Anda di halaman 1dari 39

MODIFIKASI DIMENSI TIANG BOR PADA BANGUNAN HOTEL CITY

MALANG

1.1 Latar Belakang


Tingginya pertumbuhan penduduk di kota malang menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan lain sebagainya. Kenaikan
tersebut juga memicu pembangunan gedunggedung tingkat tinggi, jembatan,
menara dan infrastruktur lainnya. Dalam pembangunan tersebut tidak bisa lepas
dari struktur bawah (pondasi). Pondasi merupakan komponen struktur bangunan
bawah yang berfungsi meneruskan beban struktur yang ada diatasnya kelapisan
tanah yang ada dibawahnya. Pondasi dibagi dalam dua jenis yaitu pondasi dangkal
dan pondasi dalam. Pemilihan pondasi tergantung pada struktur atas dan jenis
tanahnya.
Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup untuk menahan
beban maka digunakan pondasi dangkal, sebaliknya untuk konstruksi beban berat
digunakan pondasi dalam. Perencanaan pondasi dalam dibagi dalam dua jenis
yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi tiang bor. Pondasi tiang pancang sering
dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana getaran yang ditimbulkan
pada saat aktivitas pemancangan berlangsung tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya, sebaliknya apabila bangunan yang didirikan berada diantara bangunan
lainnya maka diperlukan pemakaian pondasi tiang bor. Pondasi tiang bor
merupakan pondasi tiang yang pemasangannya diharapkan tidak merusak
bangunan yang telah ada disekitarnya, biasanya pemakaian pondasi tiang bor
dilaksanakan apabila tanah dasar yang kokoh mempunyai daya dukung yang besar
terletak sangat dalam, yaitu kurang lebih 15 m serta keadaan sekitar tanah
bangunan sudah banyak berdiri bangunan tingkat tinggi sehingga dikhawatirkan
dapat mengakibatkan getarangetaran yang dapat menimbulkan retak-retak pada
bangunan yang sudah ada. Hotel city malang terletak dipusat kota malang dengan
kondisi sekitar bangunan berdiri bangunan-bangunan tingkat tinggi. Oleh karena
itu direncanakan dengan menggunakan pondasi tiang bor. Pondasi tiang bor
berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu
memikul dan mampu memberikan keamanan pada struktur atasnya. Untuk
menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah
yang akurat. Penyelidikan tanah yang dilakukan dapat berupa penyelidikan
dengan sondir dan SPT (Standard Penetration Test). Penyelidikan sondir bertujuan
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang
merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung lapisan tanah dengan
menggunakan rumus empiris. Penyelidikan standard penetration test (SPT)
bertujuan untuk mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan
warna tanah melalui pengamatan secara visual, sifat-sifat tanah dan karakteristik
tanah. Dalam rangka peremajaan bangunan gedung maka dalam tugas akhir ini
akan dilakukan modifikasi dimensi tiang bor kondisi eksisting bangunan Hotel
City Malang tetapi daya dukung cukup untuk menahan kombinasi dari beban yang
bekerja diatasnya.

1.2 Peta Lokasi

1.3

Gambar Pemodelan Struktur dan Bangunan


Gb.1 Pemodelan Struktur

Gb. 2 Bangunan Hotel

1.4 Perhitungan Struktur Bawah


1.4.1 Perhitungan Dimensi Tiang Bor
Adapun data-data dalam perhitungan dimensi tiang bor adalah:
a) Mutu beton (fc’) = 19 Mpa
Mutu poer (fc’) = 25 Mpa
b) Mutu baja (fy) = 370
Mpa Poer (fy) = 370 Mpa
Dari hasil output software untuk koordinat E-5 didapat:
Mx = 2816,10 kgm
My = -2462,92 kgm
P = 726142,95 kg
Dicoba dengan merencanakan 2 tiang:
Qw 363,071 x 10
Ds = 2,257
√ fc ' √
= 2,257
19000
= 0,98 m ≈ 1 m

Direncanakan pondasi bor thype bell- shaped = 2 x Ds = 2 x 1000 = 2000 mm

1.4.2 Perhitungan Daya Dukung Ijin


Daya dukung ijin pondasi dihitung berdasarkan nilai N dan hasil SPT.
Perhitungan daya ijin dihitung berdasarkan teori terzaghi.
Qu
Qe = Qe + Qf Q= ( SF = 3)
SF
a) Daya dukung ujung tiang
Untuk jenis tanah liat:
Qe = Ap.Cu.Nc’
Ap = Luas penampang diujung tiang
Cu = Nilai cohesi tanah
Nc = Faktor daya dukung bergantung dari nilai ᵠ
Contoh perhitungan daya dukung ujung tiang, diameter tiang 0,8 m, h
(kedalaman) = 3,5m jenis tanah clay silt (liat).
Ap = ¼ π Db² = ¼ π (1,6)² = 2,010 m²
Maka, Qe = 2,010 x 0,32 x 9 = 5,79 ton
b) Daya dukung selimut tiang
Untuk jenis tanah liat (𝜑=0)
L=l 1
Qf = ∑ α . Cu. p . ∆ l
L=0

