MALANG
1.3
n ∑d yi ∑ d 2xi
i=1 i=1
(2,25. Cu . D) ]
1/ 2
31,89
[
f2 = (-1,5.0,8) + (1,5 D) +
2
(2,25. 1,1. D) ]
f2 = 2,98
1/ 2
My
g2 =[ (2,25.Cu . D) ]
1/ 2
31,89
g2 =[(2,25.1,1.0,8) ]
g2 = 4,01 m
maka, L2 = (1,5 x 0,8) + 2,98 + 4,01
= 8,19 m < L (tiang Panjang)
1/ 2
My
{ 2
Q1 = 9.Cu.D (1,5 D) +
(2,25. Cu . D) } - 1,5.0,8
1 /2
31,89
{ 2
Q1 = 9.Cu.D (1,5.0,8) +
(2,25.1,1.0,8) } - 1,5.0,8
QL = 31,975 T (SF = 3)
QL ijin = 10,658 T > Fy tiang = 3,114 T
n ∑ d2yi ∑ d 2xi
i=1 i=1
1,4 1,4
Ρmin = = = 0,0037
fy ' 370
Karena ρ perlu > ρ min maka, ρ pakai = 0,0038
As = ρ x b x d = 0,0038 x 4600 x1060
= 18528,8 mm
Jumlah tulangan yang dibutuhkan
18528,8
n= = 48,74 ≈ 50 tulangan
0,25. π . 222
Jarak pemasangan tulangan:
4600
S= = 93,87 mm
(50−1)
Dipasang tulangan D22-100 (As = 19006,635 mm2)
• Penulangan poer arah sumbu y
Untuk penulangan poer arah sumbu y digunakan dengan menggunakan tulangan
susut. As susut perlu = 0,0019 xbx h (SNI-03-2847-2002 psl.9.12.1)
= 0,0019 x 1800 x 1500 = 5130mm²
Direncanakan menggunakan tulang D-16, maka jumlah tulangan yang digunakan
adalah
6849
n= = 26 tulangan
0,25. π .16 2
Jarak pemasangan tulangan:
1800
s= = 72 tulangan
(26−1)
Dipasang tulangan D16-100 (As= 5227,610 mm2)
= ( 109,39+0,5 x 78,94
0,502 x 74313,53 )
x 21,5 = 0,08m
2. Penurunan tiang S
( qwpxDb ) 2
S2 = ¿ ) 0,88
Es
= 0,0404 m
3. Penurunan tiang S
S3 = ( Qws )
pl Es
D 2
(1−μs ) Iws
78,94 0,8
S3 = ( ) 2
(1−0,2 ) 3,995
2,512 x 26 1725
S3 = 0,002 m
S total = 0,122 m
1.5 Kesimpulan
1. Pada perhitungan dimensi tiang bor diperoleh nilai dengan merencanakan 2
tiang yaitu 2000 mm
2. Berdasarkan perhitungan daya dukung ijin yang dihitung berdasarkan nilai
N dan hasil SPT diperoleh bahwa daya dukung ijin untuk 3,5 m adalah 2,09
ton . Nilai daya dukung ijin tiang diambil pada kedalaman 24 meter
sehingga nilai Q ijin yang dapat dipikul 1 tiang bor kedalaman 24 meter
adalah 388,74 ton.
3. Berdasarkan perhitungan penulangan tiang bor akibat beban tetap
direncanakan dengan menggunakan diameter tulangan 22 mm dengan
luasan 380,133 mm2 maka jumlah tulangan yang terpasang adalah 12
tulangan
4. Berdasarkan perhitungan daya dukung lateral tiang bor diperoleh Q Lijin
10,658 T > Fy tiang 3,114 T
5. Berdasarkan Perencanaan pile cap modifikasi penulangan ini digunakan
pengaruh beban tetap. Untuk penulangan poer arah sumbu x dipasang
tulangan D22-100 (As = 19006,635 mm2) untuk penulangan poer arah
sumbu y dipasang tulangan D16-100 (As = 5227,610 mm2)
6. Berdasarkan perhitungan penurunan tiang (S total) bahwa penurunan tiang
pada kedalaman 1000 mm adalah 0,122 m
7. Dari pemograman software diperoleh perencanaan tiang sebanyak 76 tiang
bor walaupun jumlah tiang sama dengan kondisi eksisting akan tetapi
dimensi yang digunakan berbeda dengan kondisi eksisting dan modifikasi
direncanakan dengan perbesara ujung tiang type bell-shaped.
