Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


“ANALISIS RASIO”

Dosen Pembimbing
Rizka Furqorina, SE., M.Si.

Disusun Oleh:

Febrianti Mody 170422620683


Hafilda Qurotul A’yun 170422620636
Heavin Avesina 170422620574
Iqbal Fatieh 170422620653

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Malang
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Analisis
Rasio” untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Kami berhadap makalah ini dapat memberikan manfaat
pada pembelajaran mata kuliah Analisis Laporan Kuangan.
Kami sangat terbuka atas segala masukan yang dapat memperbaiki kualitas
makalah ini. Sekian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembacanya.

Malang, 1 Maret 2020


Penulis

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN

Aktivitas dalam dunia bisnis tidak lepas dari sistem pendanaan. Banyak cara dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk mendapat dana yang cukup sehingga keberlangsungan operasi perusahaan
terjaga. Pendanaan perusahaan bisa berasal dari mana saja salah satunya adalah dari investor.
Pendanaan dari investasi termasuk dari salah satu aset yang memberikan manfaat besar bagi
perusahaan.
Piutang dapat menjadi salah satu aset perusahaan, karena ketika kita meminjamkan uang
kepada pelanggan kita bisa mendapatkan bunga dari jasa tersebut ditambah lagi jika itu piutang
jangka panjang maka akan terjadi perubahan nilai mata uang yang menguntungkan. Tetapi piutang
juga dapat menjadi pembunuh perusahaan, karena risiko yang digantungkan sangat besar. Ketika
perusahaan tidak dapat menagih piutangnya, perusahaan harus menanggung kerugian tersebut
dengan menggunakan cadangan kerugian atas piutang.
Dari semua sumber pendanaan tersebut, digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
investasi pada perusahaan itu sendiri dengan cara membeli peralatan operasional, aset tetap lainnya,
dan sumber daya alam untuk menjaga stabilitas operasional perusahaan.
Makalah ini ingin menjawab bagaimana aktivitas investasi sebuah perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya. Selain itu makalah ini juga ingin melihat apa saja peluang investasi
dalam kegiatan operasional perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. RATIO LIKUIDITAS

Meskipun kepada kreditor jangka pendek selalu disarankan untuk memfokuskan


perhatiannya pada keuntungan para pemegang saham biasa, akan tetapi fokus
perhatian kreditor ini biasanya tercurah pada arah lain. Kreditor jangka pendek lebih
memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Kreditor ini lebih tertarik pada aliran kas dan manajemen modal kerja dibanding
berapa besar laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan. Dengan kata lain, kreditor
jangka pendek lebih tertarik pada likuiditas perusahaan.

Likuditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk
mengukur kemampuan ini, biasanya digunakan angka ratio modal kerja, current ratio,
acid-test/quick ratio, perputaran piutang (account receivable turnover), dan perputaran
persediaan (inventory turnover).

1. MODAL KERJA

Modal kerja merupaka selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar. Modal
kerja PT Ernesa Putri Sejati dihitung sebagai berikut (dalam ribuan rupiah) :

2010 2009

Total Aktiva Lancar (A) Rp. 142.290 Rp. 93.781

Total Uang Lancar (B) Rp. 39.216 Rp. 35.778

Modal Kerja (A)-(B) Rp. 103.074 Rp. 58.003

Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para
kreditor jangka pendek, kaena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai
dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam
jangka pendek. Makin besar angka modal kerja ini, berarti makin besar tingkat
proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka
pendek akan dilunasi tepat waktu.

Meskipun menyenangkan bagi kreditor jangka pendek untuk melihat angka


modal kerja yang besar, akan tetapu kesenangan mereka baru akan penuh bila mereka
telah memperoleh kepastian, bahwa modal kerja berputar pada tingkat kecepatan yang
tinggi dan bahwa utang akan dapat dibayar, meski dalam kondisi operasi yang sulit
sekalipun. Alasannya, modal kerja yang tinggi tidak memberikan jaminan bahwa
utang akan dapat dibayar pada saat jatuh temponya. Tingginya angka modal kerja
dapat disebabkan adanya persediaan yang telah usang atau tidak laku terjual. Oleh
karena itu, untuk memperoleh perspektif yang benar, angka modal kerja harus
dilengkapi dengan angka-angka current ratio, quick ratio, perputaran piutang dan
perputaran persediaan berikut ini.

2. CURRENT RATIO

Elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan


dalam ratio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan utang lancar. Ratio
ini disebut dengan Current Ratio, yang dihitung dengan formula sebagai berikut :

Aktiva Lancar (AL)


Current Ratio (CR) =
Utang Lancar (UL)
Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar
benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar
menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar
harus dibayar.

