Anda di halaman 1dari 21

AKAD ISTISHNA

Makalah

disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “Akuntansi syariah”

Disusun Oleh:

Novitasari (NIM 03.01.17.859)

Yovie Alvianti (NIM 03.01.17)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR.KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Akad Istisnha’.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Purwakarta, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Pengertian Akad Istishna’..........................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Akad Istishna’..........................................................................................4
2.3 Sumber Hukum Akad Istishna’..................................................................................4
2.4 Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’........................................................................5
2.5 Berakhirnya Akad Istishna’.......................................................................................6
2.6 Perlakuan Akuntansi..................................................................................................6
2.7 Ilustrasi Akuntansi Akad Istishna’............................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung
antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika
dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Walaupun
istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun dengan
murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat
dibayarkan secara tangguh. Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari
salam, dan di izinkan secara syari’ah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat
dilakukan melalui akad langsung danmetode persentase penyelesaian. Di mana metode
persentase penyelesaian yang digunakanmiris dengan akuntansi konvensional, kecuali
perbedaan laba yang di pisah antara margin labadan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang apa yang dimaksud
dengan akuntansi istishna’, selain itu juga untuk mempelajari jenis-jenis dari istishna,
serta menganalisis ruang lingkup dari istishna itu sendiri. Oleh karena itu penulis
berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait
pertanyaan yang dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian akad Istishna’?
2. Apa sajakah jenis-jenis Akad Istishna’?
3. Apakah Sumber Hukum Akad Istishna’?
4. Apakah Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’?
5. Kapan Berakhirnya Akad Istishna’?
1.3 Tujuan Penulisan:
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui pengertian akad Istishna’
2. Mengetahui jenis-jenis Akad Istishna’.
3. Mengetahui Sumber Hukum Akad Istishna’
4. Mengetahui Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’.
5. Mengetahui Berakhirnya Akad Istishna’.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai Akad
Istishna’.
2. Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’


Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan 
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)-(Fatwa DSN MUI). Shani’ akan
menyediakan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati
dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ pararel).
Dalam PSAK 104 Par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal.
3. Harus diketahui krakteristik secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas dan kuantitasnya.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:
a. Jumlah yang telah dibayarkan; dan
b. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada
dasarnya istishna' tidak dapat dibatalkan, kecuali:
a. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
b. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.

Karakteristik Istishna’antara lain:


1. Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan
barang pesanan (mashnu') sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan
kepada pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu
akad.
2.2 JENIS- JENIS AKAD ISTISHNA’
1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli
atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani).
2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna
dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan
Syarat akad istishna’pararel, pertama (antara penjual dan pemesan) tidak tergantung
pada istishna’ kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan 
dan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak
boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.

2.3 SUMBER HUKUM AKAD ISTISHNA’


a. Al-Qur’an
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”(QS. Al-Baqoroh:283).
b. Al-Hadist
Amir bin Auf berkata: “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslim kecuali
perdamaian yang mengharumkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” (HR.Tirmidzi).
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum denga tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majjah).
Abu Said al-Khudri berkata : “tidak boleh membahayakan diri sendiri dengan orang
lain.” (H.R Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktekkan istisnha’ scara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istisnha’ sebagai kasusu ijmak atau
konsensus umum. Istisnha’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan
kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu
yang memiliki kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang
syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah di praktekkan
secara umum atau tidak.
2.4 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’
Adapun rukun-rukun istishna’ ada tiga, yaitu:
a. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (penjual /shani’).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang
berbentuk harga.
c. Ijab kabul/ serah terima
Ketentuan syariah:
1) Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2) Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa  uang, barang,
atau manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad
maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung  jawab
pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang
1. Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak
ada lagi jahalah dan perselisian dapat dihindari.
2. Barang pesanan diserahkan kemudian.
3. Waktu dan penyerahan pesanan harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan
kesepakatan.
6. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad.
7. Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia
telah menjalankan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan.
3) Ijab kabul
Adanya pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

2.5 BERAKHINYA AKAD ISTISHNA’


Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Tidak terpenuhinya kewajiban secara formal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan kedua belah pihak untuk menhentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab ia masuk untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak dapat
membatalkannya.

