Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya, kami dapat
menyelesaikan laporan “ Desiminasi Akhir Praktek Profesi Ners Keperawatan
Manajamen”
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi
salah satu praktek porfesi Ners Keperawatan Manajamen. Dalam penyelesaian
laporan ini kami banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak baik moril maupun material. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapakan terima kasih kepada bapak Rozly Junaidi, S.Kep.,Ners dan ibu
Nanik Hidayanti,S.Kep.,Ners selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusun lapoaran ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini maih jauh dari sempurna, karena itu
segenap saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
untuk di masa mendatang.Semoga lapoaran ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................6
D. Manfaat Penulisan................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI..........................................................................................................8
A. Definisi.............................................................................................................8
B. Etiologi.............................................................................................................8
C. Tanda dan Gejala...........................................................................................8
D. Klasifikasi........................................................................................................9
E. Patofisiologi........................................................................................................9
F. Pathway.............................................................................................................13
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................14
H. Penatalaksanaan.........................................................................................15
I. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Aktifitas dan
Latihan.......................................................................................................................15
BAB III............................................................................................................................20
STUDI KASUS..............................................................................................................20
BAB IV............................................................................................................................44
PENUTUP......................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paraparese adalah terjadinya gangguan antara kedua anggota
gerak tubuh bagian bawah. Hal ini terjadi karena adanya defek antara
sendi facet superior dan inferior (pars interartikularis). Paraparese adalah
adanya defek pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus
vertebrata. Paraparese terjadi pada 5% dari populasi. Kebanyakan
penderita tidak menunjukkan gejala atau gejalanya hanya minimal, dan
sebagian besar kasus dengan tindakan konservatif memberikan hasil
yang baik. Paraparese dapat terjadi pada semua level vertebrata, tapi
yang paling sering terjadi pada vertebrata lumbal bagian bawah
(Iskandar, 2002).
Paraparese, keadaan terjadi degenerasi diskus intervertebra yang
kemudian mengarah terjadinya pembengkokan satu tulang vertebra
dengan tulang lain yang berada di bawahnya yang di akibatkan kompresi
pada tulang belakang. Kira-kira 10 – 15% pasien dengan paraparese
setelah dilakukan operasi menggambarkan adanya nyeri. Nyeri berat
yang bersifat radikuler, tidak memperingan dengan pemberian terapi
konservatif (Cox, 1990). Dalam kasus cidera pada tulang vertebra
sekitar 70% karena trauma dan kurang lebih setengahnya termasuk
cedera pada vertebra , sekitar 50% dari kasus trauma dikarenakan oleh
kecelakaan lalu-lintas. Kecelakaan industri sekitar 26%, kecelakaan
dirumah sekitar 10%. Mayoritas dari kasus trauma ditemukan adanya
fraktur atau dislokasi, kurang dari 25% hanya fraktur saja (Bromley,
1991).
Permasalahan yang sering terjadi akibat cidera tulang belakang
terutama paraparese yaitu impairment seperti penurunan kekuatan otot
pada ke dua ekstremitas bawah sehingga potensial terjadi kontraktur otot,
keterbatasan LGS, decubitus, dan penurunan atau gangguan sensasi.
Fungsional limitation seperti adanya gangguan fungsional dasar seperti
gangguan miring, duduk dan berdiri serta gangguan berjalan, dan
disability yaitu ketidakmampuan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan.
Melihat kompleknya permasalahan yang timbul akibat cidera yang
mengenai tulang belakang (vertebra) ini penulis tertarik untuk membahas
kasus pada penderita penyakit paraperese. Dimulai sejak penderita
berada dalam stadium tirah baring hingga pasien menjalani program
rehabilitasi. Sehingga penderita mampu untuk kembali beraktifitas secara
mandiri dengan mengoptimalkan kemampuan yang ada.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di
mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Manusia
mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan.
Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan
sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika
tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan
serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas. Imobilitas atau
imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas
asuhan keperawatan terhadap pasien dengan tetraparase.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
penyakit Tetraparase dengan masalah gangguan aktivitas dan latiha
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit Tetraparese
b. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tetraparese
c. Menjelaskan konsep dasar aktivitas dan latihan
d. Menjelaskan konsep gangguan aktivitas dan latihan
e. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
aktivitas dan latihan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai kepustakaan bagi mahasiswa dalam menyusun
asuhan keperawatan pada pasien dengan Tetraparese
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan
pelayanan di bidang keperawatan khususnya pada pasien dengan
Tetraparese
3. Bagi Masyarakat
Sebagai materi sumber pengetahuan dalam merawat anggota
keluarganya yang menderita Tetraparese
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Parese adalah suatu kondisi yang ditandai oleh berkurangnya
fungsi motorik pada suatu bagian tubuh akibat lesi pada mekanisme saraf
atau otot. Kelemahan merupakan hilangnya sebagian fungsi otot pada
satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan
mobilitas bagian yang terkena. Sedangkan Tetraparese adalah
kelumpuhan atau kelemahan yang menyebabkan hilangnya sebagian
fungsi motorik pada keempat anggota gerak. Hal ini diakibatkan oleh
adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi
(khususnya pada vertebra servikalis), kerusakan sistem saraf perifer,
kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. Penyebab khas pada
kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau sport
injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina
bifida) (Oktaviani, 2015).
B. Etiologi
Penyebab dari tetraparase yaitu :
1. Trauma dengan lesi komplit atau inkomplit
2. Infeksi seperti Guillain-Barre Syndrome, acute myelitis, polymielitis
3. Kompresi spinal cord
4. Gangguan metabolisme tubuh (Oktaviani, 2015).
D. Klasifikasi
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya
1. Tetraparese spastik
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper
motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus
otot atau hipertoni.
2. Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower
motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot
atau hipotoni (Oktaviani, 2015).
E. Patofisiologi
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor
Neuron (UMN) atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN).
Kelumpuhan/kelemahan yang terjadi pada kerusakan Upper Motor
Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis.
Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan scar, atau kerusakan karena
tekanan dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal ini berbeda dengan
lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari
horn anterior medula spinalis sampai ke otot.
Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus
servikal, thorakal, lumbal, dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada
nervus spinalis dari servikal dan lumbosakral dapat menyebabkan
kelemahan/kelumpuhan pada keempat anggota gerak. Wilayah ini
penting, jika terjadi kerusakan pada daerah ini maka akan berpengaruh
pada otot, organ, dan sensorik yang dipersarafinya.
Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit
dapat menyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari
bagian dibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi
kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik.
Lesi pada UMN dapat menyebabkan parese spastic sedangkan lesi pada
LMN menyebabkan parese flacsid.
1. Lesi di Mid- or upper cervical cord
Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal
lateral menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada
otot-otot bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi
transversal medula spinalis pada tingkat servikal, misalnya C5
mengakibatkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-
otot tubuh yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot kedua
lengan yang berasal yang berasal dari miotom C6 sampai miotomC8,
lalu otot-otot thoraks dan abdomen serta segenap otot kedua tungkai
yang mengakibatkan kelumpuhan parsial dan defisit neurologi yang
tidak masif di seluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula spinalis
tersebut maka akan menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat
anggota gerak yang disebut tetraparese spastik.
Kelemahan/paralisis
Kelumpuhan
a. Biodata
Identitas Pasien
- Nama :
- TTL :
- Umur :
- Jenis Kelamin :
- Agama :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Suku/bangsa :
- Status :
- Alamat :
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Yang biasa munculpada pasien dengan gangguan aktivitas
dan latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengelu sakit
kepala berat, badan terasa lelah,parese pada ekstermitas kanan
ataupun frakur.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab dan mekanisme terjadinya keluhan pasien tersebut.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami
hipertensi apakah sebelumnya pasienpernah mengalami penyakit
seperti sekarang.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji riwayat penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit tulang atau tidak.
