kombinasi dari pengaruh likuiditas, asset management dan utang pada hasil operasi.
Analisis profitabilitas menitikberatkan pada hubungan antara hasil kegiatan operasi seperti yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan yang
dilaporkan di laporan posisi keuangan / neraca.
Analisis utama yang digunakan dalam menilai profitabilitas antara lain mencakup:
Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) adalah rasio yang dihitung dengan membagi
laba bersih dengan penjualan.
C
ontoh : Laporan Keuangan – Laba Rugi
Dari hasil perhitungan di atas, kita bisa melihat bahwa margin laba perusahaan tersebut adalah di
bawah rata-rata industri.
Hasil yang berada di bawah rata-rata ini terjadi karena biaya yang terlalu tinggi. Biaya yang
terlalu tinggi ini, terjadi karena operasi yang tidak efisien.
Margin laba yang rendah ini juga bisa disebabkan oleh tingginya penggunaan utang.
Sebagaimana kita tahu bahwa LABA BERSIH adalah laba setelah bunga.
Jadi jika dua perusahaan yang memiliki operasi yang identik di mana penjualan, biaya
operasi, dan EBIT sama.
Namun, jika satu perusahaan menggunakan lebih banyak utang dibandingkan lainnya, maka
perusahaan tersebut akan memiliki BEBAN BUNGA yang lebih tinggi.
Beban bunga tersebut akan menurunkan laba bersih, karena penjualan konstan, hasilnya adalah
margin laba yang relatif rendah.
Dalam situasi yang seperti ini, margin laba yang rendah akan menunjukkan adanya perbedaan
pada strategi pendanaan dan bukan masalah operasi.
Jadi perusahaan dengan margin laba yang rendah kemungkinan akan mendapatkan tingkat
pengembalian atas investasi pemegang saham yang tinggi karena adanya penggunaan leverage
keuangan.
Bila anda ingin tahu bagaimana cara cepat me-leverage keuangan perusahaan, pelajari cara
cepatnya di artikel: Cara Sederhana dan Praktis me-LEVERAGE LABA Perusahaan Melalui
Rekayasa Penjualan
Perhatikan pula bahwa jika tingkat pengembalian atas penjualan yang tinggi itu dianggap sebagai
hal yang baik, hal-hal yang lain dianggap konstan, maka harus dipertimbangkan juga tingkat
perputarannya.
Jika suatu perusahaan memasang harga yang sangat tinggi untuk produknya, perusahaan tersebut
mungkin mendapat pengembalian yang tinggi atas setiap penjualan, tapi tidak menghasilkan
banyak penjualan.
Hal ini bisa jadi memberikan margin laba yang tinggi, tapi tetap tidak optimal karena total
penjualannya rendah.
Pengembalian atas Total Aset atau Return on Total Assets (ROA) adalah rasio Laba Bersih
terhadap Total Aset.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh perhitungan ROA dengan menggunakan data-data dari
contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas.
Dan hal ini bukanlah sesuatu yang baik, walaupun tingkat pengembalian atas aset yang rendah
tidak selalu berarti buruk.
Hal itu bisa disebabkan oleh keputusan perusahaan yang disengaja untuk menggunakan utang
dalam jumlah besar, dan beban bunga yang tinggi menyebabkan laba bersih menjadi relatif lebih
rendah.
Untuk itu, saat akan menilai kinerja suatu perusahaan dan mencari berbagai alternatif terbaik apa
yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
Maka melihat beberapa rasio, melihat arti tiap-tiap rasio kemudian melihat situasi secara
keseluruhan.
Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (Basic Earning Power) adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi.
Cara menghitung rasio profitabilitas ini adalah dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dengan total aset. Dan bila dituliskan dalam sebuah rumus, maka akan seperti
berikut ini :
Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (BEP) = EBIT : Total Aset
Untuk lebih jelasnya berikut ini contoh perhitungan BEP dengan data-data dari contoh laporan
keuangan perusahaan tbk di atas, sehingga hasilnya adalah :
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset perusahaan,
sebelum pengaruh pajak dan leverage.
Rasio ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan berbagai tingkat leverage
keuangan dan situasi pajak.
Dan karena rasio perputarannya rendah serta margin laba atas penjualan juga buruk, perusahaan
tidak mendapatkan tingkat pengembalian atas aset setinggi rata-rata perusahaan sejenis.
Pengembalian Ekuitas Biasa atau ROE adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur
tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.
Rasio akuntansi “bottom line” adalah pengembalian atas ekuitas biasa (return on common equity
– ROE), dan bila ditulisakan dalam sebuah formula sebagai berikut :
Untuk contoh perhitungan ROE, masih menggunakan contoh laporan keuangan perusahaan tbk
di atas, kita dapat mengetahui ROE-nya sebagai berikut :
Pemegang saham berharap mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini
menunjukan besarnya pengembalian tersebut dari sisi akuntansi.
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai ROE sebesar 12,5%, berada dibawah nilai standar
di industri sejenis sebesar 15%.
ROE yang sedikit lebih baik ini disebabkan banyaknya penggunaan utang oleh perusahaan.
Salah satu indikator rasio profitabilitas yang seringkali dinyatakan oleh media keuangan adalah
laba per saham biasa (LPS) atau earning per share (EPS) on common stock.
Rasio laba per saham digunakan untuk menilai profitabilitas investasi yang dilakukan oleh
pemegang saham biasa.
Jika sebuah perusahaan hanya menerbitkan satu kelas saham, laba per saham dihitung dengan
cara membagi laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Jika terdapat saham preferen dan saham biasa yang beredar, laba bersih dikurangkan terlebih
dahulu dengan jumlah dividen yang diperlukan untuk saham preferen.
Cara menghitung laba per saham biasa PT Manajemen Keuangan Network, dengan data-data
keuangan sebagai berikut:
Ukuran profitabilitas lain yang dikutip oleh media keuangan adalah rasio harga terhadap laba
(price earning ratio – P/E).
Yang dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal tertentu
dengan laba per saham tahunan.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa harga saham per lembar saham biasa adalah sebesar Rp
41.000 pada akhir tahun 2018 dan Rp 27.000 pada akhir tahun 2017.
Rasio harga terhadap laba per saham biasa untuk PT Manajemen Keuangan Network dihitung
sebagai berikut:
Rasio harga terhadap laba menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2017, satu lembar saham biasa
milik PT Manajemen Keuangan Network dijual sebesar 20 kali dari jumlah laba per saham.
Pada akhir tahun 2018, saham biasa dijual sebesar 25 kali dari jumlah laba per saham.
Maka:
= (Laba Bersih – Dividen Saham Preferen) / Jumlah lembar saham biasa yang beredar
= Rp 250.000.000 – Rp 15.000.000) / 20.000
= Rp 11.750
= Harga pasar per lembar saham biasa / Laba per saham biasa
= Rp 35.000 / Rp 11.750
= 3,0
Dasar utama untuk pembagian dividen adalah laba, oleh karena itu dividen per saham dan laba
per saham biasa umumnya digunakan oleh investor dalam menilai pilihan investasi saham.
Rasio ini untuk menunjukkan sejauh mana laba dibagikan kepada pemegang saham biasa. Untuk
menghitung rasio ini digunakan rasio persamaan matematika sebagai berikut:
Sedangkan jumlah lembar saham biasa yang beredar adalah 50.000, maka dividen per lembar
saham PT Manajemen Keuangan Network adalah:
Tahun 2018:
Tahun 2017:
Dividen per saham dapat dilaporkan dengan laba per saham untuk menunjukkan hubungan antara
dividen dan laba.
Membandingkan kedua nilai per lembar saham menunjukkan sejauh mana perusahaan menahan
labanya untuk digunakan dalam kegiatan operasi.
Dan berikut ilustrasi yang menggambarkan hubungan dividen dan laba per saham biasa:
08. Hasil Dividen
Hasil dividen (dividend yield) terhadap saham biasa merupakan ukuran profitabilitas yang
menunjukkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa dalam bentuk dividen tunai.
Hal ini penting bagi investor yang tujuan investasi utamanya adalah untuk menerima
pengembalian (dividen) saat ini dari investasi, dan bukannya kenaikan dalam harga pasar
investasi.
Hasil dividen dihitung dengan cara membagi dividen per saham tahunan yang dibayarkan dengan
harga pasar per lembar saham pada tanggal tertentu.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa harga pasar adalah sebesar Rp 41.000 pada akhir tahun 2018
dan Rp 27.000 pada akhir tahun 2017.
Hasil dividen pada saham biasa untuk PT Manajemen Keuangan Network adalah sebagai
berikut:
Keputusan investasi, seperti keputuan investasi besar lainnya harus memenuhi kebutuhan
pembelinya.
Sebagai contoh, jika anda memilki keluarga dengan jumlah anggota lima orang dan sedang
berpikir untuk membeli mobil baru.
Anda mungkin tidak akan membeli mobil sport dengan dua kursi penumpang, karena tidak akan
memenuhi tujuan anda atau tidak sesuai dengan gaya hidup anda.
Atau jika anda masih muda dan lajang, sebuah kendaraan van kecil mungkin tidak dapat
memenuhi kebutuhan anda.
Investor membeli saham dengan cara yang sama, membeli saham yang dapat menyesuaikan gaya
investasi dan kebutuhan keuangan mereka.
A: Investasi Nilai
Investor nilai mencari saham yang dinilai rendah, artinya investor berusaha mencari perusahaan
yang nilainya tidak dicerminkan oleh harga sahamnya.
Perusahaan semacam ini biasanya adalah perusahaan yang tenang dengan kinerja keuangan yang
sangat baik.
Pendekatan investasi ini berasumsi bahwa harga saham akan naik untuk menyesuaikan dengan
nilai perusahaan.
Investor yang paling sukses selama ini adalah Warren Buffet, yang menggunakan pendekatan
tersebut secara eksklusif.
Secara alami, kunci investasi nilai yang berhasil adalah menentukan nilai saham secara akurat.
Hal ini seringkali melibatkan analisis rasio keuangan perusahaan, sebagaimana dibahas di sini.
B: Investasi Pertumbuhan
Investor pertumbuhan berusaha untuk mengidentifikasi perusahaan yang memiliki potensi untuk
meningkatkan penjualan dan laba, melalui produk, pasar, atau peluang baru.
Perusahaan yang bertumbuh seringkali adalah perusahaan baru yang masih belum terbukti
kinerjanya tapi memiliki teknologi atau kemampuan yang unik.
Contohnya Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Google, atau Microsoft pada awal-awal berdirinya.
Strategi investasinya adalah membeli perusahaan semacam ini sebelum potensinya menjadi
nyata dan berharap memperoleh laba dari kenaikan yang relatif besar dalam harga saham
perusahaan.
Tapi pendekatan ini mengandung resiko, bahwa pertumbuhan mungkin saja tidak terjadi.
Invesor pertumbuhan menggunakan banyak rasio analisis laporan keuangan untuk meng-
identifikasi perusahaan dengan potensi pertumbuhan yang tinggi.
10. Kesimpulan
Salah satu jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba, mencerminkan hasil akhir dari kebijakan keuangan perusahaan dan
keputusan operasional.
Kemampuan ini tergantung pada efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasinya dan sumber
daya yang tersedia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa laporan keuangan mencerminkan keadaan yang telah terjadi di
masa lalu.
Namun demikian laporan tersebut juga memberikan petunjuk tentang hal-hal yang sebenarnya
memiliki arti penting mengenai apa kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Dan rasio profitabilitas ini bisa digunakan untuk melihat hasil akhir dari seluruh kebijakan
keuangan dan keputusan operasional.
Analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, seperti rasio prfitabilitas
yang telah dibahas adalah ‘hanya’ alat bantu kita.
Oleh karena itu, seyogyanya, kita bisa memilah dan memilih alat mana yang paling cocok dan
pas untuk bisnis kita.
Harapannya adalah agar hasil analisis tersebut benar-benar akurat dan dapat digunakan untuk
menentukan strategi terbaik bagi perjalanan perusahaan.
https://manajemenkeuangan.net/rasio-profitabilitas/