Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PERENCANAAN KONSTRUKSI ATAP

2.1 Perhitungan Panjang Batang Rangka Kuda-Kuda

Gambar 2.1 Rangka Kuda-Kuda (Soal)

Gambar 2.2 Rangka Kuda-Kuda Rencana

Direncanakan :
 Panjang Bentang Kuda-Kuda (L) = 14,20 m
 Sudut Kemiringan Atap (α) = 35o
 Jarak Antar Kuda-Kuda = 5,20 m
 Mutu Baja = BJ 37
 Modulus Elastisitas Baja (E)
= 200000 Mpa

3
→ SNI-03-1729-2002, pasal 5.1.3 hal 9
= 2 x 106 kg/cm2
 Alat Sambung
= Baut
→ SNI-03-1729-2002, pasal 13 hal 94

2.1.1 Batang Bawah


L = 8B
14,20
L =
8
= 1,78 m

Maka, B1 s/d B8 = 1,78 m

2.1.2 Batang Atas

¿
A1 = A10 = cos α

1.20 m
= = 1,46 m
cos 35 °

B
A2 s/d A9 =
cos α
1.78 m
= = 2,17 m
cos 35 °

2.1.3 Batang Tegak Lurus


V1 = V7 = √ (A2)2 − (B1) 2
= √ ( 2 , 17 )2 − ( 1 ,78 ) 2 = 1,24 m
V2 = V6 = √ (A2+A3)2 − (B1+B2)2
= √ ( 2 , 17 + 2 ,17 )2 − ( 1 , 78 +1,78 )2 = 2,49 m
V3 = V5 = √ (A2+A3+A4)2 − (B1+B2+B3) 2
= √ ( 2 , 17+ 2 , 17 +2,17 ) 2 − ( 1 ,78+1,78+1,78 )2 = 3,73 m
V4 = √ (A2+A3+A4+A5)2 − (B1+B2+B3+B4)2
= √ ( 2 , 17+ 2 , 17 +2,17 +2,17 )2 − ( 1 , 78+1,78+1,78+1,78 )2

4
= 4,97 m
2.1.4 Batang Diagonal
D1 = D6 = √ V12 + B22
= √ ( 1 , 24 m)2 + (1 , 78 m)2 = 2,17 m
D2 = D5 = √ V22 + B32
= √ ( 2 , 49 m)2 + ( 1, 78 m)2 = 3,05 m
D3 = D4 = √ V32 + B42
= √ ( 3 , 73 m)2 + 2
(1 , 78 m) = 4,13 m

Tabel 2.1 Panjang Rangka Kuda-Kuda


Jumlah
Nama Panjang Jumlah
Panjang
Batang Batang (m) Batang
Batang (m)
A1 = A10 1,46 2 2,93
A2 s/d A9 2,17 8 17,33
B1 s/d B8 1,78 8 14,20
V1 = V7 1,24 2 2,49
V2 = V6 2,49 2 4,97
V3 = V5 3,73 2 7,46
V4 4,97 1 4,97
D1 = D6 2,17 2 4,33
D2 = D5 3,05 2 6,11
D3 = D4 4,13 2 8,26
TOTAL PANJANG BATANG 73,05

2.2 Perencanaan Gording

2.2.1 Penentuan jarak antar gording

5
Untuk mencari jarak antar gording harus mengetahui jenis penutup atap yang
digunakan. Karena pada rancangan ini jenis penutup atap yang digunakan adalah
seng gelombang dengan berbagai macam ukuran.
 6‫״‬ 1,80 = m
 7‫״‬ 2,10 = m
 8‫״‬ 2,40 = m
Direncanakan :
Panjang bentang atas (ƩA1+A2+A3+A4+A5) = 12,30 m
Sudut kemiringan atap (α) = 35o
Penutup Atap = Seng Gelombang
Menggunakan seng ukuran = 72,10 = ‫ ״‬m (hasil trial)

a. Banyak seng yang digunakan


Banyak seng = panjang bentang atas/panjang seng 8‫״‬
= 12,30 m/2,10 m
= 5,85 ≈ 6,00 lembar

b. Perhitungan overlap
Overlap yang dibutuhkan = jumlah overlap x panjang overlap
= 5,00 x 0,15 m
= 0,75 m
Overlap yang didapat = jumlah seng x panjang seng – panjang bentang
= 6,00 x 2,10 m – 12,30 m
= 2,10 m > 0,30 m
Terpenuhi jadi dipakai 6 lembar dengan overlapnya.