α antara 0,35 s/d 0,60 diambil α = 0,4


Contoh perhitungan daya dukung selimut tiang: h (kedalaman) = 3,5 m
Qf = 0,4 x 0,32 x 2,512x 1,5= 0,48 ton
Maka daya dukung ijin untuk kedalaman 3,5 m adalah:
Qu
Qu = Qe + Qf Q= (SF = 3)
SF
5,59+ 0,48
Qu = = 2,09 ton
3
Nilai daya dukung ijin tiang diambil pada kedalaman 24 meter. Dengan efisiensi
kelompok tiang menggunakan persamaan conversi Labarre.
( n−1 ) m+ ( n−1 ) n
Ek = 1 – θ [ 90 mn ]
Dimana:
m = jumlah tiang dalam baris
n = jumlah tiang dalam kolom
θ = Arc tan D/S (dalam derajat)
D = diameter tiang
S = jarak antara pusat ke tiang
Untuk kelompok tiang: E-5
D ( 1−1 ) 2+ ( 2−1 ) 1
Ek = 1 – arctan
S [ 90.2.1 ]
Ek = 0,853
Nilai Q ijin yang dapat dipikul 1 tiang bor kedalaman 24 meter adalah:
𝑄 = Ek Qu
= 0,853 x 1852,02 ton
= 1581,425 ton
Mx dyi My dxi
Mencari nilai P maks, Pi
∑V ± n
2 ±
n

n ∑d yi ∑ d 2xi
i=1 i=1

P max = 388,74 ton


Q > P max

1.4.3 Perencanaan Penulangan Tiang Bor akibat Beban Tetap


Pada perencanaan tulangan lentur, tiang bor diasumsikan nilai ρ minimum = 1 %
dari luasan penampang tiang bor. Luasan penampang dikurangi selimut beton
sebesar 40 mm. Didaptkan nilai As untuk tiang F-8:
πz D 2
As = ρx
4( )
πz 7202
As = 0,01x
4( )
As = 4072 mm2
Dari perhitungan diatas direncanakan menggunakan diameter tulangan 22 mm
dengan luasan (A barr) = 380,133 mm², maka jumlah tulangan terpasang (n)
adalah:
As
n=
Abarr
4072
n=
380,13
n = 10,72 tulangan ≈ 12 tulangan

1.4.4 Perhitungan Daya Dukung Lateral Tiang Bor


Contoh: tiang bor tepi F-8
Dari reaksi gaya-gaya dalam untuk tiang tepi F-8 didapat:
Fy = 3,114 Ton
Untuk My dianggap sama dengan Mp karena tulangan dianggap leleh terlebih
dahulu.
My = Mp = Zx.fy
Zx = 2. Sx (Momen statis) karena bentuk penampang simetris
Dimana S = A.y (jarak titik berat tulangan ke jarak titik berat ke sumbu)
A (setengah lingkaran) = (0,25π. 22².6)
= 2280,796 mm²
y = 200 mm – (½. 22)
= 200 – (½. 22) = 189 mm
Sx = 2280,796 x 189
= 431.070,494 mm³
Maka, Zx = 2 x 431.070,494 = 862.140,988 mm³
Mp = Zx. Fy = 862.140,494. 370
= 3,189x 108 Nmm
Dengan perhitungan Teori Broms:
L1 = ¿ ¿
L1 = ¿ ¿
L1 = 3,08 m
L2 = 1,5 D + f2 + g2
1/ 2
My
[
f2 = (-1,5D) + (1,5 D) +
2

(2,25. Cu . D) ]
1/ 2
31,89
[
f2 = (-1,5.0,8) + (1,5 D) +
2

(2,25. 1,1. D) ]
f2 = 2,98
1/ 2
My
g2 =[ (2,25.Cu . D) ]
1/ 2
31,89
g2 =[(2,25.1,1.0,8) ]
g2 = 4,01 m
maka, L2 = (1,5 x 0,8) + 2,98 + 4,01
= 8,19 m < L (tiang Panjang)
1/ 2
My
{ 2
Q1 = 9.Cu.D (1,5 D) +
(2,25. Cu . D) } - 1,5.0,8

1 /2
31,89
{ 2
Q1 = 9.Cu.D (1,5.0,8) +
(2,25.1,1.0,8) } - 1,5.0,8

QL = 31,975 T (SF = 3)
QL ijin = 10,658 T > Fy tiang = 3,114 T

1.4.5 Perencanaan Penulangan pile cap (poer)


Pada perencanaan tulangan lentur, pile cap diasumsikan sebagai balok dengan
perletakan pada tiang bor yang dibebani oleh reasksi tiang bor dan berat sendiri
pile cap. Pada modifikasi ini penulangan ini digunakan pengaruh beban tetap.
Momen yang bekerja pada pile cap adalah momen maksimum yang terjadi pada
setiap lantai untuk masing-masing varias. Pada perencanaan penulangan ini
digunkan dari hasil program software dengan kombinasi 1,2 DL + 1,6 LL. Data
perencanaan (tiang E-5)
• Dimensi poer = 4,6 m x 1,8 m x 1,5 m
• Jumlah tiang bor = 76 buah
• Dimensi tiang = 1000 mm
• Mutu beton (fc’) = 25 MPa
• Mutu baja (fy) = 370 MPa
• Diameter tulangan utama = 22 mm
• Selimut beton (p) = 40 mm
•h = 2000 mm
• dx = 1500 – 40 (½ x22) = 1060 mm
• dy = 1500 – 40 – 22 – (½ x22) = 1427 mm
• 𝜑 = 0,80
a. Penulangan Lentur
• Penulangan poer arah sumbu x
Mx dyi My dxi
Pi =
∑V ± n
±
n