Current Ratio untuk PT Ernesa Putri Sejati 2,62:1 (93.781/35.778) untuk tahun
2009 dan 3,63:1 (142.290/39.216) untuk tahun 2010. Dengan kata lain, dibanding
tahun 2009, current ratio tahun 2010 mengalami kenaikan, yang berarti likuiditas juga
mengalami kenaikan.

Angka ratio ini sangat bergantung pada jenis dan sifat industrinya. Kita harus
berhati-hati untuk mengambil kesimpulan mengenai likuiditas suatu perusahaan.
Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi
profitabilitas perusahaan tersebut. Terdapat trade-off antara likuiditas dan
profitabilitas, seperti digambarkan oleh grafik berikut ini:

LIKUIDITAS

PROFITABILITAS

Current ratio sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan akan tetapi
dapat menjebak. Hal ini dikarenakan current ratio yang tinggi dapat disebabkan
adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja
tidak dapat dipakai untuk membayar utang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut
benar-benar likuid (benar-benar dapat digunakan untuk membayar utangnya), maka
alat bayar yang kurang atau tidak likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar.
Alat bayar yang kurang likuid ini misalnya persediaan dan pos-pos yang analog
dengan persediaan.

3. ACID TEST RATIO

Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih teliti ditemukan pada angka ratio yang
disebut acid-test ratio atau quick ratio. Pada ratio ini, pos persediaan dan persekot
biaya dikeluarkan dari total aktiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos aktiva
lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar. Quick ratio dihitung
dengan formula sebagai berikut:

Aktiva Lancar (AL) - Persediaan - Persekot Biaya


Quick Ratio (QR)
Utang Lancar (UL)
Acid-test atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan
dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada
persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan
bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah
dijual pada kondisi ekonomi yang lesu.

Acid-test atau quick ratio PT. Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2009 dan 2010
dihitung sebagai berikut:

2010 2009

Kas dan Bank Rp. 431 Rp. 377

Deposito 51.429 19.000

Piutang Usaha 29.535 17.462

Piutang Lain-lain 4.022 3.570

Total Quick Assets 85.417 40.409

Total Utang Lancar 39.216 35.778

Acid-Test Ratio 2.18 : 1 1.13 : 1

Dibanding tahun 2009, acid-test ratio PT. Ernesa Putri Sejati taun 2010
mengalami kenaikan, yang berarti likuiditas juga mengalami kenaikan. Seperti halnya
pada current ratio, angka acid-test ini juga perlu dicermati masing-masing
komponennya, untuk memastikan bahwa semua komponen tersebut memang benar-
benar likuid.
4. PERPUTARAN PIUTANG (ACCOUNT RECEIVABLE TURNOVER)
Sebagai alat bayar, piutang dagang (biasanya jumlahnya cukup besar) juga harus
diuji (dievaluasi) likuiditasnya. Untuk menguji piutang dagang, perlu dihitung rasio
perputaran piutang dan jumlah hari piutang.
Ratio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan
analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa
cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini
menggambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Rasio
perputaran piutang dan jumlah hari piutang dihitung dengan cara sebagai berikut:

Penjualan(kredit)
Perputaran piutang =
Rata−rata piutang

Jumlah hari per tahun


Jumlah hari piutang =
Perputaran piutang

Selain dihitung jumlah hari piutangnya, dalam mengevaluasi piutang dagang perlu
diperhatikan kepada siapa piutang dagang ini diberikan. Selain itu, piutang dagang
dapat dijual atau dijaminkan yang berarti merupakan sumber dana.
Rata-rata piutang PT Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2010 adalah Rp23.498,50,
yaitu dihitung dengan menjumlahkan saldo piutang dagang awal Rp17.462 dan
piutang dagang akhir Rp29.535, kemudian dibagi dua. Dengan demikian, rasio
perputaran piutang adalah 9,25 kali (217.332/23.498,5). Sedangkan jumlah hari
piutangnya adalah 39,46 hari (365/9,25) atau 40 hari.
Baik tidaknya angka jumlah hari piutang sebesar 40 hari sangat bergantung pada
termin kredit yang ditawarkan perusahaan kepada para pelanggannya. Jika misal
termin yang diberikan 30 hari, maka periode penagihan selama 40 hari ini dapat
dikatakan cukup baik. akan tetapi, jika termin kredit yang diberikan adalah 10 hari
maka periode penagihan 40 hari ini memberikan petunjuk adanya masalah pada
fungsi penagihan atau manajemen kredit perusahaan.