Keterangan:
1 : Mandiri
2 : Dibantu
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu orang lain dan peralatan
5 : Ketergantungan/tidak mampu
3. Pola istirahat dan tidur :
4. Pola nutrisi dan metabolis :
5. Pola eliminasi :
6. Pola kognitif perceptual :
7. Pola konsep diri :
8. Pola koping :
9. Pola seksual :
10. Pola Peran Hubungan :
11. Pola Nilai dan kepercayaan:
d. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- TTV
- Head to toe
Pada pemeriksaan ekstermitas difokuskan untuk menillai
kekuatan otot
0
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
(0%)
1 Teraba atau terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada
(10%) gerakan sama sekali
2
Dapat menggerakan anggota gerak tanpa melawan gravitasi
(25%)
3 Dapat menggerakan anggota gerak untuk menahan berat
(50%) (gravitasi)
4
Dapat menggerakan sendi dengan aktif dan melawan tahanan
(75%)
5
Kekuatan normal
(100%)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal (00085, domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 2
aktivitas/olahraga)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
(00092, domain 4 aktifitas/istirahat, kelas 4 respons
kardiovaskular/pulmonal)
3. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan mobilitas
(00155, domain 11 keamanan/perlindunan, kelas 2 cedera fisik)
3. Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No.dx Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation
berhubungan dengan gangguan keperawatan ..x24 jam - Monitor vital sign
e. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan (DM, Hipertensi)
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular (TBC, Hepatitis,
HIV)
f. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah
Pekerjaan
1. Kebersihan Bersih
-
2. Bahaya Kecelakaan Tidak ada
-
3. Polusi Tidak ada
-
4. Ventilasi Baik
-
5. Pencahayaan Baik
-
1. Makan/minum 2
Rumah
2. Mandi 0 2
0 2
3. Berpakaian 0
4. Toiletting 0 2
0 2
5. Mobilitas ditempat tidur
0
6. Berpindah 2
0
7. Berjalan 0 2
8. Naik tangga 2
m. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Lemah
2. Ideal diri : Tidak bisa beraktivitas seperti biasa
3. Harga diri :-
4. Peran : Menjadi anak dalam keluarga
5. Identitas diri : pasien adalah seorang laki-laki
p. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama di RS: tidak ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: (-) perhatian (-) sentuhan (-) lain-lain
r. Pemeriksaan Fisik
b) Jantung
I = Ictus cordis tidak nampak.
P = Ictus cordis teraba, tidak ada nyeri tekan.
P = Pekak
A = S1 dan S2 Reguler (lup dup)
4. Payudara dan ketiak
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, tidak ada benjolan abnormal
5. Punggung & tulang belakang
Tidak mengalami kelainan
6. Abdomen
I = Datar, tidak terdapat jejas atau luka, tidak ada jaringan parut.
A = Peristaltik usus 15 x/menit.
P = Tympani
P = Tidak ada nyeri tekan
7. Genetalia dan Anus
tidak terkaji
8. Ekstremitas
a) Atas
Tangan kanan terpasang infus RL 7 tpm.
b) Bawah 5 5
Tidak terdapat bekas luka. 3 3
9. Sistem Neorologi
Reflek fleksi dan ekstensi menurun, reflek patella menurun
10. Kulit dan Kuku
Kulit : kulit tampak lembab, tidak sianosis, tidak terdapat lesi, turgor kulit
<2 detik
Kuku : Tidak sianosis, kuku bersih, CRT<2 detik
A. Analisa Data
5 5
3 3
Perkusi:
Refleks Patela
mengalami penurunan
Refleks Bisep
mengalami penurunan
No DX Diagnosa Keperawatan
1 Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Gangguan
Neuromuskular ditandai dengan Penurunan Keterampilan Motorik
Kasar
2 Defisit Perawat Diri: Mandi berhubungan dengan Hambatan
Mobilitas Fisik ditandai dengan Ketidakmampuan Mencapai Toilet
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Hambatan NOC : Pergerakan (0208)\ NIC : Perawatan
mobilitas fisik Setelah diberikan tindakan Tirah Baring (0740)
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Jelaskan alasan
dengan diharapkan hambatan mobilitas fisik diperlukannya
gangguan berkurang/teratasi, dengan kriteria tirah baring
neuromuscul hasil : 2. Posisikan pasien
ar ditandai No Indikator 1 2 3 4 5 sesuai dengan
1 Gerakan √ √ √ √
dengan otot bidy alignment
penurunan 2 Gerakan √ √ √ √ yang tepat
sendi
keterampilan 3 Berjalan √ √ √ √ 3. Hindari
4 Bergerak √ √ √ √
motorik menggunakan
dengan
kasar mudah kain linen kasur
5
atau pakaian yang
Domain 4 ; Keterangan penilaian : teksturnya kasar