n ∑ d2yi ∑ d 2xi
i=1 i=1

Dari hasil program software didapatkan reaksi perletakan dengan gaya-


gaya yang bekerja sebagai berikut:
Fx = 163,997 Ton
Fy = 13,889 Ton
Fz = 726,143 Ton
Mx = 26,434 Tm
My = 233,014 Tm
Jumlah tiang = 2 buah
Mxo = Mx – (Hy.t)
= 26,434 – (13,889 x 1,5)
= 5,60 Tonm ( )
Myo = Myo – (Hx. t)
= 233,014 – (163,997 x 1,5)
= 12,982 Tm ( )
726,142 5,60.0 77,02 x 1,5
Maka, P max = +¿ + 2
2 0 2(1,5)
P max = 388,744 Ton
726,142 5,60.0 77,02 x 1,5
P min = +¿ +
2 0 2(1,5)2
P min = 337,397 Ton
Qu = 1,8 x 2,4 x 1,5 x 1,2 (load factor)= 7,78 ton/m
Momen yang terjadi pada poer adalah:
Muy = P max. 1,5 m – 0,5 q.(1,5)²
= 388,744 x 1,5 m – 0,5. 7,78 (1,5²)
= 574,364 tonm
Mu 574,364 x 107
Mn = = = 717,954 x 102Nmm
ᵠ 0,80
Mn 717,954 x 107 2
Rn = 2 = 7 = 1,389 N/mm
b.d 4600 x 1060
fy 370
M= = = 17,42
0,85 fc ' 0,85 x 25
1 2. m. rn
ρperlu =
m ( √
1− 1−
fy )
1 2.17,42 .1,389
17,42 ( √ ) = 0,0038
= 1− 1−
370

0,85 xf c' xβ 1 600


ρbalance =
fy (600+ fy )
0,85 x 25 x 0,85 600
=
370 ( 600+370 )
=0,030

1,4 1,4
Ρmin = = = 0,0037
fy ' 370
Karena ρ perlu > ρ min maka, ρ pakai = 0,0038
As = ρ x b x d = 0,0038 x 4600 x1060
= 18528,8 mm
Jumlah tulangan yang dibutuhkan
18528,8
n= = 48,74 ≈ 50 tulangan
0,25. π . 222
Jarak pemasangan tulangan:
4600
S= = 93,87 mm
(50−1)
Dipasang tulangan D22-100 (As = 19006,635 mm2)
• Penulangan poer arah sumbu y
Untuk penulangan poer arah sumbu y digunakan dengan menggunakan tulangan
susut. As susut perlu = 0,0019 xbx h (SNI-03-2847-2002 psl.9.12.1)
= 0,0019 x 1800 x 1500 = 5130mm²
Direncanakan menggunakan tulang D-16, maka jumlah tulangan yang digunakan
adalah
6849
n= = 26 tulangan
0,25. π .16 2
Jarak pemasangan tulangan:
1800
s= = 72 tulangan
(26−1)
Dipasang tulangan D16-100 (As= 5227,610 mm2)

1.4.6 Penurunan Tiang


Penurunan tiang tunggal dapat dilihat dari rumus berikut ini, penurunan tiang
dilihat pada kedalaman 1000 mm.
St = S1 +S2 + S
1. Penurunan tiang S1
Terjadi jika material diasumsikan elastis, maka penurunan dari pile shaft
ditentukan dengan perumusan sebagai berikut:
( Qwp+Qws ) L
S1 =
As . Em

= ( 109,39+0,5 x 78,94
0,502 x 74313,53 )
x 21,5 = 0,08m

2. Penurunan tiang S
( qwpxDb ) 2
S2 = ¿ ) 0,88
Es
= 0,0404 m
3. Penurunan tiang S

S3 = ( Qws )
pl Es
D 2
(1−μs ) Iws

78,94 0,8
S3 = ( ) 2
(1−0,2 ) 3,995
2,512 x 26 1725
S3 = 0,002 m
S total = 0,122 m

1.5 Kesimpulan
1. Pada perhitungan dimensi tiang bor diperoleh nilai dengan merencanakan 2
tiang yaitu 2000 mm
2. Berdasarkan perhitungan daya dukung ijin yang dihitung berdasarkan nilai
N dan hasil SPT diperoleh bahwa daya dukung ijin untuk 3,5 m adalah 2,09
ton . Nilai daya dukung ijin tiang diambil pada kedalaman 24 meter
sehingga nilai Q ijin yang dapat dipikul 1 tiang bor kedalaman 24 meter
adalah 388,74 ton.
3. Berdasarkan perhitungan penulangan tiang bor akibat beban tetap
direncanakan dengan menggunakan diameter tulangan 22 mm dengan
luasan 380,133 mm2 maka jumlah tulangan yang terpasang adalah 12
tulangan
4. Berdasarkan perhitungan daya dukung lateral tiang bor diperoleh Q Lijin
10,658 T > Fy tiang 3,114 T
5. Berdasarkan Perencanaan pile cap modifikasi penulangan ini digunakan
pengaruh beban tetap. Untuk penulangan poer arah sumbu x dipasang
tulangan D22-100 (As = 19006,635 mm2) untuk penulangan poer arah
sumbu y dipasang tulangan D16-100 (As = 5227,610 mm2)
6. Berdasarkan perhitungan penurunan tiang (S total) bahwa penurunan tiang
pada kedalaman 1000 mm adalah 0,122 m
7. Dari pemograman software diperoleh perencanaan tiang sebanyak 76 tiang
bor walaupun jumlah tiang sama dengan kondisi eksisting akan tetapi
dimensi yang digunakan berbeda dengan kondisi eksisting dan modifikasi
direncanakan dengan perbesara ujung tiang type bell-shaped.
8. Daya dukung dari modifikasi tiang bor dinilai aman memikul beban yang
bekerja pada tiang.
9. Nilai penurunan pada tiang bor dinilai aman.
10.
ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA
STUDI KASUS : JEMBATAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA

2.1 Latar Belakang


Jembatan merupakan sebuah struktur yang sangat penting berfungsi
sebagai penghubung jalan yang terputus akibat rintang yang ada seperti sungai,
laut dan sebagainya. Melihat akan pentingnya suatu jembatan maka perencanaan
dan pembangunan jembatan di daerah-daerah harus diadakan demi kelancaran
aktifitas masyarakat, perawatan dan rehabilitas jembatan juga harus dilakukan
dengan baik terhadap
jembatan-jembatan yang sudah ada demi tercapainya umur rencana
jembatan. Dilihat dari umum jembatan Soekarno-Hatta Malang sudah melebih 20
tahun dan hasil uji forensik dari tim Brawijaya yang telah meyimpulkan bahwa
jembatan rangka baja tersebut sudah melemah kekuatan yang tersisa tinggal 30%
saja, dengan besar lendutan yang terjadi tanpa beban hidup 18,5 cm dan dengan
beban hidup 21 cm. Hal tersebut menjadi dasar dilakukannya analisis alternatif
perkuatan jembatan rangka baja tersebut, dengan cara menerapkan perkuatan
dengan prategang eksternal. Yang nantinya akan dianalisis bagaimana model
perkuatan, besar lendutan yang terjadi yang diizinkan serta perkuatan mana yang
lebih efisien.
Jembatan rangka baja adalah suatu suatu struktur jembatan yang bahan
dasarnya menggunakan profil dari baja, dimana pada arah melintang diperoleh
bentuk segitiga diatas pemikul-pemikul lintangnya.
Besarnya lendutan maksimum yang diizinkan adalah proposional sesuai
dengan bentang jembatan yang bersangkutan yaitu 1/800 x bentang, kecuali pada
jembatan di daerah perkotaan yang sebagai jalur digunakan pejalan kaki, batasan
tersebut adalah 1/1000 x bentang. (RSNI T-03-2005) Untuk menganalisis
lendutan akan dilakukan dengan alat bantu software STAADPro terhadap beban
yang akan diterima.
Perkuatan merupakan kegiatan mengembalikan kapasitas muat jembatan
seperti kondisi desain awal (No. 004/BM/2009”Manual Konstruksi dan
Bangunan”) Peningkatan beban dan volume lalu lintas dan pelapisan ulang
perkerasan aspal di jembatan yang berlebihan, serta penurunan mutu konstruksi
jembatan dengan berjalan waktu berpengaruh pada peningkatan tegangan elemen
rangka batang jembatan dan bertambah besarnya lendutan yang terjadi. Suatu
usaha untuk meningkatkan daya layan dan kapasitas jembatan akibat hal tersebut
diatas adalah dengan menerapkan perkuatan jembatan dengan menggunakan
metode prategang eksternal.

2.2 Peta Lokasi

Jembatan ini terletak di Jl. Soekarno Hatta No.7A, Jatimulyo, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur
2.3 Gambar Bangunan

Gb. 1 Jembatan Soehat

Gb. 2 Desain perkuatan


Gb. 3 jembatan rangka baja

2.4 Perhitungan
- Perhitungan Efisiensi
Dilakukan untuk menentukan model perkuatan mana yang lebih efisien untuk
dilakukan. Dilakukan dengan cara membanding antara kedua struktur perkuatan
tersebut yaitu dengan gaya serta dimensi yang kecil dapat memberikan lawan
lendutan yang diharapkan.
- Perhitungan Pembebanan
Pembebanan Jembatan Soekarno Hatta Bentang 60 meter
Beban Mati
 P1 Mati
 Berat trotoar
Diketahui :
Tebal pelat = 0,47 m
Lebar = 1 m
Panjang = 2,5 m
Berat pejalan kaki q = 500 kg/m2
- Berat pelat trotoar
= 0.47 x 1 x 2,5 x 2.400 x 1,3 = 3.666 kg
- Berat pejalan kaki
2.250 kg
= 500 x 2,5 x 1,8 x 1 =
5.916 kg
 Berat pelat lantai kendaraan
Diketahui :
Tebal pelat pinggir = 0,18 m
Tebal pelat tengah = 0,27 m
Lebar = 7 m
Panjang = 5 m
Maka berat pelat lantai kendaraan sebesar

( 0,18+0,27
2 ) 7 5
x ( ) x ( ) x 2.400−6.142,5 kg
2 2
 Berat gelagar melintang
Diketahui :
Gelagar melintang pertama/terakhir = LX4 = 1.446 kg
Maka berat gelagar melintang
= ½ x 1.446 x 1,1 = 795,3 kg
 Berat gelagar memanjang
Diketahui:
Berat gelagar memanjang = 61 lb/ft
= 90,829kg/m
Jumlah gelagar = 7 buah
Panjang = 5 m
Maka berat gelagar memanjang = 90,829 x (5/2) x (7/2) = 794,754 kg
 Berat aspal
Diketahui :
Tebal aspal = 0,05 m
Panjang = 5 m
Lebar = 7 m
Maka berat aspal = 0,05 x (5/2) x (7/2) x 2.240 x 1,3 = 1.274 kg
 Berat tiang sandaran
Diketahui :
Berat satu buah tiang sadaran sepanjang satu buah rangka = TR1 = 33 kg
Jumlah tiang = 2 buah
Maka berat tiang sandaran = (1/2) x 33 x 2 x 1,1 = 36,3 kg
Jadi P1 Mati = 5.916 + 6.142,5 + 795,3 + 794,754 + 1.274 + 36,3= 14.958,85 kg