5. PERPUTARAN PERSEDIAAN (INVENTORY TURNOVER)

Untuk menguji persediaan likuid atau tidak, perlu dihitung rasio perputaran
persediaan dan jumlah hari persediaan. Rasio perputaran persediaan mengukur berapa
kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu, misal selama setahun
tertentu. Rasio perputaran persedian dan jumlah hari persediaan dihitung dengan cara
sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan


Perputaran persediaan =
Rata−rata Persediaan

Jumlah hari per tahun


Jumlah hari persediaan =
Perputaran Persediaan
Apabila suatu perusahaan memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih rendah
disbanding rasio rata-rata industrinya, maka menunjukkan adanya persediaan yang
sudah usang atau persediaan yang terlalu tinggi. Sebaliknya, rasio perputaran
persediaan, yang lebih rendah dari rata-rata, memberi indikasi tingkat persediaan tidak
cukup.

Selain mengevaluasi kualitas alat bayar (komponen aktiva lancar) yang akan
digunakan untuk membayar utang, utang lancar tersebut juga dievaluasi untuk
mengetahui apakah semua utang lancar tersebut memang harus segera dibayar.
Disamping itu, meskipun angka rasio likuiditas kecil, tidak berarti bahwa secara riil
kemampuan perusahaan tersebut kecil. Hal ini disebabkan karena setiap perusahaan
mempunyai ”cadangan likuiditas”. Cadangan likuiditas ditunjukkan dengan adanya :

1. Hubungan baik yang dimiliki oleh perusahaan, yang memungkinkan


perusahaan meminjam uang sewaktu-waktu membutuhkan dana
2. Perusahaan masih memiliki batas kredit bank yang belum digunakan
3. Perusahaan mempunyai aktiva jangka panjang yang dapat dikonversikan
menjadi kas dengan segera
4. Perusahaan berada dalam posisi utang jangka panjang yang sangat baik,
sehingga memiliki kapabilitas untuk menerbitkan utang baru atau saham.
5. Praktik cek mundur didalam transaksi bisnis.

B. RATIO SOLVABILITAS ( STRUKTUR MODAL )

Posisi kreditor jangka panjang berbeda dibanding kreditor jangka pendek.


Kreditor jangka panjang sangat menaruh perhatian, baik pada kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu kemampuan membayar bunga
maupun jangka panjang, yaitu kemampuan membayar pokok pinjaman. Mereka lebih
menaruh perhatian pada solvabilitas perusahaan.

Kreditor jangka panjang biasanya akan menghadapi resiko yang lebih besar
dibanding kreditor jangka pendek. Oleh karena itu, biasanya perusahaan diminta
untuk membuat perjanjian pembatasan untuk perlindungan kreditor jangka panjang.
Misalnya perjanjian tentang jumlah modal kerja minimum, dan pembayaran dividen.

Kreditor jangka panjang biasanya tidak menginginkan penyelesaian utangnya


ditempuh lewat proses pengadilan. Mereka lebih menyukai mempertaruhkan
keselamatan penagihan bunga dan pokok pinjaman pada aliran dana dari operasi yang
teratur dan konsisten.

Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Ratio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan ini adalah debt-to-equity ratio dan time interest earned

Debt-to-Equity Ratio
Dalam rangka mengukur resiko, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama
ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka
tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara
proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan.

Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai
oleh pemilik perusahaan diukur dengan ratio debt-to-equity, dengan cara perhitungan
sebagai berikut :

Total Utang
Debt−¿−Equity=
Total Modal

Dengan demikian, debt-to-equity ratio ini juga dapat memberikan gambaran


mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat
tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.

Debt-to-Equity ratio PT Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2009 dan 2010 dihitung
sebagai berikut :

2010 2009

Total Utang ( A ) Rp 183.983 Rp 192.939

Total Modal Sendiri ( B ) 513.339 496.176

Debt-to-Equity ( A ) ( B ) 0,361 0,391

Debt-to-Equity ratio ini menunjukkan jumlah aktiva yang didanai oleh kreditor
untuk setiap Rp 1,00 aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan. Untuk tahun 2009,
kreditor PT Ernesa Putri Sejati memberikan sebesar Rp 0,39 untuk setiap Rp 1,00
aktiva yang didanai oleh pemilik. Untuk tahun 2010, kreditor memberikan jumlah
yang lebih sedikit.

Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka debt-to-equity


ratio yang kecil. Makin kecil angka ratio ini, berarti mekin besar jumlah aktiva yang
didanai oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga resiko kreditor.

Time Interest Earned

Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi


kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga digunakan ratio
time interest earned. Dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Laba sebelum bunga dan pajak ( EBIT )
Time Interest Earned=
Biaya Bunga

Ratio time interest earned PT Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2010 adalah 8,65
kali ( 61.286 / 7.087 ). Tidak ada pedoman asli tentang besarnya angka ratio ini yang
dikatakan baik. Pada umumnya, laba dipandang cukup untuk melindungi kreditor bila
ratio ini besarnya 2 kali atau lebih. Sebelum mengambil kesimpulan final, sebaiknya
dilihat terlebih dahulu kecenderungan laba perusahaan, dan kemudian menentukan
seberapa mudahnya perusahaan dipengaruhi oleh perubahan musiman ekonomi.