8. Daya dukung dari modifikasi tiang bor dinilai aman memikul beban yang
bekerja pada tiang.
9. Nilai penurunan pada tiang bor dinilai aman.
10.
ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA
STUDI KASUS : JEMBATAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA
Jembatan ini terletak di Jl. Soekarno Hatta No.7A, Jatimulyo, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur
2.3 Gambar Bangunan
2.4 Perhitungan
- Perhitungan Efisiensi
Dilakukan untuk menentukan model perkuatan mana yang lebih efisien untuk
dilakukan. Dilakukan dengan cara membanding antara kedua struktur perkuatan
tersebut yaitu dengan gaya serta dimensi yang kecil dapat memberikan lawan
lendutan yang diharapkan.
- Perhitungan Pembebanan
Pembebanan Jembatan Soekarno Hatta Bentang 60 meter
Beban Mati
P1 Mati
Berat trotoar
Diketahui :
Tebal pelat = 0,47 m
Lebar = 1 m
Panjang = 2,5 m
Berat pejalan kaki q = 500 kg/m2
- Berat pelat trotoar
= 0.47 x 1 x 2,5 x 2.400 x 1,3 = 3.666 kg
- Berat pejalan kaki
2.250 kg
= 500 x 2,5 x 1,8 x 1 =
5.916 kg
Berat pelat lantai kendaraan
Diketahui :
Tebal pelat pinggir = 0,18 m
Tebal pelat tengah = 0,27 m
Lebar = 7 m
Panjang = 5 m
Maka berat pelat lantai kendaraan sebesar
( 0,18+0,27
2 ) 7 5
x ( ) x ( ) x 2.400−6.142,5 kg
2 2
Berat gelagar melintang
Diketahui :
Gelagar melintang pertama/terakhir = LX4 = 1.446 kg
Maka berat gelagar melintang
= ½ x 1.446 x 1,1 = 795,3 kg
Berat gelagar memanjang
Diketahui:
Berat gelagar memanjang = 61 lb/ft
= 90,829kg/m
Jumlah gelagar = 7 buah
Panjang = 5 m
Maka berat gelagar memanjang = 90,829 x (5/2) x (7/2) = 794,754 kg
Berat aspal
Diketahui :
Tebal aspal = 0,05 m
Panjang = 5 m
Lebar = 7 m
Maka berat aspal = 0,05 x (5/2) x (7/2) x 2.240 x 1,3 = 1.274 kg
Berat tiang sandaran
Diketahui :
Berat satu buah tiang sadaran sepanjang satu buah rangka = TR1 = 33 kg
Jumlah tiang = 2 buah
Maka berat tiang sandaran = (1/2) x 33 x 2 x 1,1 = 36,3 kg
Jadi P1 Mati = 5.916 + 6.142,5 + 795,3 + 794,754 + 1.274 + 36,3= 14.958,85 kg
P rangka
P rangka adalah beban yang diakibatkan berat sendiri struktur rangka batang
tersebut.
Berat rangka total = 42.278 + 29.052 = 71.330 kg
- Berat pelat penyambung + ikatan angin = 20% X 71.330 = 14.266 Kg
P rangka total = 71.330 + 14.266
= 85.596 Kg P
= 85.596 : (8x2)
Rangka = 5.349,75 Kg
P1 = P1 mati + P rangka = 14.958,9 + 5.349,75 = 20.308,6 Kg
P2 Mati
Berat trotoar
Diketahui :
Tebal pelat = 0,47 m
Lebar = 1 m
Panjang = 5 m
Berat pejalan kaki q = 500 kg/m2
- Berat pelat trotoar = 0.47 x 1 x 5 x 2.400 x 1,3 = 7.332 kg
- Berat pejalan kaki = 500 x 5 x 1,8 x 1 = 4.500kg / 11.832 kg
Berat pelat lantai kendaraan
Diketahui :
Tebal pelat pinggir = 0,18 m
Tebal pelat tengah = 0,27 m
Lebar = 7 m
Panjang = 5 m
( 0,18+0,27
2 ) 7
x ( ) x 5 x 2.400 x 1,3=12.285 kg
2
Berat gelagar melintang
Diketahui :
Gelagar melintang pertama/terakhir = LX3 = 1.452 kg
Maka berat gelagar melintang = ½ x 1.452 x 1,1 = 798,6 kg
Berat gelagar memanjang
Diketahui :
Berat gelagar memanjang = 61 lb/ft = 90,829 kg/m
Jumlah gelagar = 7 buah Panjang = 5 m
Maka berat gelagar memanjang = 90,829 x (5/2) x (7/2) = 794,754 kg
Berat aspal
Diketahui :
Tebal aspal = 0,05 m
Panjang = 5 m