c. Perhitungan jarak antar gording


Seng 7‫״‬ 2,10 = m
(2,1- 0,15) / 2 = 0,975 m

6
Maka didapatkan jarak antar gording adalah 0,90 m.
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
a. Beban mati / Dead Load (D)
- berat sendiri penutup atap
- berat sendiri gording
a. Beban hidup / Live Load (L) → Sesuai SNI-03-1729-1989, pasal 2.1.2
poin b.2.b hal 4

7
b. Beban angin / Wind Load (W) → Sesuai SNI-03-1729-1989, pasal 2.1.3
poin c.1.b hal 10
Rumus Yang Digunakan

qx = q sin a

qy = q cos a
q



Terhadap sb x – x profil :

 Bidang Momen

 Beban mati : MXD = 1/8 (qy cos ꞵ) L2


 Beban hidup (q) : MXL = 1/8 (qy cos ꞵ) L2
 Beban hidup (P) : MXL = 1/4 (Py cos ꞵ) L

 Bidang Geser

8
 Beban mati : VX = 1/2 qy L
 Beban hidup (P) : VX = 1/2 Py
Terhadap sb y – y profil :
 Bidang Momen

 Beban mati : MYD = 1/8 (qx sin ꞵ) L2


 Beban hidup (q) : MYL = 1/8 (qx sin ꞵ) L2
 Beban hidup (P) : MYL = 1/4 (Px sin ꞵ) L

 Bidang Geser

 Beban mati : VY = 1/2 qx L


 Beban hidup (P) : VY = 1/2 Px
Untuk mencari lendutan bidang momen ӨA, ӨB dan ΔC dari balok berikut :

Momen yang didapat :

a. Putaran Sudut ӨA dan ӨB


ӨA = beda kemiringan antara A dan C’
M
= luas bidang diantara A dan C’
EI

= ( )
2 q L2 L q L3
=
3 8 EI 2 24 EI
, sejarah putaran jarum jam

9
q L3
ӨB =- , berlawanan arah putaran jarum jam
24 EI
b. Lendutan ΔC (Untuk beban terbagi merata)
ΔC = A,A = lendutan dari A terhadap garis singgung di C’
M
= momen dari luas diantara C dan A terhadap A
EI

( )( )( )
2 4
2 qL L 5 5q L
= L= , kebawah
3 8 EI 2 16 384 EI

c. Lendutan ΔC (Untuk beban terpusat)


ΔC = A,A = lendutan dari A terhadap garis singgung di C’
M
= momen dari luas diantara C dan A terhadap A
EI

( )( )( )
3
1 PL L 1 PL
= L= , kebawah
2 4 EI 2 3 48 EI

2.2.1 Perhitungan Beban-Beban


2.2.1.1 Beban Mati/Dead Load (D)
Berat sendiri Gording = Profil [ LLC. 100. 50. 20. 3,2 ] = 5,50 kg/m
Berat atap = Berat Seng Gelombang . jarak antar gording
= 10 kg/m2 . 0,90 m =9 kg/m +
q =14,50 kg/m

Beban Terbagi Rata :


qx = q . cos α = 14,50 kg/m . cos 35 = 11,88 kg/m = 0,12 kg/cm
qy = q . sin α = 14,50 kg/m . sin 35 = 8,32 kg/m = 0,09 kg/cm

Bidang Momen :

10
Mx = 1/8 . qx . L² = 1/8 . 11,88 kg/m . 5,202 m = 40,15 kgm
My = 1/8 . qy . L² = 1/8 . 8,32 kg/m . 5,202 m = 28,11 kgm
Bidang Geser :
Vx = 1/2 . qx . L = 1/2 . 11,88 kg/m . 5,20 m = 30,88 kg
Vy = 1/2 . qy . L = 1/2 . 8,32 kg/m . 5,20 m = 21,62 kg

Lendutan Yang Timbul :


5 . qx . L
4
5 . 0 ,12 kg/cm . 52 04 cm
fx = =
384 . E . Ix 384 . (2 x 106 ) kg/ cm2 . 106 cm 4
= 0,53 cm