RATIO OF RETURN OF INVESTMENT

Manajer perusahaan mempunyai dua tangungjawab untuk memperoleh dana


untuk membiayai aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva yang
dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan

Return of Investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan


oleh perusahaan baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal)

Retusn of Investment merupakan terminologi yang luas dan ratio yang digunakan
untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. Sesuai dengan investasi mana yang digunakan,
ratio ini dibagi menjadi dua, yaitu return on total assets dan return on equity.

Return on total Assets (ROA)

Return on total assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan


aktivanya untuk memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat kembalian investasi
yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan mengukur seluruh dana (aktiva) yang
dimilikinya. Ratio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang
berlaku.

Ratio Return on assets (ROA) ini dihitung dengan cara sebagai berikut.

Laba setelah pajak, tapi sebelum bunga


ROA =
Aktiva Rata-rata
Laba yang dipakai disini adalah laba sebelum bunga, setelah pajak, untuk
menggambarkanbesarnya laba yang diperoleh perusahaan sebelum didistribusikan
baik kepada kreditor maupun pemilik perusahaan. Apabila tarif pajak rata-rata untuk
tahun 2010 adalah 22.5% (12.195/54.199), maka perhitungan return on assets PT
Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut.
Laba Bersih Rp 42.004.000

Tambah : Biaya bunga 7.087.000 x (1-0.225) Rp 5.492. 425

Total (A) Rp 47. 496. 425

Total Aktiva awal tahun 2007 (B) Rp 689. 115.000

Total Aktiva akhir tahun 2007 (C) Rp 697. 322.000

Total (D) = (B) + (C) Rp 1.386.437.000

Rata-rata aktiva (E) = (D) : 2 Rp 693. 218. 500

ROA (A) : (E) 6.85%

Selama tahun 2010, PT Ernesa Putri Sejahtera mampu memperoleh kembalian


investasi sebesar 6.85% dari rata-rata total aktiva yang digunakannya.

Apabila kita ingin melihat tingkat investasi denga menggunakan dana yang
berasal dari pemilik perusahaan saja, maka digunakan ratio return on common
stockholder’s atau return on equity (ROE).

Retur on equity (ROE)

Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah untuk


menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi para pemegang saham ukuran
keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah return on common stockholder’s equity
yang berhasil dicapai. Ratio ROE ini dihitung dengan cara sebagai berikut.

Laba bersih setelah pajak – Dividen saham istimewa


ROE =
Rata-rata modal saham biasa
Laba yang dipakai disini adalah laba bersih setelah pajak dikurangi dividend
untuk para pemegang saham istimewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tetrsedia dan tersisa bagi para
pemegang saham biasa. Ratio ROE PT Ernesa Putri Sejati untuk tahun 2007 dihitung
sebagai berikut.
Laba Bersih Rp 42.004.000

Kurang : Dividen saham istimewa 0

Laba tersedia untuk saham biasa (A) Rp 42.004.000

Rata-rata modal saham sendiri* (B) Rp 504.757.000

Rata-rata modal saham istimewa (C) 0

Rata-rata modal saham sendiri (D) = (B) + (C) Rp 504.757.000

ROE (A) : (D) 8.32%

` *(Rp 496. 176.000 + Rp 513.339.000)/2

Dibandingkan dengan angka ROA (6.85%), angka ROE lebih besar (8.32%). Hal
ini terjadi karena adanya prinsip financial leverage atau sering juga disebut trading on
the equity. Hal ini juga memberikan indikasi bahwa sampai batas-batas tertentu,
perusahaan yang berutang justru dapat menguntungkan pemegang saham.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Likuditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek.

Modal kerja merupaka selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar.
Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para
kreditor jangka pendek, kaena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai
dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam
jangka pendek.

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar
benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar
menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar
harus dibayar.

Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih teliti ditemukan pada angka ratio yang
disebut acid-test ratio atau quick ratio.

Ratio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan


analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa
cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas.

Untuk menguji persediaan likuid atau tidak, perlu dihitung rasio perputaran
persediaan dan jumlah hari persediaan.

Debt-to-equity ratio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur


modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu utang.

Untuk mengukur kemampuan operasi perusahaan dalam memberikan proteksi


kepada kreditor jangka panjang, khususnya dalam membayar bunga digunakan ratio
time interest earned

Return of Investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan


oleh perusahaan baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal)

Return on total assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan


aktivanya untuk memperoleh laba.

2. Saran

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bisa mempermudah kita
semua dalam memahami isi materi yang telah dipaparkan diatas. Kritik, saran, dan
masukan-masukan dari semua pihak juga penyusun harapkan guna untuk melengkapi
makalah ini dan memperbaharui makalah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai