ledak cabang Selotip menuju lubang ledak
kuat berikutnya

Arah gelombang ledak Sumbu ledak


menuju lubang ledak menuju lubang
u

Sudut 900 Sudut 900 ledak


ama
leda Sumb
k ut

Lubang
ledak
rang ledak
pele kaian
an
dak
men mbang
uju

MS Connector
lo
h ge
Ara
Bentangan sambungan Simpul bunga
sumbu ledak cengkeh

Posisi MS-
connector
DRC

DRC

Anda mungkin juga menyukai