P rangka
P rangka adalah beban yang diakibatkan berat sendiri struktur rangka batang
tersebut.
Berat rangka total = 42.278 + 29.052 = 71.330 kg
- Berat pelat penyambung + ikatan angin = 20% X 71.330 = 14.266 Kg
P rangka total = 71.330 + 14.266
= 85.596 Kg P
= 85.596 : (8x2)
Rangka = 5.349,75 Kg
P1 = P1 mati + P rangka = 14.958,9 + 5.349,75 = 20.308,6 Kg
 P2 Mati
 Berat trotoar
Diketahui :
Tebal pelat = 0,47 m
Lebar = 1 m
Panjang = 5 m
Berat pejalan kaki q = 500 kg/m2
- Berat pelat trotoar = 0.47 x 1 x 5 x 2.400 x 1,3 = 7.332 kg
- Berat pejalan kaki = 500 x 5 x 1,8 x 1 = 4.500kg / 11.832 kg
 Berat pelat lantai kendaraan
Diketahui :
Tebal pelat pinggir = 0,18 m
Tebal pelat tengah = 0,27 m
Lebar = 7 m
Panjang = 5 m

Maka berat pelat lantai kendaraan sebesar

( 0,18+0,27
2 ) 7
x ( ) x 5 x 2.400 x 1,3=12.285 kg
2
 Berat gelagar melintang
Diketahui :
Gelagar melintang pertama/terakhir = LX3 = 1.452 kg
Maka berat gelagar melintang = ½ x 1.452 x 1,1 = 798,6 kg
 Berat gelagar memanjang
Diketahui :
Berat gelagar memanjang = 61 lb/ft = 90,829 kg/m
Jumlah gelagar = 7 buah Panjang = 5 m
Maka berat gelagar memanjang = 90,829 x (5/2) x (7/2) = 794,754 kg
 Berat aspal
Diketahui :
Tebal aspal = 0,05 m
Panjang = 5 m
Lebar = 7 m
Maka berat aspal = 0,05 x 5 x (7/2) x 2.240 x 1,3 = 2.548 kg
 Berat tiang sandaran
Diketahui :
Berat satu buah tiang sadaran sepanjang satu buah rangka = TR1 = 33 kg (dari
gambar)
Jumlah tiang = 2 buah
Maka berat tiang sandaran = 33 x 2 x 1,1 = 72,6 kg
Jadi P2 Mati = 11.832+12.285+798,6+794,754+2.548+72,6= 28.330,95 kg
Beban Hidup
 Beban lajur “D” terbagi rata (BTR)
L < 30 m → q = 9,0 kPa ≈ 900 kg/m2
L > 30 m → q = 9,0 { 0,5 + 15/L } kPa
Beban yang bekerja :
QBTR = q x λ x U;;TD;
= 900 x 5 x 1,8
= 8.100 kg/m
- q1 = 100% x BTR
=100% x 8.100
= 8.100 kg/m
- q2 = 50% x BTR
= 50% x 8.100 = 4.050 kg/m
 Beban “D” garis terpusat (BGT)
Diketahui :
p = 49,0 kN/m = 4.900 kg/m (SNI T-02-2005)
FBD = 0,4 (SNI T-02-2005) PBGT
= (1 + FBD) x p x U;TD;
= (1 + 0,4) x 4.900 x 1,8 = 12.348 kg/m
∑ Mr = 0
(VA x 9) – ( q1 x 5,5 x ( 5,52 +1,5+ 1) ¿ - ( q x 1,5 x ( 5,52 +1,5+ 1) ¿ = 0
2

VA = ( 8100 x 5,5 x ( 5,52 +1,5+ 1))+( 4050 x 1,5 x( 5,52 +1,5+1)) V = 244.518,8
A
9
=
9
27.168,75 kg

maka : VBTR = 27.168,75 kg (dibebankan pada titik simpul sepanjang bentang)


VBGT= 12.348 x (5/2) = 30.870 kg (dibebankan pada titik simpul terkeritis)

Perhitungan Gaya Perkuatan Model Perkuatan Prategang Eksternal Tanpa


Batang Penyokong
Besar gaya prategang diberikan dengan cara coba-coba sebesar P = 1.000.000 kg
atau P = 1.000 ton.
Maka didapatkan:
Gaya prategang arah vertikal ke bawah (P sin α):
- Mencari besar sudut (α) gaya prategang
Diketahui : Tinggi rangka = 6 m
Jarak angker terhadap titik deviator = 12,5 m
Maka didapatkan besar sudut:
α = tan-1 (6/12.5)
= 25,64o
- Mengitung besar gaya prategang vertikal kebawah
P sin α = 1.000.000 x sin 25,64o
= 430.000 kg
Menghitung besar gaya prategang arah horizontal
P cos α = 1.000.000 x cos 25,64o
= 900.000 kg
Batang horizontal atas ujung (LC1A)
Tegangan sisa = 1207.01 ton
Batang Diagonal terakhir (LD4X dan LD5X)
LD4X Tegangan sisa = 1331.01 ton
LD5X Tegangan sisa = 1807.46 ton

