Disusun Oleh:
Rini Hidayani
NIM: 18.20.2927
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala
hikmahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATRESIA ANI”
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Laporan Pendahuluan
A. Definisi
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
G. Pathway
Asuhan Keperawatan
Penutup
Daftar Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Atresia ani berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, atresia artinya
nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ
tubeler secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain adanya
lubang ditempat yang seharusnya atau buntut nya saluran atau rongga
tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian
karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia Ani yaitu tidak
berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain anus imperforate.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforate dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus.
2. Membran anus yang menutup.
3. Anus imperforate dan ujung rectum yang buntu terletak pada
bermacam-macam jarak dari peritoneum.
4. Lubang anus yang terpish dari ujung rectum.
E. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2009), komplikasi pada atresia ani antara lain:
1. Asidosis hiperkloremik
2. Infeksi saluran kemih yang terus menerus
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
4. Komplikasi jangka panjang.
a. Eversi mukosa anus
b. Stenosis (akibat kontraksi jaringan perut dari anastomosis)
c. Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
d. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet
training.
e. Inkontnensia (akibat stinosis anal atau inpaksi)
f. Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontenensia)
g. Fisula kambuhan
F. Penatalaksanaan
1. Preventif
Menurut Nurhayati (2009), penatalaksanaan preventif yaitu :
a. Memberikan nasehat pada ibu hamil muda untuk berhati-hati atau
menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan dan
alkoholkarena dapat menyebabkan atresia ani.
b. Pemeriksaan lubang dubur atau anus bayi pada saat lahir sangat
penting dilakukan sebagai diagnosis awal adanya atresia ani. Sebab
jika sampai 3 hari diketahui bayi menderita atresia ani, jiwa bayi
dapat terancam karena feses yang tertimbun dapat mendesak paru-
paru bagi dan organ lainnya.
2. Pasca Bayi Lahir
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), bagi penyidap kelainan tipe I
dengan stenosis yang ringan dan tidak mengalami kesulitan
mengeluarkan tinja tidak membutukan penanganan apapun. Sementara
pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setiap hari dengan
karakter uretra, dilatasi hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil.
Selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah
dengan jari tangan. Dilatasi dikerjakan beberapa kali seminggu selama
6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai
keadaan normal. Konstipasi dapat dihindari dengan pengaturan diet
yang baik dan pemberian laktulose. Bentuk operasi yang dikeluarkan
pada tipe II, baik tanpa atau dengan fistula, adalan anoplasi pcrincum,
kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada usus selama 23 bulan.
Tindakan ini paling baik dilakukan dengan dilator hegar selama bayi
masih dirumah sakit dan kemudian orang tua penderita dapat memakai
jari tangan dirumah sampai tepi anus lunak serta mudah dilebarkan.
Pada tipe III, apanila jarak antara ujung rectum yang buntu kelekukan
anus kurang dari 1,5 cm, pembedahan rekontruksif dapat dilakukan
melalui anoproktoplasi pada masa neonatus. Akan tetapi, pada tipe III
biasannya perlu dilakukan pembedahan definitif pada usia 12-15
bulan.
Kolostomi bermanfaat untuk:
a. Mengatasi abstruksi usus, memungkinkan pembedahan
rekontruktif dapat dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih.
b. Memberikan kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan
pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rectum
yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Kolostomi dapat dilakukan pada kolon transversum atau kolon
sigmoideum. Beberapa metode pembedahan rekrontruktif yang
dapat dilakukan adalah operasi abdominoperineum terpadu pada
usia 1 tahun, anorektoplasti sagital posterior pada usia 8-12 bulan,
danpendekatan sakrum menurut metode Stephen setela bayi
berumur 6-9 bulan. Dilatasi anus baru bisa dilakukan 10 hari
setelah operasi dan selanjutnya dapat dilakukan dengan orang tua
dirumah, mula-mula dengan jari kelingking kemudian dengan jari
telunjuk selama 23 bulan setelah pembedahan definitif. Sedangkan
penanganan pada tipe IV dilakukan dengan kolostomi, untuk
kemudian dilanjutkan dengan operasi apdominal pull-through
seperti kasus pada megakolon conginital.
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama:
Distensi abdomen
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Muntah, perut kembung, dan membuncit, tidak bisa buang air
besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam
urin.
c. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama
kelahiran.
d. Riwayat kesehatan keluarga:
Merupakan kelainan kongenital buan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan:
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/ bahasa tentag apa
yang dirasakan dan apa yang diinginkan.
b. Pola aktifitas/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri
karena masih bayi.
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh keterangan dari ibu bayi atau keluarga yang lain.
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng.
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium.
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, merespon, dan berorientasi
dengan baik pada orang lain.
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah.
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belumbisa dikaji karena belum mengerti tentang kepercayaan.
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan
orang lain secara mandiri.
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda Vital
a) Nadi : 120-140 x/menit
b) TD : normal
c) Suhu : 36,5°C-37,6°C
d) Pernafasan: 30-40 x/menit
e) BB : >2500 gram
f) PB : normal
c. Data sistematik
1) Sistem kardovaskuler
Tekanan darah normal
Denyut nadi normal (120-140x/menit)
2) Sistem respirasi
Klien tidak mengalami gangguan pernafasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan buncit.
4) Sistem muskoluskletal
Klien tidak mengalami gangguan muskoluskletal.
5) Sistem integumen
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen.
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium didalam urin.
B. Data Fokus
C. Analisa Data
D. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurag dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makanan (mual, mutah)
2. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (atresia ani), dysuria
3. Kecemasan orang tua b.d kurang nya pengetahuan terkait penyakit
anak.
4. Kerusakan integritas kulit b.d pemasangan kolostomi
5. Nyeri akut b.d trauma jaringan pasca operasi
6. Inkontenensia defekasi b.d abnormalitas sfingter rektal.
7. Resiko infeksi b.d trauma jaringan pasca operasi, perawatan tidak
adekuat.
E. Perencanaan dan intervensi
Nama klien : An. Mawar
No.Register : 0123
Ruang : Teratai
A. Kesimpulan
Atresia ani merupkan kelainan bawaan dimana terjadi pembentukkan
lubang anus yang tidak sempurna atau anus tampak rata maupun sedikit
cekung kedalam atau kadang berbentuk anus tetapi tidak berhubungan
langsung dengan rektum yang terjadi pada masa kehamilan.
Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengandaerah dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau k3 bulan
3. Adanya gangguan atau terhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
yang terjadi antara minggu ke 4-6 usia kehamilan
4. Berkaitan dengan sindrom down.
B. Saran
Sebagai perawat, kita harus mengingatkan kepada ibu pada ibu untuk
selalu berpola hidup sehat, menjaga pola makan, dan memeriksa masalah
kehamilan kepada ahli kesehatan. Dan ketika bayi lahir dalam keadaan
atresia ani, maka perawat harus dapat melakukan asuhan keperawatan
sebagaimana mestinya agar dapat mengatasi masalah yang timbul.
Daftar Pustaka
https://www.academi.edu.com
https://www.scrib.com