Lebar = 7 m
Maka berat aspal = 0,05 x 5 x (7/2) x 2.240 x 1,3 = 2.548 kg
Berat tiang sandaran
Diketahui :
Berat satu buah tiang sadaran sepanjang satu buah rangka = TR1 = 33 kg (dari
gambar)
Jumlah tiang = 2 buah
Maka berat tiang sandaran = 33 x 2 x 1,1 = 72,6 kg
Jadi P2 Mati = 11.832+12.285+798,6+794,754+2.548+72,6= 28.330,95 kg
Beban Hidup
Beban lajur “D” terbagi rata (BTR)
L < 30 m → q = 9,0 kPa ≈ 900 kg/m2
L > 30 m → q = 9,0 { 0,5 + 15/L } kPa
Beban yang bekerja :
QBTR = q x λ x U;;TD;
= 900 x 5 x 1,8
= 8.100 kg/m
- q1 = 100% x BTR
=100% x 8.100
= 8.100 kg/m
- q2 = 50% x BTR
= 50% x 8.100 = 4.050 kg/m
Beban “D” garis terpusat (BGT)
Diketahui :
p = 49,0 kN/m = 4.900 kg/m (SNI T-02-2005)
FBD = 0,4 (SNI T-02-2005) PBGT
= (1 + FBD) x p x U;TD;
= (1 + 0,4) x 4.900 x 1,8 = 12.348 kg/m
∑ Mr = 0
(VA x 9) – ( q1 x 5,5 x ( 5,52 +1,5+ 1) ¿ - ( q x 1,5 x ( 5,52 +1,5+ 1) ¿ = 0
2
VA = ( 8100 x 5,5 x ( 5,52 +1,5+ 1))+( 4050 x 1,5 x( 5,52 +1,5+1)) V = 244.518,8
A
9
=
9
27.168,75 kg
2.5 Kesimpulan
Dari hasil dapat disimpulkan bahwa:
1. Kedua bentuk desain perkuatan tersebut dapat memberikan keamanan dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa batang
penyokong
Stand yang digunakan adalah strand gabungan dengan selubuh proteksi
korosi: 7 buah tendon dengan 1 buah tendon terisi 7 buah kawat strand
berdiameter 15,25 mm
Besar gaya prategang yang diberikan adalah 10.000 kN
Angkur dan deviator mengikuti desain yang sudah ada pada Pedoman
Perkuatan Jembatan
2. Rangka Baja Australia Dengan Metode Prategang Eksternal.
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa dengan
penyokong
Stand yang digunakan adalah strand gabungan dengan selubuh
proteksi korosi: 7 buah tendon dengan 1 buah tendon terisi 7 buah
kawat strand berdiameter 12,27 mm
Besar gaya prategang yang diberikan adalah 7.000 kN
Angkur dan deviator mengikuti desain yang sudah ada pada Pedoman
Perkuatan Jembatan Rangka Baja Australia Dengan Metode Prategang
Eksternal.
3. Besarnya lendutan yang diberikan dari perkuatan tersebut adalah sebagai
berikut:
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa batang
penyokong
Besar lendutan yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup serta
gaya prategang = 58,489 mm (kebawah)
Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban
hidup) = 6,173 mm (kebawah)
60 mm > 58,489 mm, sehingga perkuatan tersebut dapat memberikan
keamanan. - Perkuatan dengan model desain prategang eksternal
dengan batang penyokong
Besar lendutan yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup serta
gaya prategang= 54,649 mm (kebawah)
Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban
hidup) = 2,334 mm (kebawah)
60 mm > 54,649 mm, sehingga perkuatan tersebut dapat memberikan
keamanan.
4. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan perkuatan yang lebih efisien yaitu
perkuatan dengan prategang eksternal dengan batang penyokong ditinjau dari
sudut pandang struktur, dengan prategang eksternal dengan batang
penyokong dapat memberikan lawan lendutan yang lebih besar dengan gaya
prategang yang lebih kecil serta dimensi strand yang lebih kecil dari pada
prategang eksternal tanpa batang penyokong.