5 . qy . L
4
5 . 0 , 09 kg/cm . 52 04 cm
fy = =
384 . E . Iy 384 . (2 x 106 ) kg/ cm 2 . 24 cm 4
= 1,65 cm

2.2.1.2 Beban Hidup/Live Load (L)


a. Beban Terpusat (P = 100 kg) →SNI-03-1726-2019, pasal 2.1.2 poin b.2.b hal 4
Beban Terpusat :
Px = P . cos α = 100 kg . cos 35 = 81,92 kg
Py = P . sin α = 100 kg . sin 35 = 57,36 kg

Bidang Momen :
Mx = 1/4 . Px . L = 1/4. 81,92 kg . 5,20 m = 97,43 kgm
My = 1/4 . Py . L = 1/4. 57,36 kg . 5,20 m = 56,25 kgm

11
Bidang Geser :
Vx = 1/2 . Px = 1/2 . 81,92 kg = 43,30 kg
Vy = 1/2 . Py = 1/2 . 57,36 kg = 25,00 kg

Lendutan Yang Timbul :


Px. L
3
81 , 92 kg . 52 03 cm
fx = =
48 . E . Ix 48 . (2 x 106 ) kg/ cm 2 . 106 cm 4
= 1,13 cm

3
P y . L3 57 , 36 kg . 52 0 cm
fy = = 6 2 4
48 . E . Iy 48 . (2 x 10 ) kg/ cm . 2 4 cm
= 3,50 cm

b. Beban Terbagi Rata (q = 40 – 0,8 . α) kg/m2 →SNI-03-1726-2019, pasal


2.1.2 poin b.2.a hal 4
q = (40 – 0,8 . α) kg/m2
= (40 – 0,8 . 35o) kg/m2
= 12 kg/m2
Beban akibat air hujan yang diterima gording :
q = Beban Air Hujan . Jarak Antar Gording
= 12 kg/m2 . 0,90 m
= 10,80 kg/m

Beban Terbagi Rata :


qx = q . cos α = 10,80 kg/m . cos 35 = 8,85 kg/m = 0,09 kg/cm
qy = q . sin α = 10,80 kg/m . sin 35 = 6,19 kg/m = 0,07 kg/cm

Bidang Momen :
Mx = 1/8 . qx . L² = 1/8 . 8,85 kg/m . 5,202 m = 29,90 kgm
My = 1/8 . qy . L² = 1/8 . 6,19 kg/m . 5,202 m = 20,94 kgm
Bidang Geser :

12
Vx = 1/2 . qx . L = 1/2 . 8,85 kg/m . 5,20 m = 23,00 kg
Vy = 1/2 . qy . L = 1/2 . 6,19 kg/m . 5,20 m = 16,11 kg

Lendutan Yang Timbul :


4
5 . qx . L4 5 . 0 , 0 9 kg/cm . 52 0 cm
fx = = 6 2 4
384 . E . Ix 384 . (2 x 10 ) kg/ cm . 106 cm
= 0,40 cm

5 . qy . L4 5 . 0 , 07 kg/cm . 52 04 cm
fy = = 6 2 4
384 . E . Iy 384 . (2 x 10 ) kg/ cm . 24 cm
= 1,23 cm

Dari kedua jenis beban hidup diatas, maka beban yang diperhitungkan
adalah beban yang terbesar dari kedunya, dalam perhitungan ini (P > q), maka
yang diambil adalah beban terpusat.
(Sesuai dengan SNI-03-1726-2019, pasal 2.1.2 poin b.2 hal 4).