2.6 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)


A. Akuntansi untuk Penjual
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi dan
biaya serta pendapatan asset dapat diidentifikasi terpisah, maka akan dianggap akad
terpisah. Jika tidak maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan
sifatnya signifikan  atau dinegosiasikan terpisah, maka dianggap akad terpisah
1. Biaya perolehan Istishna’ terdiri atas:
a. Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat
barang pesanan, atau tagihan prosedur/kontraktor pada entitas untuk Istishna
paralel.
b.Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan biaya pra
akad.
c. khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya akibat produsen/kontraktor tidak
dapat memenuhi kewajiban jika ada.

Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima


dari produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian,
sehingga jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad
istishna’ adalah:
Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian                xxx
    Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan Lain-lain                   xxx
Untuk akun yang kredit akan tergantung apa yang digunakan oleh perusahaan
untuk memenuhi kewajiban akad tersebut. Beban pra akad diakui sebagai beban
tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika
tidak disepakati maka biaya tersbut dibebankan pada periode berjalan.
Saat dikeluarkan baiya pra akad, dicatat:
Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan                                              xxx
         Kr. Kas                                                                                          xxx
Jika akad disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Istishna’                                                                     xxx
Kr. Biaya Pra Akad Di tangguhkan                                                xxx
Jika akad tidak disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban                                                                                   xxx
          Kr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan                                                 xxx

2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan
istishna’.
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode:
a. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan
yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad
istishna’.
b. Metode akad selesai, adalah sistem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode
persentase penyelesaian,kecuali jika estismasi persentase penyelesaian akad dan
biaya penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional maka digunakan
metode akad selesai.
4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan
sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
bersangkutan.
a. Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan
biasanya estimasi menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang
dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase tersebut
dikalikan dengan nilai akad.
b. Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan
pendapatan.
Persentase penyelesaian = biaya yang telah dikeluarkan : total biaya
untuk penyelesaian
Pengakuan pendapatan = persentase penyelesaian x nilai akad
Pengakuan margin = persentase penyelesaian x nilai margin
Dimana nilai margin tersebut adalah nilai akad – total biaya
Untuk pengakuan pendapatan ditahun-tahun berikutnya jika proses
pembangunannya lebih dari satu tahun:
Pendapatan tahun berjalan = pendapatan diakui sampai dengan saat ini –
pendapatan yang telah diakui
5. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan istishna’ yang
diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’ dalam
penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan)
Dr. Beban Istishna’(sebesar biaya yang telah dikeluarkan)
Kr. Pendapatan Istishna’ (sebesar pendapatan yang harus diakui diperiode
berjalan
6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’
diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
7. Metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok dan
keuntungan sampai dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Sehingga pendaptan
diakui pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
8. Jika besar kemunbgkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan
melebihi pendapatan istishna’ maka tafsiran kerugian harus segera diakui.
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai, maka
jurnal:
Dr. Piutang Istishna’ (sebesar nilai tunai)
Kr. Termin Istishna
Termin istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun aset
istishna’ dalam penyelesaian.
10. Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
Dr. Kas (sebesar uang yang diterima)
Kr. Piutang usaha
11. Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli aakhir.
12. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna’.
b. Metode yang digunakan dalam penentuan persetanse penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan.
c. Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang.
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.
Jika akad istishna’ dilakukan dengan pembayaranm tangguh, maka pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna'
dilakukan secara tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian;
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Walaupun terdapat dua bagian tersebut, hanya ada satu harga yabng ditetapkan
dalam akad.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna’ tangguhan dengan
istishna’ yang dibayar tunbai terletak pada dua jurnal yang terdiri atas:
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan jurnal untuk pengakuan margin keuntungan.
1) Jurnal pengakuan pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah:
Dr. Aset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan)
Dr. Beban Istishna’ (sebesar biaya yang dikeluarkan)
Kr. Pendapatan Istishna’ ( sebesar pendapatan yang harus diakui diperiode
berjalan)
2) Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai tunai
Pada saat penandatanganan akad:
Dr. Piutang istishna’ (sebesar selisih nilai tunai dan nilai akad)
Kr. Pendapatan Istishna’ tangguh
Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai dan nilai
akad:
Dr. Pendapatan Istishna’ Tangguh (secara proporsional periode)
Kr. Pendapatan akad istishna’
Dr. Piutang istishna’ (sebesar kas yang diterima)
Kr. Kas
Untuk membedakan apakah suatu akad istishna’ yang pembangunan aset
istishna’nya dilakukan lebih dari satu tahun itu dikelompokkan sebagai akad tunai dan
atau akad tangguh, maka yang harus menjadi dasar adalah sesuai waktu serah
terimanya.