Model perkuatan prategang eksternal dengan batang penyokong


Besar gaya prategang diberikan dengan cara coba-coba sebesar P = 700.000 kg
atau P = 700 ton.
Maka didapatkan:
Gaya prategang arah vertikal ke bawah (P sin α):
- Mencari besar sudut (α) gaya prategang
Diketahui : Tinggi batang penyokong =1 m
Jarak angker terhadap titik deviator =15 m
Maka didapatkan besar sudut:
α = tan-1 (1/15) = 3,82o
- Mengitung besar gaya prategang vertikal kebawah
P sin α = 700.000 x sin 3,82o = 46.900 kg
Menghitung besar gaya prategang arah horizontal
P cos α = 700.000 x cos 3,82o = 698.600 kg
Batang horizontal bawah ujung (LC2A) Tegangan sisa = 1450.57 ton
Setelah dianalisis didapatkan hasil sebagai berikut:
Model Perkuatan Prategang Eksternal Tanpa Batang Penyokong
Setelah dilakukan analisis dengan mengasumsikan beban mati dan beban
hidup beserta gaya prategang bekerja secara keseluruhan dan bersamaan maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Besar lendutan yang terjadi = 58,489 mm (kebawah)
Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban hidup) = 6,173
mm (kebawah)
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa:
Besar lendutan maksimum > Besar lendutan yang terjadi 60 mm > 58,489 mm,
sehingga perkuatan tersebut dapat memberikan keamanan.
Model Perkuatan Prategang Eksternal dengan Batang Penyokong
Setelah dilakukan analisis dengan mengasumsikan beban mati dan beban
hidup beserta gaya prategang bekerja secara keseluruhan dan bersamaan maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Besar lendutan yang terjadi = 54,649 mm (kebawah)
Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban hidup) = 2,334
mm (kebawah)
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa: Besar lendutan maksimum >
Besar lendutan yang terjadi 60 mm > 54,649 mm, sehingga perkuatan tersebut
dapat memberikan keamanan.

2.5 Kesimpulan
Dari hasil dapat disimpulkan bahwa:
1. Kedua bentuk desain perkuatan tersebut dapat memberikan keamanan dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa batang
penyokong
 Stand yang digunakan adalah strand gabungan dengan selubuh proteksi
korosi: 7 buah tendon dengan 1 buah tendon terisi 7 buah kawat strand
berdiameter 15,25 mm
 Besar gaya prategang yang diberikan adalah 10.000 kN
 Angkur dan deviator mengikuti desain yang sudah ada pada Pedoman
Perkuatan Jembatan
2. Rangka Baja Australia Dengan Metode Prategang Eksternal.
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa dengan
penyokong
 Stand yang digunakan adalah strand gabungan dengan selubuh
proteksi korosi: 7 buah tendon dengan 1 buah tendon terisi 7 buah
kawat strand berdiameter 12,27 mm
 Besar gaya prategang yang diberikan adalah 7.000 kN
 Angkur dan deviator mengikuti desain yang sudah ada pada Pedoman
Perkuatan Jembatan Rangka Baja Australia Dengan Metode Prategang
Eksternal.
3. Besarnya lendutan yang diberikan dari perkuatan tersebut adalah sebagai
berikut:
- Perkuatan dengan model desain prategang eksternal tanpa batang
penyokong
 Besar lendutan yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup serta
gaya prategang = 58,489 mm (kebawah)
 Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban
hidup) = 6,173 mm (kebawah)
 60 mm > 58,489 mm, sehingga perkuatan tersebut dapat memberikan
keamanan. - Perkuatan dengan model desain prategang eksternal
dengan batang penyokong
 Besar lendutan yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup serta
gaya prategang= 54,649 mm (kebawah)
 Besar lendutan akibat beban mati dan perkuatan (tanpa ada beban
hidup) = 2,334 mm (kebawah)
 60 mm > 54,649 mm, sehingga perkuatan tersebut dapat memberikan
keamanan.
4. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan perkuatan yang lebih efisien yaitu
perkuatan dengan prategang eksternal dengan batang penyokong ditinjau dari
sudut pandang struktur, dengan prategang eksternal dengan batang
penyokong dapat memberikan lawan lendutan yang lebih besar dengan gaya
prategang yang lebih kecil serta dimensi strand yang lebih kecil dari pada
prategang eksternal tanpa batang penyokong.
PERENCANAAN ABUTMEN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
( STUDI KASUS PEMBANGUNAN JEMBATAN PURUS )

10.1Latar Belakang
Pada perencanaan dan pekerjaan jembatan Perencanaan Struktur
Bawah tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagian dari struktur jembatan ini
yang terletak di bagian bawah sangat menentukan bagi kekuatan serta
keamanan bangunan diatasnya. Dan untuk penghubung langsung antara
struktur atas jembatan dengan struktur bawah jembatan adalah
“Abutment” yang termasuk juga pada struktur bawah jembatan. Abutment
suatu bangunan yang berfungsi meneruskan beban (beban hidup dan beban
mati) dari bangunan atas ke pondasi dan Pondasi meneruskan ke tanah.
Ada beberapa bentuk dari Abutment, tetapi pada umumnya berbentuk
huruf “T” terbalik. Dan dengan ini penulis berharap dengan
berkembangnya kemajuan teknologi dan estetika diharapkan nantinya
bentuk bentuk Abutment ini kuat, aman, indah (estetika).
Maksud dan tujuan penulisan Tugas ini adalah untuk merencanakan
struktur jembatan rangka, dan khususnya merencanakan Abutment. Tujuan
penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui dan mengenal tentang bawah
jembatan, dimana dalam hal ini penulis melihat sangat banyaknya sungai
yang terdapat dalam wilayah kita, sehingga perencanaan struktur bawah
pada jembatan tidak bisa diabaikan begitu saja. Permasalahan yang ada
pada perencanaan abutment pada struktur bawah jembatan dititik beratkan
pada perencanaan abutment berbentuk huruf “T” terbalik, serta Pondasi
Tiang Pancang yang mendukung Abutment.
10.2Peta Lokasi
Jembatan ini terletak di Jl. Samudera, pantai daerah Purus, kota Padang Propinsi
Sumatera Barat