2.2.1.3 Beban Angin/Wind Load (W)

 Tekanan angin rencana (W) = 40 kg/m 2 →SNI-03-1726-2019, pasal 2.1.3 poin


b.2 hal 9
 Jenis gedung yang direncanakan adalah jenis gedung tertutup.
 Agus Setiawan ‘’Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD’’
(Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tan 2008 hal 105) menyebutkan beban
angin bekerja tegak lurus sumbu-x sehingga komponen angin yang

13
diperhitungkan hanya bekerja pada arah sumbu x dan y = 0. Besar angin
tekan yang diterima gording :

a. Angin Tekan
 α < 65° →SNI-03-1726-2019, pasal 2.1.3 poin c.1.b hal 10
Maka, Koefisien Angin Tekan :
C = 0,02 . α – 0,4
= 0,02 . 35 – 0,4
= 0,30

Beban Terbagi Rata : →Agus Setiawan ‘’Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002) Tan 2008 hal 105)

qx = Koefisien angin (C) . Tekanan angin (W) . Jarak antar gording


= 0,3 . 40 kg/m . 0,90
= 10,80 kg/m
= 0,11 kg/cm
qy = 0

Bidang Momen :
Mx = 1/8 . qx . L² = 1/8 . 10,80 kg/m . 5,202 m = 36,50 kgm
My = 0

Bidang Geser :
Vx = 1/2 . qx . L = 1/2 . 10,80 kg/m . 5,20 m = 28,08 kg
Vy = 0

Lendutan Yang Timbul :


4
5 . qx . L4 5 . 0 ,11 kg/cm . 52 0 cm
fx = = 6 2 4
384 . E . Ix 384 . (2 x 10 ) kg/ cm . 106 cm
= 0,48 cm

14
fy = 0

b. Angin Hisap
Koefisien Angin Hisap (C) = - 0,4 →SNI-03-1726-2019, pasal 2.1.3 poin c.1.b
hal 10

Beban Terbagi Rata : →Agus Setiawan ‘’Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tan 2008 hal 105)

qx = Koefisien angin (C) . Tekanan angin (W) . Jarak antar gording


= - 0,4 . 40 kg/m . 0,90
= - 14,40 kg/m
qy = 0

Bidang Momen :
Mx = 1/8 . qx . L² = 1/8 . (- 14,40) kg/m . 5,202 m = - 48,67 kgm
My = 0

Bidang Geser :
Vx = 1/2 . qx . L = 1/2 . (-14,40) kg/m . 5,20 m = - 37,44 kg
Vy = 0

Lendutan Yang Timbul :


4
5 . qx . L4 5 . (- 0 , 15 ) kg/cm . 52 0 cm
fx = = 6 2 4
384 . E . Ix 384 . (2 x 10 ) kg/ cm . 106 cm
= - 0,65 cm
fy = 0

Tabel 2.2 Besaran Momen Akibat Variasi Beban


Momen Beban Mati Beban Hidup
Beban Angin (W)
(M) (D) (La)
Angin Tekan Angin Hisap
(kgm) (kgm) (kgm)
(kg) (kg)

15
Mx 40,15 106,49 36,50 -48,67
My 28,11 74,56 0,00 0,00

Tabel 2.3 Besaran Geser Akibat Variasi Beban


Beban Mati Beban Hidup
Geser (V) Beban Angin (W)
(D) (La)
Angin Tekan Angin Hisap
(kg) (kg) (kg)
(kg) (kg)
Vx 30,88 40,96 28,08 -37,44
Vy 21,62 28,68 0,00 0,00

Dari perhitungan diatas terlihat yang menentukan adalah pembebanan dengan


beban yang paling besar :

16
Perhitungan Kombinasi Beban →SNI-03-1729-2002, pasal 6.2.2 hal 13
Tabel 2.4 Kombinasi Momen Akibat Variasi Beban
Kombinasi Beban
Momen (M)
(kgm)
1,2 D + 1,6 L 1,2 D + 1,6 (La atau H) 1,2 D + 1,3 W + ϒL L
+ + + 1,2 D ± 1,0 E + ϒL L 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E)
(kgm) 1,4 D
0,5 (La atau H) (ϒL L atau 0,8 W) 0,5 (La atau H)

Mx 56,21 101,42 257,50 164,69 48,18 99,41


My 39,36 71,02 153,04 71,02 33,73 25,30

Tabel 2.5 Kombinasi Geser Akibat Variasi Beban

Kombinasi Beban
Momen (M)
(kgm)
1,2 D + 1,6 L 1,2 D + 1,3 W + ϒL L
+ 1,2 D + 1,6 (La atau H) + 1,2 D ± 1,0 E + ϒL L 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E)
(kgm) 1,4 D +
0,5 (La atau H) 0,5 (La atau H)
(ϒL L atau 0,8 W)
Vx 43,23 57,54 132,54 106,21 37,06 76,47
Vy 30,27 40,29 71,83 40,29 25,95 19,46