B. Akuntansi untuk Pembeli


1. Pembeli mengakui aset istishna' dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna' kepada penjual.
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx
Kr. Utang kepada Penjual xxx
2. Aset istishna' yang diperoleh melalui transaksi istishna' dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara
harga beli yang disepakati dalam akad istishna' tangguh dan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban istishna' tangguhan.
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Dr. Beban Istishna’ Tangguh (selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx
Kr. Utang kepada Penjual xxx
3. Beban istishna' tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna'. Jurnal:
Dr. Beban Istishna’ xxx
Kr. Beban Istishna’ Tangguh xxx
Pembayaran utang, jurnal:
Dr. Utang kepada Penjual xxx
Kr. Kas xxx
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual
dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian
piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Kr. Kerugian Aset Istishna’ xxx

5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang Jatuh Tempo kepada Penjual xxx
Kr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx

6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai
wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (nilai wajar) xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian (biaya perolehan) xxx

7. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:


a. Utang istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
 Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir,
jika istishna’ paralel; atau
 Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.

8. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan


keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
b. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.

2.7 ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD ISTISHNA’

Kasus Metode Preentase Penyelesaian dan Pembayaran Secara Tunai


Transaksi Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Sebelum melakukan akad, Beban Pra Akad Ditangguhkan 250
dikeluarkan biaya sebesar Rp 250 Kas 250
untuk melakukan survei.
Jika ternyata kemudian hari Beban Istishna’ 250
dilakukan akad Beban Pra Akad Ditangguhkan 250

Jika tidak terjadi akad Beban Pra Akad 250


Beban Pra Akad Ditangguhkan 250
Dilakukan akad dengan informasi
sebagai berikut:
-Biaya Perolehan (Produksi) Rp
1.000
-Margin Keuntungan Rp 200
-Nilai Tunai saat Penyerahan Rp
1.200

Mengeluarkan biaya perolehan Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 1,000


istishna’ Kas/Utang/Persediaan
1,000
Pada akhir periode tahun buku,
pengakuan pendapatan (tergantung Aset Istishna’ dalam Penyelesaian 200
persentase penyelesaian yang telah Beban Istishna’ 1,000
diakui). Pendapatan Istishna’
1,200
Kalau pada metode akad selesai
dilakukan pada akhir masa akad:

Pada saat penagihan dan Piutang Istishna’ 1,200 Aset 1,200


penyerahan aset istishna’ kepada Termin Istishna’ 1,200 Utang Istishna’ 1,200
pembeli.
Termin Istishna’ 1,200
Termin istishna’ sebagai contra Aset Istishna’ dlm Pnyelesaian 1,200
acoount dari aset istishna’ dalam
penyelesaian. Kas 1,200 Utang Istishna’ 1,200
Piutang Istishna’ 1,200 Kas 1,200
Pada saat kas diterima
Untuk kasus istishna’ dengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode presentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan
yang dilakukan pada akhir masa akad.