10.3 Gambar Bangunan

Gb.1 Jembatan Purus

10.4 Perhitungan
Kondisi jembatan
 Jenis jembatan: Jembatan beton prategang
 Dimensi jembatan :
 Panjang = 81,10 m
 Lebar = 12 m
 Lebar perkerasan : 9,4 m
 Jenis balok : Beton prategang tipe I menerus (splice girder / prestress
girder continue) Jumlah balok/gelagar : 6 buah
 panjang bersih balok : 81,10 m
 Jenis pondasi dalam : Tiang
 pancang ø 500 mm, K-500
Spesifikasi beton dan baja Mutu beton
 K-350 Pada beton bertulang
- K-125 Pada lantai kerja
- K-450 Pada beton prategang
 ø Baja tulangan : ø 32, ø 25, ø 22, ø 16, ø 13, ø 10
 Mutu baja tulangan : - D > 12 mm : U-39 - ø ≤ 12 mm : U-24
 Penulangan prestress : - Digunakan PC strand ø 12,7 mm Standar : JIS
 3536 atau ASTM A - 416- UTS : 18700 Kg - Jacking Force : 75% dari
UTS
Perhitungan Struktur
- Perhitungan Debit Banjir
Dalam menentukan besarnya debit banjir berdasarkan curah hujan,
perlu ditinjau hubungan korelasi antara hujan dan aliran sungai. Seperti
diketahui, besarnya aliran di dalam sungai terutama ditentukan
berdasarkan hujan, lama waktu hujan, luas daerah aliran sungai,
karakteristik, Catcment Area (daerah tangkapan hujan).
Metode yang dipergunakan untuk memperkirakan besarnya debit
adalah metode Weduwen. Metode ini sesuai untuk menentukan besarnya
debit banjir maksimum bagi sungai atau aliran yang mempunyai daerah
pengaliran relatif luas. Perhitungan dengan metode ini menggunakan
rumus sebagai berikut:
Qn = mn . F . q . (R 50/240)
Dimana:
Qn = Debit banjir rencana dengan periode ulang n tahun (m3/dt)
m = Koefisien W eduwen terhadap jumlah pengamatan
F = Luas daerah pengairan (Km)
q = Debit dari monogram Weduwen(I vs q)
R50 = Curah hujan dengan periode ulang 50 tahun
Perhitungan Debit Banjir Rencana
Dari tabel data curah didapat:
 T 50 → mn = 0,940
 F (diambil) = 100 km2
 q = 2,73
Jadi debit banjir rencana 50 tahun adalah:
Q50 = 0,940 . 100 . 2,73 . (143,866/240)
= 153,829 m3/dt
- Beban Vertikal
 Beban Mati
Beban Lantai Kendaraan
= 0.2 x 12 x 25 x 19.55
= 1, 173.00 kN
Berat Diafragma
= 1.85 x 5 x 7.813 x 4
= 289.06 kN
Berat Air Hujan
= 0.05 x 9.5 x 19.55 x 9.8
= 91.005 kN
Berat Gelagar Memanjang
= 19.55 x 5 x 13.9344
= 1,362.09 kN
Berat Aspal
= 0.05 x 9.5 x 19.55 x 22
= 204.3 kN
Berat Trotoar + Kreb
= 0.25 x 1 x 25 x 2 x 19.55
= 244.38 kN
P = 3363.8 kN
P total/2 = 1681.913 kN
 Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja adalah beban "D" dengan panjang jembatan
L = 19.55m ≤ 30 = P = 120 kN/ Jalur
q = 15.1 kN/ Jalur
Beban Merata
q = 34.32 kN/m”
Beban Garis
P = 272.7273 kN
Beban Hidup Trotoar = 5 kN/m2
qt = 3 kN/m
Keofisien kejut
L = 19.55 K = 1.2857
Kombinasi pembebanan akibat beban hidup dan koefisien kejut :
Ph = 723.8312 kN
 Akibab Berat Sendiri
Dari analisa berat didapat G =5688.2875 kN
Titik Berat Abutmen
Xo = MX/B = 1.655 m dari titik S
Yo =
MY/B =
3.066 m
dari titik
S

 Akibat
Berat
Tanah
Isian
Dari analisa berat didapat W = 1464.65 kN
Titik Berat Tanah Isian
Xo = MX/B = 3.849 m dari titik S
Yo = MY/B = 5.197 m dari titik S
 Berat Sendiri Plat Sayap Dari analisa berat didapat W = 1464.65 kN
Titik Berat Tanah Isian
Xo = MX/B = 3.849 m dari titik S
Yo = MY/B = 5.197 m dari titik S