20
Maka dari kombinasi diatas diambillah momen yang paling besar untuk dijadikan
momen terfaktor untuk perencanaan gording.
Mux = 257,50 kgm
Muy = 153,04 kgm
Vux = 132,54 kg
Vuy = 71,83 kg

2.2.2 Evaluasi Terhadap Profil Yang Di Rencanakan


Direncanakan :
 Profil Baja Rencana = Light Lip Channels [ LLC. 100. 50. 20. 3,2 ]
Dari Tabel Profil Kontruksi baja, diperoleh data-data profil :
 Size (Ukuran)
A = 100 mm = 10 cm
B = 50 mm = 5 cm
C = 20 mm = 2 cm
t = 3,2 mm = 0,32 cm
 Weight (Berat) = 5,5 kg/m
 Center Of Gravity (Titik Pusat Berat)
Cx = 0 cm
Cy = 1,86 cm
 Moment Of Inersia (Momen Inersia)
Ix = 106 cm4
Iy = 24 cm4
 Radius Of Gyration (Radius Girasi/Jari-jari Inersia)
ix = 3,90 cm
iy = 1,87 cm
 Section Modulus (Momen Lawan)
Zx = 21,3 cm3 = 21300 mm3
Zy = 7,8 cm3 = 7800 mm3

21
a. Lendutan Yang Terjadi →Ir. Thamrin Nasution ‘’Struktur Baja 1’’ modul 5
sesi 4, 2011, hal 5

fx = 0,53 cm + 1,13 cm + 0,48 cm < 520 cm/240


fx = 1,99 cm < 2,17 cm ............... OK

fy = 1,65 cm + 3,50 cm + 0 cm < 520 cm/240


fy = 4,81 cm < 2,17 cm ...............TIDAK OK

Dikarenakan Lendutan yang terjadi tidak aman, maka perlu digunakan


dengan menggunakan sagrod,

fy = 0,82 cm + 1,75 cm + 0 cm < 450 cm/240


fy = 2,15 cm < 2,17 cm ............... OK

b. Perencanaan Sagrod
Direncanakan menggunakan penggantung gording (sagrod) besi polos
Diameter (Ø) = 12 mm
Luas penampang bruto sagrod (Ag)
Ag = (1/4) x π x d2
= 113,14 mm
Luas penampang efektif sagrod (Ae)
Ae = 0,90 x Ag
= 101,83 mm
Tahanan Tarik sagrod berdasarkan luas penampang bruto
φ Tn = 0,90 x Ag x fy
= 24439 mm

22
Tahanan Tarik sagrod berdasarkan luas penampang efektif
φ Tn = 0,75 x Ae x fu
= 28257,43 mm
Diambil tahanan tarik terkecil, yaitu = 24439 mm
Syarat yang harus dipenuhi :
Vu ≤ φ Tn
4147,20 ≤ 24439 ...............(Memenuhi)

c. Tegangan Lentur Yang Terjadi


Menurut Thamrin Nasution “Struktur Baja I, modul 5 sesi 2 tahun 2011
hal 10” menyebutkan bahwa jika penampang profil I dibebani oleh gaya yang
menyebabkan terjadinya lentur dua arah, yaitu Mx kearah sumbu x-x dan My
kearah sumbu y-y, maka kondisi batas kekuatan komponen struktur tersebut
ditentukan oleh leleh akibat tegangan kombinasi yang bekerja atau tekuk torsi
lateral. Keadaan struktur yang demikian dijumpai pada struktur gording.
Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tan 2008 hal 81) menyebutkan rumus
umum perhitungan tegangan akibat momen lentur dapat digunakan dalam kondisi
yang umum. Tegangan lentur pada penampang profil yang mempunyai minimal
satu sumbu simetri dan dibebani pada pusat gesernya.
Rumus dapat dihitung dari persamaan :
Mux Muy
f = + ≤ ∅ ∙ fy
Sx Sy
Ix Iy
dengan : Sx = dan Sy =
Cy Cx
sehingga :
Mux . Cy Muy . Cx
f = + ≤∅∙ fy
Ix Iy
2575000 Nmm . 18,6 mm 153 0 400 Nmm . 0 mm
= 4
+ ≤ 0,9 ∙ 240 MPa
1060000 mm 240000 mm 4