Kelas 2 1. Sangat terganggu 4. Jaga kain linen
Kode : 2. Banyak terganggu kasur / pakaian
00085 3. Cukup terganggu tetap
NIC: Pengaturan
Posisi (0844)
11. Imobilisasi atau
topang bagian
tubuh yang
terganggu
dengan tepat
12. Berikan posisi
terapeutik
13. Jangan berikan
tekanan pada
bagian tubuh
yang terganggu
14. Pertahankan
posisi yang tepat
saat mengatur
posisi pasien
15. Ganti posisi
setiap 2 jam
sekali dengan
menggunakan
tekhnik log roll
16. Ajarkan
keluarga untuk
mengatur posisi
pasien
17. Dukung pasien
untuk
berpartisipasi
dalam
perubahan
posisi
2 Defisit NOC : Perawatan Diri : (0310) NIC : Bantuan
perawatan Setelah diberikan tindakan Perawatan Diri
diri : Mandi keperawatan selama 3x24 jam Mandi (1804)
berhubungan diharapkan masalah defisit 1. Pertimbangkan
dengan perawatan diri : mandi dapat usia pasien ketika
hambatan teratasi, dengan kriteria hasil : mempromosikan
mobilitas fisik aktivitas
ditandai perawatan diri
dengan 2. Tentukan jumlah
ketidakmam No Indikator 1 2 3 4 5 dan jenis bantuan
1 Masuk √ √ √
puan yang dibutuhkan
mencapai dan 3. Tempatkan
keluar
toilet kamar handuk, sabun,
mandi dan aksesoris
2 Membuk √ √ √
Domain 4 ; a pakaian lainnya yang
3 Memposi √ √ √ √
Kelas 5 sikan diri
dibutuhkan di
Kode : atau samping tempat
menggun
000110 akan alat tidur atau di
4 kamar mandi
5
4. Fasilitasi pasien
Keterangan penilaian : untuk gosok sisi
1. Sangat terganggu 5. Anjurkan kelaurga
2. Banyak terganggu untuk
3. Cukup terganggu membersihkan
4. Sedikit terganggu kuku jika
5. Tidak terganggu panjanng dan
kotor
6. Observasi
integritas kulit
pasien
7. Dorong orang
tua / keluarga
berpartisipasi
dalam kebiasaan
kebersihan
pasien
8. Berikan bantuan
sampai pasien
sepenuhnya
dapat
mengasumsikan
perawatan diri.
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa : Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Gangguan Neuromuskular ditandai dengan Penurunan Keterampilan
Motorik Kasar
No Hari/ Tanda
Jam Implementasi Jam Evaluasi
. Tanggal Tangan
1. Kamis, 08.00 NIC : Perawatan Tirah Baring S:
19-12-2019 (0208) Pasien mengatakan kakinya masih terasa
1. Menjelaskan alasan diperlukannya lemas, hanya bisa digerakan diatas tempat
tirah baring tidur tetapi terbatas, pasien hanya mampu
2. Menjaga linen dan pakaian pasien berdiri disamping tempat tidur dengan
tetap kering, bersih dan bebas bantuan keluarga.
kerutan Pasien mengatakan kesemutan di kedua
3. Memposisikan pasien dengan tangannya sudah berkurang, tangan dapat
body alignment yang tepat digerakkan sudah sedikit bisa
4. Mengajarkan latihan di tempat menggenggam benda berat seperti botol
tidur dengan cara yang tepat berisi air minum.
- Latihan mengambil benda, O:
seperti botol air minum, Keadaan umum :cukup
membuka tutup botol, Kesadaran :compos mentis
membuka bungkus permen. GCS : 4-5-6
An.J tampak terbaring di atas bed.
Inspeksi:
Pasien dapat mengambil benda benda
berat (seperti botol berisi air)
Pasien menggunakan pakaian bersih
dan kering
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 3 dan 4
14.00 NIC : Terapi Latihan ; Kontrol Otot S:
(0226) Pasien mengatakan bahwa pasien sudah
3. Membantu menjaga stabilitas sudah bisa berdiri tanpa dipegangi
sendi tubuh dan atau proksimal Pasien mengatakan bahwa pasien sudah
selama latihan motorik bisa berjalan tanpa sempoyongan
- Memegangi pasien selama
latihan O:
- Mengawasi pasien selama Pasien menggunakan pakaian yang
latihan longgar
4. Mendorong pasien untuk Pasien bisa berdiri
mempraktekan latihan secara Pasien bisa berjalan 3 Lantai dalam
mandiri waktu 11,61.
- Mengajarkan dan Kekuatan Otot
menganjurkan keluarga untuk
melatih pasien sendiri dengan 5 5
pengawasan dan bantuan
5 5
A. Kesimpulan
Paraparese adalah terjadinya gangguan antara kedua anggota gerak
tubuh bagian bawah. Hal ini terjadi karena adanya defek antara sendi facet
superior dan inferior (pars interartikularis). Paraparese adalah adanya defek
pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus vertebrata. Paraparese
terjadi pada 5% dari populasi. Kebanyakan penderita tidak menunjukkan
gejala atau gejalanya hanya minimal, dan sebagian besar kasus dengan
tindakan konservatif memberikan hasil yang baik. Paraparese dapat terjadi
pada semua level vertebrata, tapi yang paling sering terjadi pada vertebrata
lumbal bagian bawah (Iskandar, 2002).
DAFTAR PUSTAKA