 Berat Sendiri Plat Sayap


Dari analisa berat didapat W = 239.18 kN
Xo = MX/B = 5.508 m dari titik S
Yo = MY/B = 4.422 m dari titik S
 Beban Horizontal

ƴt (berat volume tanah) = 1.65kN/m3


θ (sudut geser dalam) = 6.95
C (kohesi) = 0.08kN/m2
Beban yang bekerja dibelakang bangunan penahan tanah diperhitungkan senilai
dengan muatan tanah setinggi 60 cm.
q = 0.99 kN/m3
 Tekanan tanah aktif dan pasif (teori rankie)
Ya2 = 1.85 m
Total tegangan tanah aktif :
Ya = ((𝑇𝑎1 𝑥 𝑌𝑎1+𝑇𝑎2 𝑥 𝑌𝑎2))/𝑇𝑎
= 2.015 ( Dari dasar tanah )
Kp = 1.28
Tp = 54.7kN
Yp = 0.6666 m
 Akibat Gaya Rem ( RM )
Ph = 637.513 kN
Ym = 7.33 m
 Akibat Gaya Gempa
- Akibat beban bangunan atas
- Akibat berat abutmen sendiri
- Akibat berat sendiri tanah isian
- Akibat berat sendiri tembok sayap
 Tekanan Tanah Akibat Gempa
Tag = 5.1457 kN
 Akibat Gaya gesek Pada tumpuan
Gg = 302.74 kN
Perhitungan Stabilitas Abutmen
 Perhitugan Daya Dukung Tanah pada Abutmen
 Perhitungan Stabilitas Abutmen Penulangan Abutmen

Perhitungan penulangan kolom abutmen


 Beban vertical
Beban mati
MVh = 313.6 kN
 Titik berat abutmen
Xo = MX/B = 1.709 m dari titik S
Yo = MY/B = 1.066 m dari titik S
 Titik berat tanah isian
Xo = MX/B = 3.95 m dari titik S
Yo = MY/B = 1.85 m dari titik S
 Titik berat tembok sayap
Xo = MX/B = 3.06 m dari titik S
Yo = MY/B = 2.383 m dari titik S
 Beban horizontal

Dari hasil perhitungan di pakai pembebanan kombinasi III


Mv = 13206.24 kNm
V = 5912.86 kN
H = 995.78 kN
Aq = 800000 mm2
𝑒/ℎ = 1.815
Dari grafik penulangan beton didapat :
ρ min = 0.006
Diameter tulangan yang digunakan, Ø 22 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, 85.7 mm
Digunakan tulangan, Ø 22 - 50
Untuk Tulangan pembagi
Diameter tulangan yang digunakan, Ø 13 mm
Jarak tulangan yang diperlukan, 66.3 mm
Perhitungan tulangan geser
V = 591.3 kN
Vu = 1.6 xV
Vu = 946058.22 < 633333.33
Berarti tidak diperlukan tulangan geser dan cukup di gunakan tulangan
praktis.

10.5 Kesimpulan
Berdasarkan dari analisa penulisan ini, maka dapat ditarik kesimpulan,
yaitu:
1. Jembatan merupakan salah satu prasarana perhubungan lalu lintas darat,
dimana peranannya sangat penting dalam meningkatkan perekonomian
dan mobilitas kehidupan.
2. Berdasarkan dari hasil daya dukung tanah dan lapisan tanah kerasnya
yang terletak pada kedalaman yang cukup dalam maka dipakai/dipilih
pondasi tiang pancang.
3. Dan sebagai penopang struktur atas jembatan dipakai Abutment, pada
penulisan ini dipakai Abutment jenis Kantilever berbentuk huruf “T”
terbalik
4. Berdasarkan perhitungan debit banjir diperoleh hasil untuk debit banjir
rencana 50 tahun adalah 153,829 m3/det
5. Beban vertikal dimana beban mati dengan P total /2 adalah 1681.913
kN, beban hidup dengan kombinasi pembebanan dan koifisien kejut
Ph adalah 723.8321 kN
6. Akibat beban sendiri dari hasil analisis diperoleh G 5688.2875 kN
7. Akibat beban tanah isian dari analisis berat didapat W 1464.65 kN
8. Berat Sendiri Plat sayap dari analisa berat didapat W 1464.65 kN
9. Beban Horizontal beban yang bekerja dibelakang bangunan penahan
tanah diperhitungkan senilai dengan muatan setinggi 60 cm q = 0.99
kN/m3
10. Tekanan tanah aktif dan pasif total tegangan tanah aktif 2.015 (dari
dasar tanah)
11. Akibat gaya rem ph 637.513 kN dan Ym 7.33 m
12. Tekanan tanah akibat gempa tag 5.1457 kN
13. Akibat gaya gesek pada tumpuan Gg 302.74 kN
14. Perhitungan stabilitas abutmen :
 Beban vertikal, dimana beban mati MVh adalah 313.6 kN
 Titik berat abutmen Xo 1.709 m dari titik s dan Yo 1066 dari titik
s
 Titik berat tanah isian Xo 3.95 m daro titik s dan Yo 1.85 dari
titik s
 Titik berat tembok sayap Xo 3.06 m dari titik S Yo 2.383 m dari
titik S
 Beban horizontal, dari hasil perhitungan dipakai pembebanan
kombinasi III
 perhitungan tulang geser diperoleh Vu 946058.22 yang berarti
diperlukan tulangan geser dan cukup digunakan tulangan praktis

Anda mungkin juga menyukai