= 45,18 Mpa ≤ 216 Mpa...............OK

23
Keterangan :
f = Tegangan lentur
Mux, Muy = Momen akibat beban kerja terfaktor pada arah x dan y
Sx, Sy = Modulus penampang arah x dan y
Ix, Iy = Momen inersia arah x dan y
Cx, Cy = Jarak dari titik berat ke tepi serat arah x dan y
Ø = Faktor tahanan struktur yang memikul lentur (0,90)

d. Kontrol Terhadap Momen Lentur Nominal Dari Penampang


Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tan 2008, hal 186) menyebutkan setiap
komponen struktur yang memikul momen lentur, harus memenuhi persyaratan :

Øb . Mn ≥ Mu
Dengan :
Øb = Faktor reduksi untuk lentur (0,90)
Mn = Kawat nominal momen lentur dari penampang
Mu = Beban momen lentur terfaktor.
 Sb-x
Mn = Mp = Zx . fy
= 21300 mm³ . 240 N/mm²
= 5112000 N.mm
= 511,20 kgm

Øb . Mn ≥ Mux
0,90 . 511,20 kgm ≥ 253,50 kgm
460,08 kgm ≥ 253,50 kgm...............OK

 Sb-y
Mn = Mp = Zy . fy

24
= 7800 mm³ . 240 N/mm²
= 1872000 N.mm
= 187,20 kgm

Øb . Mn ≥ Muy
0,90 . 187,20 kgm ≥ 153,04 kgm
168,48 kgm ≥ 153,04 kgm...............OK

e. Kontrol Terhadap Tekuk Lokal


Menurut Agus Setiawan “Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD’’ (Berdasarkan SNI-03-1729-2002 Tan 2008, hal 186) menyebutkan agar
penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = Mp, maka penampang harus
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang kompak
ditentukan sesuai dengan Tabel 7.5-1 SNI-03-1729-2002, hal 29. Yaitu λ untuk
flens (b/2tf) dan untuk web (h/tw) tidak boleh melebihi λp. Batasan nilai untuk λp
ditampilkan pada tabel 9.1. Selain harus kompak, pengaku lateral harus diberikan
sehingga panjang bentang tidak terkekang, L tidak melebihi Lpd yang diperoleh
dari persamaan :
M1
25000 + 15000 ( )
Mp
Lpd = . ry ≥ Lp
fy
Dimana :
M1 = Momen ujung yang terkecil
L = Panjang bentang
Sayap (Flens) : Badan (Web) :
λf ≤ λp λf ≤ λp

≤ ≤

50 170
≤ ≤
2 . 3,2 √240

25
7,81 ≤ 10,97 31,25 ≤ 108,44
(Penampang Kompak) (Penampang Kompak)

Maka :
M1
25000 + 15000 ( )
Mp
Lpd = . ry
fy
18720 00 Nmm
25000 + 15000 ( )
5112000 Nmm
= . 23,7 mm
N
240
mm2
= 3509,14 mm

790
Lp = . ry
√ 240
= 50,99 . 18,7 mm
= 953,59 mm

Maka, Lpd ≥ Lp...............OK

f. Kontrol terhadap Geser →SNI-03-1729-2002, pasal 8.8 hal 45 dan Ir. Thamrin
Nasution ‘’Struktur Baja 1’’ modul 5 sesi 5, 2011,
hal 3
Vu ≤ φ . Vn

Dengan persyaratan :

Maka kn = 5,

26
Sehingga didapat :

...............OK

Geser Nominal :
Kekuatan

Vn = 0,6 . fy . Aw Aw = h . tw
= 0,6 . 240 MPa . 320 mm2 = 100 mm . 3,2 mm
= 46080 N = 320 mm2
= 4608 kg

Kekuatan Geser Nominal Terfaktor :


Vu = Фb . Vn
= 0,9 . 4608 kg
= 4147,20 kg

Kontrol :
Vux = 132,54 Kg ≤ Vu = 4147,20 kg ...............(Memenuhi)
Vuy = 71,83 Kg ≤ Vu = 4147,20 kg ...............(Memenuhi)

27

Anda mungkin juga menyukai