Kasus Metode Presentase Penyelesaian dan Pembayaran Secara Tangguh


Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
Dilakukan akad dengan Asset istishna dalam
informasi sebagai berikut : penyelesaian 1000
- Biaya Perolehan Kas/utang/persediaan 1000
(ProduksiI Rp. 1.000
- Margin keuntungan
Rp200
- Nilai tunai saat
penyerahan Rp1.200
- Nilai akad karena
tangguh Rp1.500
- Selisih nilai akad dan
tunai Rp300
Mengeluarkan biaya perolehan
istishna’.
Pada akhir periode tahun buku, Asset istishna dalam
pengakuan pendapatan penyelesaian 200
(tergantung presentase Beban istishna 1000
penyelesaian yang telah diakui) Pendapatan istishna 1200
Pada saat penagihan dan Piutang istishna 1200 Asset 1200
penyerahan asset istishna Termin istishna 1200 Utang istishna 1200
kepada pembeli Piutang istishna 300 Beban istishna
Pendapatan istishna Tangguh 300
tangguh 300 Utang istishna 300

Termin istishna sebagai contra termin istishna 1200


account dari asset istishna asset istishna dalam
dalam penyelesaian penyelesaian 1200

Pada saat kas diterima. kas 500 Utang istishna 500


Diangsur selama 3 tahun, jadi piutang istishna 500 Kas 500
setiap tahun membayar Rp5000 pendapatan istishna Beban istishna 100
tangguh 100 Beban istishna
pendapatan istishna 100 Tangguh 100
Jika pembeli melakukan
kewajiban pembayaran istishna
lebih awal dan penjual
memberikan potongan sebesar
Rp75. Maka potongan :
- Jika potongan diberikan Pendapatan istishna Utang istishna 75
pada saat pelunasan Tangguh 75 Beban istishna
Piutang istishna 75 Tangguh 75
Kas 425 Utang istishna 425
Pendapatan istishna Beban istishna 25
Tangguh 25 Beban istishna
Piutang istishna 425 Tangguh 25
Pendapatan istishna 25 Kas 425
- Jika potongan diberikan
setelah pelunasan Kas 500 Utang istishna 500
Pendapatan istishna Beban istishna 100
Tangguh 100 Kas 500
Piutang istishna 500 Beban istishna
Pendapatan istishna 100 Tangguh 100

Pendapatan istishna 75 Kas 75


kas 75 Beban istishna 75
Untuk kasus istishnadengan metode akad selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode presentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan
yaitu akan dilakukan pada akhir masa akad.

Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna dan Dibayar Tunai


Transaksi (dalam ribuan) Penjual Pembeli
Dilakukan akad dengan aset istishna dalam
informasi sebagai berikut : penyelesaian 1000
- Biaya perolehan kas/utang/persediaan 1000
(produksi) Rp1000
- Margin keuntungan
Rp200
- Nilai tunai saat
penyerahan Rp1200

Mengeluarkan biaya perolehan


istishna
Ternyata biaya perolehan yang Aset istishna dalam
diperkirakan Rp1000, Penyelesaian 250
realisasinya adalah Rp1250 Kas/utang/persediaan 250
Saat akhir periode, pengakuan Beban istishna 1250
kerugian dari istishna Aset istishna dalam
Penyelesaian(kerugian) 50
Pendapatan istishna 1200
Pada saat penagihan dan Piutang Istishna’ 1,200 Aset 1,200
penyerahan aset istishna’ Termin Istishna’ Utang Istishna’ 1,200
kepada pembeli. 1,200
Termin istishna’ sebagai contra
acoount dari aset istishna’ Termin Istishna’ 1,200
dalam penyelesaian. Aset Istishna’ dlm
Pnylesaian1,200

Pada saat kas diterima Kas Utang Istishna’ 1,200


1,200 Kas 1,200
Piutang Istishna’
1,200
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni)
dengan penjual ( pembuat barang/ Shani’).
Istishna pararel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan
(pembeli/mustashni) dengan penjual ( pembuat/shani’) kemudian untuk memenuhi
kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.
Jenis akad istishna.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin)
dan penjujal (pembuat, shani)
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan
pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan

Rukun istishna ada tiga, yaitu :


1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat shani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk
harga
3. Ijab qabul/serah terima.

Ketentuuan syari’ah:
a. Pelaku, harus cakap hukum dan balig
b. Objek akad
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati Sri, Akutansi Syri’ah Di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2008.


http://narsismoergosum.blogspot.com/2010/05/pembiayaan-istishna.html
http://esharianomics.com/esharianomics/akuntansi-2/akuntansi-istisna/pengungkapan-dan-
penyajian-akuntansi-istishna/

Anda mungkin juga menyukai