PERENCANAAN ABUTMEN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
( STUDI KASUS PEMBANGUNAN JEMBATAN PURUS )
10.1Latar Belakang
Pada perencanaan dan pekerjaan jembatan Perencanaan Struktur
Bawah tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagian dari struktur jembatan ini
yang terletak di bagian bawah sangat menentukan bagi kekuatan serta
keamanan bangunan diatasnya. Dan untuk penghubung langsung antara
struktur atas jembatan dengan struktur bawah jembatan adalah
“Abutment” yang termasuk juga pada struktur bawah jembatan. Abutment
suatu bangunan yang berfungsi meneruskan beban (beban hidup dan beban
mati) dari bangunan atas ke pondasi dan Pondasi meneruskan ke tanah.
Ada beberapa bentuk dari Abutment, tetapi pada umumnya berbentuk
huruf “T” terbalik. Dan dengan ini penulis berharap dengan
berkembangnya kemajuan teknologi dan estetika diharapkan nantinya
bentuk bentuk Abutment ini kuat, aman, indah (estetika).
Maksud dan tujuan penulisan Tugas ini adalah untuk merencanakan
struktur jembatan rangka, dan khususnya merencanakan Abutment. Tujuan
penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui dan mengenal tentang bawah
jembatan, dimana dalam hal ini penulis melihat sangat banyaknya sungai
yang terdapat dalam wilayah kita, sehingga perencanaan struktur bawah
pada jembatan tidak bisa diabaikan begitu saja. Permasalahan yang ada
pada perencanaan abutment pada struktur bawah jembatan dititik beratkan
pada perencanaan abutment berbentuk huruf “T” terbalik, serta Pondasi
Tiang Pancang yang mendukung Abutment.
10.2Peta Lokasi
Jembatan ini terletak di Jl. Samudera, pantai daerah Purus, kota Padang Propinsi
Sumatera Barat
10.4 Perhitungan
Kondisi jembatan
Jenis jembatan: Jembatan beton prategang
Dimensi jembatan :
Panjang = 81,10 m
Lebar = 12 m
Lebar perkerasan : 9,4 m
Jenis balok : Beton prategang tipe I menerus (splice girder / prestress
girder continue) Jumlah balok/gelagar : 6 buah
panjang bersih balok : 81,10 m
Jenis pondasi dalam : Tiang
pancang ø 500 mm, K-500
Spesifikasi beton dan baja Mutu beton
K-350 Pada beton bertulang
- K-125 Pada lantai kerja
- K-450 Pada beton prategang
ø Baja tulangan : ø 32, ø 25, ø 22, ø 16, ø 13, ø 10
Mutu baja tulangan : - D > 12 mm : U-39 - ø ≤ 12 mm : U-24
Penulangan prestress : - Digunakan PC strand ø 12,7 mm Standar : JIS
3536 atau ASTM A - 416- UTS : 18700 Kg - Jacking Force : 75% dari
UTS
Perhitungan Struktur
- Perhitungan Debit Banjir
Dalam menentukan besarnya debit banjir berdasarkan curah hujan,
perlu ditinjau hubungan korelasi antara hujan dan aliran sungai. Seperti
diketahui, besarnya aliran di dalam sungai terutama ditentukan
berdasarkan hujan, lama waktu hujan, luas daerah aliran sungai,
karakteristik, Catcment Area (daerah tangkapan hujan).
Metode yang dipergunakan untuk memperkirakan besarnya debit
adalah metode Weduwen. Metode ini sesuai untuk menentukan besarnya
debit banjir maksimum bagi sungai atau aliran yang mempunyai daerah
pengaliran relatif luas. Perhitungan dengan metode ini menggunakan
rumus sebagai berikut:
Qn = mn . F . q . (R 50/240)
Dimana:
Qn = Debit banjir rencana dengan periode ulang n tahun (m3/dt)
m = Koefisien W eduwen terhadap jumlah pengamatan
F = Luas daerah pengairan (Km)
q = Debit dari monogram Weduwen(I vs q)
R50 = Curah hujan dengan periode ulang 50 tahun
Perhitungan Debit Banjir Rencana
Dari tabel data curah didapat:
T 50 → mn = 0,940
F (diambil) = 100 km2
q = 2,73
Jadi debit banjir rencana 50 tahun adalah:
Q50 = 0,940 . 100 . 2,73 . (143,866/240)
= 153,829 m3/dt
- Beban Vertikal
Beban Mati
Beban Lantai Kendaraan
= 0.2 x 12 x 25 x 19.55
= 1, 173.00 kN
Berat Diafragma
= 1.85 x 5 x 7.813 x 4
= 289.06 kN
Berat Air Hujan
= 0.05 x 9.5 x 19.55 x 9.8
= 91.005 kN
Berat Gelagar Memanjang
= 19.55 x 5 x 13.9344
= 1,362.09 kN
Berat Aspal
= 0.05 x 9.5 x 19.55 x 22
= 204.3 kN
Berat Trotoar + Kreb
= 0.25 x 1 x 25 x 2 x 19.55
= 244.38 kN
P = 3363.8 kN
P total/2 = 1681.913 kN
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja adalah beban "D" dengan panjang jembatan
L = 19.55m ≤ 30 = P = 120 kN/ Jalur
q = 15.1 kN/ Jalur
Beban Merata
q = 34.32 kN/m”
Beban Garis
P = 272.7273 kN
Beban Hidup Trotoar = 5 kN/m2
qt = 3 kN/m
Keofisien kejut
L = 19.55 K = 1.2857
Kombinasi pembebanan akibat beban hidup dan koefisien kejut :
Ph = 723.8312 kN
Akibab Berat Sendiri
Dari analisa berat didapat G =5688.2875 kN
Titik Berat Abutmen
Xo = MX/B = 1.655 m dari titik S
Yo =
MY/B =
3.066 m
dari titik
S
Akibat
Berat
Tanah
Isian
Dari analisa berat didapat W = 1464.65 kN
Titik Berat Tanah Isian
Xo = MX/B = 3.849 m dari titik S
Yo = MY/B = 5.197 m dari titik S
Berat Sendiri Plat Sayap Dari analisa berat didapat W = 1464.65 kN
Titik Berat Tanah Isian
Xo = MX/B = 3.849 m dari titik S
Yo = MY/B = 5.197 m dari titik S
10.5 Kesimpulan
Berdasarkan dari analisa penulisan ini, maka dapat ditarik kesimpulan,
yaitu:
1. Jembatan merupakan salah satu prasarana perhubungan lalu lintas darat,
dimana peranannya sangat penting dalam meningkatkan perekonomian
dan mobilitas kehidupan.
2. Berdasarkan dari hasil daya dukung tanah dan lapisan tanah kerasnya
yang terletak pada kedalaman yang cukup dalam maka dipakai/dipilih
pondasi tiang pancang.
3. Dan sebagai penopang struktur atas jembatan dipakai Abutment, pada
penulisan ini dipakai Abutment jenis Kantilever berbentuk huruf “T”
terbalik
4. Berdasarkan perhitungan debit banjir diperoleh hasil untuk debit banjir
rencana 50 tahun adalah 153,829 m3/det
5. Beban vertikal dimana beban mati dengan P total /2 adalah 1681.913
kN, beban hidup dengan kombinasi pembebanan dan koifisien kejut
Ph adalah 723.8321 kN
6. Akibat beban sendiri dari hasil analisis diperoleh G 5688.2875 kN
7. Akibat beban tanah isian dari analisis berat didapat W 1464.65 kN
8. Berat Sendiri Plat sayap dari analisa berat didapat W 1464.65 kN
9. Beban Horizontal beban yang bekerja dibelakang bangunan penahan
tanah diperhitungkan senilai dengan muatan setinggi 60 cm q = 0.99
kN/m3
10. Tekanan tanah aktif dan pasif total tegangan tanah aktif 2.015 (dari
dasar tanah)
11. Akibat gaya rem ph 637.513 kN dan Ym 7.33 m
12. Tekanan tanah akibat gempa tag 5.1457 kN
13. Akibat gaya gesek pada tumpuan Gg 302.74 kN
14. Perhitungan stabilitas abutmen :
Beban vertikal, dimana beban mati MVh adalah 313.6 kN
Titik berat abutmen Xo 1.709 m dari titik s dan Yo 1066 dari titik
s
Titik berat tanah isian Xo 3.95 m daro titik s dan Yo 1.85 dari
titik s
Titik berat tembok sayap Xo 3.06 m dari titik S Yo 2.383 m dari
titik S
Beban horizontal, dari hasil perhitungan dipakai pembebanan
kombinasi III
perhitungan tulang geser diperoleh Vu 946058.22 yang berarti
diperlukan tulangan geser dan cukup digunakan tulangan praktis